Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah
menjalani proses filtarsi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air
kolam renang, dan air minum di Negara-negara sedang berkembang karena
sebagai desinfektan, biayanya relative murah, mudah, dan efekti. Senyawa-
senyawa klor yang umum digunkan dalam proses klorinasi, antara lain, gas
klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan
kloramin.
2. K a p o r i s a s i a d a l a h s u a t u k e g i a t a n d e s i n f e k s i d e n g a n m
e m b u b u h k a n kaporit pada sumber air sebagai salah satu upa
y a u n t u k m e m b u n u h bakteri pathogen yang terdapat dalam air yang bertuju
an untuk m e m u t u s k a n m a t a r a n t a i p e n u l a r a n p e n y a k i t y a n g d i a k
i b a t k a n o l e h bakteri tersebut.
Fumigasi
Fumigasi adalah upaya untuk mencegah agar kerusakan fisik arsip secara
berkelanjutan dapat dihindari. Contohnya mengobati atau mematikan faktor-faktor
perusak biologis dan mensterilkan arsip agar tidak berbau dan mengganggu
penciuman, serta menyegarkan udara agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia
terutama bagi petugas kearsipan.
I.PENDAHULUAN
C. Potensi wilayah
Potensi wilayah di sekitar lokasi Penyusun mengadakan Praktek Kerja Lapang
( PKL ) di PT. Surya Monodon dapat dikatakan cukup potensial jika ditinjau dari
beberapa aspek,aspek-aspek tersebut merupakan faktor pendukung. Aspek-aspek
tersebut yakni aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya.
1. Aspek Teknis
Aspek teknis yang dapat menunjang unit usaha ini ialah sebagai berikut:
1) Sangat dekat dengan sumber air laut, sehingga memudahkan dalam pengadaan
air laut untuk media hidup udang.
2) Jaraknya jauh dari muara dan sungai, sehingga terhindar
dari pencemaran (limbah, sampah dan lain-lain) dan terjadinya erosi.
2. Aspek Ekonomi
Letak hatchery PT. Surya Monodon memudahkan dalam
hal pemasaran benur karena jalan yang dilalui cukup bagus serta sarana
transportasi yang menunjang. Disamping itu, pembeli yang datang dari daerah-daerah
yang jauh
tidak kesulitan untuk memperoleh benur yang berkualitas dan dalam jumlah yang
banyak.
Di lokasi Penyusun melaksanakan PKL, banyak didirikan unit-
unit perbenihan udang, sehingga menyebabkan ketatnya persaingan dalam hal pe
masaran. Sehingga produk yang unggul dan jumlah yang banyak menjadi suatu t
untutan utama yang harus dipenuhi. Kenyataan yang ada, benur dari PT. Surya
Monodon sangat diminati oleh konsumen. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan,
karena benur yang diproduksi selalu laku terjual dengan laba perusahaan yang selalu
positif setiap akhir periode.
3. Aspek Sosial Budaya
Keberadaan perusahaan di daerah ini telah mendapatkan sambutan dari
masyarakat setempat dengan respon yang baik, karena
memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat baik yang bergerak di bidang
perikanan maupun di luar kegiatan perikanan.
III.PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu PKL ini dilaksanakan pada awal semester ganjil Tahun Pelajaran
2012 / 2013, yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2013.
Adapun tempat yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai lokasi kegiatan
Praktik Kerja Lapang bagi Penyusun adalah di PT.
Surya Monodon yang berlokasi di daerah:
a. Dusun : Sawakung
b. Desa : Tamasaju
c. Kecamatan : Galesong Utara
d. Kabupaten : Takalar
e. Propinsi : Sulawesi Selatan
B. Keadaan Lokasi
a. Topografi
Topografi adalah ketinggian atau jarak suatu tempat.
Adapun topografi dari PT. Surya Monodon
yaitu berjarak 10 meter dari laut jika diukur pada saat pasang terendah dan saat
pasang tertinggi dengan permukaan yang datar dan terhindar dari bahaya erosi.
b. Hidrologi
Perusahaan ini memiliki jarak yang sangat dekat dengan laut, sehingga terd
apat kemudahan dalam hal pengadaan air
laut yang berfungsi sebagai media hidup udang. Parameter kualitas air lautnya ya
kni salinitas 29-30 ppt, pH 7,5 dan suhu 30-
32°C. Kendala hidrologi yang dihadapi oleh perusahaan adalah dalam hal pengad
aan air tawar, kendala tersebut disebabkan karena adanya pengaruh kadar garam
air laut terhadap ketawaran sumber air tanah, maka dari itu perusahaan mengambil
air sumur bor dengan jarak 200 meter dari laut.
C. Kegiatan-kegiatan
1. Persiapan
a. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang terdiri dari dua kegiatan yakni
pengecekan dan penanganan /
perbaikan sarana dan prasarana yang akan menunjang kegiatan yang akan berla
ngsung.
b. Persiapan Sand Filter
Sand filter menentukan bagus
atau tidaknya kualitas air laut yang akan digunakan. Komponen-komponen sand
filter, yaitu:
1) Arang
Arang yang digunakan yaitu arang batok kelapa yang mengandung karbon
aktif dan berfungsi untuk menyerap kandungan logam berat yang terkandung di dalam
air.
2) Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir kwarsa yang berwarna
putih yang berfungsi untuk menyaring kotoran dan partikel yang ada di dalam air.
c. Persiapan Fasilitas Lainnya
Fasilitas lainnya seperti mesin Generator Set (Genset) yang berfungsi sebag
ai cadangan sumber listrik apabila listrik dari PLN tidak aktif, heater (pemanas) y
ang berfungsi untuk mempertahankan suhu air pada media pemeliharaan
dan untuk membantu dalam proses penetasan telur agar suhu tetap optimal, mon
itoring kualitas air untuk mengetahui parameter kualitas air, biosecurity di setiap pi
ntu masuk, dan disiapkan pula ember, baskom, peralatan monitoring kualitas air,
bahan dan alat panen, alat perbaikan (perkakas) serta peralatan kerja lainnya har
us dipersiapkan dengan baik, agar tidak terjadi masalah
dalam berlangsungnya kegiatan.
d. Persiapan Bak
Bak adalah wadah atau tempat ditampungnya air, di mana air ini yang akan
digunakan dalam kegiatan produksi sebagaimana mestinya. Sehingga baik burukn
ya kualitas air yang akan digunakan tergantung dari kualitas bak-bak yang akan d
igunakan.
1) Pencucian Bak
Untuk
mendapatkan bak yang bersih haruslah dilakukan kegiatan pencucian bak, yang b
ertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran dan kaporit yang telah ditebar pad
a saat pengeringan.
2) Pemasangan Aerasi
Aerasi adalah salah satu
alat untuk menyuplai oksigen ke dalam air, menguapkan zat-zat dan gas-gas ber
acun di dalam air, mengaduk air sehingga larutan pupuk, pakan dan obat-
obatan yang diberikan dapat merata ke seluruh bagian bak. Komponen aerasi
terdiri atas kran udara, selang aerasi, pemberat dan pemecah udara.
e. Pengadaan Air Laut
Air laut merupakan media hidup bagi udang windu ( induk
dan benur ) yang akan dipelihara, maka dari itu persediaan air laut harus terus d
isiapkan.
2. Penanganan Induk dan Larva
a. Penanganan Induk
Induk yang digunakan di hatchery ini adalah induk yang berasal dari Aceh.
Adapun ciri-ciri induk yang sehat adalah sebagai berikut:
Kesehatan: organ tubuh tidak cacat, alat kelamin tidak cacat, tubuh bersih, tidak ada
tanda terserang penyakit, tidak luka, insang normal, tidak bengkak, tidak berlendir.
Kekenyalan tubuh: tidak keropos, tidak lembek.
Gerakan: Gerak aktif, kaki dan ekor memebuka bila dalam air.
Ukuran untuk jantan, yaitu panjang 15-20 cm, berat 70-80 gram. Untuk betina, yaitu
panjang 17-24 cm, berat 100-120 gram.
a) Persiapan Bak
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa bak tetap dalam keadaan ber
sih untuk digunakan, yaitu dilakukan dengan cara pencucian bak.
b) Penebaran Induk
Untuk lebih menambah kualitas kondisi tubuh induk maka setiap pemberian
pakan pada pagi harinya, yakni pakan cumi-cumi dicampur dengan vit. C1000 dan
B12.
d) Pengelolaan Kualitas Air
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kestabilan kualitas air pa
da bak pemeliharaan induk, yang dilakukan dengan cara sirkulasi.
3. Ablasi
Ablasi merupakan teknik ransangan buatan pada induk betina udang windu.
Prinsip dari ablasi ini adalah untuk mempercepat perkembangan kematangan gonad
pada udang.
Cara ablasi di PT. Surya Monodon yaitu dengan mengikat salah satu tangkai mata
dengan karet gelang yang sudah disiapkan. Adapun cara kerja ablasi mata yang
dilakukan Penyusun di lokasi, yaitu:
Menyiapkan alat dan bahan berupa karet gelang.
Induk ditangkap dengan menggunakan scopnet.
Karet gelang diikatkan pada salah satu tangkai mata udang dengan erat.
Kemudian disimpan di bak pemeliharaan.
4. Pemijahan Induk
Perkawinan udang windu terjadi pada saat setelah induk betina ganti kulit
(Moulting), dengan terjadinya ganti kulit tersebut
menyebabkan tubuh udang menjadi lembek dan pada saat itu alat kelamin betina
akan mudah terbuka, sehingga memudahkan induk jantan menyisipkan spermatozo
a dan kegiatan ini terjadi pada malam hari.
5. Pemeriksaan Ovary
Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa induk telah mencapai masa /
waktu untuk bertelur.
Tingkat kematangan gonad udang, yaitu:
Tingkat
I : Garis ovary tampak seperti garis lurus pada bagian abdomen dan berwa
rna hijau kehitaman.
Tingkat II : Garis ovary terlihat jelas dan tebal, terdapat satu tonjolan/
gelembung pada bagian dorsal abdomen.
Tingkat III : Garis ovary semakin tebal dan jelas (Matang) dan terdapat dua
tonjolan/ gelembung pada bagiandorsal abdomen, dan meluas sampai bagian kepala
serta membentuk seperti bulan sabit.
Tingkat IV : Telur telah dilepaskan, ovary kosong dan terlihat pucat.
1. Peneluran Induk
Induk betina akan bertelur antara pukul 22:00 sampai pukul 04:00, yang akan
bertelur biasanya akan tampak berenang gelisah di permukaan air, induk yang telah
melepaskan telurnya segera diangkat keluar menggunakan seser, guna untuk
menghindari agar induk tidak memakan telurnya.
2. Penetasan Telur
Telur udang windu akan menetas setelah 13 jam, agar telur tidak mengenda
p maka dilakukan pengadukan telur setiap 1 jam dan menempatkan aerasinya
ditengah-tengah bak. Suhunya dijaga agar tetap stabil yaitu 30-32ºC dengan
menggunakan thermometer.
3. Panen Nauplius
Panen nauplius di PT. Surya Monodon, yaitu sebagai berikut:
Nauplius didiamkan tanpa aerasi.
Setelah beberapa saat nauplius akan berenang di permukaan.
Kemudian dilakukan penyeseran dengan ukuran seser 200 mesh di dalam ba
k, sampai nauplius yang ada di dalam bak habis.
Nauplius siap untuk ditebar ke bak pemeliharaan.
b. Penanganan Larva
1) Persiapan Bak
a) Pencucian Bak
b) Pengisian Air
Adapun parameter kualitas air yang akan digunakan yaitu sebagai berikut:
(1) Salinitas 29-31 ppt, dengan alat monitoring yaitu refraktometer.
(2) pH 7,5 dengan alat monitoring yaitu pH meter.
(3) Suhu 30-32 °C, dengan alat monitoring yaitu thermometer air raksa
Kemudian untuk mencegah timbulnya penyakit dan hama di dalam air, maka
setelah pengisian air dilakukanlah treatmen air dengan cara sebagai berikut:
a. memberikan kaporit dengan dosis 10 ppm dan diberi aerasi kuat-kuat selama ± 7-8
jam.
b. Bak yang telah diberi kaporit selanjutnya diberi natrium thiosulfatsebanyak 5
ppm. Natrium thiosulfat dilarutkan dan ditebar pada bak yang telah dikaporit tersebut
dan diberi aerasi kuat-kuat selama ± 3 - 4 jam.
c. Setelah itu aerasinya dimatikan supaya kotorannya mengendap. Jika kotorannya
sudah mengendap, air dipindahkan ke bak kosong dengan menggunakan pompa celup.
d. Jika nauplius sudah siap dipindahkan ke bak pemeliharaan, maka dilakukanlah
pemberian obat-obatan berupa EDTA dengan dosis 7,5 ppm, elbasin 1 ppm
dan trevlan 0,5 ppm yang sudah dilarutkan satu persatu dan ditebar pada bak
pemeliharaan.
e. Nauplius siap dipindahkan.
c) Pemasangan terpal
Biasanya yang dapat menurunkan kualitas air yaitu karena adanya kontamin
asi dari luar, maka dari itu bak harus ditutup dan salah satu yang dapat diguna
kan sebagai penutup yaitu terpal. Terpal yang digunakanberwarna gelap agar dap
at mengikat dan mempertahankan suhu air di dalam bak serta dapat menghalangi
kontaminasi langsung dari cahaya.
2) Penebaran Nauplius
Untuk menghindari terjadinya stres pada nauplius yang ditebar, maka peneba
ran dilakukan pada saat suhu rendah yakni pada pagi hari antara pukul 06:00 s/
d pukul 07.00.
3) Pemeliharaan Nauplius
Kegiatan ini dilakukan agar nauplius yang telah ditebar dapat berkembang d
an bertumbuh dengan baik serta memiliki ketahanan untuk dibesarkan di unit-unit
pembesaran udang.
Sebelum mencapai masa layak tebar (tujuan
pembesaran), nauplius ini terlebih dahulu melewati tahap-tahap perkembangan
(stadia) selama masa pemeliharaan. Adapun stadianya yaitu Zoea, Mysis dan Po
st Larva (PL), yang disetiap stadianya memilki beberapa stage yang akan berkemb
ang disetiap harinya.
4) Pemberian Pakan
a. Pakan Buatan
Tabel 3. Jenis dan dosis pakan beserta saringan yang dipakai pada setiap stadia larva
Dosis Saringan
No Stadia larva Jenis pakan
(gram) (mess)
Nauplius
1 - - -
- RDN Ultradiet No.0
- Microfine SP.
2 Zoea1 –Zoea3 20 200
- Vit. C
- BK 505
- RDN Ultradiet No. 1
- Microfine SP
3 Zoea Mysis1– Mysis3 60 200
- Vit. C
- BK 505
- RDN Ultradiet No.2
4 Mysis PL – PL 2 - Flakes 60 200
- Microfine SP.
- RDN Ultradiet No.2
- Flakes
5 PL 3 – panen - Microfine SP. 60 200
- Vit. C
- BK 505
Adapun waktu dan frekuwensi pemberian pakan yang telah diikuti, yaitu seb
agai berikut:
Waktu : 02.00, 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, 22.00
Frekwensi : 6 kali/hari.
b. Pakan Alami
(1) Skeletonema costatum
(2) Artemia Salina
Tabel 4. Jadwal dan jenis pakan pada setiap stadia larva.
Jadwal pemberian pakan
Fase
Jenis pakan
larva
06.00 10.00 12.00 14.00 18.00 22.00 00.00 02.
Skeletonema
Zoea1 X X X x
costatum
s/d Artemia salina
Zoea3 Pakan buatan X x X X x X
Skeletonema
Mysis1 X X X x
costatum
s/d Artemia salina
Mysis3 Pakan buatan X X X X x X
Skeletonema
PL1 X
costatum
s/d Artemia salina x X X x
PL6 Pakan buatan x X X X x X
Skeletonema
PL7
costatum
s/d Artemia salina x X X x
Panen Pakan buatan x X X X x X
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada saat kegiatan pemeliharaan nauplius berlangsung tidak
menuntut kemungkinan akan munculnya penyakit akibat
adanya microorganisme ataupun kelainan dasar yang akan berdampak negatif pad
a nauplius yang sedang dipelihara. Penyakit merupakan hal yang perlu diwaspadai,
karena akan berdampak secara keseluruhan dan menyebabkan kematian massal.
Untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut,
maka yang menjadi salah satu jalan keluar yaitu dengan cara pemberian obat. Te
knik pemberian obat yang benar dapat menjadi salah satu
faktor yang akan mempengaruhi tingkat efektifitas / fungsional obat.
7. Panen dan Pemasaran
1) Panen
Panen terbagi atas dua, yaitu panen selektif dan panen total.
Panen selektif akan dilakukan apabila permintan benur dalam jumlah sedikit, atau
dengan kata lain permintan benur kurang dari jumlah total benur dalam bak. Pan
en total akan dilaksanakan apabila permintaan benur dalam jumlah yang banyak,
yaitu sesuai atau melebihi jumlah benur di dalam bak.
2) Pemasaran
Untuk mendapatkan kemudahan dalam pemasaran dan pengangkutan, maka
terlebih dahulu dilakukan pengemasan (packing).
Sebelum dilakukan pengangkutan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan juml
ah benur yang telah dikemas dengan cara mengambil satu kantong benur sebag
ai sampel dari semua benur yang telah dikemas, hal ini dilakukan untuk memasti
kan bahwa tidak terjadi kekurangan atau kelebihan takaran benur dan sekaligus
untuk menentukan harga setiap kantongnya yang dihitung dari harga setiap benur
yang ada di dalam kantong.
Adapun interaksi masyarakat yang dilakukan oleh Penyusun, yakni dapat dik
atakan cukup baik yang dikarenakan dari beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Adanya citra yang baik yang dimiliki oleh pihak perusahaan terhadap masyarakat
setempat.
b. Adanya respon dan sikap keramahan yang baik dari masyarakat setempat.
Hubungan interaksi masyarakat yang dilakukan oleh Penyusun tidak begitu b
anyak, karna padatnya kegiatan yang dilakukan di lokasi, hubungan interaksi biasa di
lakukan Penyusun pada waktu sore dan malam hari disela-sela kegiatan.
Setelah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
PT. Surya Monodon, maka dapat disimpulkan berbagai hal, yaitu sebagai berikut:
1. Penanganan induk terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pengadaan induk, aklimati
sasi, ablasi, pemeliharaan/pemijahan induk, peneluran dan penetasan serta peman
enan nauplius.
2. Pemeliharaan nauplius terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penebaran nauplius,
menejemen pakan, pemberian
obat, pengelolahan kualitas air (sirkulasi air), pembukaan terpal, panen dan pema
saran.
3. Monotoring kualitas air dan pencegahan hama dan penyakit serta disiplin kerja d
ijadikan sebagai priorotas utama yang harus dijalankan.
4. Faktor kegagalan usaha bukan hanya disebabkan karena faktor teknisnya saja, a
kan tetapi dapat pula disebabkan dengan adanya kesenjangan dan penyimpangan
yang terjadi antara pihak perusahaan dengan masyarakat setempat maupun di pi
hak perusahaan itu sendiri.
5. Kondisi lingkungan,
yakni letak dan potensi wilayah merupakan faktor yang memiliki peranan penting
dalam menentukan keberhasilan usaha yang dijalankan.
6. Keberhasilan secara teknis kegiatan produksi dapat dicapai dengan menerapkan
sistem manajemen yang baik, teknik
yang tepat, prosedur kerja yang efektif dan efisien serta sarana dan prasarana y
ang memadai.
B. Saran