Anda di halaman 1dari 26

STUDI LITERATUR : HUBUNGAN PENGETAHUAN

PERAWAT DENGAN PENERAPAN


EARLY WARNING SCORE (EWS)

PROPOSAL PENELITIAN

NOFIANTO
NIM : C01416058

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan studi literature riview yang berjudul “Hubungan Pengetahuan
Perawat Dengan Penerapan Early Warning Score (EWS)”.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan proposal ini masih banyak
mengalami hambatan, namun berkat bimbingan, dan bantuan dari pihak penulis
dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang Sebesar-besarnya
kepada Ayah dan ibu tercinta dengan penuh kasih sayang dan kesabaran telah
membesarkan dan mendidik saya sehingga dapat menempuh pendidikan yang
layak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo Bapak Dr. dr. H. Muhamad
Isman Jusuf, Sp.S
2. Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Ibu Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa,
M. Hum
3. Wakil Rektor 2 Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Bapak Drs. H.
Sjamsuddin Tuli, M.Si
4. Wakil Rektor 3 Bidang Riset, Kerja Sama dan Pengembangan Dr. Ir.
Hasim, M.Si
5. Wakil Rektor 4 Bidang Kemahaiswaan dan Al-Islam dan
Kemuhammadiyaan Dr. Munkizul Umam Kau, M.Fill.I,
6. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ns. Abdul Wahab Pakaya,
S.Kep,MM,M.Kep
7. Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Bapak Ns. Pipin Yunus, S.Kep.,
M.Kep
8. Ketua Program Studi Keperawatan Ns. Ibu Rona Febriyona, S.Kep.M.Kep
9. Pembimbing 1 Ns. Haslinda Damansyah, S.Kep.,M.Kep dan Pembimbing
2 Ns. Fadli Syamsuddin,S.Kep,.M.Kep.,Sp.KMB Terima kasih atas
bimbingan dan pengarahan sehingga penulis bisa menyelesaikan
Proposal Studi Literature Riview.

v
10. Teman- teman seperjuangan angkatan tahun 2016 terima kasih telah
banyak mendukung dan menemani baik dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan
dalam penulisan Studi literature riview ini, semoga dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu kesehatan.

Gorontalo, September 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Early Warning Score ......................................................................6
2.2 Penerapan Early Warning Skor Pada Pasien Kritis ....................................8
2.3 Konsep Pengetahuan ..................................................................................12
2.4 Konsep Gawat Daruratan ............................................................................13
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Diagram Alur ...............................................................................................16
3.2 Studi Literatur ..............................................................................................16
3.3 Cara Pengumpulan Data .............................................................................16
3.4 Analisa Data ................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................20

4
DAFTAR TABEL

       Halaman

1. Early Warning Score (EWS) Mendeteksi Perkembangan Penyakit Kritis ...........11

5
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Teori ..................................................................................................15


2. Alur Literature Riview .........................................................................................16
3. Diagram Alur Proses Seleksi Literature .............................................................18

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Early Warning Score (EWS) merupakan parameter fisiologi yang tidak
hanya untuk memprediksi hasil, melainkan untuk melayani pasien dengan sistem
alur dan mendorong perawat untuk mengidentifikasi tanda−tanda awal perburuka
n pasien. EWS pertama kali diperkenalkan Royal College of Physicians pada
tahun 2012 di rumah sakit inggris dengan pasien masalah pernafasan dan
hingga sekarang telah mengalami perombakan pada penilaian EWS itu sendiri,
kemudian dimodifikasi menjadi Modified Early Warning Scoring System
(MEWSS), dan Standart Early Warning Scoring System (SEWSS) yang
dikembangkan di Skotlandia pada tahun 2013 (Royal College of Physicians,
2017)
Penilaian EWS ini awalnya diusulkan sebagai alat untuk menginformasikan
penyedia layanan kesehatan tentang potensi perkembangan penyakit kritis di
ruang gawat darurat dan di unit perawatan tinggi, tetapi dengan cepat diadopsi
untuk digunakan di bangsal rumah sakit Dalam pengaturan klinis, EWS tidak
berguna sebagai sistem peringatan dini, dan temuan menunjukkan bahwa ada
perancu yang tidak terukur yang memicu layanan keperawatan untuk memberi
tahu tim respons cepat. (Kumar et al., 2020)
EWS Merupakan alat yang menentukan jumlah penyakit pasien dan
meminta intervensi. skor untuk pemicu eskalasi adalah 3, 5 dan 7, dengan tiga
pemicuan yang datang dengan observasi per jam jika ada premi tiga poin dalam
satu parameter, lima pemicuan observasi setiap jam (terlepas dari
pembobotannya) dan tujuh memicu transfer perawatan yang mengancam jiwa;
Dalam pengaturan terkini, tingkat perawatan ini hanya dapat dilakukan di rumah
sakit. (Mintah-asare, 2020)
Penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan yang
sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien. Sistem ini merupakan
konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil
klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan
menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana. (Yunding et al., 2020)

7
EWS sendiri mampu berfungsi dengan cepat mengidentifikasian klien yang
mengalami pemburukan dan memprediksi serangan jantung serta kematian
(Fernando et al., 2019).
Dalam mendeteksi perburukan pasien. Perawat sudah memiliki
pengetahuan tentang konsep penilaian perburukan kondisi pasien di ruang
perawatan serta mampu menentukan kondisi dan penanganan pasien dengan
tepat. EWS atau skor sederhanan terdapat 7 tanda vital menurut (Bedoya et al.,
2020)
Kompetensi Perawat yang bekerja di unit medis perlu di tingkatkan untuk
pemantauan terhadap kondisi perburukan pasien, karena tidak menutup
kemungkinan saat perawat sibuk dengan satu pasien tertentu pasien lainnya
terjadi perburukan kondisi. Pada situasi tertentu, perawat lebih siap
mengevaluasi perubahan kondisi pasien dan melakukan intervensi dengan tepat.
Hal ini menentukan respon perawat untuk lebih meningkatkan pemantauan EWS
dan intervensi terhadap manajemen peringatan penurunan kondisi pasien
sebelum terjadi perburukan. (endang et al., 2019)
Konsep EWS di Indonesia sendiri baru diperkenalkan di RSCM pada tahun
2014 di empat ruang rawat inap, dan menurut informasi dari teman sejawat yang
bekerja di Rumah Sakit Di Gorontalo EWS sendiri baru akan di terapkan pada
rumah sakit yang sudah terbilang mempuni, menarik kembali pengalaman
peneliti saat prakter klinik di beberapa rumah sakit di Gorontalo bahwa peneliti
juga belum melihat adanya penggunaan EWS tersebut pada dasarnya
penggunaan EWS sendiri sangat penting bagi Rumah sakit Khususnya di
ruangan intensive tinggi, namun konsep dan prosedur baru, maka perawat masih
merasa asing atau belum cukup dikenal, sehingga pelaksanaannya pun belum
optimal. Sehingga membutuhkan pendekatan khusus dan sosialisasi yang cukup
sehingga konsep ini bisa berjalan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Prihati dan wirawati (2019) tentang
pengetahuan perawat mengenai penerapan Early Warning Score (EWS)
menunjukkan bahwa responden dengan usia 20-40 tahun dengan tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 36 (92,3%) responden dan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 3 (7,7%). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Suwaryo
Widyaswara, 2019) di RSUD dr..Soedirman Kebumen dengan menggunakan 39
responden ditemukan hasil bahwa sebagian besar perawat dengan pengetahuan

8
tentang EWS kategori cukup sejumlah 18 responden (46,2%). Hasil terendah
tingkat pengetahuan tentang EWS kurang sebanyak 7 responden (17,9%).
Dimana usia 20-40 tahun memasuki tahap usia dewasa muda. Pada usia ini
individu dituntut untuk menjalani peran baru di tempat kerja, rumah, dan
masyarakat, serta mengembangkan minat, nilai-nilai, dan sikap yang terkait
dengan peran tersebut.
Penelitian mengenai EWS juga dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit
Swasta Makassar, didapatkan 42 (63.6%) responden memiliki penerapan yang
baik, 23 (34.8%) responden memiliki penerapan yang cukup, dan ada 1 (1.5%)
responden yang kurang menerapkan EWS sesuai SOP. Dimana hasil
wawancara dengan perawat didapatkan faktor yang menyebabkan
ketidakpatuhan dalam menerapkan EWS sesuai SOP adalah aktivitas yang
terlalu banyak, pasien yang banyak, pendokumentasian yang terlalu banyak dan
mengira bahwa pasien masih dalam kondisi yang stabil. Hal lain yang bisa
mendukung dapat dilihat pada sel yang didapatkan ada 21 (31,8%) dari 66
responden yang memiliki pengetahuan baik dengan penerapan cukup kurang
yang menyebabkan penerapan EWS masih ada yang belum sesuai. penelitian
yang telah dilakukan dilihat dari lama kerja responden mayoritas <5 tahun
sebanyak 45 (68,2%) dari 66 responden. (Pambudi, Sutriningsih, & Yasin, 2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Faridah, Ispahani, & Badriah, (2019) yang
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan perawat dalam
penerapannya selain pengetahuan yaitu lama kerja, motivasi, supervisi dan
beban kerja. Perawat yang berada diruang rawat inap mengatakan sulit untuk
menerapkan EWS karena merasa masih baru dengan ilmu ini dan masih dalam
proses belajar menerapkan, ada beberapa perawat yang mengatakan kejadian
code blue (Ekawati et al., 2020)
Perawat perlu untuk meningkatkan pengetahuan untuk memperbaiki
kinerjanya yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan sosialisasi,
pelatihan berkelanjutan, dan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan bertambah kepercayaan dirinya
dan berani mengambil sikap terhadap sesuatu yang akhirnya akan
mempengaruhi perilaku. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang
berada pada kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses
pendidikan-belajar. (Ekawati et al., 2020)

9
Dari uraian latar belakang diatas penggunaan EWS sendiri belum
mencapai keoptimalan atau pemahaman EWS tersebut, oleh karena itu perlunya
untuk penelusuran literatur ilmiah terkait “Hubungan Pengetahuan Perawat
Dengan Penerapan Early Warning Score (EWS).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang perlu
diidentifikasi dalam literatur riview adalah:
1. Perawat perlu untuk meningkatkan pengetahuan untuk memperbaiki
kinerjanya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan sosialisasi,
pelatihan berkelanjutan, dan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. (Ekawati et al., 2020)
2. Pengetahuan perawat mengenai penerapan EWS, Masih Kategori Cukup
dari tingkat pendidikan dan usia, sama halnya pengalaman peneliti saat
prakter klinik di beberapa rumah sakit di Gorontalo bahwa peneliti juga
belum melihat adanya penggunaan EWS tersebut pada dasarnya
penggunaan EWS sendiri sangat penting bagi Rumah sakit Khususnya di
ruangan intensive tinggi, namun konsep dan prosedur baru, maka perawat
masih merasa asing atau belum cukup dikenal, sehingga pelaksanaannya
pun belum optimal. Sehingga membutuhkan pendekatan khusus dan
sosialisasi yang cukup sehingga konsep ini bisa berjalan dengan baik.
(Pambudi, Sutriningsih, & Yasin, 2018)
1.3 Rumusan Masalah
Penggunaan EWS belum maksimal dengan tingkatkan Pengetahuan,
Pendidikan, Usia dan Lama masa Kerja sehingga peneliti mengangkat tema yaitu
“Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Early Warning Score
(EWS)” ?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian Literature Riview ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Early Warning Score (EWS).
1.5 Manfaat Penilitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis yaitu sebagai berikut:

10
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian literature riview ini diharapkan dapat mengahasilkan
skripsi yang bermanfaat mengenai Hubungan Pengetahuan Perawat
Dengan Penerapan Early Warning Score (EWS).
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Tenaga Kesehatan/Perawat
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan atau perawat
dalam meningkatkan Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan
Early Warning Score (EWS).
2. Bagi Institusi
Penelitian literature riview ini dijadikan sebagai tambahan informasi atau
tambahan referensi kepustakaan dan diharapkan menjadi masukan bagi
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi penelitian
selanjutnya.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Early warning score


2.1.1 Definisi Early Warning Score (EWS)
Dalam situasi perawatan sekunder, skor untuk pemicu eskalasi adalah 3, 5
dan 7, dengan tiga pemicuan yang datang dengan observasi per jam jika ada
premi tiga poin dalam satu parameter, lima pemicuan observasi setiap jam
(terlepas dari pembobotannya) dan tujuh memicu transfer perawatan yang
mengancam jiwa; Dalam pengaturan terkini, tingkat perawatan ini hanya dapat
dilakukan di rumah sakit.(Mintah-asare, 2020)
Sistem ini dirancang untuk identifikasi tepat waktu terhadap risiko
perburukan suatu penyakit. Early Warning Score (EWS) didefinisikan sebagai
proses sistemik untuk mengevaluasi dan mengukur risiko awal untuk mengambil
langkah−langkah preventif untuk meminimalkan dampak pada sistem tubuh.
EWS sekarang didefinisikan sebagai prosedur tertentu untuk deteksi dini dari
setiap yang berpatokan pada frekuensi normal klinis atau reaktor serologis
penyakit tertentu dengan memantau sampel dari populasi yang beresiko. (Ners
et al., 2019)
EWS adalah layanan keperawatan dalam pendeteksian dini kegawatan
pasien kritis baik di ruang perawatan inap maupun penilaian pasien yang baru
datang di rumah sakit, pemburukan kondisi pasien diketahui bagaman
penanganan dan pemberian asuhan keperawatan yang tepat (Yunding et al.,
2020).
2.1.2 Variasi Early Warning Score (EWS)
EWS juga tidak hanya dilakukan kepada pasien biasa, tetapi juga
mencakup pada populasi khusus, misalnya anak-anak atau pasien dengan
kehamilan (Winarno, 2018). EWS merupakan pengembangan dalam layanan
kegawatdaruratan pasien yang dirawat di rumah sakit, yang berfungsi sebagai
alat deteksi dini sehingga apabila terjadi penurunan kondisi pasien dapat
diketahui lebih awal dapat ditangani lebih cepat. Deteksi dini, ketepatan waktu
merespon, dan kompetensi respon klinis merupakan serangkaian kegiatan yang
harus dilakukan untuk optimalisasi hasil klinis (Smith, Chiovaro, O'Neil, et al
2015)

12
EWS telah digunakan secara ekstensif dalam praktek obstetrik, tetapi
sistem yang digunakan sangat bervariasi, EWS utama adalah:
a. Modified Early Obstetric Warning System (MEOWS) yang diajukan dari UK
Saving Mothers’ Lives Report
b. Maternal Early Warning Criteria (MEWC) yang diajukan dari National
Partnership for Maternal Safety
c. Maternal Early Warning Trigger (MEWT) tool yang digunakan di Dignity Health
System dan rumah sakit lain di Amerika Serikat. (Kumala & Apsari, n.d.2017)
Skor Peringatan Dini Nasional adalah alat yang menentukan jumlah
penyakit pasien dan meminta intervensi. Itu diperkenalkan oleh Royal College of
Physicians pada tahun 2012 sebagai persetujuan yang tidak dapat diprediksi.
EWS berisi ix pengukuran fisiologis yaitu laju pernapasan, saturasi oksigen,
tekanan darah sistolik, suhu, detak jantung, dan tingkat kesadaran. Di antara ini
secara individu adalah ukuran dengan skor dari 0 sampai 3, dan dijumlahkan
untuk memberikan skor total dengan tambahan dua poin untuk oksigen
tambahan. Skor tersebut antara 0 dan 20, dengan skor yang lebih tinggi
dihasilkan dari pengukuran fisiologis yang lebih buruk. ( Garrett, Northstone,
Pullyblank, Scott, Redmond, Whiting 2019. )
a. Early Warning Score Parametrik (EWSP) sederhana yang mencakup
frekuensi jantung, tekanan darah sistolik, pernapasan, suhu dan tingkat
kesadaran yang dilakukan saat pasien dirawat dipantau di rumah sakit.
Menurut penelitian (So et al., 2015). Bahwa parameter kuat dalam EWS
adalah frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan dapat membedakan
pasien yang stabil dan pasien yang beresiko adanya perburukan.
b. Modified Early Warning Score (MEWS) alat untuk membantu para perawat
memantau pasien mereka dan seberapa cepat frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, tekanan darah sitolik, frekuensi nadi, tingkat kesadaran,
suhu dan output urine perjam, Pengamatan yang dihasilkan dibandingkan
dengan kisaran normal untuk menghasilkan skor komposit tunggal. Skor lima
atau lebih secara statistik terkait dengan kemungkinan peningkatan kematian
atau masuk ke unit perawatan intensif. (Ners et al., 2019)

13
2.2 Penerapan Early Warning Score (EWS) Pada Pasen Kritis
2.2.1 Penerapan Early Warning Score (EWS)
EWS adalah sebuah instrumen yang menjanjikan untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas maternal. Untuk memperbaiki outcome kesehatan,
EWS seharusnya mengidentifikasi pasien yang berisiko untuk mengalami
perburukan pada saat intervensi dini dapat mencegah perburukan ke morbiditas
berat. perbaikan outcome kesehatan, sistem ini harus mengidentifikasi pasien
yang berisiko untuk penyakit kritis, dan yang akan mendapatkan manfaat dari
intervensi dini, tidak menghasilkan banyak peringatan yang positif palsu sehingga
penanganan pasien menjadi terganggu. (Kumala & Apsari, n.d.2017)
Beberapa penelitian yang di lakukan bahwa skor EWS yang tinggi dengan
transfer pasien ke ICU yang tidak direncanakan (sensitivitas 88%, dan
spesifisitas 93%) untuk skor EWS Selanjutnya, mereka menemukan bahwa skor
EWS lebih tinggi sebelum transfer ke ICU dikaitkan dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas Selain itu skor EWS yang meningkat dikaitkan dengan
penurunan tanda-tanda klinis. EWS dianggap mampu membantu perawat dalam
memantau dan mengontrol kondisi pasien, sehingga dapat memberikan laporan
secepat mungkin kepada dokter mengenai perburukan kondisi pasien, serta
menentukan tingkat perawatan dan ruang dimana pasien akan dirawat (Tosh,
2016)
Beberapa penelitian menekankan bahwa sistem ini memberikan
penyelesaian efektif, early warning score yang lebih cepat dengan peningkatan
akurasi Ini penting karena registrasi yang lengkap dan akurat pada basis reguler
sangat penting untuk efektivitas, terutama ketika membantu teknologi medis,
seperti alat pendukung keputusan klinis, bergantung pada data ini, Selain itu,
banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sistem mengurangi angka kematian
dan lama tinggal di rumah sakit. Studi-studi ini juga menunjukkan peningkatan
dalam kelangsungan hidup pasien (Mestrom et al., 2019)
2.2.2 Parameter Dasar Penilaian Early Warning Score (EWS)
Early Warning Score (EWS) menggunakan skor numerik dari 0 sampai 3,
pada grafik pengamatan kode warna (skor 0 adalah skor yang diinginkan dan
skor 3 adalah skor yang tidak diinginkan). Skor ini dijumlahkan dengan semua
parameter dalam skor total dan dicatat sebagai EWS dari pasien. Setiap skor
yang diukur mencerminkan bagaimana variasi parameter yang dibandingkan

14
dengan norma dari tiap parametrik. Skor tersebut kemudian dikumpulkan,
dengan penekanan penting bahwa parameter ini sudah rutin diukur di rumah
sakit dan dicatat pada grafik klinis. (Ners et al., 2019)
EWS dalam mendeteksi perburukan pasien. Perawat sudah memiliki
pengetahuan tentang konsep penilaian perburukan kondisi pasien di ruang
perawatan serta mampu menentukan kondisi dan penanganan pasien dengan
tepat. EWS atau skor sederhanan terdapat 7 tanda vital menurut (Bedoya et al.,
2020) :
a. Laju pernapasan (RR)
b. Tekanan darah sistolik (SBP)
c. Saturasi oksigen (O2)
d. Denyut jantung (SDM)
e. Oksigen tambahan
f. Suhu badan
g. Tingkat kesadaran
Proses penerapan sistem EWS harus memperhatikan konteks sosial di
mana sistem akan diimplementasikan untuk memahami perubahan terkait
pengguna dan perubahan konteks kerja untuk penggunaannya, sistem.
Penerapan EWS telah dievaluasi dan staf menganggap relevansi klinis dan
makna sebagai hal yang penting. sebuah studi yang mengevaluasi penerapan
sistem EWS tidak melaporkan secara rinci bagaimana perawat memandang dan
bereaksi terhadap alat baru dalam pengaturan klinis. (Jensen et al., 2019)
2.2.3 Penerapan Perawat Early Warning Score (EWS)
Early Warning Score (EWS) juga menunjukkan tentang tahapan pasien
untuk memasuki prognosis buruk, baik masuk ke ICU tanpa terduga ataupun
kematian Sehingga EWS memiliki interpretasi dibagi menjadi 3 yaitu nilai
rendah, menengah dan tinggi. Nilai rendah adalah skor 1-4 dengan hasil bahwa
diperlukan perawat untuk memantau perubahan kondisi pasien Nilai menengah
adalah skor 5-6 dengan hasil bahwa diperlukan penatauan oleh perawat dan
dipersiapkan tim untuk menghadapi keadaan kritis Dan yang terakhir adalah skor
tinggi adalah skor di atas 7, yaitu diperlukan penanganan cepat darurat dari tim
medis (McManus & Wynter-Minott, 2017)
Pasien dengan nilai EWS 0 harus dilakukan observasi setiap 12 jam,
Pasien dengan nilai EWS 1–4 harus dilakukan observasi berulang setiap 4–6

15
jam, Pasien dengan nilai EWS 5–6 harus diobservasi setiap jam, dan keadaan
pasien dilaporkan kepada penanggung jawab untuk dilakukan penilaian lebih
lanjut. Pasien dengan nilai EWS ≥7 harus dilakukan pemantauan tanda-tanda
vital yang dilakukan alur aktivasi tim Code Blue untuk dilakukan penilaian dan
stabilisasi pasien segera, serta merujuk pasien ke fasilitas intensif (Early et al.,
2019)
Pada pasien kritis penerapan EWS yang ada hanya menilai tanda-tanda
vital yang terakhir dikumpulkan sebagai data menunjukkan bagaimana tren
historis dari tanda-tanda vital dapat memberikan informasi tambahan yang
berpotensi bermanfaat. Dengan memeriksa bobot yang ditetapkan untuk setiap
tanda vital, dapat mengungkap proses pengambilan keputusan mendalam
Misalnya, perawat dapat memperingatkan dengan memeriksa kerangka waktu di
mana bobot perhatian paling tinggi (Shamout et al., 2020)
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, EWS berbasis tehnologi informasi
dapat dipakai dan di kembangkan oleh Rumah sakit terutama profesi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan sehari – hari. Namun secara signifikan,
belum ditetapkan menjadi penurunan angka kematian, lama rawat di rumah sakit,
atau penerimaan pasien kembali ke Intensive Care Unit (ICU). EWS tidak hanya
untuk penilaian pada pasien dewasa, perangkat ini dapat digunakan untuk
populasi anak – anak (bayi sampai dengan remaja) dengan mempertimbangkan
dan memasukkan ke dalam alat – alat tersebut, karena anatomi dan fisiologi
anak-anak berbeda secara luas dari orang dewasa, dan kecenderungan untuk
perburukkan kondisi secara mendadak lebih besar. (endang sudjiati et al., 2019)

16
Tabel 1 : Early Warning Score (EWS) mendeteksi perkembangan penyakit kritis
pada pasien (Ners et al., 2019)
SKOR
EWS 3 2 1 0 1 2 3
HR <40 41-50 51-100 101-110 111- >130
130
SBP <70 71-80 81- 101-159 ≥ 200
100
RR <9 9-14 15-20 21-29 ≥ 30
TEMP <35 35,1- 36,1– 38 38,1- > 38,5
36 38,5
CNS <9 9-13 14 Alert Verbal Pain unrespon

Keterangan skor :
a. Hijau :0–1
b. Kuning : 2 – 3
c. Orange : 4 – 5
d. Merah : ≥ 6
a). Hijau
Pasien dalam kondisi stabil
b). Kuning
Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift. Jika skor
pasien akurat maka perawat primer atau PP harus menentukan tindakan
terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang setiap 2 jam oleh
perawat pelaksana. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan
pasien.
c). Orange
Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift dan diketahui
oleh dokter jaga residen. Dokter jaga residen harus melaporkan ke DPJP dan
memberikan instruksi tatalaksana pada pasien tersebut. Perawat pelaksana
harus memonitor tanda vital setiap jam.

17
d). Merah
Aktifkan code blue, TMRC melakukan tatalaksana kegawatan pada pasien,
dokter jaga dan DPJP diharuskan hadir disamping pasien dan berkolaborasi
untuk menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya. Perawat pelaksana
harus memonitor tanda vital setiap jam (setiap15 menit, 30 menit, 60 menit)
Ide utama bahwa perubahan kecil dalam parameter ini akan dihargai
menggunakan EWS dari pada menunggu perubahan yang jelas dalam parameter
individu seperti penurunan dalam tekanan darah sistolik, yang seringkali
merupakan suatu kondisi terminal. Skor meningkat biasanya menunjukkan
kerusakan, dan bahkan dapat memprediksi kematian, namun early warning score
bukanlah obat mujarab, untuk penilaian pasien yang akurat melainkan sebagai
tambahan dan harus di tindak lanjuti dengan penilaian klinis yang teliti Setiap
skor yang diukur mencerminkan bagaimana variasi parameter yang dibandingkan
dengan norma dari tiap parametrik. Skor tersebut kemudian dikumpulkan,
dengan penekanan penting bahwa parameter ini sudah rutin diukur di rumah
sakit dan dicatat pada grafik klinis (Ners et al., 2019).
2.3 Konsep Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat kembali kejadian yang
pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja setelah dilakukan
pengamatan pada suatu objek yang dapat menjadi bagian penting untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang, Tingkat pengetahuan yang baik akan
memudahkan seorang perawat mengimplementasikan pengetahuannya dalam
menangani kasus kegawatan di ruang perawatan.(Suwaryo Widyaswara, 2019)
Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh informasi dan lingkungan
melalui proses pengalaman. Setelah mendapat informasi dari luar, seseorang
akan mengingat materi tersebut untuk dipelajari dan mempunyai kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang materi tersebut yang digunakan
kemampuan tersebut dalam kondisi real (Bylow et al 2019).
pengetahuan seseorang Pendidikan yang rendah dan lama bekerja akan
mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi melalui panca indera,
Lamanya pengalaman kerja akan memungkinkan berkembangnya pengetahuan
perawat karena beragamnya kasus pasien dalam kondisi gawat darurat yang
dijumpai selama bertahun-tahun. (Suwaryo Widyaswara, 2019)

18
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 2 yaitu
a. Internal seperti pendidikan, umur, pekerjaan, pengalaman kerja.
b. Eksternal seperti lingkungan, sosial budaya dan informasi (Ners et al.,
2019)
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan atau kognitif sangat penting terbentuknya tindakan
seseorang, kognitif ada 6 yaitu (Ners et al., 2019)
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat yang telah di pelajari, tahu merupakan
tingkatan yang paling rendah.
b. Memahami ( comprehence)
Kemampuan memahami atau menginterprestasikan dengan sesuatu
objek.
c. Aplikasi (aplication)
Kemampuan yang di pelajari dengan menggunakan metode, rumus dan
prinsip.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan seseorang penguasaan materi atau objek dalam
komponen terstruktur dan berkaitan satu sama lain.
e. Sintetis (syntetis)
Kemampuan menghubungkan formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dimana seseorang mampu melakukan justifikasi atau
memberi penilaian yang berdasarkan kriteria yang ada.
2.4 Konsep Kegawat Daruratan
2.4.1 Definisi Gawat darurat
gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif
diberikan kepada pasien dengan injury akut atau sakit yang mengancam
kehidupan”. Instalasi Gawat Darurat atau IGD sebagai unit pertama intra rumah
sakit yang dapat diakses oleh pasien atau keluarga pasien untuk mendapatkan
pertolongan awal yang cepat, tepat dan holistik terutama pada kasus kegawat
daruratan, Keberhasilan pertolongan terhadap kegawatan pasien sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal

19
yang akan menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada sistem
kegawatan pasien. (Kusniawati & Susanti, 2019)
Kejadian gawat darurat bisa terjadi kepada siapa, kapan dan dimana saja,
kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian
itu. Kejadian buruk yang parah seperti henti jantung dan kematian seringkali
ditandai oleh tanda-tanda vital yang abnormal beberapa jam sebelum kejadian
Keberhasilan pertolongan terhadap kegawatan pasien sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada sistem kegawatan pasien.
Keberhasilan pertolongan terhadap kegawatan pasien sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada sistem kegawatan pasien.
(Ekawati et al., 2020)
2.4.2 Respon Time Perawat
menjelaskan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi
keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter pasien,
penempatan staf, ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan
pasien, pelaksanaan manajemen dan, strategi pemeriksaan dan penanganan
yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep
tentang waktu tanggap penanganan kasus di IGD rumah sakit. (Yunding et al.,
2020).
Prosedur yang menempatkan pasien pada kategori – kategori prioritas
untuk transpor dan perawatan berdasarkan tingkat keparahan cedera serta
kegawatdaruratan medis, yang ditentukan dengan pertimbangan tata cara
pertolongan pengkajian pada setiap pasien yang masuk ke IGD berdasarkan
tingkat kegawatan dengan berfokus menemukan masalah pada airway (A),
breathing (B), circulation (C), disability (D) dan exposure (E). (Kusniawati &
Susanti, 2019)
Salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian akibat henti jantung
adalah dengan penerapan EWS, sangat bermanfaat pada pemantauan atau
deteksi dini sebelum pasien mengalami kondisi yang lebih buruk dan mampu
menggunakan jalur rujukan atau tindakan yang sesuai. Apapun penyakit yang
mendasarinya tanda-tanda klinis perburukan kondisi. (Suwaryo Widyaswara,
2019)

20
2.5 Kerangka Teori

Early warning score


(EWS)

Pengukuran :
Parameter Early
pelaksanaan Early 1. Tekanan
Warning Score darah
Warning Score Di
Rumah sakit 2. Pernapasan
3. Denyut nadi
4. Suhu badan
5. Tingkat
Penggunaan Early Warning kesadaran
Score digunakan di Ruangan
1. Intensive Care Unit
(ICU)
2. Instalasi Gawat darurat
       (IGD)

1. Pemantauan klinis 1. Pemahaman


pada pasien tentang
2. Deteksi dini penerapan Early
penyakit – penyakit Warning Score
mengancam jiwa Input EWS 2. Menambah
3. Pasien dengan pengetahuan
perawatan intensive
perawat tentang
Eraly Warning
Score

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : (Suwaryo Widyaswara, 2019) (Ners et al., 2019) (Yeni & Ukur,
n.d.2017)

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alur


Berdasarkan sistematis langkah – langkah dalam penulisan Literatur
Riview sebagai berikut :
Studi Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Diagram Alur

3.2 Studi literatur


Penelitian ini termasuk Studi Pustaka (Studi Literatur) dimana data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka atau
dokumen. Studi kepustakaan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk
memperoleh dan membangun landasan teori, dan kerangka teori. Pada
penelitian ini, peneliti melakukan kajian dan analisis pada literature-literatur
berupa jurnal jurnal yang relevan mengenai Hubungan Pengetahuan Perawat
Dengan Penerapan Early Warning Score (EWS)

3.3 Cara Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan data yang berasal dari hasil-hasil penelitian


sebelumnya yang diterbitkan dalam bentuk jurnal nasional ataupun internasional.
Pencarian jurnal yang digunakan oleh peneliti berasal dari search engine Ebsco,
sciencedirect dan Google Scholar dengan kata kunci : Nursing Knowledge,

22
Emergency Room, Early Warning Score, Peringantan Dini, dan menggunakan e-
book yang diakses melalui Google Books. Setelah dilakukan pengumpulan data
melalui jurnal, peneliti melakukan screening atau penyaringan data untuk memilih
masalah-masalah penelitian yang sesuai dengan topic peneliti. Pemilihan data
dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Adapun kriterianya sebagai berikut:
A. Kriteria Inklusi
1. Jurnal nasional dan internasional
2. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun terakhir (2015–2020)
3. Keyword : Nursing Knowledge, Early Warning Score               
4. Dapat diakses atau download, full text dan tidak berbayar
B. Kriteria Ekslusi
1. Rentang waktu penerbitan jurnal lebih dari 5 tahun terakhir
2. Jurnal yang tidak sesuai dengan topic penelitian

23
Alur seleksi literature berdasarkan jurnal sebagai berikut

Literatur di identifikasi melalui


search engine
IDENTIFIKASI
1. Sciencedirect
2. Ebsco
3. Google scholar

Literatur diidentifikasi
Literatur dikeluarkan
1. Hanya abstrak (tidak
full text)
Literatur di screening 2. Tidak bisa di
SCREENING melalui akses dalam full download/ berbayar
text, terbitan 5 tahun 3. Memerlukan
terakhir username     dan
password untuk     login

Literatur dikeluarkan
Literatur dikaji kelayakan 1. Literatur merupakan
KELAYAKAN
ulasan, opini

Kriteria inklusi
1. Jurnal nasional dan
internasional
2. Rentang waktu
penerbitan jurnal 5 tahun
Literatur yang memenuhi
INKLUSI terakhir (2015-2020)
kriteria inklusi
3. Dapat diakses/download,
full text dan tidak
berbayar
4. Jurnal sesuai dengan
topik penelitian

Gambar 3. diagram alur proses seleksi Literature

24
3.4 Analisa Data
Peneliti mengumpulkan jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
dibuatkan ringkasan jurnal yang di dalamnya terdapat nama pemilik jurnal, tahun
terbit, tujuan penelitian, dan hasil penelitian atau temuan. Untuk melakukan
analisis, peneliti membaca dengan cermat kemudian dilakukan analisis terhadap
isi atau hasil penelitian dari jurnal tersebut. Metode analisis yang digunakan
adalah dengan analisis isi jurnal.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai