Anda di halaman 1dari 11

STUDI LITERATURE : FAKTOR RESIKO BULLYING DI SMA

Novri Asiali1, Firmawati2, Sabirin B. Syukur3


Program Studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
1.2)
3)
Program Studi profesi ners Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Gorontalo
Indonesia

Novriasiali599@gmail.com

ABSTRAK

Bullying merupakan suatu bentuk perilaku kekerasan dimana pelaku bullying


melakukan tindakan pemaksaan baik fisik maupun psikologis terhadap individu atau
sekelompok orang yang lebih lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor resiko bullying di SMA. Penelitian ini menggunakan desain studi kepustakaan
atau literature review. Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus-september. Pada
penelitian ini, strategi peneliti dalam pengumpulan data dilakukan melalui kajian
literature. Pada penelitian ini menggunakan analisis literatur review ini menggunakan
metode naratif dengan mengelompokkan data-data dari jurnal yang sesuai dengan
kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan. Hasil penelitian ini
terdapat faktor yang sangat beresiko bullying adalah faktor keluarga, faktor
lingkungan sekolah, faktor teman sebaya dan faktor media massa.

Kata kunci : faktor resiko bullying

PENDAHULUAN rasakan dan tindakan ini dilakukan

Bullying merupakan suatu dengan berulang kali sehingga terjadi

masalah yang sering terjadi diberbagai stress pada korban baik stress fisik,

Negara didunia yang berkepanjangan sosial dan pendidikannya (Jenkins,

dan tiada habisnya. Bullying memiliki Fredrick, & Nickerson, 2018).

arti suatu tindakan yang sengaja Banyak Negara dengan masalah

dilakukan disebabkan tidak bullying seperti yang terjadi di amerika

seimbangnya kekuatan yang mereka serikat menujukan bahwa 28% siswa


dibuly, 30% siswa pernah membuli

1
orang lain, 70% bully dilihat siswa sosial melakukan survei data, 84%
disekolah dan 70% kasus bully dilihat usia 12 sampai 17 tahun mengalami
oleh staf (Gomez, 2016). Bullying bullying (viva, 2017). Kasus bullying
dapat terjadi dimana saja, disekolah, pada anak sekolah semakin naik dan
dirumah, lingkungan rumah, ataupun tidak boleh dianggap remeh, hal ini
tempat bekerja (wardana, 2015). akan membuat masalah dilingkungan
Kasus bullying di sekolah diindonesia masyarakat sehingga dapat
menempati posisi teratas hal ini meresahkan mereka. Kasus bullying
berdasarkan laporan masyarakat ke disekolah diindonesia semakin marak
KPAI atau komisi perlindungan anak terjadi dikalangan sekolah dasar,
Indonesia, tercatat 253 kasus bullying sekolah menegah pertama, sekolah
yang terjadi ditahun 2011 sampai menengah atas bahkan sampai di
dengan tahun 2016 (nuridha, 2017). perguruan tinggu.
KPAI mempunyai data yang tercatat Allah berfirman: “janganlah
pada tanggal 23 mei 2018 sampai sekali-kali kamu mengira, bahwa allah
dengan bulan juli 2018 kasus bully lalai dari apa yang dibuat oleh orang-
sebanyak 36 kali terjadi, dimana bila orang yang zalim. Sesungguhnya
kita presentasikan menjadi 22,4% dari allah memberi tangguh kepada
kasus 161 yang datanya berada mereka sampai hari yang pada waktu
dibidang pendidikan. Kemudian KPAI itu mata (mereka) terbelalak karena
menerima pengaduan kasus melihat siksa” (QS. Ibrahim:42)
kekerasan terhadap anak di bidang Faktor resiko bullying muncul
pendidikan sebanyak 153 kasus disebabkan banyak faktor, diantaranya
kekerasan di tahun 2019. faktor keluaga, faktor teman sebaya,
faktor lingkungan sosial, faktor
Kasus bullying atau kekerasan lingkungan sekolah dan faktor media
pada anak disekolah Indonesia saat massa. Dari beberapa faktor tersebut
ini mendapatkan peringkat ke dua yang sangat beresiko bullying adalah
terbesar setelah jepang. Sementara faktor keluarga, faktor lingkungan
amerika serikat berada di bawah sekolah, faktor teman sebaya dan
Indonesia. (indra, 2016). kementrian faktor media massa. Faktor keluarga

2
merupakan faktor yang beresiko tinggi Berdasarkan uraian tersebut
terjadinya bullying karena ketidak penulis tertarik untuk melakukan
harmonisan keluarga, contohnya literature review terhadap artikel-
seperti keluarga yang suka artikel yang meneliti tentang faktor
menghukum anak tanpa orientasi resiko bullying di SMA.
disiplin yang jelas, serta orang tua
METODOLOGI PENELITIAN
yang tidak mendidik anak dengan
Desain penelitian yang
pelajaran agama dan nilain-nilai moral.
digunakan adalah desain naratif
Kemudian faktor lingkungan sekolah
deskriptif dengan pendekatan literatur
karena relasi antar siswa yang tidak
review (studi literatur). Studi
harmonis misalnya kakak kelas yang
kepustakaan (literatur review)
suka mengancam adik kelas serta
merupakan suatu uraian yang berisi
relasi antar guru dan siswa yang tidak
tentang teori, temuan dan bahan
harmonis misalnya guru yang suka
penelitian lain yang diperoleh dari
mengusir siswa dari dalam kelas.
acuan untuk dijadikan landasan suatu
faktor teman sebaya sangat beresiko
penelitian. Uraian dalam literatur
terjadinya perilaku bullying karena
review diarahkan untuk menyusun
dapat menyebabkan anak berperilaku
kerangka pemikiran yang jelas dalam
negatif melalui ide yang diberikan oleh
pemecahan masalah yang telah
teman sebayannya. Selanjutnya
diuraikan dalam sebelumnya pada
media massa hal ini disebabkan
perumusan masalah. Studi literatur
karena adanya program stasiun
bisa didapat dari beberapa sumber
televisi yang menayangkan film yang
pustaka baik buku, jurnal, artikel dan
tidak sepantasnya disiarkan sehingga
informasi dari internet (siregar &
tontonan tersebut meninggalkan hal
harahap, 2019:48)
buruk kepada penontonnya, lebih
Jenis penelitian ini yang
buruk lagi jika film yang ditayangkan di
digunakan berkaitan dengan topik
televisi terdapat tindakan kekerasan
atau variabel penulisan. Literature
yang dapat menimbullkan perilaku
review yang perlu dilihat yaitu
bullying pada remaja.
perlunya menganalisis, meringkas,
membandingkan hasil-hasil penelitian

3
yang satu dengan yang lainnya Setelah mendapatkan hasil 625
(siregar & harahap, 2019:48) jurnal kemudian akan di uji kelayakan,
dengan mengurutkan jurnal menurut
HASIL STUDI LIETRATUR
relevansi atau yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil pencarian membaca jurnal sesuai dengan topik
literature mesin pencarian ebsco, penelitian, dan hasil yang tidak
Indonesia ane search, dan google menunjukan tujuan didapatkan 441.
cendekia/google scholar dengan kata Selanjutnya di skimming (meluncur)
kunci faktor resiko bullying, risk factor dengan membaca fokus inti dari jurnal
bullying menghasilkan jurnal sebanyak dan membaca cepat. Jika belum di
2.552 jurnal yang berasal dari google dapatkan tujuan dari penulis maka
cendekia/google scholar 1.760, membaca dengan berulang-ulang,
Indonesia one search 8 jurnal, dan fokus dan mendalami serta berfokus
ebsco 784 jurnal. Jurnal-jurnal pada metode dan hasil penelitian.
tersebut selanjutnya dilakukan Jurnal yang memenuhi syarat dilihat
screening, dengan memperhatikan dari kriteria inklusi seperti full text,
kesesuaian dengan sumber, isi, dan sesuai dengan judul penelitian,
membaca sekilas pada abstrak, rentang waktu penerbitan jurnal 2015-
heading, sub heading serta dokumen 2020, dapat diakses dan dapat di
statement atau kalimat-kalimat penting download. Jurnal yang sesuai di
yang terdapat dalam abstrak dan dapatkan hasil 8 jurnal selanjutnya
pendahuluan jurnal yang di tambah akan dilakukan analisis dan
dengan memperhatikan kondisi diintegrasikan.
literatur, seperti tidak sesuai dengan
judul, tidak full text atau hanya PEMBAHASAN
abstrak, tidak bisa di download, Bullying merupakan tindakan
berbayar, gagal akses, dan tahun yang sangat mengaggu orang lain
terbitan 5 tahun terakhir (2015-2020). dalam bentuk fisik, emosi, serta ferbal,
Sehingga hasil screening tersebut di yang dilakukan dengan cara memukul,
keluarkan 1.927 jurnal dan didapatkan mengejek, mendorong, mengancam,
hasil 625 jurnal. sampai memalak uang hanya demi

4
kepentingan pribadi. Bullying terbagi laki. Kekerasan verbal mudah
menjadi beberapa jenis dan bentuk dilakukan dan dapat dibisikkan
bullying, secara umum praktik-praktik didepan orang dewasa serta teman
bullying dikelompokan ke tiga kategori sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan
yaitu bullying fisik, verbal dan mental. verbal dapat di teriakan ditempat
Bullying fisik yaitu jenis bullying bermain bercampur dengan bising-
yang paling banyak terjadi bising ramai yang terdengar oleh
dilingkungan sekolah. Hampir pengawas, diabaikan karena dianggap
sebagian besar dari pelaku bully sebagai pembicaraan yang bodoh dan
melakukan bullying fisik pada tidak simpatik diantara teman sebaya.
korbannya, hal ini diakui korbanya Bullying mental/psikologis
bahwa mereka mengalami bullying adalah jenis bullying yang paling
fisik. Bullying fisik yang dilakukan berbahaya karena tidak tertangkap
pelaku bully yaitu memukul, mata atau telinga kita jika kita tidak
menendang, mencambuk, yang cukup awas mendeteksinya. Contoh
meninggalkan bekas luka pada memandang sinis, mempermalukan
korban. Bullying fisik adalah jenis didepan umum, terror via sms,
bullying yang kasat mata. Siapapun mencibir, dan memandang yang
bias melihatnya karena terjadi merendahkan. Penindasan ini adalah
sentuhan fisik antara pelaku bullying pelemahan harga diri korban
dan korbannya. Contoh bulying fisik penindasan sistematis melalui
yaitu memukul, menarik baju, pengabaian, pengecualian, pengucilan
menyenggol dengan bahu, menjewer, atau penghindaran. Penghindaran
menjambak, menendang, menginjak suatu tindakan penyingkiran, suatu
kaki, memalak, meludahi, melempar alat penindasan yang kuat .
dengan barang, dan melakukan Dampak yang diakibatkan oleh
hukuman dengan cara push up. tindakan ini sangat luas cakupannya.
Bullying verbal adalah suatu Remaja yang menjadi korban bullying
bentuk penindasan yang paling umum lebih beresiko mengalami berbagai
digunakan, baik yang dilakukan oleh masalah kesehatan, baik secara fisik
anak perempuan ataupun anak laki- maupun mental. bullying yang terjadi

5
dilingkungan sekolah bagi korbannya sekolah sering memberikan masukan
ialah merasa takut lalu menarik diri negatif pada siswa.
dari teman-teman di kelasnya, menjadi 1. Faktor keluarga
pasif dan merasa kurang fokus Hidayati (2019), menjelaskan
mengikuti kegiatan belajar mengajar di bahwa keluarga yang tidak harmonis,
kelas. Korban bullying merasakan tidah utuh dan terjadi perceraian akan
sakit dan menimbulkan luka lebam menyebabkan anak berperilaku
dibagian tubuhnya, sehingga ia takut bullying dimana seorang remaja yang
dan trauma untuk bersoisal dengan hidup dilingkungan keluarga yang
pelaku bullying tersebut. parah menerapkan pola komunikasi yang
mereka tidak menghentikannya negatif seperti sindiran tajam akan
karena takut terhadap kelompok cenderung meniru kebiasaan tersebut
tersebut. dalam kesehariannya. Bentuk
Faktor Resiko Bullying Di SMA komunikasi yang negatif seperti ini
Beberapa faktor resiko seorang akan terbawa dalam pergaulannya
siswa atau remaja dalam melakukan sehari-hari, akibatnya seorang remaja
perilaku kekerasan atau bullying yaitu, dengan mudah berkata kotor dan
faktor keluarga, faktor teman sebaya, kasar. Hal tersebut yang dapat
faktor lingkungan sekolah dan faktor memicu remaja menjadi pribadi yang
media massa, Dimana seseorang terbelah dan berperilaku bully, sebab
akan mencari status dilingkungan remaja tersebut terbiasa dengan
sosial dengan strata yang sama, lingkungan kelurga yang kasar.
Faktor media menjadi bagian Perilaku bullying seringkali berasal
kehidupan yang sering digunakan baik dari keluarga yang bermasalah seperti
melalui media cetak ataupun orang tua yang menghukum anaknya
elektronik, Teman sebaya dikenal dengan cara berlebihan, anak yang
sebagai fase pertama untuk tinggal dilingkungan keluraga yang
berkelompok sehingga memiliki penuh kekerasan akan menyebabkan
banyak teman, Bullying berkembang anak tersebut mempelajari perilaku
dengan pesat dalam lingkungan bullying kitika melihat konflik yang

6
terjadi dilingkungan yang penuh teman sebayanya agar diterima dalam
dengan kekerasan. kelompok tersebut, walaupun
2. Faktor lingkungan sekolah sebenarnya mereka tidak nyaman
Sembiring (2019), menjelaskan melakukan hal tersebut
bahwa faktor lingkungn sekolah dapat 4. Faktor media massa
menyebabkan anak beresiko bullying Waliyanti (2018), menjelaskan
disekolah, Dimana pihak sekolah bahwa faktor media massa menjadi
sering mengabaikan keberadaan sebab terjadinya perilaku bullying
bullying. Akibatnya, anak-anak seperti pengunaan televisi, radio, dan
sebagai pelaku bullying akan smartphone menjadi sebab munculnya
mendapatkan penguat terhadap perilaku bullying yang besar karena
perilaku mereka untuk melakukan tontonan atau acara yang paling
intimidasi kepada anak lain. Bullying sering ditonton oleh para pelaku atau
berkembang dengan pesat dalam korban bullying mengandung unsur
lingkungan sekolah sering kekerasan.
memberikan masukan negatif pada Berdasarkan beberapa jurnal
siswanya, yang direview terhadap 8 jurnal
3. Faktor teman sebaya penelitian tentang faktor resiko
Bulu (2019), menjelaskan bahwa bullying di SMA, didapatkan hasil
teman sebaya beresiko melakukan penelitian dari beberapa jurnal
bullying dimana sebagian waktu yang penelitian tersebut terdapat faktor
dimiliki remaja adalah untuk resiko bullying di SMA.
berinteraksi dengan teman sebaya Hasil penelitian Hidayati (2019),
baik disekolah maupun dilingkungan mendapatkan bahwa faktor resiko
rumah. Intensitas komunikasi antar bullying disebabkan oleh faktor
teman sebaya yang lebih inilah yang keluarga yang tidak harmonis, tidak
kemungkinkan munculnya hasrat ingin utuh, dan terjadinya perceraian orang
menindas atau melakukan bullying tua hal tersebut sebagai sebab
atau hasutan teman-temannya. timbulnya perilaku bullying dikalangan
Bebrapa anak melakukan bullying remaja sebab keluarga tidak
hanya untuk membuktikan kepada memberikan kasi sayang dan

7
perhatian yang penuh kepada anak- untuk berinteraksi dengan teman
anaknya. seorang remaja yang hidup sebaya. Intensitas komunikasi antar
dilingkungan keluarga yang teman sebaya yang lebih inilah yang
menerapkan pola komunikasi yang kemungkinkan munculnya hasrat ingin
negatif seperti sindiran tajam akan menindas atau melakukan bullying
cenderung meniru kebiasaan tersebut atas hasutan teman-temannya.
dalam kesehariannya. Bebrapa anak melakukan bullying
Sembiring (2019), mendapatkan hanya untuk membuktikan kepada
hasil bahwa dari 97 responden faktor teman sebayanya agar diterima dalam
lingkungan sekolah mayoritas kelompok tersebut, walaupun
beresiko mengalami bullying dimana sebenarnya mereka tidak nyaman
63 responden atau (64,9%). melakukan hal tersebut. Remaja yang
Diakibatkan karena pihak sekolah melakukan bullying hanya
sering mengabaikan keberadaan membuktikan kepada anak lain agar
bullying. Akibatnya anak-anak sebagai diterima dalam kelompok tersebut,
pelaku bullying akan mendapatkan padahal sebenarnya mereka tidak
penguat terhadap perilaku mereka nyaman dalam melakukan bullying
untuk melakukan intimidasi kepada tersebut . Menunjukan faktor teman
anak lain. Bullying berkembang sebaya dengan nilai 0,003 (p value ≤
dengan pesat dalam lingkungan 0,05) dan nilai OR sebesar 3,857.
sekolah sering memberikan masukan Peneliti berasumsi bahwa teman
negatif pada siswanya, contohnya sebaya dapat menyebabkan perilaku
seperti hukuman yang tidak bullying karena disebakan adanya ide
membangun sehingga tidak yang dibisikkan oleh teman sebaya.
mengembangkan rasa menghargai Sofiyanti (2016), menunjukan
dan menghormati sesama siswa lain. bahwa faktor resiko bullying
Penelitian Bulu (2019), disebabkan karena faktor keluarga
menunjukan hasil signifikan faktor dan pola asuh orang tua. Keluarga
resiko bullying di sebabkan oleh faktor yang tidak utuh, sering terjadi cekcok
teman sebaya, karena sebagian besar dilingkungan keluarga sehingga anak
waktu yang dimiliki remaja adalah menjadi stress sehingga akan

8
menimbulkan perilaku bullying pada dependen. ada juga jurnal yang
saat anak berada diluar lingkungan tahunnya tidak sesuai dengan kriteria
keluarga.. inklusi dari peneliti, serta ada jurnal
Hasil penelitian dari 8 juranal yang tidak menunjukkan tujuan dari
peneliti mendapatkan hasil bahwa penelitian karena tidak sesuai dengan
faktor resiko terjadinya bullying di topik pembahasan dari penelitian.
SMA disebabkan oleh faktor keluarga,
Kesimpulan
faktor lingkungan sekolah, faktor
Kesimpilan yang dapat diambil
teman sebaya dan faktor media
berdasarkan uraian dalam hasil
massa. resiko dari perilaku bullying
pembahasan adalah:
diakibatkan karena kurangnya
faktor resiko bullying disebabkan
perhatian dari orang tua, Pola hidup
oleh beberapa faktor yaitu, faktor
orang tua yang berantakan, terjadi
keluarga yang tidak harmonis, tidak
perceraian orang tua, sehingga
utuh, dan terjadinya perceraian orang
anaknya akan depresi dan stress.
tua hal tersebut sebagai sebab
Sehinga anak tersebut melakukan
timbulnya perilaku bullying dikalangan
perilaku bullying di sekolah. Menurut
remaja sebab keluarga tidak
Andrew mellor, dkk (dalam lestari,
memberikan kasi sayang dan
2016:150) mengatakan bullying terjadi
perhatian yang penuh kepada anak-
akibat faktor lingkungan keluarga,
anaknya. Kemudian faktor teman
sekolah, media massa, budaya dan
sebaya karena sebagian besar waktu
peer group. Bullying juga muncul oleh
yang dimiliki remaja adalah untuk
adanya pengaruh situasi politik dan
berinteraksi dengan teman sebaya.
ekonomi yang koruptif.
Terakhir faktor media massa karena
tontonan yang dilihat mengandung
Keterbatasan Penelitian
unsur kekerasan sehinga
Pada saat pencarian jurnal
menimbulkan perilaku bullying.
peneliti mendapat beberapa masalah,
Saran
yakni dalam pencarian jurnal peneliti
Bagi Masyarakat Umum
kesulitan mencari jurnal yang sesuai
Penelitian ini diharapkan bisa
dengan variabel independen dan
menajdi landasan masyarakat agar

9
lebih memperhatikan anak-anak
Bulu. Y. Dkk (2019). Faktor-Faktor
mereka supaya terhindar dari perilaku
Resiko Yang Mempengaruhi
bullying dan untuk guru-guru untuk Perilaku Bullying Pada Remaja
Awal. Malang. Nursing news.
bersikap bijak pada siswa-siswi untuk
Volume 4. No 1
menunjang kedisiplinan, prestasi dan
Herawati. N & Deharnita (2019).
dapat meminimalisir resiko perilaku
Faktor Resiko Terjadinya
bullying dilingkungan sekolah. Bullying Pada Anak. Padang.
Jurnal Keperawatan. Volume
Bagi Instansi Pendidikan
15. No 1
Penelitian ini diharapkan dapat
Hidayati, a. (2019) faktor resiko
digunakan sebagai referensi dan
bullying dikalangan perserta
masukan bagi yang membutuhkan didik era milineal. Klaten.
Jurnal BK UNESA. Volume 1.
bacaan yang berkaitan dengan faktor
Edisi 2
resiko bullying di SMA. Selain itu
Rizki, F. & Akbar, M. A (2020). Faktor-
dosen bisa bekerja sama dengan
Faktor Resiko Terhadap
mahasiswa untuk melakukan Perilaku Bullying Pada Remaja
Disekolah Menengah Pertama.
penyuluhan tentang faktor resiko
Bandar Lampung. Jurnal
bullying yang sering terjadi di Keperawatan. Volume 7. No 1
lingkungan sekolah.
Sembiring, A. I. & Susilawati, E
Bagi Penelitian Selanjutnya (2019). Faktor Resiko
Terjadinya Bullyimg
Diharapkan dapat mengetahui
Dikalangan Remaja Kelas X
hasil penelitian ini serta dapat IPS SMA. Medan. Jurnal
Keperawatan.
dijadikan referensi dalam penelitian
selanjutnya dan meneliti lebih lanjut Syofiyanti. D (2016). Faktor Resiko
dengan variabel yang berbeda yang Dan Kurangnya Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Perilaku
berkaitan dengan faktor resiko bullying Bullying Pada Remaja. Riau.
Jurnal Ppkn Dan Hukum.
Volume 11. No 1
DAFTAR PUSTAKA
Waliyanti, E. Dkk (2018). Faktor
Resiko Bullying Terhadap
Amalia. E, Dkk (2019). Faktor Resiko
Dan Edukasi Pencegahan Perilaku Remaja. Yogyakarta.
Bullying Pada Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Mataram. (1) 2 : 30-35 Indonesia. Volume 2. No

10
11

Anda mungkin juga menyukai