DISUSUN OLEH:
Assalamualaikum wr,wb
Puji syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia yang telah diberikan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini berisi tentang kasus – kasus pelanggaran dalam Pancasila sila pertama.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku Dosen kami dalam pembelajaran
mata kuliah Pengantar bisnis yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan Penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
A. Latar Belakang
Kita ambil sila perama, yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini
menunjukkan bahwa negara memberikan kebebasan kepada siapapun untuk beragama
dan menyembah Tuhannya dengan leluasa, tanpa paksaan, atau intimidasi dar orang lain.
Tetapi, kebebasan ini tetap harus sesuai ketentuan mengenai agama yang telah diatur
dalam Undang-Undang. Salah satu contoh penyimpangan yang tidak jarang terjadi adalah
intoleransi antar umat beragama. Intoleransi didefinisikan sebagai sikap tidak
menghormati satu sama lain, (Dalam kasus ini seseorang atau sebuah kelompok tidak
menghormati orang lain menjalankan praktik beragama dan berkeyakinannya yang
berbeda dengan mereka. Penyimpangan ini juga termasuk dalam pelanggaran HAM.
Padahal, Pancasila jelas mengakui hak asasi seluruh manusia dan seharusnya Pancasila
menjadi dasar umat beragama agar tidak terjadi perpecahan sebab Indonesia memiliki
beragam agama. Namun, bisa jadi kerukunan dan persatuan menjadi sulit terwujud karena
hadirnya tindakan-tindakan menyimpang. Penolakan pejabat non muslim, pemotongan
nisan salib di pemakaman warga, bom bunuh diri di berbagai tempat ibadah, dan
perusakan tempat ibadah secara sengaja merupakan segelintir contoh kasus intoleran yang
terjadi di Indonesia.
Pada tahun 2008 terjadi unjuk rasa besar-besaran anti Ahmadiyah di depan Istana
Negara oleh ribuan orang mengatasnamakan umat Islam Indonesia untuk menuntut
pemerintah membubarkan Ahmadiyah. Bulan Juni 2008 Pemerintah Indonesia
menerbitkan Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008, Nomor KEP-003/A/JA/6/2008, dan
Nomor 199 Tahun 2008. Keputusan yang lebih dikenal dengan SKB Tiga Menteri ini
berisi pembahasan perihal Peringatan dan Perintah Kepada Penganut, Anggota, davatau
Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia UAI dan Warga Masyarakat. Hasil
putusan SKB Tiga Menteri meliputi : (1) Memberi peringatan dan memerintahkan kepada
warga masyarakat untuk tidak menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan
dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia
atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan dari agama itu yang
menyimpang dari pokok-pokok ajaran itu: (2) Memberi peringatan dan memerintahkan
kepada penganut Jemaat Ahmadiyah untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan
kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam: (3) Penganut JAI yang tidak
mengindahkan perintah dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan: (4) Memberi peringatan untuk menjaga kerukunan umat beragama
dengan tidak melakukan tindakan melawan hukum terhadap JAI. (5) Warga masyarakat
yang tidak mengindahkan peraturan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku, (6) Memeriahkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah
untuk melakukan langkah-langkah pembinaan dalam rangka pengamanan dan
pengawasan pelaksanaan Keputusan Bersama ini: (7) Keputusan Bersama ini berlaku
sejak tanggal ditetapkan.
Kasus yang masih hangat sekarang ini adalah perusakan Masjid Miftahul Huda di
Sintang, Kalimantan Barat. Sejumlah bangunan milik jemaah Ahmadiyah di Desa Balai
Harapan, Kecamatan Tempunak dirusak oleh ratusan warga, hingga 72 jiwa atau 20
kepala keluarga terpaksa dievakuasi. Dalam peristiwa ini, masjid milik Jemaat
Ahmadiyah tersebut mengalami kerusakan berat. Polisi telah menetapkan 2 tersangka an
menjerat 3 orang dibalik penghasutan perusakan masjid. Tindakan intoleran tersebut juga
termasuk dalam bentuk pelanggaran HAM karena melarang kegiatan beribadah dengan
merusak tempat ibadah.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa tingkat intoleransi terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia sangat tinggi?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi sikap intoleransi terhadap Jemaat
Ahmadiyah Indonesia?
3. Bagaimana cara untuk meningkatkan asa toleransi antar umat beragama di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
C.1.1 Intoleransi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), intoleransi dapat diartikan sebagai ketiadaan
tenggang rasa. Intoleransi merupakan kebalikan dari toleran. Sedangkan toleransi di dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebugainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri, Disebut toleran, menurut Cohen (2004) adalah tindakan yang disengaja oleh actor
dengan berprinsip menahan diri dari campur tangan (menentang) perilaku mereka dalam
situasi keragaman, sekalipun aktor percaya dia memilik kekuatan untuk mengganggu (Cohen
2004, hal:69). Sedangkan, Menurut Hunsberger (1995), intoleran adalah tindakan negatif
yang dilatari oleh simplifikasi-palsu, atau “prasangka yang berlebihan” (over generlized
beliefs) Prasangka semacam ini memiliki tiga komponen: (1) komponen kognitif mencakup
stereotip terhadap “kelompok luar yang direndahkan": (2) komponen afektif yang berwujud
sikap muak atau tidak suka yang mendalam terhadap kelompok-luar: dan (3) komponen
tindakan negative terhadap anggota kelompok-luar, baik secara interpersonal maupun dalam
hal kebijakan politik-sosial (Hunsberger's,1995:113-29).
Intoleransi masih sering kali tejadi. Oleh karena itu, untuk dapat mengurangi adanya
intoleransi kita harus mengetahui cara untuk menghindari sikap intoleransi tersebut. Dalam
buku Pluralisme, Konfik, dan Perdamaian (2002) oleh Elex Sarapung, beberapa cara
menghindari sikap intoleransi sebagai berikut:
Menurut Cliffort Geertz (1992) agama dapat diistilahkan sebagai (1) sebuah system simbol-
simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan suasana hai dan motivasi-motivasi yang kuat,
yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-
konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini
dengansemacam pancaran faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-motivasi itu
tampak realistis. (Clilort Geerz. Kebudayaan dan Agama. Jogyakarta: Kanisius:1992). Hal. 5)
Kekerasan bisa Kita hindari salah satunya dengan mengetahui apa penyebab kekerasan dapat
terjadi. Adapun menurut Galtung, kekerasan terjadi apabila manusia dipengaruhi sedemikian
rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi poensialnya,
Kekerasan di sini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang
aktual. Enam dimensi kekerasan menurut Gantung: (Douglas, Jack D. and Frances Chaput
Waksler dalam Thomas Santoso.2002. Teori-Teori Kekerasan Jakarta-Ghalia Indonesia
Hal.168-169)
1) Kekerasan Fisik dan Psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia disakiti secara
jasmani bahkan sampai pada pembunuhan. Sedangkan pada kekerasan Psikologis
adalah tekanan yang maksudkan meredusir kemampuan mental atau otak.
2) Pengaruh positif dan negatif. Sistem orientasi imbalan yang sebenarnya terdapat
pengendalian, tidak bebas, kurang terbuka, dan cenderung manipulative meskipun
memberikan kenikmatan atau euphoria.
3) Ada objek atu tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan
psikologis meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi tindakan manusia.
4) Ada subjek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya
disebut structural ata tidak langsung. Kekerasan tidak langsung sudah menjadi bagia
struktur itu dan menampakkan diri sebagai kekuasaan yang tidak seimbang yang
menyebabkan peluang hidup tidak sama.
5) Disengaja atau tidak. Beritik berat pada akibat dan bukan tujuan, pemahaman yang
hanya menekankan unsur sengaja tentu tidak cukup untuk melihat, mengatasi
kekerasan struktural yang bekerja secara halus dan tidak disengaja. Dari sudut korban,
sengaja atau tidak kekerasan tetap kekerasan.
6) Yang tampak dan yang tersembunyi. Kekerasan yang tampak nyata baik yang
personal maupun siruktural, dapat dilihat meski secara tidak langsung. Sedangkan
kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan tetapi bsa dengan
mudah meledak, Kekerasan tersembunyi akan terjadi jika suatu menjadi idak stabil
sehingga tingkat realisasi aktual dapat menurun dengan mudah.
C.14. Kontik
Menurut Webster istilah conflict di dalam bahasa artinya berarti suatu perkelahian,
peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. (Pruit,
Dean G dan Jeffrey Z. Rubin.1986. Social Conflict. New York : Sate University of New
York) Konflik dapat diartikan sebagai sebuah proses sosial antara dua orang atau lebih bisa
juga kelompok di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya (Yadiman dan Rycko Amelza Dahniel
2013.Konflik Sosial dan Anarkisme. Yogyakana : CV Andi Offset. Hal2)
Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial antara ain sebagi
berikut; (Yadiman dan Rycko Amelza Dahniel.2013.Konftik Sosial dan Anarkisme.
Yogyakarta : CV Andi Ofset. Hal. 3)
1. Adanya perbedaan antar kelompok sosial baik secara fisik maupun mental, atau
perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga menimbulkan pertikaian
atau bentrokan diantara mereka.
2. Perbedaan pola kebudayaan seperi perbedaan adat istiadat, suku bangsa, agama,
paham politik, pandangan politik, dan budaya daerah sehingga mendorong timbulnya
persaingan dan pertentangan bahkan bentrokan di antara anggota kelompok social
tersebut
3. Perbedaan mayoritas dan minoritas yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial di
antara kelompok sosial tersebut. Misalnya antara etnis Tionghoa (minoritas) dan etnis
pribumi (mayoritas).
4. Perbedaan kepentingan antar kelompok sosial, seperti perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, sosial, budaya, agama, dan sejenisnya merupakan faktor penyebab
timbulnya koflik.
5. Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya
konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan
pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
6. Perbedaan latar belakang kebudayaan. Perbedaan latar belaag kebudayaan sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
7. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia yang memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
8. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik
sosial.
C.2. Analisis
Ahmadiyah dianggap sebagai suatu aliran yang memilki ajaran menyimpang diluar
ajaran Islam sehingga dinilai sesat dan menyesatkan. Aliran ini percaya bahwa ada nabi
penerus sctelah Nabi Muhammad SAW. Sosok yang diyakini para jemaah Ahmadiyah
sebagai nabi penerus adalah pendiri Ahmadiyah tu sendiri, Mirza Ghulam Ahmad. Padahal,
dalam Islam sendiri diajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir sehingga
“umat Muslim menganggap kepercayaan Ahmadiyah in idak dapat ditoleransi lagi. Selain
itu, terdapat fakta bahwa Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan dirinya sebagai Imam Mahdi
dan al Masih al Maud Imam Mahdi yang dijanjikan), Padahal di sisi lain, diketahui bahwa
umat Muslim masih menunggu kehadiran Imam Mahdi dan al Masih al Maud, yang dipahami
sebagai sosok Isa as. Hal-hal ini tentunya menjadi perdebatan dan dianggap menyimpang dari
ajaran Islam yang sebenamya. Maka, Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada tahun 1980 dan
dipertegas lagi pada 2005, mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah merupakan aliran sesat
dan memiliki ajaran menyimpang dari Islam yang harus dibubarkan oleh pemerintah.
Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang memiliki kebebasan
beragama. Hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan yang tepat. Dengan adanya
kebebasan beragama, kia dapat menjalankan ibadah kita sesuai agama dan kepercayaan kita
masing - masing. Kita juga memiliki kebebasan untuk merayakan hari besar dan menjalankan
kegiatan - kegiatan kita sesuai dengan agama setiap individu. Akan tctai, adanya kebebasan
beragama ini juga dapat memberikan ruang sikap intoleransi yang semakin besar. Dengan
adanya kasus intoleransi jemaah Ahmadiyah ini, seharusnya pemerintah bersikap terbuka dan
Serius dalam menangani kasus tersebut. Pemerintah harus memiliki regulasi yang jelas dalam
menangani sikap intoleransi agar indonesia dapat menjadi negara yang utuh dan solid.
Dari yang kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara multikultural yang memi
keberagaman dan perbedaan suku ras, dan agama. Peristiwa perusakan masjid di Sintang
telah mencederai nilai-nilai hak asasi manusia khususnya kebebasan beragama dan
berkeyakinan dan hak atas rasa aman yang harus dihormati oleh setiap warga negara
Indonesia dan dilindungi oleh negara. Seharusnya kita bisa lebih peka dan sigap
dalam menangkap potensi konflik. Kembangkan sikap saling menghormati dan menghargai
keberagaman. Hormati perbedaan, hilangkan pemikiran, dan perbuatan yang lebih senang
membenci daripada menyayangi sesama manusia. Tindakan main hakim sendiri dengan cara-
cara kekerasan yang merusak rumah ibadah dan harta benda milik orang ain, adalah ancaman
nyata bagi kerukunan umat beragama.
Agar terciptanya kehidupan yang rukun dan menumbuhkan sikap toleransi merupakan
sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Dari pengertian toleransi pun sudah dapat diketahui
bahwa dengan menumbuhkan sikap toleransi, akan mencegah perbuatan-perbuatan negatif.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama,
salah satunya adalah bersikap dan menghormati orang lan dengan baik tanpa memandang
usia, agama, ras, dan budaya. Kemudian kta tidak perlu membicarakan keburukan antar
sesama beragama. Tidak main hakim sendiri yang dapat merusak tempat ibadah.
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Sebagai negara yang memiliki kebebasan beragama, sepatutnya kita tetap menjunjung
tinggi nilai toleransi dan untuk pemerintah agar tidak memandang remeh kasus intoleransi
yang sudah banyak terjadi di negara ini. Sebenarnya, ada banyak cara untuk meningkatkan
rasa toleransi antarumat beragama seperti menghormati satu sama lain, menghilangkan
tindakan main hakim sendiri, dan tidak memaksakan ajaran agama kita kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Liputan6.2020.” Masih Ada Virus Intoleran di Tengah Upaya Melawan Virus Corona di
Indonesia”, https://www.liputan6.com/regional/read/4203599/masih-ada-virus-intoleran-di-
tengah-upaya-melawan-virus-corona-di-indonesia diakses pada 12 Desember 2021 pukul
21.39
Douglas, Jack D. and Frances Chaput Waksler dalam Thomas Santoso.2002. Teori-Teori
Kekerasan Jakarta-Ghalia Indonesia Hal.168-169