PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui metode penentuan angka asam.
2. Menentukan angka asam pada minyak goreng.
B. Dasar Teori
Pertumbuhan penggunaan minyak nabati di Indonesia setiap tahunnya
meningkat pesat. Hal ini terlihat dari fakta bahwa perusahaan yang
memproduksi minyak dengan merek berbeda memiliki keunggulan dalam
produksinya. Produk minyak bumi diproduksi dalam bentuk padat (mentega)
dan dalam bentuk cair (minyak). Minyak bumi merupakan senyawa organik
yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam eter, kloroform dan benzena
(Farihah, 2002).
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam
pengolahan makanan, penting untuk diperhatikan kualitasnya. Minyak goreng
yang sering digunakan orang Indonesia adalah minyak sawit. Sedangkan
menurut SNI 01-3741-2013, minyak goreng adalah bahan pangan yang bahan
utamanya adalah trigliserida yang berasal dari bahan nabati, dengan atau tanpa
modifikasi kimia, termasuk dihidrogenasi, pendinginan dan telah melalui
proses refinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng.
Minyak goreng merupakan media untuk menggoreng makanan yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Data menunjukkan bahwa negara
dengan produksi minyak sawit terbesar di dunia adalah Indonesia. Luas yang
ditanami kelapa sawit pada tahun 2012 adalah 9.074.621 ha (Ditjenbun, 2014).
Kualitas minyak goreng ditentukan dari asam lemak penyusunnya, yaitu
asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Asam lemak tak jenuh mengandung ikatan
rangkap sedangkan asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap 1,2. Asam
lemak dengan ikatan rangkap lebih banyak lebih reaktif dengan oksigen
sehingga cenderung lebih rentan terhadap oksidasi 1,2,3. Sedangkan asam
lemak dengan rantai ikatan tunggal dominan cenderung lebih mudah
terhidrolisis. Kedua proses degradasi tersebut dapat menurunkan kualitas
minyak. Reaksi penting lainnya adalah hidrogenasi, yaitu ikatan rangkap
hidrogen jenuh.
Penggorengan adalah proses termokimia yang memberikan warna,
kerenyahan, dan penampilan yang diinginkan pada makanan yang digoreng,
yang membuat makanan yang digoreng sangat populer (Boskou, 2006, Warner,
2002). Selama penggorengan akan terjadi hidrolisis, oksidasi dan degradasi
minyak yang dipengaruhi oleh komposisi bahan makanan dan kondisi
penggorengan (Chatzilazaro dkk, 2006). Salah satu fenomena yang dihadapi
selama penggorengan adalah penurunan kualitas minyak setelah penggorengan.
digunakan berkali-kali. pada suhu yang relatif tinggi (160-180ºC). ). Paparan
oksigen dan suhu tinggi minyak goreng akan memulai reaksi oksidasi.
Menggunakan minyak goreng berkali-kali akan merusak minyak. Banyak
jenis reaksi yang terjadi selama penggorengan, seperti oksidasi, hidrolisis,
polimerisasi dan reaksi logam yang dapat merusak minyak. Kerusakan minyak
terjadi selama penggorengan. Minyak yang rusak saat menggoreng akan
mempengaruhi kualitas dan nilai gizi gorengan. Kemunduran minyak terutama
disebabkan oleh peristiwa oksidasi, salah satunya adalah pembentukan
peroksida dan aldehida (Sudarmadji dkk, 2007).
Makanan yang digoreng berulang kali akan mempengaruhi kualitas
makanan dari segi tekstur, rasa dan warna. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengecekan kualitas minyak yang digunakan untuk menggoreng berkali-kali.
Uji kualitas minyak dapat ditentukan dengan indeks asam dan peroksida.
Bilangan asam adalah jumlah asam yang dapat dinetralkan oleh basa. Bilangan
asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat
dalam minyak. Penentuan dapat dilakukan dengan titrasi. asam lemak yang
dilepaskan dari gliserol disebut asam lemak bebas (Rauf, 2015).
Nilai peroksida adalah nilai yang paling penting untuk menentukan tingkat
kerusakan minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen
dengan ikatan rangkapnya untuk membentuk peroksida. Peroksida ini dapat
diukur dengan iodometri. Angka peroksida menunjukkan oksidasi minyak.
Nilai peroksida berguna dalam menentukan kualitas minyak setelah
pengolahan dan penyimpanan. Peroksida akan meningkat ke tingkat tertentu
selama penyimpanan sebelum digunakan, jumlah ini tergantung pada waktu,
suhu, paparan cahaya dan udara. Nilai peroksida yang tinggi menunjukkan
oksidasi terus menerus, tetapi nilai peroksida yang rendah tidak berarti tidak
teroksidasi. Pada suhu penggorengan, peroksida meningkat tetapi menguap dan
keluar dari sistem penggorengan pada suhu tinggi (Raharjo, 2006).
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Alat
Tabel 2.1 Alat Praktikum Uji Angka Asam
B. Bahan
Tabel 2.2 Bahan Praktikum Uji Angka Asam
2 KOH
3 Etanol
4 Aquades
5 Vaselin
6 Indikator PP
C. Cara Kerja
Menyiapkan buret
Pemanasan
Pendinginan
Tambahkan indikator
pp 6 tetes
A. Kesimpulan
Uji angka asam adalah salah satu cara untuk mengukur jumlah
asam dalam suatu larutan. Prosedur pengujian melibatkan penambahan
larutan indikator asam-base ke dalam larutan yang diuji, kemudian
dihitung jumlah asam yang terlibat dalam reaksi netralisasi dengan basa.
Hasil pengukuran ini dinyatakan sebagai angka asam.
Angka asam dapat digunakan untuk mengetahui seberapa asam
atau basa suatu larutan dan dapat memberikan informasi tentang sifat
kimia dari zat tersebut. Pengujian ini biasanya dilakukan pada bahan
makanan dan minuman, serta pada produk-produk kosmetik dan obat-
obatan untuk memastikan bahwa produk tersebut aman dan sesuai dengan
standar kesehatan.
Kesimpulannya, uji angka asam adalah metode yang berguna untuk
mengukur konsentrasi asam dalam suatu larutan dan dapat memberikan
informasi penting tentang sifat kimia dari zat tersebut. Uji ini digunakan
dalam berbagai bidang industri dan dapat membantu memastikan
keamanan dan kualitas produk yang dikonsumsi oleh manusia.
B. Saran
1. Lebih berhati-hati dan menjaga kebersihan dalam penggunaan alat-
alat.
2. Perlunya kesabaran dan ketelitian dalam melakukan penitrasian
karena akan berpengaruh pada hasil titrasi.
3. Pada saat memanaskan sampel pastikan jas lab tidak terkena bagian
kompor listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, A. S. (2013). Kualitas minyak goreng habis pakai ditinjau dari bilangan
peroksida, bilangan asam dan kadar air. Jurnal Kefarmasian Indonesia,
77-88.
Hutapea, H. P., Sembiring, Y. S., & Ahmadi, P. (2021). Uji Kualitas Minyak
Goreng Curah yang dijual di Pasar Tradisional Surakarta dengan
Penentuan Kadar Air, Bilangan Asam dan Bilangan Peroksida. QUIMICA:
Jurnal Kimia Sains dan Terapan, 3(1), 6-11.
Tarigan, J., & Simatupang, D. F. (2019). Uji Kualitas Minyak Goreng Bekas
Pakai Dengan Penentuan Bilangan Asam, Bilangan Peroksida Dan Kadar
Air. Ready Star, 2(1), 6-10.
Khoirunnisa, Z., Wardana, A. S., & Rauf, R. (2020). Angka asam dan peroksida
minyak jelantah dari penggorengan lele secara berulang. Jurnal
Kesehatan, 12(2), 81-90.
Nainggolan, B., Susanti, N., & Juniar, A. (2016). Uji kelayakan minyak goreng
curah dan kemasan yang digunakan menggoreng secara berulang. Jurnal
Pendidikan Kimia, 8(1), 45-57.
Ahmad, D., Sari, P. N., & Gilang, P. R. (2014). Uji Kualitas Minyak Kelapa
Dengan Uji Coba Penggorengan. Jurnal Teknologi Pengolahan Minyak
dan Lemak.
LAMPIRAN
Lampiran perhitungan
Diketahui :
V2 KOH = 5,9 ml
Molaritas KOH
massa KOH 1000
M KOH = ×
Mr KOH V KOH
5.6065 1000
¿ ×
56,11 1000
M KOH =0,0999 M
Normalitas KOH
N KOH=M KOH ×eq
¿ 0,0999 ×1
N KOH=0,0999 N
- Percobaan 2
V 2 × N KOH × Mr KOH
Angka asam=
W sampel
5,9× 0,0999× 56,11
¿
8,85
Angka asam=3,73
Lampiran Dokumentasi
Lampiran jurnal