Anda di halaman 1dari 34

SUB TEMA: RENEWABLE ENERGY

A SHIFTER MOVER: INOVASI PENGHASIL BIOGAS KE GAS


PROTABLE DARI LIMBAH FASES SAPI BERBASIS
MANOMETER TANK GUNA MENINGKATKAN PRODUKSI
GAS DI LOMBOK TENGAH

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

SEMAR LKTIN FESTIVAL ILMIAH MAHASISWA 2023

Disusun oleh:

ABDUL ROHIM (B1D021055)

MUHAMMAD JAELANI (C1L019068)

LALU SULTHONUL AZMI (F1A19096)

UNIVERISTAS MATARAM

MATARAM

2023
i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami


panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan sebaik-baiknya.
Pertama-tama, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penyusunan KTI ini, baik kepada Bapak Irwan Mahakam Lesmono
Aji, S.Hut., M.For.Sc. selaku Dosen Pembimbing.
KTI ini kami harapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi
pihak-pihak yang memiliki keinginan agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih
baik lagi.
Kami menyadari KTI yang kami buat masih memerlukan penyempurnaan.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan KTI
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Wassalamualaikum wr.wb.

Mataram, 12 Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................i

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................vi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................vii

ABSTRAK..................................................................................................... .viii

BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 3

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….. 3

1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………… 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 5

2.1 Kajian Pustaka …………………………………………………….. 5

2.2 Landasan Teori ……………………………………………………. 6

BAB III. METODE PENULISAN …………………………………………… 11

3.1 Pengumpulan data ………………………………………………… 11

3.2 Pengolahan data ………………………………………………….. 11

3.3 Kerangka berfikir …………………………………………………. 12

3.4 Variabel yang digunakan …………………………………………. 13

3.5 Alat dan Bahan …………………………………………………… 13

iv
3.6 Rancang Bangun Bahan ………………………………………….. 14

3.7 Roadmap Penelitian ……………………………………………… 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………. 16

4.1 Potensi Limbah Kotoran Sapi Sebagai Biogas …………………... 16

4.2 Desain Sistem…………………………………………………….. 17

4.3 Konsep Dasar A Shifter Mover………………………………………… 18

4.4 Sub Analisis Daya Hasil Biogas…………………………………....19

4.5 Analisis Alat A Shifter Mover………………………………………….. 20

BAB V. PENUTUP……………………………………………………………. 21

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 21

5.2 Saran ……………………………………………………………... 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1, Grafik sumber daya minyak dan gas bumi tahun 2018, direktorat
jenderal minyak dan gas bumi ............................................................................1

Gambar 2, Tahapan Proses Pembentukan Biogas ...............................................7

Gambar 3, Flowchart Kerangka Berpikir ............................................................13

Gambar 4, Desain Alat A Shifter Mover ............................................................14

Gambar 5, Roadmap Penelitian A Shifter Mover ................................................15

Gambar 6, Bagan alir pada tabung 1 pada alat A shifter mover ..........................18

Gambar 7, Bagan alir pada tabung 2 pada alat A shifter mover ..........................18

Gambar 8, Visualisasi 3D Shifter Mover ............................................................19

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1, Kebutuhan Lingkungan Proses ................................................................................... 10

Tabel 2, Jumlah sapi di Lombok dari tahun 2017-2019 ............................................................ 16

vii
A SHIFTER MOVER: INOVASI PENGHASIL BIOGAS KE GAS
PROTABLE DARI LIMBAH FASES SAPI BERBASIS MANOMETER
TANK GUNA MENINGKATKAN PRODUKSI GAS DI LOMBOK
TENGAH
Abdul Rohim, Muhammad Jaelani, Lalu Sulthonul Azmi
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi renewable energy kedua
tertinggi, adapun potensi kedua tertinggi di wilayah Nusa Tenggara Barat
khususnya pada kabupaten Lombok tengah terletak pada biogas. Secara umum
peternak sapi yang terdapat di kabupaten lombok tengah belum dapat
memanfaatkan limbah fases sapi secara optimal. Dapat dilihat saat ini pemanfaatan
limbah fases sapi masih sangat terbatas hanya pada pembuatan pupuk organik saja
dan bahkan tidak dimanfaatkan sama sekali. Padahal ketika limbah fases sapi dapat
dimanfaatkan secara optimal seperti halnya menjadi produk tepat guna salah
satunya biogas menjadi gas portable akan dapat memberikan manfaat yang lebih
besar mengingat akan kebutuhan migas untuk saat ini sangat terbatas. Industri
minyak dan gas bumi (migas) memiliki peran yang sangat penting terhadap
pendapatan pemerintah dan perekonomian lokal. Namun, seiring berjalannya waktu
penggunaan gas bumi semakin tinggi. Pada tahun 2018 mampu memproduksi 2,9
juta gas bumi, hal ini berdampak pada harga gas LPG (Portable) yang akan
semakin mahal sehingga perlu adanya energi terbarukan yang dapat menggantikan
gas bumi yaitu biogas. Maka dari itu untuk mengoptimalkan potensi biogas dari
limbah fases sapi tersebut maka dibangun A Shifter Mover dengan type gester
dengan 2 tabung inti dengan ukuran tabung 1 berukuran 6 m3 dengan daya gas yang
dihasilkan 2400 L dan tabung kedua dengan ukuran 3 m3 dengan daya hasil gas
1200 L.

Kata Kunci: A Shifter Mover, Gas Portable, Limbah Fases Sapi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri minyak dan gas bumi (migas) nasional selalu memainkan peran yang
sangat penting, baik sebagai sumber pendapatan pemerintah maupun sebagai
sumber energi bagi perekonomian Nasional. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam
point ke-7 Sustainable Development Goals (SDGs) industrialisasi minyak dan gas
berperan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan membuka lapangan
pekerjaan serta memberikan akses energi secara terjangkau (Setyono & Kiono,
2021). Sesuai dengan perannya tersebut industri migas tumbuh dan mencapai
tingkat yang tinggi, terutama sektor minyak buminya, selama dekade tahun 2014-
2018 (Gambar 1) dengan berproduksinya secara maksimum lapangan Minas
(Widarsono, 2013). Hal tersebut dibarengi dengan harga minyak yang mengalami
kenaikan dengan cukup drastis akibat situasi konflik di Timur Tengah sehingga
semakin merangsang peningkatan produksi.

Gambar 1, Grafik sumber daya minyak dan gas bumi tahun 2018, direktorat jenderal minyak dan
gas bumi
Dari hal tersebut dapat dilihat gas bumi merupakan energi yang paling banyak
digunakan di Indonesia setelah minyak bumi dan batu bara. Gas alam memiliki
peran utama dalam peraturan energi Indonesia. Pemerintah menggencarkan
penggunaan gas yang ada di dalam negeri, termasuk proses pembangunan
infrastruktur gas bumi (Pipa dan LPG/CNG/LNG) untuk membujuk industri yang

1
ada di dalam negeri dan bisa menjaga kebersihan lingkungan. (Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2018).
Produksi gas bumi yang pada tahun 2018 sebesar 2,9 juta MMSCF terutama
digunakan untuk memenuhi konsumsi domestik di sektor bahan baku dan/atau
energi, pembangkit listrik, gas perkotaan (rumah tangga) dan komersial) dan lift
gas, sedangkan sebesar 1,7 juta MMSCF. Selain itu, gas bumi juga digunakan
sebagai komoditas ekspor dengan nilai hingga 1,2 juta MMSCF dalam bentuk LNG
dan gas pipa. Pangsa ekspor (pipa dan LNG) dalam total produksi gas bumi, yang
50% pada 2009, turun menjadi 40% pada 2018. Gas alam primer juga mencakup
kebutuhan LPG, dari proses produksi kilang LPG dan impor LPG. Konsumsi LPG
yang mencapai 7,5 juta ton pada tahun 2018 dipenuhi oleh produksi LPG dalam
negeri sebesar 2 juta ton (26%) dan impor sebesar 5,5 juta ton (74%). Keberhasilan
program Minyak Tanah-LPG berarti konsumsi LPG terus meningkat dan pasokan
LPG dari kilang dan kilang LPG dalam negeri terbatas. (Tim Sekretaris Dewan
Energi Nasional, 2019).
Kendati dari hal tersebut di pasar, untuk gas lpg 3 kg, pemerintah telah
menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp. 14.800/tabung. Harga ini
merupakan harga yang harus diterima oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.
Namun kenyataannya harga di masyarakat lebih tinggi dari harga yang diatur,
sangat sedikit bahkan hampir tidak ada yang mampu membayar harga gas lpg 3kg
seharga Rp. 15.000 Jika dibulatkan menjadi 14.800 atau Rp. 15.000/tabung.
Bahkan, masyarakat cenderung mematok harga sekitar Rp.18.000. hingga
20.000/tabung. Selain itu, terjadi kelangkaan gas lpg 3 kg ini pada waktu-waktu
tertentu, sehingga harga yang diterima masyarakat umum sebagai konsumen akhir
bisa mencapai Rp. 20.000 hingga 22.000 per tabung (Effendi,2017).
Biogas adalah metana dan karbon dioksida, biogas yang berpotensi untuk
digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Hal ini disebabkan kandungan
metana (CH4) yang tinggi dan nilai kalor yang tinggi, yaitu berkisar antara 4800
hingga 6700 kkal/m3 (Achinas et al., 2017). Sementara metana hanya memiliki satu
karbon di setiap rantai, itu membuat pembakaran lebih ramah lingkungan. Biogas
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, sangat mudah terbakar. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, pembangkit listrik atau sebagai

2
alternatif pengganti LPG. Penggunaan biogas lebih aman daripada gas LPG.
Misalnya, jika terjadi kebocoran pada pipa atau tangki bensin, tidak akan terjadi
kebakaran atau ledakan karena gas yang dikeluarkan akan cepat menguap. Dengan
kata lain, biogas yang diperoleh dari kotoran sapi bisa disebut bahan bakar yang
aman. Biogas juga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan
listrik. Sisa kotoran sapi yang digunakan untuk menghasilkan biogas juga dapat
digunakan sebagai pupuk organik untuk pertanian atau operasi pertanian (Wardana
et al., 2021).
Maka dari itu diperlukan sebuah inovasi baru yang dapat memberikan energi
terbarukan guna mendukung ketersediaan dan keterjangkauan biogas untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat, maka penulis mempersembahkan “A shifter
mover: inovasi penghasil biogas ke gas protable dari limbah fases sapi berbasis
manometer tank guna meningkatkan produksi gas di lombok” sehingga dapat
menghasilkan gas portable yang aman dan harga yang cukup terjangkau untuk
memberdayakan Feses Sapi menjadi Biogas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang diangkat pada latar belakang, maka rumusan masalah
yang diangkat adala
1. Bagaimana potensi pengembangan limbah fases sapi menjadi biogas di
lombok tengah?
2. bagaimana merancang alat shifter mover yang digunakan untuk
memindahkan biogas yang sudah di gester ke tabung gas portable?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan masalah yang diangkat, maka tujuan dari penulisan ini adalah
untuk:
1. Menjelaskan potensi pengembangan limbah fases sapi menjadi biogas di
lombok tengah.
2. Untuk menghasilkan alat shifter mover yang digunakan untuk
memindahkan biogas yang sudah di gester ke tabung gas portable.

3
1.4 Manfaat kepenulisan
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa
pihak terkait, antara lain:
1. Pemerintah
Diharapkan dengan dibuatnya karya tulis ini, pemerintah dapat lebih peduli
terhadap penanganan limbah fases sapi menjadi hal yang lebih bermanfaat. Selain
itu dengan dibuatnya alat shifter mover ini diharapkan dapat membantu pemerintah
dalam mewujudkan pengembangan potensi lokal yang berkelanjutan guna
mendukung SDGs 2030.
2. Masyarakat
Memberikan pemahaman mengenai cara pemanfaatan limbah fases sapi menjadi
produk yang lebih berguna dengan bantuan teknologi yang tepat sasaran, serta
masyarakat dapat mendapatkan produk biogas secara aman dan terjangkau.
3. Penulis
Dari karya ini diharapkan tentu penulis akan mendapatkan wawasan dan
kreatifitas yang lebih serta dapat memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Penelitian terdahulu diperlukan untuk mendukung penelitian ini sebagai rujukan.
Pembahasan yang relevan merupakan urutan yang sistematis tentang hasil -hasil
penelitian yang hendak dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada
penelitian terdahulu yang berkaitan Alat Shifter Mover penghasil biogas menjadi
gas portable:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum et al (2019), dengan judul
“Analisis Strategi Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Rumah
Tangga Dengan Memanfaatkan Limbah Ternak Kotoran Sapi” penelitian ini
membahas Keragaan Biogas Limbah Ternak Sapi Sebagai Energi Alternatif
Rumah Tangga Limbah ternak sebagai bahan baku biogas didapatkan
bahwa energi biogas dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar
yang dipergunakan untuk memasak. Selain itu, biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik.
2. Penelitian yang ditulis oleh Mahmud & Triwanto (2021), dengan judul
“strategi pengembangan biogas dari limbah ternak sapi perah di kecamatan
pujon kabupaten malang” penelitian ini membahas tentang strategi
pengembangan biogas di peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan
Pujon, dengan harapan dapat membantu pemerintah dalam membuat
kebijakan sebagai upaya dalam menurunkan pencemaran lingkungan dan
emisi gas metana dengan integrasi peternakan. Dari hasil analisis didapatkan
hasil bahwa Gas yang sudah mulai terbentuk dapat digunakan untuk
menghidupkan nyala api pada kompor dan instalasi sudah dapat
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan serta pada digester dapat
terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinyu sehingga dihasilkan biogas
yang optimal.
3. Penelitian yang di tulis oleh Putri et al (2019), dengan judul “Studi
Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Biogas di Nagari Aie
Tajun Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman” yang dimana

5
pada penelitian ini bertujuan untuk pembinaan masyarakat dalam
pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas dengan alat sederhana di sekitar
sehingga didapatkan hasil Instalasi biogas dengan kotoran sapi telah
berhasil dilakukan dengan terbentuknya gas dan kompor yang sudah dapat
digunakan.

2.2 Landasan Teori


1. Biogas
Biogas merupakan gas yang mudah terbakar yang dihasilkan dari penguraian
senyawa-senyawa organik pada biomassa akibat dari aktivitas mikroorganisme
(fermentasi) pada kondisi tanpa udara (anaerobic). Kandungan yang terdapat pada
biogas sebagian besar yaitu gas Metana (CH4) dan karbon dioksida (CO). Sebagian
kecil dari kandungan biogas yaitu gas hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen (NA),
hidrogen (H2) dan oksigen (O2). Kandungan gas metana yang besar dapat
menjadikan biogas mudah terbakar, sehingga mampu dipakai sebagai sumber
energi untuk kegiatan memasak, penerangan, bahkan dalam skala besar dapat
menghasilkan energi listrik (Yanawati et al., 2012)
2. Proses Pembentukan Biogas
Pada Proses pembentukan biogas menjadi gas portable ini dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
a. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)
Di tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks; protein
dan lipid menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi
monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino.
b. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Asetogenesis)
Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah
senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hydrogen, dan
karbon dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh
dan berkembang dalam keadaan asam. Bakteri memerlukan oksigen dan karbon
dioksida yang diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat.
Pembentukan asam pada kondisi anaerobic tersebut penting untuk pembentukan
gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri

6
tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek menjadi alcohol, asam organic,
asam amino, dan karbon dioksida, hydrogen sulfida, dan sedikit gas metana. Tahap
ini 𝐶6 𝐻12 𝑂6  2𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 2𝐶𝑂2 + 2ATP (-118 kJ per mol) termasuk reaksi
eksotermis yang menghasilkan energi.
c. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)
Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil
proses asidifikasi menjadi metana dan 𝐶𝑂2 dalam kondisi anaerob. Proses
pembentukan gas metana ini termasuk reaksi eksotermis.
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂− + 𝐻 +  𝐶𝐻4 + 𝐶𝑂2 (-36 kJ per mol)
Tahap-tahap reaksi pembentukan secara biologis dan kimia pada fermentasi
anaerob dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2, Tahapan Proses Pembentukan Biogas (Susilo, 2021).


3. Teknologi biogas
Teknologi biogas adalah salah satu cara untuk mengolah suatu limbah, baik
limbah rumah tangga, limbah kotoran ternak, limbah industri guna menghasilkan
energi. Teknologi ini mengolah berbagai jenis limbah organik yang ditempatkan
pada ruangan kedap udara atau anaerob dengan memanfaatkan mikroorganisme
untuk mengubahnya. Kemudian hasil dari pengolahan limbah tersebut akan
menghasilkan biogas dan pupuk organik yang sangat baik untuk digunakan.
Wahyuni & MP (2013), berpendapat bahwa ada beberapa sifat organik yang
berpengaruh pada tingkat produksi biogas:
a. Perbandingan Rasio C/N
Hubungan antara nilai karbon dengan nitrogen yang terdapat pada bahan organik
dinyatakan dalam terminologi rasio karbon/ nitrogen (C/N). Ketika rasio C/N
sangat tinggi, nitrogen akan dikonsumsi sangat cepat oleh bakteri metan. Sebagai
akibatnya produksi metan sangat rendah. Sebaliknya, apabila rasio C/N sangat

7
rendah, nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam bentuk amoniak (NH4). NH4
akan meningkatkan derajat PH bahan dalam digester.
b. Pengadukan
Pengadukan dilakukan guna menjaga agar tidak terjadi pengendapan pada dasar
digester yang berupa partikel padat. Apabila bahan terlalu pekat, maka aliran gas
yang ada pada dasar digester akan terhambat oleh adanya partikel padat yang
terdapat pada dasar digester. Sehingga mengakibatkan produksi gas yang dihasilkan
akan berkurang.
c. Proses Fermentasi
Proses fermentasi atau proses pencernaan mengacu berbagai reaksi dan interaksi
yang terjadi di antara bakteri methanogen dan bakteri non-methanogen dan bahan
yang diumpamakan ke dalam pencerna sebagai input.
d. Nilai pH
Produksi biogas dapat dikatakan apabila nilai PH yang terdapat pada campuran
input digester mencapai kisaran 6 dan 7. Waktu di dalam digester merupakan fungsi
dari derajat keasaman pH dalam digester. Ketika awal fermentasi, bakteri
pembentuk asam akan memproduksi jumlah asam organik yang besar, nilai pH
yang terdapat pada digester mampu mencapai di bawah 5. Dengan nilai asam yang
rendah dapat menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Karena
bakteri methanogenetic tidak mampu hidup dengan nilai pH dibawah 6,
dikarenakan bakteri tersebut sangat peka terhadap pH.
e. Suhu
Saat bakteri metanogenetik pada kondisi tidak aktif dengan kondisi suhu tinggi
ataupun rendah. Suhu optimum yaitu 35o C. Ketika terjadi penurunan suhu udara
mencapai 10o C maka produksi biogas akan terhenti.
f. Waktu didalam Digester
Waktu didalam digester rata-rata periode waktu pada saat bahan baku masih
berada didalam digester dan pada saat bakteri metanogen melakukan proses
fermentasi. Waktu tinggal dihitung dengan pembagian volume total dari digester
oleh volume input yang ditambah setiap hari serta suhu minimal 35o C.
g. Laju Pengisian

8
Laju pengisian adalah jumlah bahan baku yang diberikan kedalam digester per
unit dengan kapasitas per hari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m3 volume
digester direkomendasikan pada suatu jaringan pengolahan kotoran sapi. Apabila
pemasukan bahan baku yang terlalu banyak, akan mengakibatkan terganggu nya
akumulasi asam dan produksi metana yang dihasilkan. Sebaliknya apabila
pengisian bahan baku yang diberikan pada digester terlalu sedikit, akan berakibat
produksi menjadi rendah.
4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Anaerobik Digestion
Semua proses-proses biologi dan kondisi lingkungan optimum adalah penting
untuk suksesnya operasi anaerobic digestion. Proses metabolisme mikroba
bergantung pada banyak parameter; sehingga parameter-parameter ini harus
dipertimbangkan dan dikendalikan dengan hati-hati dalam praktiknya. Selanjutnya,
keperluan lingkungan dari bakteri acidogenic berbeda dengan bakteri
methanogenic archaea seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1, Kebutuhan Lingkungan Proses (Hari, et al., 2017)
Parameter Hidrolisis/Asidogenesis Methanogenesis
Suhu 25-350 C Mesofilik: 30 – 400 C
Thermofilik: 50 – 600 C
Ph 5.2 – 6.3 6.7 – 7.5
Rasio C:N 10 – 45 20 – 30
Redox Potential +400 – -300 Mv <-250 Mv
Rasio C:N:P:S 500:15:5:3 600:15:5:3
Trace Elemen Tidak special diperlukan Esensial: Ni, Co, Mo, Se

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan
pengujian langsung alat A Shifter Mover. Sumber studi pustaka didapatkan dengan
membaca, menganalisis, dan mengaitkan informasi dari sumber bacaan dengan
topik yang diangkat. Studi pustaka meliputi buku dan jurnal penelitian yang
dianggap relevan dengan pembahasan, baik dari sumber cetak maupun elektronik.
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan mengunjungi beberapa desa
yang mendapatkan progam 1000 desa sapi di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan dokumentasi
secara langsung. Pada pengujian langsung, pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan uji coba dengan prototipe alat yang telah dibuat. Tahap pengujian
dilakukan dengan sistem dan parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengujian direncanakan pada bulan Oktober 2023 di Fakultas Perternakan
Universitas Mataram.
Jenis data yang digunakan dalam penulisan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dengan survei dan pengujian langsung.
Sedangkan data sekunder diperoleh penulis dari studi pustaka.

3.2 Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data diskriptif berupa angka-angka yang tersaji dalam tabel,
diagram, maupun grafik yang mendukung. Terlebih, pada penelitian ini penulis
menggunakan jenis deskriptif analitis. Data yang telah didapatkan dari berbagai
sumber dideskripsikan secara jelas dan rinci pada bagian tinjauan pustaka. Data
disajikan secara konsep dan teori serta berbagai contoh yang mendukung konsep
dan teori yang telah diuraikan. Data yang diperoleh akan dikorelasikan guna
menghasilkan sebuah sintesis. Sintesis ini akan menjadi dasar untuk menciptakan
sebuah gagasan baru. Gagasan baru yang dihasilkan akan dipaparkan secara jelas

10
dan dideskripsikan secara rinci sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah
diuraikan pada rumusan masalah sebelumnya.

3.3 Kerangka Berpikir


Adapun kerangka berpikir maupun skema kerja yang dilakukan pada penelitian
ini ditujukan dengan flowchart pada gambar 3, berikut:

Mulai

Identifikasi dan Perumusan


Buku, Jurnal,
Artikel Ilmiah,
Studi Literaur
Paper, Internet
dan lainnya
Sintesis

Perancangan A Shifter Mover

Perakitan A Shifter Mover

Pengujian A Shifter Mover

Analisis Kelayakan

Rancangan Sesuai Tidak


Parameter?

Evaluasi

Selesai

Gambar 3, Flowchart Kerangka Berpikir

11
3.4 Variabel yang Digunakan
Pada tahap penentuan variabel penelitian, faktor-faktor peubah dijelaskan secara
singkat guna mempermudah pelaksanaan proses pengujian dari penelitian yang
dilakukan. Variabel yang digunakan dalam pengujian yaitu:
1. Variabel kontrol merupakan jenis variabel penelitian yang dibuat konstan.
Adapun variabel kontrol yang digunakan yakni dimensi tabung 1 dan 2,
diameter pipa, serta dimensi manometer tank.
2. Variabel bebas merupakan jenis variabel yang nilainya dibuat berubah-ubah
dan dapat mempengaruhi nilai variabel terikat. Adapun penggunaan
variabel bebas dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada pengujian pertama, variabel bebas yang digunakan yaitu
volume kotoran sapi yang dimasukkan ke tabung 1 berubah-ubah,
sedangkan variabel temperatur penyimpanan alat dibuat tetap.
b. Pada pengujian kedua, variabel bebas yang digunakan yaitu
temperatur penyimpanan alat yang berubah ubah, sedangkan
variabel volume kotoran sapi dibuat tetap.
3. Variabel terikat merupakan jenis variabel penelitian yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Adapun variabel terikat yang digunakan pada pengujian
yakni tekanan biogas yang dihasilkan.

3.5 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa mesin las, meteran,
jangka, spidol, dengan peralatan pengujian berupa manometer tank, stopwatch, dan
thermos gun,. Sedangkan bahan-bahan yang dipakai yaitu, kotoran sapi sebagai
bahan biogas, drum bensin bekas, pipa gas, kran gas, manometer tank, palat baja
bekas, isian las, dan sambungan pipa gas.

3.6 Rancang Bangun Alat


A Shifter Mover merupakan sebuah alat yang terdiri atas dua pasang tabung dari
drum bensin bekas sebagai tempat yang merubah kotoran sapi menjadi biogas dan
penyimpanan biogasnya serta maometer tank sebagai pengontrol tekanan biogas
yang dihasilkan. Tabung 1 diisi dengan kotoran sapi dan atau limbah hasil

12
pencernaan hewan dari subfamili Bovinae lainnya yang banyak mengandung gas
metan. Gas metana (CH4) dari kotora sapi diperoleh dengan menyimpan kotoran
sapi pada sebuah wadah kedap udara selama satu minggu. Dengan bantuan
manometer tank kita dapat mengetahui gas metana yang sudah terbentuk. Gas ini
efeknya 25 kali lipat jika dibandingkan dengan karbondioksida (CO 2) sebagai
penyeab pemanasan global sehingga dengan pengolahan kotoran sapi menjadi
biogas ini dapat megurangi emisi tersebut. Biogas yang dihasilkan lalu di transfer
masuk ke tabung 2 untuk disimpan. Dengan bantuan manometer tank kita dapat
mengontrol tekana gas yang sudah terkumpul pada tabung 2 sehingga tidak
mengalami over capacity. Biogas ini bisa menadi bahan bakar digunakan pada
kompor dan bahkan bisa menjadi energi listrik dengan bantuan biodisel. Adapun
desain alat A Shifter Mover ditunjukkan pada gambar 3. 2.

Gambar 4, Desain Alat A Shifter Mover

3.7 Roadmap Penelitian


Adapun rencana penelitian A Shifter Mover dengan skala yang lebih lanjut
ditunjukkan pada gambar 3. 3 berikut:

Gambar 5, Roadmap Penelitian A Shifter Mover

Keterangan:
1. Rancangan A Shifter Mover
2. Evaluasi dan perbaikan alat lanjutan

13
3. Biogas yang dihasilkan besar
4. Komponen alat yang tepat guna dan murah
5. Diterapkan pada desa percontohan
6. Produksi Massal
7. Goals : Diaplikasikan untuk seluruh desa di Kabupaten Lombok Tegah bahkan
di Indonesiayang memiliki potensi kotoran sapi yang besar

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Limbah Kotoran Sapi Sebagai Biogas


Limbah kotoran sapi merupakan limbah yang cukup banyak di wilayah pedesaan
dikarenakan profesi penduduk desa sebagian besar petani dan peternak. Limbah
kotoran sapi sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar pupuk organik dikarenakan
mengandung unsur hara yang melimpah. Selain menjadi pupuk, limbah kotoran
sapi juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar biogas. Biogas adalah gas yang
dihasilkan dari bahan organik melalui proses fermentasi dalam wadah yang tertutup
dan kedap udara yang ada pada kotoran sapi (Nurhilal, et al., 2020Jumlah populasi
ternak di lombok selalu mengalami peningkatan sehingga hal ini menyebabkan
bayaknya kotoran sapi. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut. Seperti yang ada di
tabel 2.
Tabel 2, Jumlah sapi di Lombok dari tahun 2017-2019
Kabupaten/Kota Jumlah Sapi
2017 2018 2019
Kabupaten Lombok Barat 106640,00 113358,00 119185,00
Kabupaten Lombok Tengah 171518,00 173266,00 176983,00
Kabupaten Lombok Timur 130890,00 133569,00 139063,00
Kabupaten Lombok Utara 91112,00 92556,00 93675,00
Kota Mataram 2094,00 2187,00 2152,00
Total 502254,00 514936,00 531058.00
Sumber: BPS, 2019
Berdasarkan tabel diatas maka tidak dapat dipungkiri bahwa Lombok memiliki
potensi untuk pemanfaatan biogas. Limbah Kotoran sapi dapat menghasilkan
biogas yang bermanfaat bagi masyarakat untuk membantu dalam proses memasak
sehingga biogas ini mampu menjadi alternatif masyarakat dalam menghadapi
kondisi yang saat ini semua harga pangan maupun barang naik dikarenakan akibat
resesi pada tahun 2023. Dengan banyak data sapi yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah maka banyak juga biogas yang akan dihasilkan. Biogas yang dikelola
secara bagus akan menghasilkan gas yang mampu di bawa kemana-mana dengan

15
kemasan yang portable agar mampu menggantikan gas elpiji dan harga yang cukup
terjangkau.

4.2 Desain Sistem


Pada penelitian ini, untuk menghasilkan gas dari serangkaian alat A shifter
mover. Masukan kotoran sapi yang sudah di mix pada tabung 1 yang akan di
diamkan selama 1 minggu, sedangkan output dari alat A shifter mover adalah gas
yang akan disimpan terlebih dahulu di tabung 2. Biogas yang sudah di tampung
pada tabung 2 ketika mengalami gas yang berlebihan maka akan dikeluarkan secara
otomatis dari pipa tabung 2 yang menghadap atas. Berikut adalah desain sistemnya:

Membuka corong tabung 1

Memasukkan kotoran sapi pada tabung 1


lewat corong

Menutup corong tabung 1

Membuka pipa alir ke tabung 2

Proses terjadinya biogas yang akan di


transfer ke tabung 2 selama 1 minggu

Menutup pipa alir ke tabung 2

Mengeluarkan kotoran sapi pada tabung 1


lewat penutup berwarna orange

Gambar 6, Bagan alir pada tabung 1 pada alat A shifter mover

16
Terkumpulnya biogas pada
tabung 2

Membuka pipa alir tabung 2

Memasukkan lubang tabung gas


portable ke pipa keluar biogas pada
tabung 2

Mengeluarkan lubang tabung gas


portable apabila sudah full terisi
biogas

Menutup pipa alir tabung 2

Gambar 7, Bagan alir pada tabung 2 pada alat A shifter mover

4.3 Konsep Dasar A Shifter Mover


Alat shifter mover yang digunakan untuk mengolah limbah kotoran sapi yang
sudah di mix pada ember sebelumnya agar menjadi biogas. Setelah kotoran sapi di
mix pada ember maka agar segera memasukkan kotoran sapi tersebut ke dalam alat
shifter mover agar biogas yang terkandung pada kotoran sapi tidak hilang. Pada alat
shifter mover akan diolah antara kotoran sapi dan biogas. Untuk mengetahui biogas
pada kotoran sapi ialah alat shifter mover ini dilengkapi dengan nanometer yang
mampu mendeteksi tekanan gas dan keberadaan gas. Selain itu, alat shiter mover
mempunyai dua tabung, tabung yang pertama berfungsi untuk menampung kotoran
sapi dan tabung yang kedua berfungsi untuk menampung biogas yang telah
dihasilkan dari kotoran sapi. Berikut adalah gambar alat shifter mover:

17
Gambar 8, Visualisasi 3D Shifter Mover
Pada tabung berwarna hijau adalah tabung 1 tempat pengolahan awal dari limbah
kotoran sapi dan tabung yang berwarna biru adalah tabung 2 tempat penyimpanan
biogas. Selain itu perlunya dijaga suhu pada tata letak bangunan instalasi berkisar
25-28o C (Simamora, 2006).

4.4 Sub Analisis Daya Hasil Biogas


Berdasarkan tingkat populasi sapi di Lombok Tengah pada tahun 2019 diperoleh
jumlah sapi sebanyak 176983.00 ekor. Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran
sekitar 25kg hingga 30kg per hari (Khakim et al., 2021). Maka dapat diperoleh
limbah kotoran setiap harinya yaitu:
Produksi Kotoran = 176.983 x 25
= 4.424.575 kg/hari
Persentase KBK dari limbah Bungan sapi adalah sebesar 20%, sehingga total KBK
limbah Buangan sapi yaitu:
Total = 4.424.575 x 20%
= 884.915 kg.BK
Potensi biogas dari limbah buangan sapi di Lombok Tengah adalah:
Potensi Bg = 884.915 x 0,04
= 35.396,6 m3/hari
4.5 Analisis Alat A Shifter Mover
Pengujian A Shifter Mover dilakukan dengan menganalisis pengaruh dari
besaran tabung yang digunakan yaitu 6 m3. Kotoran yang sudah di mix akan di
masukkan ke tabung 1 sebanyak 5.220kg agar tidak kepenuhan dan biogas yang ada
pada tabung mempunyai ruang. Menurut Ulva kotoran sapi seberat 30 kg mampu
menghasilkan gas 0,46 kg elpiji. Sehingga rumus yang digunakan untuk
menghitung biogas yang dihasilkan pada alat A Shifter Mover adalah:

18
30kg = 0,46kg biogas
5.220kg = 2.401,2kg biogas
Jadi, rumus yang diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat ini
mampu menghasilkan gas sebanyak 2.401,2kg.
4.6 Analisis SWOT A Shifter Mover
1. Strength (Kekuatan/Kelebihan)
a. Mutu yang baik
b. Kontinuitas sebagai sumber energi alternatif
c. Harga yang lebih murah dibandingkan Gas LPJ
d. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
e. Adanya kelompok peternak sapi
2. Weakness (Kelemahan)
a. Biogas belum terlalu di kenal di lingkungan masyarakat.
b. Pendidikan peternak sapi relatif masih rendah.
c. SDM yang terampil masih kurang
3. Opportunity (Peluang)
a. Dapat mengganti energi.
b. Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk anorganik.
c. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
d. Dapat mendorong berkembangnya sektor peternakan.
4. Threat (Ancaman)
a. Menjaga suhu pada alat agar tetap stabil.
b. Sikap masyarakat yang kurang peduli.
c. Adanya produk pengganti.
d. Harga elpiji subsidi relatif murah dan mudah di dapatkan.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
A Shifter Mover adalah alat digester yang dapat memudahkan mentransfer
biogas ke gas portable yang bertujuan untuk memeperbaiki perekonomian
masyarakat untuk membeli gas elpiji. A Shifter Mover mampu menghasilkan
biogas sebanyak 2.401,2kg dalam per hari. A Shifter Mover harus di taruh pada
suhu yang berkisar pada 25-30O C. Dengan daya hasil dari alat ini mampu menjadi
solusi untuk persiapan menghadapi resesi pada tahun 2023.
5.2 Saran
Saran dalam terwujudnya alat A Shifter Mover ialah mengoptimalkan sumber
daya agar penggunaan pada gas bumi berkurang guna mendukung SDGs point ke-
7. Adanya inovasi alat A Shifter Mover ini mampu menjadi referensi bagi akademisi
untuk penelitiannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Achinas, S., Achinas, V., & Euverink, G. J. W. (2017). A technological overview


of biogas production from biowaste. Engineering, 3(3), 299–307.
Effendi, S. W. 2017. Analisis Tingkat Harga Yang Dterima Konsumen Gas Lpg 3
Kg Ditinjau Dari Aspek Penawaran (Studi Kasus Kabupaten/Kota XYZ).
Purwokerto. FEB Universitas Jenderal Soedirman.Hariyanto. (2012). Model
Pengembang-an Energi Alternatif Biogas di KPSP Setia Kawan. Workshop
Koordinasi Program Biogas Rumah (BIRU), Lampung, 23 Oktober 2012
Hari, D., Puspita, N. F., Pudjiastuti, L., Setiawan, B., Triastuti, W. E., Ferdiansyah,
A., ... & Anzip, A. (2017). Pembuatan Biogas dari Kotoran Sapi Menggunakan
Biodigester di Desa Jumput Kabupaten Bojonegoro. Sewagati, 1(1), 17-25.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2018). Neraca Gas Bumi
Indonesia 2018 -2027. https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-
neraca-gas-indonesia-2018-2027.pdf
Khakim, L., Akmal, A. I. A., & Budiarti, L. (2021). ENICOW (Energy Independent
Cowcope): PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK BERBASIS HIBRYD ENERGI
TERBARUKAN DALAM PEMANFAATAN POTENSI PETERNAKAN
SAPI DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI ENERGI. Jurnal Ilmiah
Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, 5(2), 149-159.
Mahmud, A., & Triwanto, J. (2021). STRATEGI PENGEMBANGAN BIOGAS
DARI LIMBAH TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PUJON
KABUPATEN MALANG. Seminar Keinsinyuran Program Studi Program
Profesi Insinyur, 1.
Ningrum, S., Supriyadi, S., & Zulkarnain, Z. (2019). Analisis Strategi
Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Rumah Tangga Dengan
Memanfaatkan Limbah Ternak Kotoran Sapi. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 19(1), 45–57.
Nurhilal, M., Aji, G. M., Mesin, J. T., Cilacap, P. N., Elektronika, J. T., & Cilacap,
P. N. (2020). Pengaruh Komposisi Dan Waktu Fermentasi Campuran Limbah
Industri Tahu Dan Kotoran Sapi Terhadap Kandungan Gas Methane Pada
Pembangkit Biogas. Jurnal Teknoligi Terapan, 6(1).
Putri, R. E., Andasuryani, A., & Pratiwi, I. (2019). Studi Pemanfaatan Kotoran Sapi
Sebagai Sumber Biogas di Nagari Aie Tajun Kecamatan Lubuk Alung
Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Dampak, 16(1), 26–30.
Setyono, A. E., & Kiono, B. F. T. (2021). Dari Energi Fosil Menuju Energi
Terbarukan: Potret Kondisi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2020–2050.
Jurnal Energi Baru Dan Terbarukan, 2(3), 154–162.
Simamora, S., & Salundik, S. W. (2006). Membuat Biogas; Pengganti Bahan Bakar
Minyak & Gas dari Kotoran Ternak. AgroMedia.
Susilo, D. (2021). Alat Deteksi Gas Metana pada Biogas Berbasis Arduino Uno.
Teknologi Tepat Guna Untuk Indonesia Tangguh.
Tim Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional. (2019). Indonesia Energy Out
Look 2019. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Ulva, S. M., Damayanti, P., & Syukur, M. S. S. A. (2022). ANALISIS NILAI
KALOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS DENGAN MEMANFAATKAN
KOTORAN SAPI KALOR BERBASIS ETNOSAINS. JPFT (Jurnal Pendidikan
Fisika Tadulako Online), 10(1), 64-69.

21
Wahyuni, S., & MP, S. E. (2013). Biogas: Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas
dan Listrik. AgroMedia.
Wardana, L. A., Lukman, N., Mukmin, M., Sahbandi, M., Bakti, M. S., Amalia, D.
W., ... & Nababan, C. S. 2021. Pemanfaatan Limbah Organik (Kotoran Sapi)
Menjadi Biogas dan Pupuk Kompos. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA, 4(1)
Widarsono, I. B. (2013). Cadangan dan produksi gas bumi nasional: sebuah analisis
atas potensi dan tantangannya. Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi,
47(3), 115–126.
Yanawati, Y., Daut, I., Shafiqin, S. N., Pungut, I., Syatirah, M. N., Gomesh, N.,
Rafidah, A. R. S., & Haidar, N. (2012). Efficiency increment on 0.35 mm and
0.50 mm thicknesses of non-oriented steel sheets for 0.5 hp induction motor.
International Journal of Materials Engineering, 2(2), 1–5.

22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Abdul Rohim
2 Program Studi/NIM S1-Perternakan/B1D021055
3 E-mail abdulrohman22042002@gmail.com
4 Nomor telepon/HP 087863991106

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 1 MASBAGIK SMPN 5
SMKN 2 SELONG
UTARA MASBAGIK
Jurusan Administrasi
- -
Perkantoran
Tahun masuk-
2008-2014 2014-2017 2017-2020
lulus

C. Karya Ilmiah yang pernah dibuat


No. Institusi Penyelenggara Judul Karya Ilmiah Tahun
1. Universitas Mataram PEMANFAATAN FESES SAPI 2022
SEBAGAI BIOGAS
MENGGUNAKAN ALAT
SHIFTER KE DALAM GAS
POTABLE BERBASIS
MANOMETER
2. - - -
3. - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 Fakultas FMIPA
Peserta Pelatihan Essay 2022
Universitas Negeri Malang
2 Peserta Mahasiswa Berprestasi
Universitas Mataram 2022
UKM Prima
3 Panitia Kegiatan MAWAPRES Fakultas Peternakan
2022
dan Training Kepenulisan Universitas Mataram
4 Panitia Workshop PKM 2021 Fakultas Peternakan
2021
Universitas Mataram

23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Lalu Sulthonul Azmi
2 Instansi/Universitas Universitas Mataram
3 Program Studi/NIM Teknik Sipil/F1A019096
4 E-mail lalusulthonulazmi@gmail.com
5 Nomer Telepon/HP 087724025182

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 2 Rarang SMPN 1 Terara SMAN 1 Terara
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2008-2013 2014-2016 2017-2019

C. Karya Tulis Ilmiah yang Pernah Dibuat


No Institusi
Judul Karya Ilmiah Tahun
Peyelenggara
1 Aplikasi Si-Berani (Sejarah Indonesia Berbasis
Augmented Reality) Untuk Meningkatkan Rasa
UNY 2022
Nasionalisme Indonesia Dalam Upaya Bela
Negara
2 Feel History: Program Peningkatan Rasa
Nasionalisme dan Anti Korupsi dengan
Ristekdikti 2022
Pendidikan Sejarah Indonesia Berbasis MR
(Mixed Reality) di Sekolah
3 Pemberdayaan Masyarakat Desa Pandan Duri
Ristekdikti Dengan Pemanfaatan Web sebagai Media 2021
Pengelolaan Wisata Campground

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


No Jenis Pengghargaan Intitusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 Juara Harapan 1 UNY 2022
2 Pendanaan PKM-VGK Ristekdikti 2022
3 Pendanaan PKM-PM Ristekdikti 2021

24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Muhammad Jaelani
2 Instansi/Universitas Universitas Mataram
3 Program Studi/NIM Kehutanan/C1L019068
4 E-mail Jheyjey1@gmail.com
5 Nomer Telepon/HP 087865561695

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 3 Lebah MTS Al-Ma’arif SMK Kehutanan
Sempaga NU Qamrul Huda Qamrul Huda
Jurusan - - -
Tahun Masuk-Lulus 2008-2013 2014-2016 2016-2019

C. Karya Tulis Ilmiah yang Pernah Dibuat


No Institusi
Judul Karya Ilmiah Tahun
Peyelenggara
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


No Jenis Pengghargaan Intitusi Pemberi Penghargaan Tahun
1 Juara 2 Lomba Indonesian Scientific society 2021
Internasional technology
engineering competition
2 Juara 2 lomba Indonesian young scientist 2021
internasional science and association
invention fair
3 Juara 3 lomba International Movement for 2021
internasional world youth Leisure Activities in Science and
and innovation award technology (MILSET)

25

Anda mungkin juga menyukai