Anda di halaman 1dari 11

Siska Rahmawati

2C Manajemen Pemasaran
NIM 216521065
Tugas Pertemuan Kedua

1. Faktor – faktor penghambat komunikasi dan cara mengatasi hambatan komunikasi


Hambatan komunikasi menurut Joseph De Vito
a. Physical noise atau gangguan fisik
Physical noise adalah interferensi atau hambatan yang berada di luar
komunikator dan komunikan. Gangguan ini menghalangi transmisi fisik dari
sinyal atau pesan. Contoh gangguan fisik ini bisa berupa tulisan tangan yang
tidak terbaca, ukuran huruf yang terlalu kecil sehingga sulit untuk dibaca, dan
spam pesan dalam email.
b. Physiological noise atau gangguan fisiologis
Gangguan atau hambatan fisiologis ini merupakan hambatan yang ada di
dalam komunikator atau komunikan. Misalnya saja, pengirim atau penerima
memiliki gangguan penglihatan seperti mata minus sehingga pandangan
menjadi rabun, atau memiliki gangguan pendengaran. Selain itu bisa juga
karena artikulasi saat berbicara tidak jelas atau hilang ingatan.
c. Psychological noise atau gangguan psikologi
Gangguan ini adalah gangguan mental pada komunikator atau komunikan.
Selain itu, gagasan yang sudah terbentuk, bias, prasangka, pikiran tertutup,
dan emosi yang ekstrim merupakan wujud dari gangguan psikologis. Mungkin
beberapa dari kita pernah merasakan berbicara dengan orang yang menolak
mempercayai sesuatu yang baru. Hal ini karena ia memiliki pemikiran yang
tertutup. Ia tidak dapat menerima dengan mudah sesuatu yang belum ia
percayai.
d. Semantic noise
Gangguan semantik adalah gangguan yang terjadi ketika komunikator dan
komunikan memiliki sistem makna yang berbeda. Misalnya saja ketika kedua
pihak memiliki perbedaan bahasa atau dialektis, penggunaan jargon, istilah
yang ambigu yang maknanya dapat disalahartikan. Contoh kasusnya ketika
seorang anak suku Jawa menggunakan kata ganti Aku dan Kamu saat
berbicara dengan teman sebaya yang baru dikenalnya. Ia menggunakan kata
ganti Aku Kamu karena merasa itu adalah kata ganti yang sopan saat berbicara
dengan orang yang baru dikenal. Namun, seorang anak dari suku Betawi akan
merasa hal itu terlalu berlebihan. Mereka terbiasa menggunakan kata ganti Lo
dan Gue.
Cara mengatasi hambatan komunikasi
a. Terapkan umpan balik (feedback), ini dilakukan agar sebuah pesan bisa
dikonfirmasi, apakah sudah diketahui, dipahami, dilakukan dan diterima
secara baik atau tidak.
b. Empati, pengutaraan pesan harus sesuai dengan situasi dan kondisi psikologis
dan latar belakang lingkungan si penerima, apakah sehat, bingung, sedih,
gembira dsb.
c. Repetisi, atau bisa juga dinamakan pengulangan. Ini bertujuan agar pesan
lebih dipahami dan apakah sudah diterima atau belum (penegas).
d. Singkirkan kesenjangan hierarki, ini biasanya terjadi pada masyarakat adat
atau di suatu perusahaan. Bila kesenjangan hierarki berlaku proses komunikasi
bisa kurang objektif. Sebagai tambahan cara ini dianggap merupakan usaha
opsional jika terjadi hambatan.
e. Memakai bahasa yang simpel dan relevan. Ini ditujukan agar penerima bisa
lebih memahami pesan dengan gamblang.
f. Pengaturan waktu yang pas, tujuan dari penentuan tersebut adalah agar setiap
peserta komunikasi bisa lebih bijak dalam ruang dan waktu. Apakah
komunikan sudah siap dengan pesan yang akan diterimanya.
g. Mau mendengarkan dengan seksama.
h. Menata arus informasi. ketika melaksanakan komunikasi, peserta komunikasi
dianjurkan untuk bisa menahan dan menetapkan apa yang akan disampaikan
agar komunikasi bisa berjalan efektif.
i. Membuat komunikasi yang proaktif. Dengan komunikasi proaktif maka
jalannya komunikasi bisa lebih dinamis.

2. Perilaku seseorang yang berpengaruh terhadap kesuksesan dalam komunikasi


a. Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) berkaitan dengan hubungan saling percaya antara
komunikator dan komunikan. Komunikator perlu memiliki kredibilitas dimata
komunikan, misalnya dalam hal tingkat keahliannya dalam bidang yang
bersangkutan dengan pesan/ informasi yang disampaikan.
b. Konteks
Konteks (context) berkaitan dengan situasi dan kondisi dimana komunikasi
berlangsung. Konteks disini terdiri dari aspek yang bersifat fisik (iklim, cuaca);
aspek Psikologis; aspek sosial; dan aspek waktu. Agar komunikasi dapat berjalan
dengan baik, komunikator harus memperhatikan situasi dan kondisi dimana
komunikan berada.
c. Konten
Konten (content) berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan. Isi pesan/ informasi disesuaikan dengan kebutuhan
komunikan, misalnya pesan/ informasi mengenai kesehatan janin diberikan
kepada ibu-ibu, bukan kepada anak remaja. komunikasi yang efektif akan dapat
dicapai jika konten yang disampaikan komunikator mengandung informasi/ pesan
yang berarti/ penting untuk diketahui oleh komunikan.
d. Kejelasan
Kejelasan (clarity) dari pesan/ informasi yang disampaikan komunikator sangat
penting. Untuk menghindari kesalahpahaman komunikan dalam menangkap isi
pesan/ informasi yang disampaikan komunikator. Kejelasan disini mencapkup
kejelasan isi pesan, kejelasam tujuan yang akan dicapai, kejelasan kata-kata
(verbal) yang digunakan, dan kejelasan bahasa tubuh (non verbal) yang
digunakan.
e. Kesinambungan dan konsistensi
Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) pesan/ informasi
yang disampaikan diperlukan agar komunikasi berhasil dilakukan. Pesan perlu
disampaikan secara terus menerus dan konsisten. Pesan yang disampaikan
sebelumnya dengan pesan selanjutnya tidak saling bertentangan. Contohnya
informasi mengenai program KB ‘dua anak saja cukup’ dari pemerintah, perlu
disiarkan terus menerus melalui berbagai media, agar pesan tersebut tertanam dan
dapat mempengaruhi prilaku masyarakat.
f. Kemampuan komunikan
Kemampuan Komunikan (capability of audience) berkaitan dengan tingkat
pengetahuan, dan kemampuan penerima pesan dalam memahami pesan yang
disampaikan. Komikator harus memperhatikan audiensnya, menggunakan bahasa
(baik verbal maupun non verbal) yang sesuai dan dipahami oleh audiens.
g. Saluran distribusi
Saluran distribusi (channels of distribution) berkaitan dengan sarana/ media
penyampaian pesan. Sebaiknya komunikator menggunakan media yang sesuai dan
tepat sasaran. Misalnya dengan menggunakan media yang telah umum digunakan
komunikan. Dengan begitu, komunikan tidak bingung dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik.

3. Pedoman komunikasi menurut AMA (American Manajemen Associations)


American Management Associations (AMA) telah menyusun sejumlah prinsip-prinsip
komunikasi yang disebut “the Ten Commandments of Good Communication”
(sepuluh pedoman komunikasi yang baik). Pedoman-pedoman ini disusun untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi , sebagai berikut :

a.      Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.

b.     Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.

c.      Pertimbangkan keadaan phisik dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi


akan dilakukan.

d.      Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam perencanaan


komunikasi.

e.     Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama
berkomunikasi.

f.      Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala sesuatu yang


membantu atau umpan balik.

g.     Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.

h.     Perhatikan konsistensi komunikasi.

i.     Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.

j.    Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi
untuk mengerti.

Anda mungkin juga menyukai