Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS DIABETES MELITUS (DM) TIPE II PADA Ny.M


DI RUANG BAJI NYAWA RSUD LABUANG BAJI
SULAWESI SELATAN

Tanggal Praktek :
23 Januari – 29 Januari 2023
Oleh :
Etika Bosana

22207046

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(Iskandar Zulkarnaen, S.Kep,Ns, M.Kep.) ( )

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
2023
A. Konsep medis
1. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat (Smeltzer & Bare, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
2. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)/ Diabetes
Melitus tergantung insulin (DMTI) Lima persen sampai sepuluh
persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas
yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30
tahun.
b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh
persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak
dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang
obesitas.
c. DM tipe lain Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma
pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan
penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
d. Diabetes Kehamilan: Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes
3. Etiologi
Penyebab dari DM Tipe II antara lain (FKUI, 2011):
a. Penurunan fungsi cell β pancreas Penurunan fungsi
cell β disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Glukotoksisitas Kadar glukosa darah yang berlangsung lama
akan menyebabkan peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN
NF-kB dengan akibat peningkatan apoptosis sel β.
2) Lipotoksisitas Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari
jaringan adiposa dalam proses lipolisis akan mengalami
metabolism non oksidatif menjadi ceramide yang toksik
terhadap sel beta sehingga terjadi apoptosis.
3) Penumpukan amyloid Pada keadaan resistensi insulin, kerja
insulin dihambat sehingga kadar glukosa darah akan
meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin
hingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin
juga diikuti dengan sekresi amylin dari  sel beta yang akan
ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi jaringan amiloid
dan akan mendesak sel beta itu sendiri sehingga akirnya jumlah
sel beta dalam pulau Langerhans menjadi berkurang. Pada DM
Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai 50-60%.
4) Efek incretin Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel beta
dengan cara meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan
sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
5) Usia Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah  usia 30 tahun
dan semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya
terus meningkat pada usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami
gangguan toleransi glukosa mencapai 50 – 92%. Proses menua
yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan
dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
ahirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami perubahan
adalah sel beta pankreas yang mengahasilkan hormon insulin,
sel-sel jaringan terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf,
dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
6) Genetik
b. Retensi insulin Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II
sebenarnya tidak begitu jelas, tapi faktor-faktor berikut ini banyak
berperan:
1) Obesitas
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap
glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan
keaktifannya kurang sensitif.
2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
5) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi
sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal
medular dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus
pituitari akan diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin
releasing faktor yang menstimulasi pituitari anterior
memproduksi kortisol, yang akan mempengaruhi peningkatan
kadar glukosa darah 
4. Faktor risiko
Faktor resiko yang tidak dapat diubah:
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Keturunan
Faktor resiko yang dapat diubah:
a. Hipertensi
b. Kolesterol tinggi
c. Obesitas
d. Merokok
e. Alkohol
f. Kurang aktivitas fisik
5. Patofisiologi
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya
resistensi insulin perifer, gangguan “hepatic glucose production
(HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke
kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk
mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap
normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi
mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah
meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis
diabetes ditegakkan. Penurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara
progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mensekresi
insulin (FKUI, 2011).
Pada diabetestipe2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukagon dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus
tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada
diabetes mellitus tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe 2
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Pada keadaan tertentu glukosa dapat meningkat sampai dengan
1200 mg/dl hal ini dapat menyebabkan dehidrasi pada sel yang
disebabkan oleh ketidakmampuan glukosa berdifusi melalui membran
sel, hal ini akan merangsang osmotik reseptor yang akan meningkatkan
volume ekstrasel sehingga mengakibatkan peningkatan osmolalitas sel
yang akan merangsang hypothalamus untuk mengsekresi ADH dan
merangsang pusat haus di bagian lateral (Polidipsi). Penurunan volume
cairan intrasel merangsang volume reseptor di hypothalamus menekan
sekresi ADH sehingga terjadi diuresis osmosis yang akan mempercepat
pengisian vesika urinaria dan akan merangsang keinginan berkemih
(Poliuria). Penurunan transport glukosa kedalam sel menyebabkan sel
kekurangan glukosa untuk proses metabolisme sehingga
mengakibatkan starvasi sel. Penurunan penggunaan dan aktivitas
glukosa dalam sel (glukosa sel) akan merangsang pusat makan di
bagian lateral hypothalamus sehingga timbul peningkatan rasa lapar
(Polipagi). Pada Diabetes Mellitus yang telah lama dan tidak
terkontrol, bisa terjadi atherosklerosis pada arteri yang besar,
penebalan membran kapiler di seluruh tubuh, dan degeneratif pada
saraf perifer. Hal ini dapat mengarah pada komplikasi lain seperti
thrombosis koroner, stroke, gangren pada kaki, kebutaan, gagal ginjal
dan neuropati.
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara
lain (Stockslager L, Jaime & Liz Schaeffer, 2007) :
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes
yang di obati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal
ini mungkin di sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan,
asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga
yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari
ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya
mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan
kondisi yang mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya
terjadi pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat
terjadi pada individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang
mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosmolar
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada
pasien yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis,
HHNS di tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di
atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan
dehidrasi berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup
kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi
cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran
(biasanya koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat
menyebabkan kebas atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit.
Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai cara, yang
mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan lambung
yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare
noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens
hipertensi 10 kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak
menderita diabetes. Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik
sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner
dan infark miokard, aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati
dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem
saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi
karena kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong
pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan terhadap
infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis.
7. Penetalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (FKUI, 2011) :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk DM sebagai berikut (FKUI, 2011) :
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/d
9. Pathway
B. Konsep keperawaran
1. Pengkajian
Pengkajian Pengkajian merupakan merupakan proses yang proses
yang terstruktur terstruktur dan sistematis, mulai sistematis, mulai dari
pengumpulan  pengumpulan data, verifikasi verifikasi data, dan
komunikasi komunikasi data tentang tentang klien. Pada fase
pengkajian ini terdapat 2 langkah yaitu pengump  pengkajian ini
terdapat 2 langkah yaitu pengumpulan data dari klien (sumber primer)
n data dari klien (sumber primer) dan keluarga, tenaga kesehatan
(sumber sekunder) serta analisa data untuk diagnosa keperawatan:
a. Identitas Penderita DM tipe 2 usia > 30 tahun, dan cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun. Faktor pendidikan dan pekerjaan
orang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung memiliki gaya
hidup dan pola makan cenderung memiliki gaya hidup dan pola
makan yang salah. Konsumsi makanan alah. Konsumsi makanan
yang banyak mengandung gula dan lemak. Penyakit DM banyak
dialami orang yang pekerjaan dengan aktivitas fisik sedikit dan
wanita memiliki resiko lebih  besar daripada laki-laki
(Black,2014).
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Klien DM masuk rumah sakit
biasanya memiliki keluhan sering lapar haus 10 Klien DM
masuk rumah sakit biasanya memiliki keluhan sering lapar,
haus, sering kencing, berat badan berlebih. Klien DM biasanya
baru tahu jika menderita menderita DM saat memeriksakan
memeriksakan diri ke pelayanan pelayanan kesehatan
kesehatan (Bararah,2013).
2) Riwayat kesehatan lalu : Klien DM biasanya memiliki riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti infark miokard, obesitas,
arterosklerosisi, tindakan medis yang pernah dilakukan atau
obat-obatan yang biasa dikonsumsi klien (Bararah,2013).
3) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat anggota keluarga klien
biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang bisa
mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi
dan jantung (Bararah,2013).
2. Diagnosa
Diagnosa Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas
respon pasien, keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar atas pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang mana perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
Berikut adalah diagnosa keperawatan klien DM menurut NANDA
(2018)
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin
b. Devisien vo Devisien volume cairan lume cairan b.d diuresis
osmotik diuresis osmotik
c. Intoleransi aktivitas b.d fisik tidak bugar, mudah lelah
d. Keletihan Keletihan b.d penurunan penurunan massa otot massa
otot
e. Nyeri akut b.d hipok  Nyeri akut b.d hipoksia perifer
f. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai proses
penyakit,  perawatan, dan pengobatan
g. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang
pengetahuan tentang manajemen penyakit
3. Intervensi
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan
keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar
tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian kesempatan
pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk
merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan agar masalah yang
dialami pasien dapat teratasi. dapat teratasi. Intervensi adalah
Intervensi adalah peruntuk tertulis y peruntuk tertulis yang
memberikan ang memberikan gambaran tepat gambaran tepat tentang
rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan
diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Domain 2. Nutrisi NOC Tujuan: Setelah NIC 1100-Manajemen 1. Menentukan
Kelas 1. Makan dilakukan tindakan nutrisi kebutuhan dan
(00002) keperawatan selama 3 x 1. Kaji status nutrisi keseimbangan
Ketidakseimbangan 24 jam diharapkan klien nutrisi klien
nutrisi kurang dari nutrisi klien dapat 2. Identifikasi faktor- 2. Banyak faktor yang
kebutuhan tubuh  b.d terpenuhi dengan faktor yang menjadi penyebab
gangguan gangguan Kriteria Hasil: 1004- mempengaruhi status kurang nutrisi
keseimbangan Status nutrisi nutrisi klien sehingga perlu
insulin 1. Asupan makanan 3. Tentukan jumlah dikaji penyebab
dipertahankan pada kalori dan jenis kurang nutrisi pada
skala 2 (banyak nutrisi yang klien dan
menyimpang dari dibutuhkan klien merencanakan
rentang normal) untuk memenuhi pemenuhan nutrisi
ditingkatkan ke kebutuhan gizi 3. Untuk panduan
skala 4 (sedikit 4. Instruksikan klien menjalankan
menyimpang dari mengenai kebutuhan program  program
rentang normal) nutrisi (membahas diet yang sehat
2. Asupan cairan pedoman diet dan 4. Klien dapat
dipertahankan pada piramida makanan) melaksanakan diet
skala 2 (banyak 5. Ciptakan lingkungan yang sehat dan
menyimpang dari yang optimal pada direkomandisikan
rentang normal) saat mengkonsumsi 5. Agar klien merasa
ditingkatkan ke makanan nyaman saat makan
skala 4 (sedikit 6. Monitor kalori dan 6. Mengetahui intake
menyimpang dari asupan makanan dan output asupan
rentang normal) klien nutrisi klien
1621-Perilaku
patuh : diet yang
sehat
1. Memilih makanan
sesuai dengan
panduan  panduan
nutrisi nutrisi yang
direkomendasikan
dipertahankan pada
1 (tidak pernah
melakukan)
ditingkatkan ke 4
(sering dilakukan)
2. Menyeimbangkan
intake cairan dan
kehilangan cairan
dipertahankan pada
2 (jarang dilakukan)
ditingkatkan ke 4
(sering dilakukan)
2 Domain 2. Nutrisi NOC Tujuan: Setelah NIC 4120-Manajemen 1. Menentukan status
Kelas 5. Hidrasi dilakukan tindakan cairan cairan tubuh klien
(00025) Devisien keperawatan selama 3 x 1. Kaji pola eliminasi 2. Penurunan berat
volume cairan b.d 24 jam diharapkan urin klien, badan mudah sekali
diuresis diuresis asupan cairan dapat konsentrasi urin, terjadi pada pasien
osmotik terpenuhi dengan keadaan turgor kulit DM
Kriteria Hasil: 1008- klien 3. Menentukan
Status nutrisi asupan 2. Timbang berat badan kebutuhan dan
makanan dan cairan klien setiap hari keseimbangan
1. Asupan cairan 3. Monitor intake dan cairan tubuh
secara oral output cairan klien 4. Kekurangan cairan
dipertahankan pada 4. Monitor TTV dapat menurunkan
2 (sedikit adekuat) 5. Lakukan pemberian tekanan darah,
ditingkatkan ke 4 obat antidiabetik atau takikardia, dan bisa
(sebagian besar pemberian insulin terjadi hipovolemia
adekuat) 0601- 5. Menurunkan kadar
Keseimbangan gula darah sehingga
cairan efektif dalam
1. Tekanan mengatasi  poliuria
darah,nadi,suhu
dipertahankan pada
2 (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke 4
(sedikit terganggu)
2. Keseimbangan
intake dan output
selama 24 jam
dipertahankan pada
2 (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke 4
(sedikit terganggu)
3. Kehausan
dipertahankan pada
2 (cukup berat)
ditingkatkan ke 4
(ringan)
3 Domain 4. Aktivitas/ NOC Tujuan: Setelah NIC 0180-Manajemen 1. Intake nutrisi yang
istirahat Kelas 4. dilakukan tindakan Energi adekuat dapat
Respons keperawatan selama 2 x 1. Monitor intake nutrisi menjadi sumber
kardiovaskular/ 24 jam diharapkan untuk sumber energi energi klien
pulmonal (00092) intolerans aktivitas yang adekuat 2. Asupan nutrisi
Intoleransi aktivitas dapat dikurangi dengan 2. Konsultasikan terpenuhi, dan
b.d fisik tidak  bugar, Kriteria Hasil 0001- dengan ahli gizi sesuai dengan diet
mudah lelah Daya tahan mengenai cara sehat yang
1. Melakukan aktivitas meningkatkan energi diprogramkan
rutin dipertahankan dari makanan 3. Respon oksigen
pada 2 (banyak 3. Monitor sistem klien tetap
(banyak terganggu) kardiorespiratori terpantau
ditingkatkan ke 4 klien saat aktivitas 4. Energi yanga akan
(sedikit terganggu) 4. Bantu klien dalam dikeluarkan sesuai
2. Glukosa darah aktivitas sehari-hari dengan kemampuan
dipertahankan  pada sesuai kemampuan klien
2 (banyak (banyak energi klien 5. Mencegah
terganggu) 5. Ajarkan klien terjadinya kelelahan
ditingkatkan ke 4 mengenai teknik pada klien
(sedikit terganggu) pengelolaan waktu 6. Stamina tetap
3. Oksigen darah untuk mencegah terjaga dan klien
ketika beraktivitas kelelahan bugar
dipertahankan  pada
2 (banyak (banyak
terganggu)
ditingkatkan ke 4
(sedikit terganggu)
4 Domain 4. Aktivitas/ NOC Tujuan: Setelah NIC 0180-Manajemen 1. Status kesehatan
istirahat Kelas 3. dilakukan tindakan Energi klien dapat
Keseimbangan keperawatanselama 3 x 1. Kaji status fisiologis diketahui
energi (00094) 24 jam diharapkan klien yang 2. Hal yang menjadi
Keletihan b.d devisien volume cairan menyebabkan sumber kelelahan
penurunan dapat terpenuhi dengan kelelahan klien dapat
penurunan massa Kriteria Hasil: 0007- 2. Anjurkan klien diketahui dan untuk
otot Tingkat kelelahan mengungkapkan acuan memberi
1. Kelelahan perasaan mengenai intervensi yang
dipertahankan  pada keterbatasan yang cocok
2 (cukup  berat) dialami 3. Intervensi yang
ditingkatkan ke 4 3. Pilih intervensi untuk diberikan pada
(ringan) mengurangi klien sesuai dengan
2. Kelesuan kelelahan baik kondisi klien
dipertahankan  pada farmakologis atau 4. Menentukan waktu
2 (cukup  berat) non-farmakologis dan lama tidur klien
ditingkatkan ke 4 1850-Peningkatan 5. Agar klien mengerti
(ringan) tidur pentingnya istirahat
3. Kegiatan sehari-hari 1. Tentukan pola tidur 6. Mengetahui status
dipertahankan  pada klien kesehatan klien
2 (banyak (banyak 2. Jelaskan  pentingnya 7. Supaya klien lebih
terganggu) pentingnya tidur cepat tidur dengan
ditingkatkan ke 4 untuk penderita DM rangsang
(sedikit terganggu) 3. Monitor pola tidur lingkungan yang
4. Kualitas istirahat dan catat kondisi kondusif
dipertahankan  pada klien
2 (banyak (banyak 4. Atur rangsang
terganggu) lingkungan untuk
ditingkatkan ke 4 siklus tidur yang
(sedikit terganggu) normal
5 Domain 12.  NOC NIC 1. Mengetahui lokasi,
Kenyamanan Kelas Tujuan: Setelah 1400-Manajemen Nyeri karakteristik,
1. Kenyamanan fisik dilakukan tindakan 1. Lakukan  pengkajian durasi,frekuensi ,
(00132)  Nyeri akut keperawatan selama 1 x pengkajian nyeri kualitas, intensitas,
b.d hipoksia perifer 24 jam diharapkan nyeri komprehensif dan  beratnya nyeri
klien dapat 2. Observasi  petunjuk 2. Mengetahui tingkat
diminimalisir dengan petunjuk non-verbal nyeri melalui
Kriteria Hasil: 2102- mengenai ekspresi dan gestur
Tingkat nyeri ketidaknyamanan klien
1. Nyeri yang 3. Ajarkan prinsip- 3. Supaya klien
dilaporkan prinsip manajemen mengerti cara
dipertahankan pada nyeri meminimalisir
skala 2 (cukup 4. Dorong klien untuk nyeri
berat)  berat) memonitor nyeri dan 4. Memandirikan
ditingkatkan cara menangani nyeri klien untuk
ditingkatkan ke 4 dengan tepat mengatasi nyerinya
(ringan) 5. Pilih dan 5. Menurunkan nyeri
3016-kepuasan klien implementasikan dnegan intervensi
: manajemen nyeri tindakan yang yang tepat
1. Nyeri terkontrol beragam 6. Memperhatikan
terkontrol (farmakologi, non- faktor keselamatan
dipertahankan pada farmakologi, klien
skala 2 (agak puas) interpersonal) untuk 7. Mengetahui tingkat
ditingkatkan ke 4 memfasilitasi keberhasilan
(sangat puas) penurunan intervensi yang
2. Tingkat nyeri penurunan nyeri diberikan
dipantau secara sesuai kebutuhan 8. Cek keadaaan
reguler 6. Pastikan  perawatan umum klien
dipertahankan pada analgesik bagi  pasien
skala 2 (agak puas) yang dilakukan
ditingkatkan ke 4 dengan  pemantauan
(sangat puas) ketat
7. Evaluasi Keefektifan
tindakan
pengontrolan nyeri
yang dilakukan
8. Pantau TTV klien
6 Domain 5. NOC Tujuan: Setelah NIC 5520-Fasilitasi 1. Agar klien tidak
Persepsi/kognisi dilakukan tindakan Pembelajaran salah dalam
Kelas 4. Kognisi keperawatan selama 1 x 1. Berikan informasi menerima informasi
(00126) Defisiensi 24 jam diharapkan yang tepat 2. Agar mudah
pengetahuan pengetahuan 2. Gunakan kata-kata dipahami klien
pengetahuan b.d pengetahuan klien yang sederhana dan 3. Supaya klien lebih
kurangnya informasi tentang diabetes mellitus mudah diingat terbuka
mengenai proses tipe 2 dapat  bertambah 3. Dorong pasien untuk 4. Agar klien mengerti
penyakit,  perawatan, dengan Kriteria Hasil: berpartisipasi aktif mengenai DM
perawatan, dan 1820-Pengetahuan dan membagi 5. Supaya klien dapat
pengobatan manajemen diabetes pengalamannya bertanya  bertanya
1. Pencegahan 4. Diskusikan tanda dan hal yang tidak
hiperglikemia gejala  penyakit DM dimengerti
dipertahankan  pada 5. Berikan waktu klien 6. Supaya informasi
skala 1 (tidak ada bertanya yang diberikan
pengetahuan) 6. Jawab pertanyaan tepat
ditingkatkan ke 4 klien dengan  benar 7. Agar tidak ada
(pengetahuan 7. Segera koreksi jika kesalahan dalam
banyak) klien salah mengartikan
2. Prosedur yang harus menafsirkan informasi
diikuti dalam informasi
mengobati
hiperglikemia
dipertahankan  pada
skala 1 (tidak ada
pengetahuan)
ditingkatkan ke 4
(pengetahuan
banyak)
3. Penggunaan yang
benar obat yang
diresepkan
dipertahankan  pada
skala 1 (tidak ada
pengetahuan)
ditingkatkan ke 4
(pengetahuan
banyak)
4. Manfaat manajemen
penyakit
dipertahankan  pada
skala 1 (tidak ada
pengetahuan)
ditingkatkan ke 4
(pengetahuan
banyak)
7 Domain 2 Nutris NOC NIC 1. Untuk mengetahui
Kelas 4. Tujuan: Setelah 2120-Manajemen kadar glukosa
Metabolisme dilakukan tindakan Hiperglikemi dalam tubuh klien
(00179) Resiko keperawatan selama 1 x 1. Monitor kadar 2. Supaya klien
ketidakstabilan kadar 24 jam diharapkan glukosa darah mengetahui cara
glukosa darah b.d ketidakstabilan glukosa 2. Bantu klien mengukur kadar
kurang  pengetahuan darah menjadi normal menginterpretasik  an glukosa darahnya
tentang manajemen dengan kadar glukosa darah 3. Mengetahui kondisi
penyakit Kriteria Hasil 2300- 3. Monitor tanda dan gula darah klien
Kadar glukosa darah gejala hiperglikemi 4. Untuk mengetahui
1. Glukosa darah 4. Konsultasikan status kesehatan
dipertahankan  pada dengan dokter tanda klien
skala 2 (deviasi yang dan gejala 5. Patuh 6 benar
cukup besar dari hiperglikemi yang 6. Supaya  perawatan
kisaran normal) tetap atau memburuk efektif dan  benar
ditingkatkan ke 5. Berikan insulin sesuai
skala 4 (deviasi resep
ringan sedang dari 6. Instruksikan pada
kisaran normal) klien dan keluarga
2111-Keparahan mengenai manajemen
Hiperglikemia diabetes
1. Peningkatan glukosa
darah dipertahankan
pada skala 2 (besar)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
2. Peningkatan haus
dipertahankan  pada
skala 2 (besar)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
3. Lapar  berlebihan
dipertahankan  pada
skala 2 (besar)
ditingkatkan ke
skala 4 (ringan)
4. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Dalam evaluasi keperawatan menggunakan SOAP
atau data subjektif, objektif, analisa dan planning kedepannya. Jika masalah
sudah teratasi intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila belum teratasi
perlu dilakukan pembuatan planning kembali untuk mengatasi masalah
tersebut.
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah
sebagai berikut.
a. Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi
nyeri
b. Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan
c. Tanda-tanda vital normal
d. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal
dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
e. Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
f. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi
g. Rasa lelah atau keletihan berkurang/penurunan rasa lelah
h. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi nya yang
menderita diabetes melitus, efek prosedur dan proses pengobatan.

Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap pasien dengan diabetes


mellitus dan apabila dari poin satu sampai dengan poin 8 tersebut
sudah tercapai oleh seorang pasien, maka dapat disimpulkan bahwa
pasien tersebut sudah sehat dan dapat meninggalkan rumah sakit.
Tetapi pasien tetap harus memperhatikan kadar gulu dalam darahnya,
dengan cara makan makanan yang sehat, bergizi dan rendah gula.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS DIABETES MELITUS (DM) TIPE II PADA Ny.M
DI RUANG BAJI NYAWA RSUD LABUANG BAJI
SULAWESI SELATAN

Tanggal Praktek :
23 Januari – 29 Januari 2023
Oleh :
Etika Bosana

22207046

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(Iskandar Zulkarnaen, S.Kep,Ns, M.Kep.) ( )

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
2023

Anda mungkin juga menyukai