Anda di halaman 1dari 6

Pencampuran ini dilakukan dalam suhu yang sangat panas dalam alat kllin dengan temperature

1200-1400℃ . Selanjutnya akan diturunkan dari suhu sampai clinker bersushu 65℃ untuk
selanjutnya akan dipecahkan oleh Hammer Crusher.

5.6.4 Media-media Pendingin

Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam proses perlakuan panas antara lain:

a. Air

Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang


cepat.Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha mempercepat
turunnya temperature kerja dan mengakibatkan bahan menjadi keras.

b. Udara

Pendinginan udaraa dilakukan untuk perlakuan panas yang membutuhkan pendinginan


cepat. Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke dalam ruangan pendinginan dibuat
dengan kecepatan tinggi.

5.6.5 Mekanisme Perpindahan Pans di Grate Cooler

Mekanisme perpindahan panas dapat berlangsung dari suatu material yang temperaturnya
lebih tinggi ke material yang temperaturnya lebih rendah hingga mencapai suatu kondisis
keseimbangan. Mekanisme peepindahan panas yang terjadi didalam grate cooler ada 3, yaitu:

a. Perpindahan panas secara konduksi (rambatan)

Konduksi adalah perpindahan panas dari satu bagian ke bagian yang lain tanpa ada
partikel yang ikut berpindah. Laju perpindahan secara konduksi dipengaruhi oleh luas
penampang perpindahan panas, konduktivitas thermal dan perbedaan
temperature(Grankoplis,1993). Perpindahan panas secara konduksi yang terjadi di dalam grate
cooler adalah perpindahan panas antara sesame permukaan clinker.

b. Perpindahan panas secara konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas dari satu bagian ke bagian lain yang disertai dengsn
partikelnya ikut berpindah. Di dalam proses pendinginan di grate cooler perpindahan panas
secara konveksi terjadi antara gas dengan partikel clinkernya. Perpindahan panas secara konveksi
antara gas dengan partikel clinker yang terjadi di dalam grate cooler merupakan konveksi
transient, artinya temperature gas dan partikel berubah sepanjang waktu perjalanan aliran.
Mekanisme perpindahan panas konveksi yang terjadi dalam grate cooler, dimana temperature
partikel lebih tinggi daripada temperature gas sehingga panas berpindah dari partikel lebih tinggi
daripada temperature gas sehingga panas berpindah dari partikel ke fluida gas. Perpindahan
panas dari partikel ke gas dengan menghasilkan koefisien perpindahan panas dan mengnggap
unggun fluidisasi berlaku sebagai system satu fasa.

c. Perpindahan panas secara konveksi

Berlainan dengan mekanisme konduksi dan konveksi, dimana perpindahan panas terjadi
melalui bagian dari clinkernya, panas juga dapatr berpindah melalui daerah hampa atau melalui
fluida ke permukaan lain dengan cara pemancaran gelombang elektromagnetik yang disebut
dengan radiasi.Perpindahan paans radiasi terjadi antara udara panas yang ada di dalam grate
cooler dengan udara linkungan sekitar. Perhitungan efisiensi panas pada clinker cooler dapat
dilakukan dalam dua tahap yaitu, perhitungan neraca panas maka dapat diketahui efisiensi panas
dari clinker cooler, baik efisiensi panas system maupun efisisensi panas reaksi.

Nilai untuk kerja clinker cooler dapat dicari dengan menghitung efisiensi panas reaksi
dari clinker cooler, yaitu perbandingan antara jumlah panas untuk reaksi dengan jumlah pans
yang disediakan. Efisiensi panas reaksi merupakan indicator baik atau tidaknya untuk kerja dan
pengoperasian clinker cooler. Dalamm proses pembuatan semen, setelah terjadi proses
pembakaran (burning process).maka untuk tahap selanjutnya adalah proses pendinginan material
yang dilakukan oleh clinker cooler.

Sifat Kimia Klinker

Parameter kualitas produk (Lime Saturation Factor)= LSF, Silica Modulus= SM,
Alumina Modulus= AM, kehalusan, kadar air dan homogenitas) perlu dikontrol.

Untuk menjaga agar kualitas hasil produk yang diperoleh sesuai dengan target raw meal
desain yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. L:ime Saturation Factor (LSF). LSF menunjukan jumlah maksimum CaO yang
diperlukan untuk bereaksi dengan oksida lain sehingga tidak terjadi freelime berlebihan di
klinker.

b. Silica Modulus (SM). Silica modulus indicator tingkat kesulitan pembakaran raw
material. Silica Ratio juga memberikan gambaran tentang mutu klinker yang akan dihasilkan dan
banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan.

c. Alimina Modulus (AM). Nilai AM yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen yang
tahan terhadap sulfat, sedangkan nilai AM yang lebih tinggi dijumpai pada semen putih.

Parameter dari LSF,SIM dan ALM adalah untuk memnuhi standar kualitas klinker dan
untuk menjaga kekonsistensinya mutu pada jenis dan tipe semen yang diproduksi. Parameter
kulaitas klinker yang sudah ditetapkan oleh PT. Semen Padang dapat dilihat pada tabel

Tabel parameter kualitas klinker


Time Standar
Sieve 90 μ Max 20%
Sieve 180 μ Max 3%
Kadar H2O 0,4± 0,2%
LSF 94-0,2%
SIM 2,2-2,6%
LSF 1,5-2,5%
(Sumber : CCP Indarung IV PT.Semen Padang)

5.7 Pemecahan Masalah

Adapun pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas khusus ini yaitu
sebagai berikut :

Metode Diskusi

Dalam metode ini, penulis, pembimbing lapangan, para karyawan dan rekan sesame kerja
praktek saling berdiskusi mengenai berbagai hal yang menyagkut tugas khusus ini.
Metode Literatur

Penulis mencari referensi yang berhubungan dengan tugas khusus yang diperoleh dari
berbagai sumber control room, manual laboratorium, dan sumber lain yang dianggap relevan dari
perpustakaan di PT Semen Padang.

Metode Survey Lapangan

Survey lapangan bertujuan untuk mengetahui bagaimana kerja alat dan memahami proses
produksi sehingga diharapkan penulis dapat lebih memahami tugas khusus tersebut.

5.8 Pembahasan

Dari harga efisiensi thermal cooler, maka efisiensi ini sudah mengalami penurunan.
Penurunan efisiensi tersebut merupakan hal yang sangat wajar mengingat alat tersebut sudah
beroperasi selama bertahun- tahun. Efisiensi yang tidak mencapai harga maksimal ini disebabkan
oleh adanya panas yang hilang ke lingkungan, kehilangan panas disebabkan oleh :

1. Adanya perpindahan panas konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari dalam
cooler menembus isolasi sampai dinding cooler dan perpindahan panas konveksi yaitu
perpindahan panas dari dinding coolr ke lingkungan.

2. Adanya kebocotran atau kemungkinan masukinya udara luart ke dalam cooler yang
kemudian membawa panas dari dalam cooler. Selain itu cstavle yang berfungsi sebagai isolasi
akan terkikis seiring dengan waktu sehingga sebagian panas akan hilang.

Pada unit cooler besarnya efisiensi thermal yaitu sebesar 57,1 %. Hal ini menunjukan bahwa alat
grate cooler sudah mengalami penurunan yang sangat jauh namun unit kerja masih bisa di
gunakan.

5.9 kesimpulan

Dari hasil analisa dan perhitungan neraca massa dan neraca panas yang telah dilakukan
maka dapat diambil kesimpulan :

1. Alat kerja Grate cooler mengalami loss heat yang mempengaruhi efisiensi Thermal
2. Besarnya Efisiensi thermal cooler sebesar 57,1 %

Maka dengsn nilai efisiensi thermal cooler tsb, memberikan kesimpulan bshwa kerja alat grate
cooler mengalami penurunan diakibatkan heat loss yang sangat tinggi namun masih layak
digunakan.

6. Saran

1. Grate cooler perlu dioperasikan pada kondisi optimal agar dapat mengurangi panas yang
hilang dan dapat mengurangi panas yang hilang dan dapat menghemat biaya produksi

2. Kiln perlu dioperasikan pada kondisi optimal agar klinker yang terbentuk memiliki kualitas
dan bentuk yang baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi pendinginan dalam grate cooler

3. perlu adanya pengecekan dan perbaikan jika ada isolator saluran gas panas yang keadaanya
sudah tidak baik agar tidak banyak panas yang hilang.

Anda mungkin juga menyukai