Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mohammad Asa Syahrefa

Kelas : X IPA 2

Absen : 22

LAPORAN PENGAMATAN PAMERAN KARYA SENI


Tema Pameran : GRADASI#2

Penyelenggara :

Tempat Penyelenggaraan Pameran : Blitar Town Square (BLITOS)

Waktu Penyelenggaraan Pameran : 26 Maret – 3 April 2022

Jenis Pameran : Pameran Homogen

Jumlah Peserta Pameran :

Jumlah Lusikan yang Terpajang :

FOTO PAMERAN YANG SAYA KAGUMI

Tema Lukisan : Barong.

Karakter Lukisan :

Media Lukisan : Cat Minyak

Pelukis : Titin Agustiani

Tahun Pembuatan : 2022

Ukuran Lukisan : 70cm x 80cm

Lamamnya Proses Membuat :


MAKNA / FILOSOFI :
Barong merupakan simbol kemenangan dari kebaikan. Ia menjadi sosok pelindung
spiritual bagi masyarakat Bali. Barong dipercaya dapat meningkatkan aura energi spiritual
positif bagi umat manusia. Dalam kisah yang ditampilkan dalam pertunjukan, Barong ialah
wujud kebenaran.

Barong sakral menjadi salah satu tarian dengan unsur magis tinggi yang hanya boleh
ditarikan dalam setiap upacara khusus di Bali. Cara pementasan Barong sakral ini juga tidak
sembarangan karena harus melewati tahapan atau Utpeti (penyucian) terhadap lakon yang akan
dibawakan maupun para penarinya. Bahan kayu pembuatan Barong sakral sendiri juga harus
diambil dari tempat khusus, seperti kuburan. Oleh karena itu Barong merupakan benda sakral
yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali.

Tarian ini merupakan kisah peperangan antara kebaikan dan kebatilan. Kebaikan
disimbolkan dengan rupa Barong. Sedangkan kebatilan disimbolkan dengan wujud Rangda
(raksasa). Menurut Komang Alit, seorang penari Rangda dari Serangan, Denpasar, mengatakan,
pertempuran yang terjadi antara Barong dan Rangda, tak pernah berkesudahan. Jadi tak ada yang
kalah maupun menang.

“Tarian Barong sakral ini sarat dengan filosofi. Kalau di Bali mengenal istilah
Rwabhineda, kira-kira begitu filosofi yang ada dari tarian Barong. Ibarat dua sisi mata uang,
antara Barong dan Rangda, sebenarnya merupakan pasangan yang saling membutuhkan. Hanya
saja, dalam tarian itu, Barong dan Rangda tak pernah saling bertemu. Maka, ketika mereka
saling berhadapan, yang muncul seperti peperangan tapi sebenarnya keduanya saling melepas
kangen dengan cara yang berbeda,” terang Komang Alit yang menjadi Pregina (penari sakral)
sejak dua tahun lalu.

Di beberapa Banjar di Bali, tarian Barong sakral hanya boleh ditarikan pada acara-acara
khusus seperti Pidodalan setiap enam bulan sekali, Hari Kajeng Kliwon maupun saat Purnama
Tilem. Dalam setiap kali pementasan, jumlah penari ada 15 orang yang terdiri dari perempuan
maupun laki-laki. Alit menjelaskan, di Desa Serangan, tari Barong menampilkan dua sosok
Rangda. Namun, dua Rangda itu tak boleh ditarikan dalam satu waktu yang bersamaan. Sosok
Barong ditarikan oleh dua orang yang berada di depan dan belakang.

Anda mungkin juga menyukai