Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ika Sari Wantika

NIM : 211.371.010

Mata Kuliah : Qowaidul Fiqhiyyah

Keterkaitan Antara Qowaid Fiqhiyyah, Qowaid Ushuliyah dan Dhobith Fiqhi

➢ Dari sisi keterkaitan: Qowaid fiqhiyyah berkaitan dengan perilaku-perilaku hamba,


kaidah “‫ ”األمور بمقاصدها‬meliputi masalah-masalah dalam ibadah, muamalah, hukum
kriminalitas, dan hukuman. Adapun kaidah ushuliyah tidak berkaitan dengan
masalah-masalah perbuatan hamba, akan tetapi alat untuk mengetahui hukum syar’i
dari dalil yang terperinci.
➢ Dari sisi hasil : Qawaid fiqhiyah adalah hasilnya diambil dari ushul fiqh, sedangkan
qawaid ushul adalah perantara yang menyampaikan seorang mujtahid kepada
pengetahuan hukum-hukum syar’i.
➢ Dari sisi pengambilan: Qawaidh fiqih diambil dari dalil-dalil syari atau dari cabang-
cabang fiqih yang serupa. Adapun qowaid ushul diambil dari tiga hal, yaitu: ilmu
kalam, ilmu arab, dan penggambaran hukum
➢ Dari sisi pengambilan faedah langsung: qawaid fiqihyah mengeluarkan hukum-hukum
dan masalah-masalah fiqih secara langsung tanpa perantara dalil, adapun qowaid
ushuliyah tidak mengeluarkan dalil kecuali dengan perantara dalil.
Adapun hubungan antara kaidah fiqih dan dhobith fiqih, diantara banyak
ulama ada yang berpendapat bahwa mereka membedakan diantara keduanya, dimana
mereka menjadikan dhobit fiqih lebih sempit pembahasannya dari qowaidh fiqhiyah.
Dan diantara para ulama, khususnya ulama terdahulu tidak ada yang melihat
perbedaan antara keduanya.
Qa’idah Pertama

‫األمور بمقاصدها‬

Perkara Itu Sesuai Dengan Maksudnya

Maknanya adalah:

Hukum dan hasil dari apa yang diucapkan seseorang dalam hal ucapan atau perbuatan
berbeda-beda sesuai dengan niatnya dari perbuatan dan perkataan tersebut.

Dalil Qa’idah:

Asal mula aturan ini, telah mendengar hadits dari Amirul Mukminin Umar ibn al-
Khattab radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, besabda:
“amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.
Dan barang siapa yg hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu untuk Allah
dan Rasul-Nya dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia atau wanita yang ia nikahi maka
hijrahnya adalah untuk apa yang dia nikahi”.

Abu Ubaid berkata: Tidak ada dalam hadits yang lebih lengkap, lebih kaya, dan lebih
bermanfaat daripada itu, dan kemudian Abu Dawud berkata: Ini adalah setengah dari ilmu

Permisalan dari kaidah:

Barangsiapa memberikan uang kepada orang lain, maka ia menganggap bahwa itu adalah
zakat, pinjaman, atau pemberian, dan masing-masing memiliki aturan hukumnya sendiri-
sendiri, dan tujuan itulah yang menentukan akad mana yang dimaksud.

Ada dua perkara : satu untuk dilakukan, dan satu untuk ditinggalkan

Pertama, niat bisa menjadi syarat sahnya, diterimanya, dan pahalanya, seperti niat
wudhu, shalat, puasa, dan zakat. Niat bisa menjadi syarat untuk mendapatkan pahala,
meskipun sah tanpanya, seperti menafkahi keluarga.

Kedua, niat untuk meninggalkan, niatnya adalah syarat untuk mendapatkan pahala,
bukan syarat sahnya, seperti menghilangkan najis dan mengembalikan hutang kepada
pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai