Anda di halaman 1dari 5

Cara Budidaya Udang Vannamei Pola

Tradisional
By Firman Syah 5 Comments
Assalam Link - Budidaya udang vannamei dengan cara pola tradisional. Dalam
pemeliharaan udang pola tradisional hal yang sangat perlu diperhatikan adalah ketersediaan
algae-plankton- dalam tambak. Ketersediaan algae yang cukup (sesuai dengan kebutuhan)
akan menjamin ketersedian pakan alami bagi udang dan ikan. Dan juga dapat
mempertahankan kondisi kimiawi air yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang
dan ikan.

Kepadatan algae yang rendah atau terlalu tinggi dalam air tambak akan berdampak langsung
pada perubahan pH air yang tajam antara siang dan malam, yang mana akan mempengaruhi
tingkat stress udang dan selanjutnya mengakibatkan udang mudah terserang penyakit.

Pengontrolan kepadatan algae dengan cara mudah dan murah dilakukan dengan
menggunakan seci disk – ( cakram bundar dicat hitam putih berselang seling yang diberi
tongkat dengan skala dalam cm dari cakram ke ujung yang lain)- Kepadatan algae yang baik
adalah jika cakram masih dapat terlihat jelas pada kedalaman 35-45 cm dari permukaan air.

Persiapan Tambak

 Jika memungkinkan, tambak dikeringkan hingga dasar. Jangan membiarkan


penumpukan lumut dan lumpur dari siklus sebelumnya tetap ada sampai siklus
berikutnya
 Jika pH dasar tambak lebih rendah dari 6, gunakan kapur pertanian sebanyak 840 kg
per Ha.
 Jika anda tidak dapat mengeringkan tambak, gunakan pupuk dasar nitrat sebanyak 15
gr/m2 untuk daerah yang berair dan mengandung bahan organic. Segera sebelum
mengisi tambak, gunakan kapur bakar pada area yang sama sebagai desinfektan.
 Pastikan semua hewan menetap di tambak dari siklus sebelumnya basmi sebab
mereka dapat menjadi pesaing bagi udang dalam memperoleh pakan alami.

Lihat juga persiapan tambak secara khusus di http://www.assalam.link/2016/05/cara-


persiapan-tambak.html
PEMUPUKAN
Sebelum Pengiisan Air
Sebelum tambak diisi air, tambak sebaiknya diberi pupuk organic dan anorganic. Pupuk harus
disebarkan secara merata pada dasar tambak dengan dosis sebagai berikut :
- Wajib

 Pupuk organic 150 – 200 kg / ha


 Pupuk anorganic sebagai sumber nitrogen 25 – 50 kg /ha

- Pilihan

 Pupuk pospahat 20:1 (N:P)


 Silikat 10 kg/ha

Dengan adanya range dosis, memberi anda keleluasaan menentukan dosis berdasarkan
perubahan cuaca dan kondisi air dan juga tergantung kepada jenis pupuk apa yang digunakan.
Pupuk organik dapat berupa tepung kedelai, tepung gandum, dedak, kulit padi, jagung dan
sejenisnya, biji kapas, atau pupuk kompos yang dijual dan kotoran hewan.

Pupuk organik disebarkan secara merata di permukaan dasar tambak. Untuk memudahkan
udang dan plankton mendapatkan pupuk secara lansung. Jika ditakutkan terjadi akumulasi
bahan organik (misalnya selulosa atau komponen yang tidak tercerna) di dasar tambak, anda
juga dapat mengaduk dengan tongkat yang terbuat dari kayu. Dengan cara ini hanya
komponen organik dari pupuk yang dimasukkan ke dalam tambak. (cara ini tidak
direkomendir).

Sumber paling bagus untuk pupuk anorganic adalah pupuk Ammonium Nitrat, Urea, Calcium
Nitrat, atau Diammonium Phosphat (DAP). Jika anda memilih untuk memberikan pupuk
silikat (jika kandungan silikat air tambak lebih kecil 2 ppm) gunakan larutan Sodium
Metasilikat, sebelumnya dilarutkan dalam air tawar sebelum diaplikasikan ke dalam tambak.

Kotoran ayam dan kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk organik, Tetapi kotoran ayam
merupapkan pupuk organik yang sangat baik (cari kotoran ayam yang bebas pestisida). Jika
menggunakan kotoran ayam maka dosis yang disarankan sebanyak 1.000 – 2.000 kg/ha.

Isi tambak dengan air 20 – 40 cm.


Untuk mempertahankan agar tambak tidak mengalami perubahan yang drastis, sangat baik
apabila kedalaman air dipertahankan 1 – 1.5 mtr.

Sechi disk
Kepadatan algae diukur dengan mencelup seci dish ke dalam air tambak dan melihat skala
senti pada tongkat serta dicatat. Perbaikan kepadatan algae tambak harus dilakukan jika
pembacaan sechi dish di atas 45 cm atau di bawah 35 cm. Ketika pembacaan diatas 45 cm,
perlu ditambahkan pupuk. Jika pembacaan sechi dish dibawah 35 cm, pupuk jangan
ditambahkan meskipun saat itu, jadwal pemberian pupuk. Pengantian air juga mungkin
diperlukan untuk menurunkan kepadatan algae.

Kontrol Algae
Penggantian Air
Karena banyak tambak tradisional tergantung kepada air pasang sehingga tidak selalu mudah
untuk mengganti air guna menekan kepadatan algae, namun demikian, penggantian air
penting. Ketika memungkinkan untuk membuang air penambahan air harus dilakukan
sebagai upaya mempertahankan populasi algae pada batasan yang optimum.

Ketika algae di tambak meningkat , dan pembacaan sechi dish jatuh di bawah 35 cm,
penggantian air harus segera dilakukan jika pembacaan antara 25 – 35 cm penggantian air
dibutuhkan 5 – 10 %. Jika pembacaan antara 15 – 25 cm, penggantian air dibutuhkan 20 – 30
%.

Jika konsentrasi phospat dalam air di sekitar pintu air tambak lebih rendah dari 0.2 ppm,
maka posphat perlu dimasukkan sebagai sumber phosphor dalam bentuk pupuk buatan. Jika
hal ini terjadi, ditambahkan 20 – 25 kg pupuk dasar Nitrogen. Tambahkan pupuk dasar pospat
dengan perbandingan 20 bagian nitrogen dan satu bagian pospor. Sebagai contoh, 30 kg/ha
Ammonium Nitrat plus 1,5 kg pupuk dasar posphat. Karena perbandingan N:P yang akan
bervariasi sesuai dengan jenis pupuk yang anda gunakan.

Diperlukan uji coba untuk menentukan pilihan terbaik dalam memilih jenis pupuk. Secara
umum jika menggunakan pupuk pospor, disarankan untuk ditambahkan pada wadah
pengisian air. (jika penyebaran pupuk pospor langsung pada dasar tambak yang kering
sebagian akan hilang membentuk senyawa kimia dengan partikel tanah.
Mungkin Anda juga tertarik melihat/membaca Budidaya Udang Secara Tradisional? klik
di http://www.assalam.link/2016/07/budidaya-udang-secara-tradisional.html
Kontrol Pupuk
Pengontrolan algae terutama dilakukan dengan cara pengaturan pemupukan. Pemupukan
dibutuhkan untuk meningkatkan konsentrasi algae di tambak. Sebagian besar tambak
tradisional menerapkan aturan baku pemupukan secara berkala, selama masa pemeliharaan
tanpa mempertimbangkan kepadatan algae tambak atau kondisi lingkungan.Namun
pemberian pupuk tanpa memperhatikan kepadatan algae dan keadaan cuaca malah dapat
berakibat buruk pada ikan dan udang.

Ca(OH)2 atau CaO


Ketika penggantian air tidak memungkinkan dan penghentian pemberian pupuk tidak
menekan pertumbuhan kepadatan algae, Calcium Hidroksida (kapur bakar) atau calsium
sulfat, dapat digunakan untuk menurunkan populasi algae yang sedang bertumbuh melewati
batas yang dibutuhkan.

Dolomit (Kapur Pertanian)


Dolomit berbeda dengan kapur bakar. Kapur ini tidak menyebabkan perubahan pH tambak
secara mendadak dan tidak akan menaikkan pH diatas 8.3.

Tentang Penyakit
Gunakan Benur SPF (Benur Bebas Penyakit)
Sekarang, penggunaan bibit vannamei SPF bebas penyakit sudah dimungkinkan untuk
budidaya. Ini memberikan keuntungan kepada petambak apabila mengunakan Benur
vannamaei yang SPF dibandingkan dengan menggunkan benur udang windu yang belum
mampu SPF.

Sebagai tambahan bibit vannamei, telah dipelihara secara selective untuk tahan terhadap
penyakit tertentu. Seperti TSV (Taura Syndrom Virus) yang tidak dijumpai pada Benur
windu.
Merawat kesehaan lingkungan (air dan pematang) tambak
Cara terbaik untuk menghindari penyakit adalah tetap menjaga kesehatan lingkungan (air dan
pematang) tambak dan sebisa mungkin mempertahankan kestabilan air. Ketika kondisi air
tambak memburuk, seperti DO rendah, perubahan pH yang ekstrim antara siang dan malam
hari, sering membuat udang menjadi lemah dan mudah terkena penyakit dari lingkungan
tambak.

Pemeliharaan kesehatan lingkungan tambak akan menekan resiko inveksi virus dan bakteri di
tambak dan di lingkungan tambak pada umumnya.

Zonasi Resiko (pembagian wilayah resiko)


Suatu denah (peta) diperlukan untuk menggambarkan perbedaan tingkat resiko area tambak.
Area yang berbatasan langsung dengan pantai atau badan air seperti sungai, saluran air,
merupakan area yang sangat mudah masuki oleh hewan pembawah penyakit udang seperti
kepiting dan crustacea (udang-udangan) lainnya area ini ditandai sebagai daerah merah.

Tambak setelah area ini atau di tengah hamparan ditandai sebagai daerah kuning dan tambak
yang terjauh dari potensi penyebab penyakit ditandai sebagai daerah hijau. Jika mungkin,
pagar harus ditempatkan sepanjang daerah perbatasan badan air, untuk mencegah pembawa
penyakit dapat memasuki lahan tambak.

Penebaran bibit harusnya selalu dimulai dari tambak area hijau diikiuti tambak zona kuning
dan terakhir pada tambak zona merah. Dengan cara ini tambak yang pertama ditebari akan
menghasilkan panen yang lebih baik sebelum persoalan penyakit muncul.

Petambak yang berpengalaman, harus mengerti tambak di area merah dan semua
perlengkapan yang diigunakan bersama di tambak seperti jala harus di rendam dengan klorin
atau virkon sebelum digunakan pada tambak lain untuk menekan penyebaran penyakit di
antara tambak.

Selama Pengisian Air Awal


Selama pengisian air awal kedalam tambak, pupuk organik harus ditebarkan untuk
menstimulasi pertumbuhan phytoplankton.
- Wajib

 Pupuk organic 25-50 kg/ha disebarkan setiap 3 hari untuk 4 kali penebaran

- Pilihan

 Pupuk N 4-6 kg/ha, disebarkan tiap hari sampai target seci disk tercapai
 Pupuk Phospat 0,7 – 1,0 kg/ha disebarkan tiap hari sampai target seci disk tercapai
 Silicat 10 kg/ha, dua kali selama pengisian , sampai kepadatan diatomae tercapai

Penebaran pupuk organik dilakukan tiap tiga hari tanpa memperhatikan warna atau kepadatan
algae di air tambak. Penggunaan pupuk anorganik harus diteruskan sampai target kepadatan
algae (seci disk 45 cm ) tercapai. Jika kedalaman seci disk bertambah (lebih bening).
Sebarkan lagi pupuk anorganik hingga kecerahan air turun sekitar 45 cm.
Cara Bertambak Budidaya Udang Vannamei Yang Baik, bisa juga anda baca di -
http://www.assalam.link/2016/05/cara-bertambak-budidaya-udang-vannamei.html
Setelah penebaran bibit
Aplikasi pupuk organic dan anorganik harus dilanjutkan untuk mempertahankan produktifitas
alami. Pupuk organic harus ditambahkan sebanyak 25-50 kg/ha dua kali seminggu sampai
perkiraan berat udang ditambak mencapai 250 kg/ha.

Pupuk anorganik harus ditambahkan ke dalam tambak hanya jika dibutuhkan. Dengan
pemberian yang bergantung kepada pembacaan sechi (dan/atau perbandingan N:P) di tiap
tambak. Dosis pemberian pupuk anorganik sama dengan pada saat pemasukan air ( 4-6 kg/ha
pupuk nitrogen plus 0,7-1, kg pupuk posphat ) setiap hari sampai target seci disk atau N dan
P terpenuhi.

Jika penggunakan pupuk organik yang dilakukan tidak dapat mencapai target kepekatan yang
diharapkan anda dapat melakukan modifikasi perlakuan berikut ini.

1. Tingkatkan dosis 10 % setiap kali aplikasi pupuk sampai ada perubahan


2. Tingkatkan frekuensi aplikasi pupuk
3. Lakukan perubahan perbandingan N:P pupuk dasar N dan pupuk dasar P
4. Rubah merek atau jenis pupuk yang anda pergunakan

Ikuti perubahan kepadatan algae yang terjadi dalam 48 jam setiap setelah melakukan
perubahan program pemupukan.

Share this post

loading...

Berlangganan artikel terbaru via email (GERATIS):

Anda mungkin juga menyukai