Anda di halaman 1dari 3

Artikel Ilmiah Populer

Aulia Rizka Maulida (34202000001), Tia Herlina Putri (34202000031)


Diana Artha Dahliaty (34202000040), Muhamad Rifki Maulana R (34202000042)

Kendala Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Proses Pembelajaran di


Sekolah Kejuruan
Aulia Rizka Maulida1, Tia Herlina Putri2, Diana Artha Dahliaty3, Muhamad Rifki M. R.4

Kurikulum memiliki arti penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan


sebagai arahan dan pedoman dalam pelaksanaan Pendidikan. Setelah kemerdekaan, tercatat
bahwa kurikulum di Indonesia sudah mengalami pergantian hingga kurang lebih sepuluh kali.
Mengutip dari buku Perkembangan Kurikulum SMA di Indonesia dari Kemendikbud,
perubahan kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konstelasi politik, sosial,
dan budaya bangsa Indonesia yang selalu berkembang dari satu masa ke masa berikutnya.

Indonesia telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di antaranya kurikulum


1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan terakhir 2013. Perubahan
kurikulum sering dipengaruhi oleh faktor politik. Contohnya kurikulum 1964 disusun untuk
meniadakan MANIPOL-USDEK, kurikulum 1975 digunakan untuk memasukkan Pendidikan
Moral Pancasila, dan kurikulum 1984 digunakan untuk memasukkan mata pelajaran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Kurikulum 1994, di samping meniadakan
mata pelajaran PSPB juga untuk mengenalkan kurikulum SMU yang menjadikan Pendidikan
umum sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi.

Pada Februari 2022 lalu, Kemendikbudristek resmi luncurkan kurikulum merdeka.


Kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan
minat. Para pelajar dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai passion yang
dimilikinya. Secara umum, kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran
intrakurikuler yang beragam. Dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik
mempunyai waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Sehingga nantinya, guru memiliki kekuasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.. Kurikulum
ini untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan
tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Proyek tersebut tidak diarahkan untuk
mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata
pelajaran.

Pengimplementasian kurikulum merdeka khususnya di sekolah kejuruan di Indonesia


sudah terealisasikan dengan baik. Tenaga pendidik juga sudah merancang pembelajaran
terhadap materi esensial sesuai karakteristik kurikulum merdeka yang berhubungan dengan
jurusan yang ada. Proses Pembelajaran di sekolah kejuruan menggunakan metode
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan PJBL (Project Based Learning) yang di
sesuaikan dengan jurusan. Oleh karena itu, terdapat pemilahan materi yang cocok yang
berkaitan dengan penjurusan. Dalam pembelajaran, tahapan pembelajaran dilakukan sesuai
dengan fasenya. Pertanyaan pemantik juga diberikan untuk menstimulasi pemikiran siswa
dimana pertanyaan pemantiknya berkaitan dengan permasalahan kontekstual yang ada di
lingkungan sekolah. Pembelajaran bermakna juga dilakukan dengan pemberian materi yang
sesuai dengan jurusan. Kemudian, jurusan memberikan proyek berupa praktek sehingga
siswa mengalami sendiri. Pada saat siswa mengalami sendiri maka pembelajaran tersebut
akan menjadi bermakna dan akan diingat dalam jangka waktu yang lama.

Pembelajaran di sekolah kejuruan memiliki beberapa kendala dalam


pengimplementasian kurikulum merdeka. Adapun beberapa kendalanya yaitu dalam
pemberian PJBL (Project Based Learning) pada proses pembelajaran dimana guru tidak
leluasa memberikan project. Hal itu dikarenakan wewenang pemberian project pada sekolah
kejuruan dilimpahkan pada jurusan. Guru hanya diberikan materi yang berhubungan dengan
project yang akan diberikan oleh jurusan. Guru juga mengalami kesulitan dalam menemukan
ide pembelajaran yang sesuai di sekolah kejuruan. Selain itu, kendala yang dihadapi berupa
kurangnya pendanaan untuk menunjang pembelajaran jika diberikan sebuah project.

Dalam mengatasi kendala kurangnya ide pembelajaran diperlukan pemberdayaan guru


yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan yang terbaik dalam perencanaan yang lebih
baik, untuk keterlaksanaan program yang lebih baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih
baik dan untuk meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan. Dan
dapat dikatakan pemberdayaan guru ini berfokus untuk meningkatkan kemampuan guru
untuk menuju optimalisasi yang sebenarnya sesuai dengan standar yang ada dan dibutuhkan.

Kendala dalam mengatasi kurangnya fasilitas berupa pendanaan dapat dikonsultasikan


dengan pihak manajemen pembiayaan sekolah. Setiap sekolah tentunya memiliki suatu
manajemen khusus yang mengurusi tentang pembiayaan Pendidikan. Jika dalam proses
pembelajaran diperlukan suatu pendanaan untuk mendukung terlaksanakannya project maka
guru dapat mengajukan proposal kegiatan project kepada pihak yang mengatur manajemen
pembiayan pendidikan. Hal itu dilakukan karena manajemen pembiayaan pendidikan
berperan penting dalam penunjangan pengadaan dan perencanaan fasilitas pembelajaran
sehingga akan meningkatkan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar disekolah.

Anda mungkin juga menyukai