Anda di halaman 1dari 11

1.

Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah
menjalani proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air
kolam renang, dan air minum di Negara-negara sedang berkembang karena
sebagai desinfektan, biayanya relative murah, mudah, dan efekti. Senyawa-
senyawa klor yang umum digunkan dalam proses klorinasi, antara lain, gas
klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan
kloramin.
2. K a p o r i s a s i   a d a l a h   s u a t u   k e g i a t a n   d e s i n f e k s i   d e n g a n   m
e m b u b u h k a n kaporit pada sumber air sebagai salah satu upa
y a   u n t u k   m e m b u n u h  bakteri pathogen yang terdapat dalam air yang bertuju
an untuk m e m u t u s k a n   m a t a   r a n t a i   p e n u l a r a n   p e n y a k i t   y a n g   d i a k
i b a t k a n   o l e h  bakteri tersebut.

Fumigasi
Fumigasi adalah upaya untuk mencegah agar kerusakan fisik arsip secara
berkelanjutan dapat dihindari. Contohnya mengobati atau mematikan faktor-faktor
perusak biologis dan mensterilkan arsip agar tidak berbau dan mengganggu
penciuman, serta menyegarkan udara agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia
terutama bagi petugas kearsipan.

fumigasi adalah cara pengendalian atau pembasmian hama pengganggu dengan


melepaskan suatu senyawa bernama fumigan ke dalam ruang tertutup atau udara.
Cara kerja dari fumigan ini sendir adalah dengan mematikan hama memalui sistem
pernafasan mereka dimana oksigen yang ada dalam ruangan sudah terkontaminasi
oleh gas fumigan ini sendiri. Gas fumigan ini juga tergolong senyawa golongan
pestisida dimana ini sangatlah beracun. Fumigan ini sendiri akan berubah menjadi gas
ketika diaplikasikan dan akan menyebar ke segala arah. Oleh karena itu aplikasi
sebaiknya di ruang tertutup. 
5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama
setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit
plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga
minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk
ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan
Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

I.PENDAHULUAN

Udang windu  merupakan  komoditi ekspor yang dapat menghasilkan


devisa  negara  karena  memiliki  nilai  ekonomi yang  sangat  tinggi. Sejalan dengan
berkembangnya usaha budidaya udang windu di Indonesia, maka kebutuhan benur
juga cenderung mengalami peningkatan. Oleh karena itu untuk memenuhi
permintaan  benur yang berkulitas maka
perlu adanya  usaha  yang  dapat  memenuhi  permintaan  konsumen.
Untuk mengetahui usaha perbenihan udang windu tersebut, maka siswa
SUPM  Negeri  Bone  perlu  melakukan Praktik  Kerja  Lapang  (PKL)  pada unit-unit
usaha perbenihan udang windu dari skala kecil ( back yard ) sampai skala besar
( hatchery ).
Perbenihan udang windu merupakan salah satu jenis usaha yang  berupaya
memenuhi kebutuhan benur bagi pembudidaya udang windu. Maka dari itu untuk
mengembangkan suatu usaha, khususnya perbenihan udang windu sangat dibutuhkan
tenaga terampil dan berpengalaman.
PT. Surya Monodon adalah salah satu hatchery di Kabupaten Takalar yang
cukup berhasil dalam usaha perbenihan udang windu dan telah berperan dalam
penyediaan benur para petani tambak maupun usaha peggelondongan di daerah
Kabupaten Takalar dan daerah-daerah lain.
Atas dasar itulah yang menarik bagi  Penyusun  untuk memilih  karya  tulis yang
berjudul “Usaha Perbenihan Udang Windu ( Penaeus monodon Fabr. )
di Hatchery PT. Surya Monodon  Kabupaten Takalar.
II.PERSIAPAN
A.  Rencana Kegiatan
Adapun rencana kegiatan yang Penyusun laksanakan di PT. Surya Monodon adalah
sebagai berikut :
1.    Persiapan
2.    Pengadaan induk
3.    Pemeliharaan induk
4.    Ablasi
5.    Pemeriksaan ovary
6.    Peneluran dan penetasan
7.    Penebaran naupli
8.    Pemeliharaan larva
9.    Panen dan pemasaran
B. Jadwal Kegiatan

Kegiatan-kegiatan yang Penyusun laksanakan selama mengikuti Praktik Kerja Lapang


(PKL) yaitu di PT. Surya Monodon Takalar. Berdasarkan rencana kegiatan di atas dapat
dilihat pada jadwal kegiatan di bawah ini:
Tabel 1. Jadwal kegiatan di Hatchery PT. Surya Monodon
Tahun 2013
No Kegiatan Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan x X x x x x
2 Pengadaan Induk x x x
3 Pemeliharaan Induk x x x x x x x
4 Ablasi x x x
5 Pemeriksaan Ovari x x x x x x
6 Peneluran dan Penetasan x x x x x X
7 Penebaran Nauplius x x x x x x X
8 Pemeliharaan larva X X x x x x x x x x x x x X
9 Panen dan pemasaran X x x x x x x

C. Potensi wilayah
Potensi wilayah di sekitar lokasi Penyusun mengadakan Praktek Kerja Lapang
( PKL ) di PT. Surya Monodon dapat dikatakan  cukup  potensial  jika  ditinjau dari
beberapa aspek,aspek-aspek tersebut merupakan faktor pendukung. Aspek-aspek
tersebut yakni aspek teknis, aspek  ekonomi  dan  aspek sosial  budaya.
1.  Aspek  Teknis
Aspek  teknis  yang  dapat  menunjang  unit  usaha  ini ialah  sebagai  berikut:
1)    Sangat  dekat  dengan  sumber  air  laut,  sehingga memudahkan  dalam  pengadaan
air laut untuk media hidup udang.
2)    Jaraknya jauh dari muara dan sungai, sehingga terhindar
dari  pencemaran  (limbah,  sampah  dan  lain-lain)  dan terjadinya  erosi.
2.  Aspek  Ekonomi
Letak hatchery PT. Surya Monodon memudahkan dalam
hal  pemasaran  benur  karena  jalan  yang  dilalui  cukup  bagus serta sarana
transportasi  yang  menunjang. Disamping itu, pembeli yang datang dari daerah-daerah
yang jauh
tidak kesulitan  untuk  memperoleh  benur  yang  berkualitas  dan dalam  jumlah  yang  
banyak.
Di lokasi Penyusun melaksanakan PKL, banyak didirikan unit-
unit  perbenihan  udang, sehingga  menyebabkan  ketatnya persaingan  dalam  hal  pe
masaran.  Sehingga  produk  yang unggul  dan  jumlah  yang  banyak  menjadi  suatu  t
untutan utama  yang  harus  dipenuhi. Kenyataan yang ada, benur dari PT. Surya
Monodon sangat diminati oleh konsumen. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan,
karena benur yang diproduksi selalu laku terjual dengan laba perusahaan yang selalu
positif setiap akhir periode.
3.  Aspek  Sosial  Budaya
Keberadaan  perusahaan di daerah ini telah mendapatkan sambutan  dari
masyarakat setempat dengan respon yang baik, karena
memberikan  keuntungan  bagi  masyarakat  setempat baik  yang  bergerak  di  bidang  
perikanan  maupun  di  luar kegiatan  perikanan.
III.PELAKSANAAN
A.  Waktu  dan  Tempat
Waktu PKL ini dilaksanakan pada awal semester ganjil Tahun Pelajaran
2012 / 2013, yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2013.
Adapun tempat  yang  telah  ditentukan  untuk  dijadikan sebagai  lokasi  kegiatan
Praktik Kerja Lapang bagi Penyusun adalah di  PT.
Surya  Monodon  yang  berlokasi  di  daerah:
a.    Dusun                  : Sawakung
b.    Desa                     : Tamasaju
c.    Kecamatan          : Galesong Utara
d.    Kabupaten          : Takalar
e.    Propinsi               : Sulawesi  Selatan

B. Keadaan  Lokasi

a.  Topografi
Topografi  adalah  ketinggian  atau  jarak  suatu  tempat.
Adapun  topografi  dari  PT. Surya  Monodon
yaitu  berjarak  10 meter  dari  laut  jika  diukur  pada  saat  pasang  terendah  dan  saat 
 pasang  tertinggi  dengan  permukaan  yang  datar  dan terhindar  dari  bahaya  erosi.
b.  Hidrologi
Perusahaan  ini  memiliki  jarak  yang  sangat  dekat dengan  laut,  sehingga  terd
apat  kemudahan  dalam  hal pengadaan  air
laut  yang  berfungsi  sebagai  media  hidup udang.  Parameter  kualitas  air  lautnya  ya
kni  salinitas 29-30 ppt,  pH  7,5  dan  suhu  30-
32°C.  Kendala  hidrologi  yang dihadapi  oleh  perusahaan  adalah  dalam  hal  pengad
aan  air tawar,  kendala  tersebut  disebabkan  karena  adanya pengaruh  kadar  garam  
air  laut  terhadap  ketawaran  sumber air  tanah, maka dari itu perusahaan mengambil
air sumur bor dengan jarak 200 meter dari laut.
C. Kegiatan-kegiatan

1.     Persiapan

a.  Penyediaan  Sarana  dan  Prasarana
Kegiatan  ini  adalah  salah  satu  kegiatan   yang  terdiri dari  dua  kegiatan  yakni  
pengecekan  dan  penanganan /
perbaikan  sarana  dan  prasarana  yang  akan  menunjang kegiatan  yang  akan  berla
ngsung.
b.  Persiapan  Sand  Filter
Sand filter  menentukan  bagus
atau  tidaknya  kualitas  air laut  yang  akan  digunakan. Komponen-komponen sand
filter, yaitu:
1)  Arang
Arang yang digunakan yaitu arang batok kelapa yang mengandung  karbon
aktif dan berfungsi untuk menyerap kandungan logam berat yang  terkandung di dalam
air.
2)  Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir kwarsa yang berwarna
putih yang berfungsi  untuk menyaring kotoran dan partikel yang ada di dalam air.
c.   Persiapan  Fasilitas  Lainnya
Fasilitas  lainnya  seperti  mesin  Generator  Set  (Genset) yang  berfungsi  sebag
ai  cadangan  sumber  listrik  apabila listrik  dari  PLN  tidak  aktif,  heater  (pemanas)  y
ang  berfungsi untuk  mempertahankan  suhu  air  pada  media  pemeliharaan
dan  untuk  membantu  dalam  proses  penetasan  telur  agar suhu  tetap  optimal,  mon
itoring  kualitas  air  untuk mengetahui  parameter  kualitas  air, biosecurity di  setiap  pi
ntu masuk,  dan  disiapkan  pula  ember,  baskom,  peralatan monitoring  kualitas  air,  
bahan  dan  alat  panen,  alat perbaikan  (perkakas)  serta  peralatan  kerja  lainnya  har
us dipersiapkan dengan baik, agar tidak terjadi masalah
dalam berlangsungnya  kegiatan.
d.  Persiapan  Bak
Bak  adalah  wadah  atau  tempat  ditampungnya  air,  di mana  air  ini  yang  akan 
 digunakan  dalam  kegiatan  produksi sebagaimana  mestinya.  Sehingga  baik  burukn
ya  kualitas  air yang  akan  digunakan  tergantung  dari  kualitas  bak-bak  yang akan  d
igunakan.
1)  Pencucian  Bak
Untuk
mendapatkan  bak  yang  bersih  haruslah dilakukan  kegiatan  pencucian  bak,  yang  b
ertujuan  untuk membersihkan  sisa-sisa  kotoran  dan  kaporit  yang  telah ditebar  pad
a  saat  pengeringan.
2)  Pemasangan  Aerasi
Aerasi adalah salah satu
alat  untuk  menyuplai  oksigen ke  dalam  air,  menguapkan  zat-zat  dan  gas-gas  ber
acun di dalam  air,  mengaduk  air  sehingga  larutan  pupuk,  pakan dan  obat-
obatan  yang  diberikan  dapat  merata  ke  seluruh bagian  bak. Komponen aerasi
terdiri atas kran udara, selang aerasi, pemberat dan pemecah udara.
e.  Pengadaan  Air  Laut
Air laut merupakan media hidup bagi udang windu  ( induk
dan  benur )  yang  akan  dipelihara,  maka  dari  itu  persediaan air  laut  harus  terus  d
isiapkan.

2.  Penanganan  Induk  dan  Larva

a.  Penanganan  Induk
Induk  yang  digunakan  di  hatchery  ini  adalah  induk yang berasal dari Aceh.
Adapun ciri-ciri induk yang sehat adalah sebagai berikut:
      Kesehatan: organ tubuh tidak cacat, alat kelamin tidak cacat, tubuh bersih, tidak ada
tanda terserang penyakit, tidak luka, insang normal, tidak bengkak, tidak berlendir.
      Kekenyalan tubuh: tidak keropos, tidak lembek.
      Gerakan: Gerak aktif, kaki dan ekor memebuka bila dalam air.
      Ukuran untuk jantan, yaitu panjang 15-20 cm, berat 70-80 gram. Untuk betina, yaitu
panjang 17-24 cm, berat 100-120 gram.

a)     Persiapan  Bak
Kegiatan  ini  bertujuan  untuk  memastikan  bahwa  bak tetap  dalam  keadaan  ber
sih  untuk  digunakan,  yaitu dilakukan  dengan  cara  pencucian  bak.
b)     Penebaran  Induk

Untuk mendapatkan keefektifan dan keefisienan dalam


kegiatan  pemeliharaan  induk,  maka  jumlah  padat  tebar yang  optimal  menjadi  tunt
utan utama yang harus dipenuhi. Induk yang digunakan adalah betina.  Jumlah  induk
semua adalah 145 ekor.
c)     Manajemen  Pakan
Tabel 2. Daftar pemberian pakan induk
o
1 Jenis  Pakan Dosis Frekwens Pukul
2

Cumi-cumi 3  kg 1  kali/hari 06:00

Kerang/tiram 3  kg 1  kali/hari 17:00

Total 6  kg 2 kali/hari

Untuk  lebih  menambah  kualitas  kondisi  tubuh  induk maka  setiap  pemberian  
pakan  pada  pagi  harinya,  yakni pakan  cumi-cumi  dicampur  dengan  vit. C1000 dan
B12.

d)     Pengelolaan  Kualitas  Air
Kegiatan  ini  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  menjaga kestabilan   kualitas  air  pa
da  bak  pemeliharaan induk,  yang dilakukan  dengan  cara  sirkulasi.
3.  Ablasi
Ablasi merupakan teknik ransangan buatan pada induk betina udang windu.
Prinsip dari ablasi ini adalah untuk mempercepat perkembangan kematangan gonad
pada udang.
Cara ablasi di PT. Surya Monodon yaitu dengan mengikat salah satu tangkai mata
dengan karet gelang yang sudah disiapkan. Adapun cara kerja ablasi mata yang
dilakukan Penyusun di lokasi, yaitu:
      Menyiapkan alat dan bahan berupa  karet gelang.
      Induk ditangkap dengan menggunakan scopnet.
      Karet gelang diikatkan pada salah satu tangkai mata udang dengan erat.
      Kemudian disimpan di bak pemeliharaan.

4.  Pemijahan  Induk

Perkawinan  udang  windu  terjadi  pada  saat  setelah induk  betina  ganti kulit
(Moulting), dengan terjadinya ganti kulit tersebut
menyebabkan  tubuh  udang  menjadi  lembek  dan pada  saat itu  alat  kelamin  betina  
akan  mudah  terbuka, sehingga  memudahkan  induk  jantan  menyisipkan spermatozo
a  dan  kegiatan  ini  terjadi  pada  malam  hari.

5.  Pemeriksaan   Ovary
Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa induk telah mencapai masa /
waktu untuk bertelur.
Tingkat  kematangan gonad udang, yaitu:
         Tingkat
I            : Garis  ovary  tampak  seperti  garis  lurus pada  bagian  abdomen  dan  berwa
rna  hijau  kehitaman.
         Tingkat II            : Garis  ovary   terlihat  jelas  dan  tebal, terdapat  satu  tonjolan/
gelembung  pada  bagian  dorsal abdomen.
         Tingkat III          : Garis ovary semakin tebal dan jelas (Matang) dan terdapat dua
tonjolan/ gelembung pada bagiandorsal  abdomen, dan meluas sampai bagian kepala
serta membentuk seperti bulan  sabit.
         Tingkat IV         : Telur  telah  dilepaskan,  ovary  kosong dan  terlihat  pucat.

1.  Peneluran  Induk
Induk  betina  akan  bertelur  antara  pukul  22:00  sampai pukul  04:00, yang akan
bertelur biasanya akan tampak berenang gelisah di permukaan  air, induk yang telah
melepaskan telurnya segera diangkat keluar  menggunakan seser, guna untuk
menghindari agar induk tidak memakan telurnya.
2.  Penetasan  Telur
Telur  udang  windu  akan  menetas  setelah  13  jam, agar  telur  tidak  mengenda
p maka dilakukan pengadukan telur setiap 1 jam dan menempatkan aerasinya
ditengah-tengah bak. Suhunya dijaga  agar  tetap  stabil yaitu 30-32ºC dengan
menggunakan thermometer.
3.  Panen Nauplius
Panen  nauplius di PT. Surya Monodon,  yaitu  sebagai berikut:
         Nauplius  didiamkan  tanpa  aerasi.
         Setelah  beberapa  saat  nauplius akan  berenang  di permukaan.
         Kemudian  dilakukan  penyeseran  dengan  ukuran  seser 200  mesh  di  dalam  ba
k,  sampai  nauplius  yang  ada  di dalam  bak  habis.
         Nauplius  siap  untuk  ditebar  ke  bak  pemeliharaan.

b.  Penanganan Larva

1)  Persiapan  Bak

a)  Pencucian  Bak
b)  Pengisian  Air
Adapun  parameter  kualitas  air  yang  akan  digunakan yaitu  sebagai  berikut:
(1)  Salinitas  29-31 ppt,  dengan  alat   monitoring  yaitu refraktometer.
(2)  pH  7,5  dengan  alat  monitoring  yaitu  pH  meter.
(3)  Suhu  30-32 °C,  dengan  alat  monitoring  yaitu thermometer  air  raksa
Kemudian  untuk  mencegah  timbulnya  penyakit  dan hama  di  dalam  air,  maka 
 setelah  pengisian  air  dilakukanlah treatmen air  dengan cara sebagai berikut:
a.    memberikan kaporit dengan dosis 10 ppm dan diberi aerasi kuat-kuat selama ± 7-8
jam.
b.    Bak yang telah diberi kaporit selanjutnya diberi natrium thiosulfatsebanyak 5
ppm. Natrium thiosulfat dilarutkan dan ditebar pada bak yang telah dikaporit tersebut
dan diberi aerasi kuat-kuat selama ± 3 - 4 jam.
c.    Setelah itu aerasinya dimatikan supaya kotorannya mengendap. Jika kotorannya
sudah mengendap, air dipindahkan ke bak kosong dengan menggunakan pompa celup.
d.    Jika nauplius sudah siap dipindahkan ke bak pemeliharaan, maka dilakukanlah
pemberian obat-obatan berupa EDTA dengan dosis 7,5 ppm, elbasin 1 ppm
dan trevlan 0,5 ppm yang sudah dilarutkan satu persatu dan ditebar pada bak
pemeliharaan.
e.    Nauplius siap dipindahkan.

c)  Pemasangan  terpal
Biasanya  yang  dapat  menurunkan  kualitas  air  yaitu karena  adanya  kontamin
asi  dari  luar,  maka  dari  itu  bak harus  ditutup  dan  salah  satu    yang  dapat  diguna
kan sebagai  penutup  yaitu  terpal. Terpal  yang  digunakanberwarna  gelap  agar  dap
at  mengikat  dan  mempertahankan suhu air di dalam bak serta dapat menghalangi
kontaminasi langsung dari  cahaya.
2)  Penebaran  Nauplius
Untuk  menghindari  terjadinya  stres  pada  nauplius  yang ditebar,  maka  peneba
ran  dilakukan  pada  saat  suhu  rendah yakni  pada  pagi  hari  antara  pukul  06:00  s/
d  pukul  07.00.
3)  Pemeliharaan  Nauplius
Kegiatan  ini  dilakukan  agar  nauplius  yang  telah ditebar  dapat  berkembang  d
an  bertumbuh  dengan  baik serta  memiliki  ketahanan  untuk  dibesarkan  di  unit-unit 
pembesaran  udang.
Sebelum mencapai masa layak tebar  (tujuan
pembesaran), nauplius  ini  terlebih  dahulu  melewati  tahap-tahap  perkembangan  
(stadia)  selama  masa  pemeliharaan. Adapun  stadianya  yaitu  Zoea,  Mysis  dan  Po
st  Larva  (PL), yang  disetiap  stadianya  memilki  beberapa stage  yang  akan berkemb
ang  disetiap  harinya.
4)  Pemberian  Pakan
a.  Pakan  Buatan
Tabel 3. Jenis dan dosis pakan beserta saringan yang dipakai pada setiap stadia larva

Dosis Saringan
No Stadia larva Jenis pakan
(gram) (mess)
Nauplius
1 - - -
-   RDN Ultradiet No.0
-   Microfine SP.
2 Zoea1 –Zoea3 20 200
-  Vit. C
-  BK 505
-   RDN Ultradiet No. 1
-   Microfine SP
3 Zoea Mysis1– Mysis3 60 200
-   Vit. C
-   BK 505
-   RDN  Ultradiet No.2
4 Mysis PL – PL 2 -   Flakes 60 200
-   Microfine SP.
-   RDN Ultradiet No.2
-   Flakes
5 PL 3 – panen -   Microfine SP. 60 200
-   Vit. C
-   BK 505

Adapun  waktu  dan  frekuwensi  pemberian  pakan  yang telah  diikuti,  yaitu  seb
agai  berikut:
         Waktu            :  02.00, 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, 22.00
         Frekwensi      :  6  kali/hari.

b.  Pakan  Alami
(1)   Skeletonema  costatum
(2)   Artemia  Salina
Tabel 4. Jadwal dan jenis pakan pada setiap stadia larva.
Jadwal pemberian pakan
Fase
Jenis pakan
larva
06.00 10.00 12.00 14.00 18.00 22.00 00.00 02.
Skeletonema
Zoea1 X X X x
costatum
s/d Artemia salina
Zoea3 Pakan buatan X x X X x X
Skeletonema
Mysis1 X X X x
costatum
s/d Artemia salina
Mysis3 Pakan buatan X X X X x X
Skeletonema
PL1 X
costatum
s/d Artemia salina x X X x
PL6 Pakan buatan x X X X x X
Skeletonema
PL7
costatum
s/d Artemia salina x X X x
Panen Pakan buatan x X X X x X

6.  Pengendalian  Hama  dan  Penyakit
Pada saat kegiatan pemeliharaan nauplius berlangsung tidak
menuntut  kemungkinan akan munculnya penyakit akibat
adanya microorganisme ataupun  kelainan  dasar  yang  akan berdampak  negatif  pad
a  nauplius  yang sedang dipelihara. Penyakit merupakan  hal  yang  perlu  diwaspadai,
karena akan berdampak secara keseluruhan dan menyebabkan kematian massal.
Untuk  mencegah  timbulnya  penyakit  tersebut,
maka yang  menjadi  salah  satu  jalan  keluar  yaitu  dengan  cara pemberian  obat.  Te
knik  pemberian  obat  yang  benar  dapat menjadi  salah satu
faktor  yang  akan  mempengaruhi  tingkat efektifitas / fungsional  obat.

7.  Panen  dan  Pemasaran
1)  Panen
Panen terbagi atas dua, yaitu panen selektif dan panen total.
Panen  selektif  akan  dilakukan  apabila  permintan  benur dalam  jumlah  sedikit,  atau  
dengan  kata  lain  permintan benur  kurang  dari  jumlah  total  benur  dalam  bak.  Pan
en total  akan  dilaksanakan  apabila  permintaan  benur  dalam jumlah  yang  banyak,  
yaitu  sesuai  atau  melebihi  jumlah benur  di  dalam  bak.
2)  Pemasaran
Untuk  mendapatkan  kemudahan  dalam  pemasaran  dan pengangkutan,  maka  
terlebih  dahulu  dilakukan  pengemasan (packing).
Sebelum  dilakukan  pengangkutan,  terlebih  dahulu dilakukan  pemeriksaan  juml
ah  benur  yang  telah  dikemas dengan  cara  mengambil  satu  kantong  benur  sebag
ai sampel  dari  semua  benur  yang  telah  dikemas,  hal  ini dilakukan  untuk  memasti
kan  bahwa  tidak  terjadi  kekurangan atau  kelebihan  takaran  benur  dan  sekaligus  
untuk menentukan  harga  setiap  kantongnya  yang  dihitung  dari harga  setiap  benur  
yang  ada  di  dalam  kantong.

D. Interaksi pada Masyarakat

Adapun  interaksi  masyarakat  yang  dilakukan  oleh Penyusun,  yakni  dapat  dik
atakan  cukup  baik  yang dikarenakan  dari  beberapa  faktor,  yaitu  sebagai  berikut:
a.    Adanya  citra  yang  baik  yang  dimiliki  oleh  pihak perusahaan  terhadap  masyarakat 
 setempat.
b.    Adanya  respon  dan  sikap  keramahan  yang  baik  dari masyarakat  setempat.
Hubungan  interaksi  masyarakat  yang  dilakukan  oleh Penyusun  tidak  begitu  b
anyak,  karna padatnya kegiatan yang dilakukan di lokasi, hubungan interaksi biasa di
lakukan Penyusun pada waktu sore dan malam hari disela-sela kegiatan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan

Setelah   melaksanakan   kegiatan   Praktik   Kerja  Lapang   (PKL)      di
PT. Surya Monodon, maka dapat disimpulkan berbagai hal,  yaitu  sebagai  berikut:
1.    Penanganan  induk  terdiri  dari  beberapa  kegiatan,  yaitu pengadaan  induk,  aklimati
sasi,  ablasi, pemeliharaan/pemijahan  induk,  peneluran  dan  penetasan serta  peman
enan  nauplius.
2.    Pemeliharaan  nauplius  terdiri  dari  beberapa  kegiatan, yaitu  penebaran nauplius,
menejemen pakan, pemberian
obat,  pengelolahan  kualitas  air  (sirkulasi  air),  pembukaan terpal,  panen  dan  pema
saran.
3.    Monotoring  kualitas  air  dan  pencegahan  hama  dan penyakit  serta  disiplin  kerja  d
ijadikan  sebagai  priorotas utama  yang  harus  dijalankan.
4.    Faktor  kegagalan  usaha  bukan  hanya  disebabkan karena  faktor  teknisnya  saja,  a
kan  tetapi  dapat  pula disebabkan  dengan  adanya  kesenjangan  dan penyimpangan  
yang  terjadi  antara  pihak  perusahaan dengan  masyarakat  setempat  maupun  di  pi
hak perusahaan  itu  sendiri.
5.    Kondisi  lingkungan,
yakni  letak  dan  potensi  wilayah merupakan  faktor  yang  memiliki  peranan  penting  
dalam menentukan  keberhasilan  usaha  yang  dijalankan. 
6.    Keberhasilan  secara  teknis  kegiatan  produksi  dapat dicapai  dengan  menerapkan  
sistem  manajemen  yang baik,  teknik
yang  tepat,  prosedur  kerja  yang  efektif  dan efisien  serta  sarana  dan  prasarana  y
ang  memadai.

B. Saran

Adapun saran yang sampaikan Penyusun adalah sebagai berikut:


1)  Fasilitas dan sarana produksi yang sudah tidak layak untuk di gunakan sebaiknya di
ganti dengan yang baru.
2)  Melakukan kordinasi dengan para karyawan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan.
3)  Bekerja degan iklas dan penuh dengan tanggung jawab.
4)  Disiplin dan tepat waktu dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai