Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP KOMUNIKASI

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau pengoperan lambang yang
dilakukan oleh seorang individu yang menginformasikan (komunikator) kepada
individu atau kelompok pendengar (komunikan) yang mempunyai tujuan baik dari
komunikator maupun komunikan atau untuk kedua-duanya.
Komunikasi keperawatan merupakan proses kerjasama dalam memberikan dan
menerima informasi yang dilakukan oleh perawat dengan klien atau keluarganya yang
bertujuan untuk mencapai kesepakatan tindakan keperawatan.
B. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Hubungan yang baik akan sangat membantu antara komunikator dengan komunikan,
untuk bersama-sama dalam mencapai tujuan. Untuk itu, komunikasi sangat penting
untuk dilakukan sepanjang individu mempunyai harapan, tujuan dan perubahan
hidupnya. Dengan demikian berikut ini akan dijabarkan tentang tujuan komunikasi:
1. Menyampaikan pesan agar pesan tersebut dapat dimengerti oleh komunikan
2. Agar gagasan dapat diterima komunikan yang diharapkan setelah diterima
maka akan menjadi perubahan
3. Menanamkan pemahaman pada komunikan atau audien
4. Mempengaruhi komunikan atau audien untuk melakukan sesuatu
Sementara fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut.
1. Fungsi sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, tentu saja membutuhkan pergaulan dalam
kehidupan sehari-harinya, dengan demikian setiap individu perlu
melaksanakan komunikasi.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan yang diharapkan dapat membantu individu
mencapai harapannya. Untuk itu perlu dilakukan proses transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk dapat mendorong perkembangan kognitif
(intelektual), pembentukan watak (afektif) dan kemampuan ketrampilan
(psikomotor).
3. Hiburan
Komunikasi dapat berfungsi sebagai ajang hiburan pada setiap individu.
Dengan melakukan komunikasi, maka dapat mengekspresikan sesuatu yang
dikehendaki oleh setiap individu.
4. Motivasi
Untuk melkukan sesuatu yang diinginkan, tidak jarang individu sangt
memerlukan komunikasi agar dapat mencapai tujuan tersebut.
5. Integrasi
Dengan mempunyai kesempatan berkomunikasi, maka dapat mempengaruhi
individu dalam bersikap, berperilaku dan berpola pikir serta sebagai sarana
untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain.
6. Perdebatan dan Diskusi
Dalam kehidupan baik di keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar,
perkantoran, dan lain sebagainya setiap individu mempunyai kesempatan
mempunyai permasalahan yang masih kontrovensional atau polemik. Agar
polemik atau permasalahan tersebut dapat dipecahkan sebgi suatu
pembelajaran, maka perlu dilakukannya dengan komunikasi.
7. Memajukan Kehidupan
Kesempatan untuk hidup lebih baik adalah hak setiap individu, untuk itu
dalam mencapai kesempatan tersebut individu harus mampu melakukan
komunikasi.
C. Elemen-Elemen Komunikasi
Dalam proses komunikasi, satu elemen dengan elemen yang lainnya mempunyai
kepentingan yang sama, dan saling berkaitan sehingga proses komuniksi dpt berjalan
dengan baik dan bermakna. Elemen-elemen tersebut terdiri dari:
1. Sumber
Sumber yang dimaksud disini adalah asal mula isi pesan yang biasanya dalam
bentu pasif yang diaktifkan oelh komunikator dengan tujuan tertentu. Sumber
komunikasi bisa didapatkan dari orang, buku, dokumen, lembaga atau
sejenisnya. Tentu saja sumber ini berbeda dengan komunikator, karena yang
dimksud sumber disini adalah dasar yang digunakan memperkuat pesan itu
sendiri. Contohnya, Ani (sebagai komunikator) menyampaikan informasi
kepada Deka (komunikan), bahwa “Ibu menyusui yang bekerja diluar rumah
tetap masih bisa memberikan ASI eksklusif pada bayinya, karena ASI dapat
diperah dengan teknik yang benar”. Komunikatornya adalah Ani, informasi
tersebut didapatkan Ani dari (sumber) buku yang berjudul “ASI Eksklusif
untuk Ibu Bekerja”
Sumber ini sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi, misalnya orang-
orang yang fanatik dalam menerima dan meyakini atau tidaknya informasi.
Contohnya, Ibu Leha mempunyai menantu bidan bernama Lintang. Pada saat
Lintang selalu memerah ASI dan menyimpan dalam lemari es, agar siang hari
pada saat ditinggal kerja bayinya tidak kekurangan ASI. Bayi tersebut
dititipkan ke ibu mertuanya, nemun ibu mertuanya tidak mau memberikan ASI
yang telah disimpan dalam lemari es, karena menganggap ASI tersebut sudah
basi, walaupun Lintang telah menjelaskan secara detail, benar dan dengan cara
yang sudah sesuai. Bu Leha dalam hal ini menganggap Lintang adalah anak
yang tidak lebih pandai ataupun kurang punyapengalaman daripada dirinya.
Karena Lintang ingin tetap memberikan ASI Eksklusifnya, maka Lintang
bekerja sama dengan bidan untuk memberikan pengertian kepada Ibu Leha,
dan ibu Leha lebih percaya pada bidan tersebut yang dinilai lebih benar
daripada Lintang. “Pandangan terhadap Lintang tersebut yang dimaksud tidak
dapat diterima oleh komunikan (ibu Leha)”.
2. Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi kepada
orang lain atau audien, dan diharapkan orang lain mau dan dapat menerima
pesan atau informasinya dengan memberikan respon atau jawaban atas pesan
atau informasi tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pandangan terhadap komunikator,
untuk itu agar komunikator dapat diterima dengan baik, maka komunikator
harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. Penampilan
Yang biasanya pertamakali diperhatikan oleh komunikan atau audien
adalah penampilan seseorang. Penampilan yang baik, adalah apabila
komunikator menunjukkan sikap yang sopan, ramah dan menarik.
b. Penguasaan pesan
Penguasaan pesan sangat penting dimiliki oleh komunikator, apalagi
mengharapkan proses komunikasinya mendapatkan umpan balik (feed
back). Penguasaan materi atau pesan atau informasi dapat
meningkatkan kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya.
Contoh, komunikator memberikan informasi tentang cara memasang
infus, maka komunikator harus terlebih dahulu memberikan contoh
yang benar tentang cara memasang infus.
Untukitu, sebaiknya seorang komunikator sebelum memberikan
informasi/pesan pada komunikan hendaknya menguasai materi, faham
dan yakin betul sesuai dengan prosedur.
c. Peggunaan bahasa
Penguasaan bahasa yang kurang bagus dapat mengakibatkan terjadinya
salah tafsir atau mispersepsi. Untuk itu sebaiknya seorang komunikator
mampu menguasai bahasanya dengan baik dan mudah dimengerti oleh
orang lain.
3. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan atau informasi, sering juga
disebut sebagai lawan bicara. Penerima pesab tidak hanya personal, namun
bisa juga keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Agar komunikasi bisa berjalan dengan baik, selain komunikator harus
memperhatikan beberapa hal, komunikanpun hendaknya juga memperhatikan
atau mempunyai bebrapa syarat:
a. Komunikan harus mempunyai ketrampilan menangkap dan
meneruskan pesan.
b. Mampu memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi yang
dikomunikasikan.
c. Komunikan harus mempunyai sikap yang positif, jujur dan siap
menerima pesan, dan meneruskan memberikan pesan kembali atau
kepada yang lainnya.
4. Pesan
Pesan (message) adalah isi atau materi atau tema yang akan disampaikan oleh
komunikator (pembicara/penyampai pesan) dan yang akan ditangkap oleh
komunikan (penerima pesan)
Pesan ini dapat berbentuk pengetahuan, pengalaman masa lalu, perasaan dan
lain sebagainya. Dalam penyampaian pesan bisa saa mengalami hambatan,
hambatan tersebut diantaranya adalah hambatan bahasa (language factor) dan
hambatan teknis (noice factor)
5. Media
Media atau sering juga disebut channel adalah saluran/sarana untuk proses
penyampaian pesan atau untuk proses komunikasi. Media dalam
berkomunikasi ini dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu:
a. Media Umum
Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh semua orang
yang terlibat dalam proses komunikasi. Media ini dapat berbentuk
elektronik maupun non-elektronik. Media umum yang bisa digunakan
oleh masyarakat adalah telepon, handphone, surat dinas, LCD, dan lain
sebagainya.
b. Media Massa
Media massa adalah media yang dapat digunakan untuk komunikasi
massal karena sifatnya massal, misalnya radio radio, televisi, pers/surat
kabar.
c. Media Khusus
Media khusus adalah media yang hanya dapat dipergunakan oleh dan
untukorang-orang tertentu,misalnya kode-kode/simbol tertentu atau
sandi-sandi tertentu yang telah disepakati secara bersama-sama.
Misalnya simbol keberadaan rumah sakit, simbol farmasi, dan lain-lain.
6. Umpan Balik
Umpan balik (feedback) adalah respon komunikan setelah menerima pesan
dari komunikator, baik secara verbal maupun non-verbal. Feedback ini sebagai
penilaian dari komunikator terhadap komunikan terhadap proses komunikasi,
apakah pesan yang disampaikan tersebut dapat atau tidak dapatnya diterima
atau dimengerti oleh komunikan. Agar dalam berkomunikasi mendapatkan
feedback sesuai dengan yang diharapkan, maka harus diperhatikan beberapa
hal berikut ini:
a. Harus ada kejujuran
b. Bersifat khusus dan jelas (deskriptif)
c. Merupakan bagian dri solusi
d. Jangan bersifat penilaian
e. Merupakan hasil oriented bukan personal oriented
f. Perhatikan waktu yang tepat
Feedback dapat terjadi dengan berbagai macam karakteristik, sesuai dengan
konteks komunikasi. Bentuk-bentuk feedback yang lazim terjadi antara lain:
a. Eksternal Feedback
Eksternal feedback adalah umpan balik yang langsung diterima oleh
komunikator dari komunikan selama proses terjadinya komunikasi.
Umpan balik bentuk ini biasanya terjadi dalam komunikasi secata
langsung, misalnya pada saat seminar, diskusi, jejak pendapat,
komunikasi terapeutik, dan lain-lain.
b. Internal Feedback
Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator
bukan dari komunikan langsung, namun umpan balik ini diterima dari
pesan atau dari komunikator sendiri. Misalnua, apabila komunikasi
dilakukan searah, dan atau komunikasi komunikasi tertulis. Umpan
balik ini sangat bergantung pada sejauh mana komunikator dan
komunikan mempersepsikan pesan yang diterima.
c. Direct Feedback atau Immediate Feedback
Umpan balik bentuk Direct feedback atau immediate feedback ini
terjadi secara langsung darikomunikan dengan cara menggerakkan
salah satu anggota badannya sebagai bentuk respon dari pesan yang
diterima komunikan dari komunikator. Contohnya, pada saat
komunikan menganggukkan kepalanya setelah mendengar informasi
dari komunikator sebagai tanda setuju.
d. Indirect Feedback atau Delaiged Feedback
Umpan balik bentuk indirect feedback atau delaiged feedback ini
merupakan umpan balik yang terjadu secara tidak langsung dan
membutuhkan waktu. Contoh bentuk umpan balik jenis ini adalah
lamaran pekerjaan, lembar konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
termasuk surat, dan lain sebagainya.
e. Inferential Feedback
Inferential feedback adalah umpan balik yang diterima dalam
komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikator. Bentuk
umpan balik ini terjadi secara tidak langsung namun cukup relevan
dengan pesan yang disampaikan komunikator. Persepsi antara
komunikator dn komunikan sangat mempengaruhi kualitas melalui
umpan balik jenis ini.
f. Zero Feedback
Zero feedback adalah umpan balik yang tidak dapat dipahami oleh
komunikator. Hal tersebut terjadi bisa dikarenakan sudut pandang
komunikan terhadap materi komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator berbeda tujuan, berbeda tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh kedua belah pihak.
g. Neuteral Feedback
Neutral feedback adalah umpan balikyang diterima oleh komunikator
dari komunikan yang tidak sesuai dengan informasi atau pesan awal
yang disampaikan komunikator. Hal tersebut bisa sajaterjadi karena
antara keduany mempunyai persepsi yang berbeda terhadap pokok
permasalahan yang dibicarakan.
h. Positive Feedback
Positive feedback adalah umpan balik yang positif yang diberikan oleh
komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Umpan balik jenis ini dapat diartikan sebagai persetujuan, dukungan,
atau hanya skedar simpati. Biasanya komunikan dalam komunikasiini
sangat koorperatif terhadap proses komunikasi tersebut.
i. Negative Feedback
Negative feedback adalah umpan balik kontr-reaksi yang ditunjukkan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Umpan balik ini dapat diartikan sebagai pertentangan atau
ketidaksetujuan komunikan terhadap pesan yang disampaikan dari
komunikator. Contohnya, orangtua tidak menerima diagnosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap kondisi anaknya.
7. Efek
Efek komunikasi adalah hasil akhir darisuatu proses komunikasi tersebut,
yakni sikap dan tingkah laku dari komunikan dan komunikator, apakah telah
sesuai atau belum sesuai dengan yang mereka inginkan.
Agar dalam proses komunikasi tersebut mendapat efek yang baik, maka
sebaiknya menempuh prosedur berikut ini:
a. Attention (perhatian)
b. Interest (kepentingan)
c. Desire (keinginan)
d. Decision (keputusan)
e. Action (tindakan)
Efek merupakan tolak ukur keberhasilan dalam proses berkomunikasi.
Komunikator dapat dikatakan berhasil dalam menyampaikan komunikasinya
apabila komunikan mengikuti atau melaksanakan isi pesannya. Hal tersebut
bisa disimpulkan bahwa, keerhasilan dan efektivitas komunikasi dapat dilihat
dari sejauh mana dampak atau efek yang terjadi setelah dilaksanakannya.
D. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi, apabila ada sumber informasi/pesan yang akan disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan. Pesan terlebih dahulu dilakukan penyandian
(encoding) untuk mengubah ide dalam otak ke suatu sandi yang cocok dengan
transmitter, yang kemudian pesan tersebut disampaikan melalui media atau saluran.
Pesan tersebut dalam komunikasi biasanya diformat ke dalam bentuk bahasa.
Untuk mendapatkan kesamaan ide, persassn, perhatian, makna dan pikiran yang sama
dalam proses komunikasi,maka baik komunikator maupun komunikan harus
memperhatikan beberapa hal dan menguasainya. Beberapa hal yang harus dipahami
dan dimiliki oleh komunikator dan komunikan, telah dibahas dalam elemen
komunikasi diatas.
Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan awal dan
mendapatkan efek yang baik, maka komunikasi tersebut sebaiknya ada feedback.
Secara ringkas, bahwa proses komunikasi merupakan tatap muka antara pengirim
pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan), dengan menyampaikan pesan,
dari suatu sumber melalui media tertentu yang diharapkan akan menimbulkan efek,
setelah terjadi proses umpan balik.
E. Prinsip dan Tingkatan Komunikasi
Masing-masing pakar komunikasi mempunyai uraian prinsip-prinsip dalam
berkomunikasi yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa istilah “prinsip
komunikasi” oleh William B. Gudykunst disebut sebagai “asumsi-asumsi
komunikasi”. Sementara Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menyebut “prinsip
komunikasi” sebagai “karakteristik komunikasi”. Dan pakar komunikasi lainnya ada
yang menjabarkan sebagai “prinsip komunikasi”.
Secara sederhana, prinsip komunikasi adalah bagaimana agar pesan (baik simbol atau
kode yang telah diformat dalam bahasa) yang disampaikan komunikator pada
komunikan bisa tersampaikan secara sempurna agar tujuannya tercapai. Berikut ini
adalah beberapa prinsip komunikasi.
1. Komuniksi adalah Suatu Proses Simbolik
Manusia sebagai makhluk holistik yang mengandung unsur bio-psiko-sosio
yang unik, yang tentu saja berbeda dengan hewan. Untuk itu dalam
berkomunikasi, manusia mempunyai kesepakatan dengan menggunakan
lambang verbal, simbol/lambang (kata-kata/pesan verbal), ikon (suatu benda
fisik) dan indeks (sinyal/gejala). Tentu saja pada hewan tidak terjadi yang
demikian. Seperti halnya ikon profesi perawat, “Florence Nightingale” adalah
ikon perawat yang telah diakui dunia. Contoh dari indeks pasien tipus
abdominal misalnya seseorang mengalami panas selamatujuh hari yang
ditunjang dengan keluhan nafsu makan menurun dan lidah kotor.
2. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Hubungan
Yang dimaksud disini adalah apa yang diucapkan harus sama dengan gerak
atau perilaku yang dilakukan atau diperlihatkan. Dimensi ini menunjukkan
muatan (isi) komunikasi yang antara lain berisi apa yang dikatakan,
sedangakan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya
yang mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan
bagaimana pesan itu ditafsirkan. Namun pada kenyataannya, tidak semua
orang mempunyai kemampuan menyampaikan pesan sesuaidengan karakter isi
pesan yang disampaikan. Dan msaih ada beberapa orang yang menyampaikan
pesan tidak sesuai dengan karakter isi pesan sehingga orang lain menafsirkan
isi pesan tersebut dengan berbeda. Contohnya, disaat pasien marah-marah
karena keluhannya pada perawat, apapila psikomogis perawat yang kurang
kondusif, maka dapat mengakibatkan terjdinya salah paham dan kerenggangan
hubungan antara perawat dan pasien tersebut.
3. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Perilaku seseorang dapat membuat orang tersebut berkomunikasi pada diri
sendiri maupun dengan orang lain. Contohnya, pada saat seseorang duduk
termenung, maka akan ditafsirkan bermacam-macam yaitu bisa sedih,
memikirkan sesuatu, menyesal, mengingat sesuatu dan lain-lain. Hal ini dapat
memberikan pelajaran bagi semua orang terhadap perilaku sensitif akan
masalah yang terjadi pada klien yang ditunjukkan melalui respons non-verbal
dengan penafsiran-penafsiran yang rasional dengan menghubungkan-
menghubungkan kejadian pada masa lalu.
4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Terjadinya komunikasi bisa terjadi mulai dari tidak sengaja atau direncanakan
sampai yang disengaja atau direncanakan. Komunikasi yang tidak disengaja
tidak memerluka perencanaan, tentu saja berbeda dengan komunikasi yang
disengaja yang memerlukan perencanaan sebelumnya. Sehingga dalam
komunikasi yang disengaja ini, terlebih dahulu komunikator membuat atau
mempersiapkan lambang dengan jelas sebelumnya.
5. Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Selama terjadi proses komunikasi baik secara verbal maupun non-verbal harus
disesuaikan dengan tempat, kepada siapa atau sasaran, dan kapan (waktu)
komunikasi tersebut berlangsung. Contohnya, ketika akn melakukan
pengkajian sebaiknya tidak dilakukan pada saat pasien istirahat/tidur
(waktu),dan dalam ruangan yang gelap dan tertutup (tempat).
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Seorang komunikator harus mempunyai kemampuan memprediksi perilaku
komunikan atau audiens ketika berkomunikasi. Misalnya ketika seorang
perawat muda merawat pasien yang lebih tua, dan memanggilnya dengan
“kamu”, maka bisa diprediksikan bahwa pasien tersebut akan
menunjukkanrespon yang negatif pada perawat, karena dipandang perawat
tersebut tidak memiliki norma/tata krama.
7. Komunikasi Bersifat Sistemik
Perawat harus memperhatikan sistem internal dan ekstenal ketika
berkomunikasi, agar pesan yang disampikan komunikator selama proses
komunikasi dapat diterima oleh komunikan. Kedua sistem tersebut sangat
penting sekali dimiliki oleh seorang komunikator ketika akan melakukan
komunikasi terstruktur sepertipada saat memberikan penyuluhan/pendidikan
kesehatan pada komunikan.
Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dimiliki/dibawa oleh individu,
sementara sistem eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar individu.
Komunikasi merupakan produk dari perpaduan sistem internal dan eksternal.
Sistem internal, antara lain adalah:
a. Kerangka rujukan(frame of reference)
b. Bidang pengalaman (field of experience)
c. Struktur kognitif (cognitive structure)
d. Pola pikir (thinking patterns)
e. Keadaan internal (internal states)
f. Sikap (attitude)
Sistem eksternal, antara lain adalah:
a. Kata-kata yang dipilih untuk dibicarakan
b. Isyarat fisik peserta komunikasi
c. Kegaduhan di sekitar
d. Penataan ruangan
e. cahaya
f. temperatur ruangan, dan lain-lain
8. Komunikasi bersifat Nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkuler yang artinya komunikasi tidak berlangsung
hanya satu arah saja, namun melibatkan respons-tanggap-respons sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan telah diterima, dimengerti dan direfleksikan
sebagai umpan balik, sehingga menimbulkan respon.
Komunikasi tidak bersifat ortodoks, yang berarti komunikator memberi
komunikan menerima (komunikasi searah), namun selama proses komunikasi
terdapat proses timbal balik. Komunikan sebenarnya bisa menjadi
komunikator pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbalnya. Ekspresi
wajah yang serius, kening wajah yang mengkerut, menggigit bibir dan lain
sebagainya merupakan bukti atau pertandna bahwa komunikan bersungguh-
sungguh mendengarkan, atau tidak megerti dan lain sebagainya.
Komunikasi sirkuler ditandai dengan:
a. Proses komunikasi berjalan timbal balik dan bukan linier.
b. Orang-orang berkomunikasi dianggap setara, tidak ada status yang
baku, dengan kata lain mereka mengirim dan menerima pesan pada saat
yang sama.
c. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, ada proses
kimiawi, interpretasi pesan yang masuk dengan terjadinya interkoneksi,
proses penginderaan, dan lain-lain.
9. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Komunikasi akan Semakin
Efektif
Jika dalam proses komunikasi antarakomunikator dan komunikan berasal dari
sukuyang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan kedua pihak
tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua
pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan. Makna suatu pesan baik verbal maupun nonverbal pada
dasarnya terikat budaya. Untuk itu dalam melakukan pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan harus disesuaikan dengan tingkat atau latar
belakang pendidikan audien.
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis dan Transaksional
Komunikasi dikembangkan sesuai dengan bagaimana seseorang menilai suatu
gagasan terebut sebaai masukan yang berharga untuk dijadikan acuan untuk
berbuat dan berperilaku. Keputusan untuk menggunakan gagasan atau ide
tersebut merupakan hak dan komunikan. Dunia periklanan (advertising) sangat
erat kaitannya dengan komunikasi transaksional. Seseorang akan menilai
sebuah produk yang dipasarkan berdasarkan iklan yang disampaikan apakah
menarik atau tidak, tergantung masyarakat yang menilai. Konsekuensi dari
prinsip bahwa komunikasi merupakan sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional, oleh karena itu komunikasi dijalankan menurut
sistem yang ada. melalui proses yang sistematis komunikasi berproses secara
berurutan agar siapapun yang mendengarkan bisa menerima dengan baik.
Komunikator harus membekali dirinya dengan kiat-kiat tertentu agar isi pesan
yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan. Untuk itu
ada syarat yang harus dipenuhi dalam mentransfer isi pesan. Starat tersebut
antara lain: isi pesan yang disampaikan diterima dan diproses oleh penerima
pesan berakhir dengan banyak pertimbangan-pertimbangan dan selanjutnya
ditentukan ditolak atau diterima. Pada proses komunikasi terdapat saling
intraksi dimana dalam proses tersebut efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan tidak dapat dikontrol. Pesan yang telah dikirim membawa
konsekuensi terhadap adanya respons dari orang lain baik respons yang negatif
ataupun yang positif.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, misalnya juka seseorang sudah
mengatakan sesuatu, maka efeknya dapat melekat pada komunikan. Melalui
komunikasi interpersonal, pesan yang telah ditangkap akan dipersepsikan dan
disimpan ke dalam otak, yang kemudian akan dipakai sebagai dasar acuan oleh
komunikan sebagai motivasi diri dalam berperilaku kedepannya. Sebaliknya,
dapat pula komunikator meraakan efek ucapannya tersebut juga mampu
menimbulkan efek pada dirinya, yang akan dijadikan dasar acuan untuk
berperilaku kedepannya. Komunikasi merupakan proses yang
berkesinambungan, karena komunikasi sebenarnya tidak berawal, tidak
berujung dan tidak mempunyai akhir.
Contoh bahwa komunikasi meupakan proses yang berkesinambungan
misalnya, seorang komunikator memberi pendidikan kesehatan tentang cara
merawat anggota keluarganya yang panas tinggi. Maka isi pesan tersebut tidak
akan berakhir, karena akan digunakan oleh komunikan dalam merawat anggota
keluarganya kelak jika ada yang mengalami panas tinggi atau akan
diinformasikan juga pada orang lain. Kecuali kalau isi pesan itu dilupakan,
maka komunikasi ini tidak berkesinambungan.
11. Komunikasi Bersifat Ireversibel
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol efek
yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, seandainya komunikator pernah mengucapkan kalimat yang
menyakitkan, maka efek tersebut tidaka akan mudah hilang begitu saja,
walaupun komunikator telah minta maaf dan telah terjadi saling memaafkan,
namun perilaku yang menyakitkan tersebut tidak dapat mengubah perilaku
sebelumnya. Permintaan tersebut menambah suatu peristiwa baru ke dalam
suatu urutan peristiwa yang sedang berlangsung, namun maknanya tetap
berbeda. Mungkin dengan permintaan maaf tersebut hanya dapat mengubah
realitas semantik (makna yang diberikan pada peristiwa itu) tetapi tidak sama
sekali dengan efeknya dan konsekuensinya. “To Forgive but No To Forget”
(kita bisa memaafkan orang lain namun tidak akan melupakannya). Bisa jadi
permintaan maaf dari komunikator diterima oleh komunikan, namun rasa sakit
hati atas perkataan yang menyakitkan dari komunikator tersebut akan melekat
sehingga ketika akan berkomunikasi lagi dengan komunikator tersebut akan
direspons dengan sangat hati-hati dan kemungkinan akan menghindarinya
untuk tidak berkomunikasi kembali.
F. Karakteristik Dasar Komunikasi
Agar proses komunikasi berjalan efektif dan efisien maka harus memperhatikan
beberapa karakteristik dasar dalam berkomunikasi, walaupun sebenarnya karakteristik
dasar dalam berkomunikasi tersebut, menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
menyebut “prinsip komunikasi” sebagai “karakteristik komunikasi”. Pada kesempatan
ini akan dijabarkan beberapa karakteristik dasar komunikasi dari pendapat ahli
lainnya, yang antara lain adalah:
1. Komunikasi membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan tingkat
hubungan dengan orang lain
2. Komunikasi terjadi secara berkesinambungan dan terjadi hubungan timbal
balik
3. Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang bisa
terjadi secara simultan
4. Dalamberkomunikasi seseorang akan merespons terhadap pesan yang diterima
dengan baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal maupun
nonverbal
5. Pesan yang diterima tidak selalu diasumsikan sama antara penerima dan
pengirim pesan
6. Pertukaran informasi dibutukan ilmu pengetahuan
7. Pesan yang dikirim dan diterima dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,
pendidikan, keyakinan dan budaya
8. Komunikasi dipengaruhi oleh perasaan dirisendiri, subjek yang
dikomunikasikan dan orang lain
9. Posisi seseorang di dalam sistem sosiokultural dapat mempengaruhi proses
komunikasi
Dengan melihat dan membandingkan sampai menganalisa uraian karakteristik diatas
dengan prinsip komunikasi, maka sebenarnya dapat disimpulkan bahwa karakteristik
merupakan prinsip komunikasi, seperti yang dikemukakan oleh Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter. Namun demikian, dalam buku ini tetap diuraikan dengan haraoan
sebagai bahan pertimbangan para akademis dalam mempersepsikan beberapa
pendapat dari para ahli komunikasi.
G. Jenis dan Metode Komunikasi
1. Jenis Komunikasi
Menurut Widjaja (2000), jenis komunikasi dibedakan menjadi lima macam,
yaitu komunikasi tertulis, komunikasi verbal, komunikasi nonverbal,
komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Pendapat lain mengemukakan
bahwa komunikasi satu arahdan komunikasi dua arah merupakan bagian dari
komunikasi berdasarkan sifatnya. Sementara menurut Porter dan Perry (1993),
Swansburg (1990), Szilagyi (1984) dan Tappen (1995) membagi menjadi tiga
jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal, non verbal dan komunikasi tertulis.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas jenis komunikasi menurut Porter
dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984) dan Tappen (1995),
yaitu:
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung
terutama dengan berbicara secara tatap muka (face to face), yang biasanya
komunikasi jenis ini lebih akurat dan tepat waktu. Komunikasi ini selain
tatap muka bisa juga dilakukan melalui telepon, teleconference, dan lain
sebagainya. Dalam komunikasi jenis ini merupakan komunikasi yang
paling disadarikarena seseorang dapat memilih kata-kata yang sangat
bervariasi sesuai dengan latar belakang sosial ekonomu, budaya, usia dan
pendidikan yang akan mereka gunakan. Selamaberkomunikasi dengan cara
verbal, seseorang selain dapat menyampaikan pesannya secara langsunga
juga dapat menyampaikan berbagai jenis perasaan.
Alat atau simbol yang digunakan untuk mengekspresiakn ide atau
perasaan, membangkitkan respons emosional dan memori, mengartikan
objek, serta melakukan observasi dalam komunikasi verbal ini adalah kata
atau kalimat. Selain itu ucapan kata atau kalimat juga dipakai untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi sekaligus sebagai sarana untuk
menguji minat seseorang.
Agar dalam berkomunikasi secar verbal ini dapat berjalan efektif dan
bermakna positif sehingga tujuan komunikasi apat tercapai sesuai dengan
harapan, maka harus diperhatikan beberapa hal yang antara lain adanya
kecepatan dan intonasi, waktu dan relevansi, adaptabilitas, kredibilitas dan
humor. Bentuk-bentuk ini sangat mempengaruhi persepsi dan membantu
komunikan dalam menginterpretasikan pesan yang diterimanya.
1) Kecepatan dan Intonasi
Komunikasi verbal dapat dipengaruhi oleh kecepatan atau irama dan
intonasi, karena kecepatan atau irama dan inovasi dapat mengubah
perasaan dan dampak pesan
Kecepatan bicara dapat mengidikasikan minat, ansietas, kebosanan
atau ketakutan. Misalnya, komunikasi dengan kecepatan dan
intonasi yang sesuai akan memberikan kesempatan bagi
komunikator berpikir jernih tentang apa yang akan diucapkan dan
juga dapat menjadikan komunikan sebagai pendengar yang efektigf.
Namun sebaliknya, seseorang yang dalam kondisi cemas atau sibuk
biasanya akan berbicara dengan sangat cepat dan tidak akan berhenti
atau memberi jeda dalam bicara sehingga akan membuat
komunikasi mengalami kesulitan dalam memproses pesan dan
menyusun responnya sebagai feedback.
2) Kesederhanaan
Kesederhnaan mencakup kata-kata yang umumnya dipahami,
keringkasan dan kelengkapan. Dalam berkomunikasi sebaiknya
menggunakan bahasa awam, yang umum dimengerti oleh
komunikan. Misalnya komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat , perawat harus menghindari kata-kata atau pesan yang
hanya dipahami oleh perawat itu sendiri, contohnya “typoid”, tidak
semua orang tau arti kata tersebut. Dengan demikian, perawat juga
harus belajar untuk memilih istikah yang tepat dan mudah
dipahamioleh klien (komunikan) berdasarkan usia,
pengetahuan,budaya dan pendidikan klien tersebut. Contoh lebih
lengkapnya, ketika akan melakukan perasat pemasangan kateter.
Pada saat melakukan pada tahaporientasi perawat (komunikator)
akan menjelaskan pada klien (komunikan) tentang tujuan, prosedur
dan lain-lain, misalnya “Sekarang bapak akan saya pasang kateter,
agar bapak tidak mengalami kesakitan lagi padasaat kencing”.
Sebaiknya kata ‘kateter’ ini diterjemahkan dalam bahasa awam,
karena tidak semua orang/klien (komunikan)tahu tentang arti
kateter. Misalnya”Sekarang bapak akan saya pasang selang untuk
mengeluarkan kencing, agar bapak tidak mengalami kesakitan lagi
pada saat kencing.” Dengan demikian, akan lebih memungkinkan
membangkitjan respon dari klien, seperti mengapa tindakan tersebut
dilakukan, dan apakah tindakan tersebut akan mengatasi mengurangi
masalahnya (klien) karena klien akan lebih paham dengan pesan
yang disampaikan oleh perawat dengan bahasa yang sederhana
tersebut.
3) Kejelasan dan Keringkasan
Agar dalam berkomunikasi mendapatkan hasil yang sederhana dan
jelas, maka dalam berkomunikasi sebaiknyan menyampaikan persis
seperti yang dimaksud dan ringkas dengan menggunakan kata-kata
yang diperlukan.
Aspek dari pesan tersebut adalah kongruensi atau konsistensi, yakni
ketika perilaku atau komunikasi nonverbal perawat sesuai dengan
kata-kata yang diucapkan. Misalnya pada saat perawat berkata
kepada klien, “Saya ikut bahagia, karena sekarang Anda sudah lebih
baik dari kemarin”, dengan demikian perilaku nonverbal perawat
sebaiknya diimbanhi dengan posisi perawat berada disamping atau
didepan klien dengan menggunakan kontak mata, wajah
menunjukkan rasa bahagianya sambil tersenyum, dan lain-lain.
Tujuannya adalah berkomunikasi dengan jelas, agar segala aspek
dalam situasi atau kondisi tersebut dapat dipahami. Untuk menjamin
kejelasan dalam berkomunikasi, perawat perlu berbicara dengan
perlahan dan mengucapkannya secara jelas.
4) Waktu dan Relevansi
Sebagai seorang perawat yang baik, maka perawat perlu tanggap
dengan relevansi maupun waktu saat berkomunikasi dengan klien.
Tidak peduliseberapa jelas atau sederhananya kata-kata yang
diucapkan atau dituliskan, waktunya harus sesuai untuk memastikan
kata-kata tersebut terdengar. Lebih dari itu, pesan harus berkaitan
dengan individu yang bersangkutan atau minat dan masalah yang
dirasakan individu tersebut.
Hal tersebut memerlukan sensitivitas terhadap kebutuhan dan
masalah klien. Contohnya, klien yang dikecam rasa takut akan
kanker mungkin tidak mendengarkan penjelasan perawat tentang
prosedur yang perlu dilakukan sebelum dan sesudah pembedahan.
Dalam situasi tersebut, pertama-tama perawat sebaiknya mendorong
klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya dan kemudian
mengatasi perasaan tersebut. Penjelasan yang penting lainnya dapat
diberikan di lain waktu saat klien mampu mendengarkan.
Masalah lain dalam waktu adalah menanyakan beberapa pertanyaan
sekaligus. Contohnya, ketika seorang perawat akan melakukan
perasat dan memasuki ruangan klien dan berkata dalam satu tarikan
nafas “Selamat pagi Bu Koli. Bagaimana keadaan ibu pagi ini?
Bagaimana, semalam ibu bisa tidur nyenyak? Apakah suami ibu
sudah pulang?” jelas dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
membuat klien bertanya-tanya sendiri, manakah pertanyaan yang
harus dijawab pertama kalinya. Pola terkait waktu yang bueuk
adalah menanyakan sebuah pertanyaan dan kemudian tidak
menunggu jawaban sebelum mengatakan komentar yang lain,
seperti contoh diatas. Disisi lain,penelitian membuktikan bahea
dengan memberi klien kesempata untuk merespon terhadap
pembicaraan atau percakapan sosial, perawat membangun sebuah
hubungan yang dekat dengan klien.
5) Adaptablitas
Pesan yang diucapkan perlu diubah sesuai dengan isyarat perilaku
yang ditunjukkan klien. Penyesuaian ini disebut sebagai
adaptabilitas. Apa yang perawat katakan dan bagaimana cara
mengatakannya harus disesuaikan dengan individu yang
bersangkutan dan dipertimbangkan dengan matang. Upaya ono
memerlukan pengkajian yang tajam dan sensitivitas pada pihak
perawat. Sebagai contoh, seorang perawat yang biasa tersenyum,
tampakriang dan menyalami kliennya dengan antusias “Hai, Bu
Lady!” memperhatikan bahwa klien tersebut tidak tersenyum dan
tampak tertekan, penting bagiperawat untuk memodifikasi nada
bicaranya dan mengekspresikan kekhawatiran dalam ekspresi
wajahnya sambil berjalan kearah klien.
6) Kredibilitas
Kredibilitas adalah kelayakan adakn rasa percaya, kepercayaan dn
reliabilitas. Kredibilitas mungkin merupakan kriteria terpenting
dalam komunikasi yang efektif. Perawat harus membangun
kredibilitas dengan bersikap konsisten, dapat diandalkan, dan jujur.
Perawat perlu memiliki pengetahuan mengenai hal yang tengah
didiskusikan dan uga informsi yang akurat. Perawat hrus
menunjukkan kepercayaan diri dan kepastian terhadap hal yang
mereka katakan sambil menyadari keterbatasan mereka. Misalnya,
“Saya tidak tahu jawaban untuk pertanyaan ini, namun saya akan
coba mencri orang lain yang dapat menjawabnya”.
7) Humor
Menurut Sullivan dan Deane(1988) humor dapat merangsaing
produksi hormon katekolamin dan hormon lain yang dapat
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan
juga dapat menutupi rasatakut dan tidak enak atau menutupu
ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan klien. Sementara
menurut Dugan (1989) bahwa ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan stress dapat dikurangi dengan tertawa mamou
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Dengan demikian tertawa dapat menjadi
pereda fisik dan psikis (emosi), mengurangi ketegangan dengan cara
memberi perspektif yang berbeda dan meningkatkan perasaan
sejahtera.
Walaupun humor dapat menjadi sebuah sarana yang positif dan
bermanfaat dalam hubungan perawat-klien, namun harus berhti-hatu
dalam melakukannya.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan bahasa
tubuh atau sering disebut bahasa tubuh. Dalam komunikasi jenis ini pesan
disampaikan tanpa kata-kata, namun menggunakan isyarat. Cangara H
(2006) mendefinisikannya sebagai bahasa isyarat atau bahasa diam (silent
language). Komunikasi ini meliputi gestur, gerak tubuh, penggunaan
sentuhan dan penampilan fisik termasuk riasan.
Dalam melakukan komunikasi jenis ini samngat melakukan keahlian
meupun pengalaman dalam mengartikan suatu isyarat ataupun dalam
menafsirkan pesan. Komunikasi nonverbal kerap menyampaikan lebih
banyak mengenai hal yang dirasakan individu dibandingkan apa yang
diucapkannya, sebab perilaku nonverbal kurang dapat dikontrol secara
sadar apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Komunikasi
nonverbal merupakan cara yang paling meyakinkan dalam penyampaian
pesan kepada komunikan. Dan dengan komunikasi ini dapat memperkuat
atau bahkan menyangkal apayang disampaikan secara verbal, misalkan
seorang perawat berkata kepada kliennya, “Saya akan merawat Anda
dengan senang hati,” namun sisi lain nonverbalnya menunjukkan wajah
yang menahan rasaagak menjaga jarak ketika melakukan perasat.
Untuk mendukung keterampilan berkpmunikai secara nonverbal, seorang
perawat harus mengembangkan keterampilan dalam mengamati dan
menafsirkan perilaku klien. Untuk mengamati perilaku nonverbal klien
secara efisien, diperlukan sebuah pengkajian yang sistematik tentang
keseluruhan penampilan fisik, postur, gaya berjalan, ekspresi wajah dan
gesture individu. Apapun setiap hasil dari pengamatan tersebut, perawat
harus selalu berlatih dengan hati-hati dalam melakukan interpretasi, yakni
dengan selalu mengklarifikasi setiap hasil pengamatan tersebut kepada
klien langsung.
Klien yang mengalami gangguan proses pikir, seperti pada klien
skizofrenia atau dimensia dapat mengalami saat-saat yang sulit untuk
mengekspresikan diri mereka secara verbal. Pada saat tersebut, perawat
harus mampu menginterpretasikan perasaan atau emosi yangbklien
ekspresikan secara non verbal. Seorang perawat yang penuh perhatian
yang mengklarifikasi observasi sering kali menunjukkan caring dan
penerimaan terhadap klien mereka. langkah ini dapat menjadi awal untuk
membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien, bahkan pada
klien yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan benar.
1) Penampilan personal
Perawat harus mempunyai kemampuan mengenal makna simbolik
dari suatu benda dan bila operlu juga menanyakan signifikansinya
kepada klien agar dapat membantu terjadinya hubungan yang dekat
dengan klien.
Perhiasan dan pakaian yang digunakan seseorang dapat menjadi
sumber informasi mengenai seseorang tersebut.meskipun pilihan
berpakaian merupakan sesuatu yang sangat pribadi, hal tersebut
dapat menunjukkan status sosial dan keuangan, budaya, agama,
asosiasi kelompok dan konsep diri seseorang. Termasuk juga
penggunaan sebuah “jimat”, jimat tersebut dapat digunakan sebagai
suatu perhiasan, namun bisa juga digunakan sebagai perlindungan
terhadap kesehatan dan keselamatannya.
Bagaimana cara seseorang berpakaian merupakan indikator untuk
perasaan orang tersebut. Seseorang yang lelah atau sakit mungkin
tidak memiliki energi atau keinginan untuk tetap berhias seperti
biasanya. Misalnya, seseorang yang dikenal selalu berpenampilan
sangat rapi, namun mulaiberubah menjadi tidak rapo atau cuek
dengan penampilannya, maka perawat menduga telah terjadi
penurunan kesehatan atau terjadinya penyakit fisik atau penurunan
harga dirinya.
2) Postur dan gaya berjalan
Cara orang berjalan dan membawa diri mereka kerap menjadi
indikator yang reliable untuk konsep diri, alam perasaan saat itu dan
kesehatan. Postur tubuh yang tegal dan langkah yang aktif bertujuan
menunjukkan perasaan/kondisi sehat baik fisik maupun psikis.
Sebaliknya postur tubuh yang membungkuk ataupun berjalan
dengan diseret dan lambat menunjukkan terjadinya depresidan
ketidaknyamanan fisik. Sementara postur yang tegang dan gaya
berjalan yang cepat dan tegas menunjukkan kecemasan, kecewa atau
rasa marah. Postur seseorang saat duduk atau berbaing juga dpat
menunjukkan perasaan atau alam perasaan. Perawat mengklarifikasi
makna dari perilaku yang terobsesi itu dengan menjelaskan kepada
klien apayang perawat lihat dan kemudian menanyakan mknanya
atau menanyakan apakah interpretasi perawat benar. Misalnya
“Apakah Anda merasa cemas saat ini?”
3) Ekspresi wajah
Tidak ada bagian dari tubuh yang seekspresif pada bagian wajah.
Wajah mampu mengekspresikan perasaan seseorang terhadap rasa
takut, cemas, gembira, senang, sedih, ragu-ragu, sakit, marah, jijik,
dan lain sebagainya. Meskipun wajah dapat mengekspresikan emosi
jujur seseorng, namun kita dapat mengontrol otot-otot tersebut agar
ekspresiemosi yang muncul tidak mencerminkn perasaan. Jika
pesanyang disampaikan tidak jelas, penting bagi kit untuk
memperoleh umpan balik guna memastikan maksud ekspresi
tersebut. Banyak ekspresi wajah menyampaikan sebuah makna yang
universal. Sejyom mengekspresikan kebahagiaan. Perasaan tinggi
hati ditunjukkan dengan bibir dilengkungkan ke bawah,
kepaladitengadahkan dan mata diarahkan ke bagian bawah hidung.
Meskipun demikan, tidak ada satu pun ekspresi tersebut muncul dan
ekspresi orang lain dalam keadaan yang sama tersebut serra latar
belakang budaya klien.
Perawat perlu mewaspadai ekspresi wajahnya sendiri dan apa yang
disampaikan kepada klien atau orang lain karena klien cepat tanggap
terhadap perubahan ekspresi wajah perawat terutama pada saat ragu
atau tidak nyaman. Ekspresi wajah dapat dikontrol tetapi perwat
harus belajar mengontrol ekspresi perasaan seperti rasa takut atau
jijik pada beberapa situasi.
Kontak mata merupakan elemen penting lain dalam komunikasi
wajah. Pada banyak budaya, kontak mata dua arah menunjukkan
penghargaan terhadap orang lain dan kesungguhan untuk
mempertahankan komunikasi. Individu sering kali memulai kontak
dengan orang lain melalui pandangan sekilas yakni dengan menarik
perhatian orang tersebut sebelum berkomunikasi. Individu yang
merasa lemah atau tidak berdaya kerap menghindari kontak mata;
komunikasi yang diterima mungkin terlalu memalukan atau terlalu
mendominasi.
4) Gestur
Gestur tangan dan tubuh dapat memberi penekanan atau
memperjelas kata yang diucapkan. Gestur dapat pula muncul tanpa
disertai kata-kata untuk mengindikasi perasaan tertentu atau untuk
memberi sebuh tanda. seorang ibu yang menunggu putrinya
nelahirkan bayi (cucunya) mungkin akan berjalan mondar-mandir,
melipat kedua tangannya di dadanya [jawa:sedakep] atau mungkin
meremas-remaskan jari-jari tangannya dan lain sebagainya. Suatu
gestur dapat menunjukkan ukuran atau bentukobjek dengan lebih
jelas. Lambaian perpisahan dan gerakan pengunjung kearah kursi
merupakan gestur yang memiliki makna yang relatif universal.
Namun beberapa gestur spesifik terhadap budaya. Gestur yang
bermakna ‘hus’ di negara Indonesia pada umumnya, dan di Jawa
pada khususnya memiliki arti menolak atau tidak sependapat. Pada
budaya Jawa, menunjukkan sesuatu dengan menggunakan kakii
dianggap sebagai sikap yang sangat tidak sopan.
Bagi individu yang mengalami masalah komunikasi khusus, seperti
pada penderita yang mengalami ketulian, tangan merupakan
saranauang sangat berharga dalam berkomunikasi. Sehingga mereka
banyak menggunakan bahasa isyarat, termasuk pada klien yang
mengalami sakit dan tidak mampu menjawab secara verbal dapat
pula menjawab atau berkomunikasi dengan menggunakan
tangannya. Contohnya ketika perawat akan melakukan tindakan,
perawat dan klien membuat kesepakatan agar apabila klien merasa
sakit pada saat dilakukan tindakan tersebut, klien dapat mengangkat
tangannya.
c. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang disampaikan dengan cara
tertulis. Komunikasi ini dilakukan berulang-ulang karena pesannyadalam
bentuk tertulis yang terdokumentasikan dalam catatan
(buku/komputer/handphone, dan lain-lain). Keuntungan dalam komunikasi
tersebut selain dapat dibaca berulang-ulang adalah komunikasi ini dapat
dipersiapkan dengan baik dan terstruktur. Namun komunikasi tertulis
mempunyai kelemahan yang diantaranya adalah umpan baliknya memakan
waktu agak lama atau tidak langsung, kadang-kadang kurang jelas (bisa
disebabkankarena salah mempresepsikan), memerlukan pendokumentasian
lebih banyak.
Agar menhgindari terjadinya ketidakjelasan maka sebaiknya dalam
komunikasi ini diupayakan memenuhi beberapa faktor, diantaranya adalah;
susunan kata-kata atau kalimat dibuat yang lebih mudah diingat, memakai
kata-kata tang tidak mempunyai persepsi atau arti ganda, memberikan
gambaran untuk memperjelas dan kalimat tersusun dengan baik.
Contohnya, dalam menuliskan catatan perkembangan pasien
sebaiknyadicatat secara lengkap, jelas dan lugas dengan kata-kata pendek
yang kalimatnya mudah dipahami pembaca.
Komunikasi berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi komunikasi satu arah
dan komunikasi dua arah.
1) Komunikasi satu arah
Menurut A.W. Wijaya (1998), komunikasi satu arah adalah
komunikasi yang bersifat koersif dapat berbentuk perintah, instruksi
dan sifatnya memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.
Komunikasi searah ini bisa dikatakan terjadi sepertipada komunikasi
instruktif dalam metodi komunikasi.karena dalam komunikasi
komunikator memberikan perintah untuk melakukan sesuatu.
Misalnya kepala ruangan memerintahkan stafnya untuk melaporkan
perkembangan pasien yang dikelolanya kepada shift jaga
berikutnya. Komunikasi ini jarang, bahkan tidak ada kesempatan
pada komunikan untuk memberikan umpan balik (feedback)karena
sifat pesannya terkesan otoriter (mau tidak mau) komunikan harus
menerimanya.
2) Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang dilakukan oleh
komunikator yang langsung diterima dan dilakukan umpan balik
oleh komunikan.dalam komunikasi ini bersifat informatif,
koorperatif, responsif, persuasif dan memerlukan hasil langsung
yaitu umpan balik.
2. Metode Komunikasi
Ada tiga metode komunikasi yang sering digunakan untk melakukan
komunikasi yaitu informasi komunikasi, komunikasi persuasif dan komunikasi
instruktif.
a. Informasi Komunikasi
Informasi komunikasi adalah komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi secara umum. Sifat metode dalam komunikasi
ini adalah memberikan keterangan atau pemberitahuan yang bersifat
informatif, stimulatif dan edukatif. Informatif bisa suatu pesan yang
disampaikan merupakan sesuatu yang baru bagi penerima pesan
(komunikan). Stimulatif bila komunikasi dapat memberikn semangat atau
motivasi bagi komunikan untuk melakukan sesuatu atau merubah keadaan.
Bersifat edukatif apabila komunikasi yang dilaksanakan memberikn
pengetahuan dan pengalaman baru bagi komunikan, misalnya perawat
menjelaskan manfaat nutrisi bagi ibu menyusui.
b. Komunikasi Persuatif
Komunikasi persuasif merupakan metode komunikasi yang bersifat
membujuk secara halus agar komunikan menjadi yakin dan mau mengikuti
apa yang diinginkan oleh komunikator.metode ini umumnya dilakukan
dalam bentuk ajakan dengan cara memberi alasan-alasan yang rasional,
menjanjikan dan meyakinkan bagi orang yang mendengarkannya atau
komunikan, seperti halnya yang dilakukan oleh para marketing. Dalam
komunikasi ini membutuhkan waktu yang lebih panjang atau lama untuk
dapat mempengaruhi komunikan, karena komunikator harus menjelaskan
secara detail dan rasional. Sehingga komunikasi dengan metode ini
dibutuhkan kesabaran dari komunikatornya, dan waktu luang bagi
komunikan. Contohnya seoran perawat menjelaskan pada klien tentang
bahaya racun yang ada pada tubuh dengan harapan agar klien mau
melakukan progran detoks (pengeluaran racun tubuh), sehingga tubuhnya
akan menjadi lebih sehat.
c. Komunikasi Instruktif
Komunikasi instruktif adalah komunikasi yang berupa perintah untuk
melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Komunikasi ini biasanya terjadi
antara pimpinan dan anak buah, atau tenaga kesehatan dengan pasien.
Misalnya, perawat menganjurkan pada pasien untuk minum obat yang
telah dosediakan perawat agar pasien segera sembuh. Pada komunikasi ini
biasanya terjadi komunikasi searah yang mana dalam komunikasi ini
terkesan otoriter dari komunikator. Namun dalam komunikasi ini
berorientasi pada tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan oleh kedua belah
pihak.
H. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Komunikasi
Beberapa faktor dapat memperngaruhi dalam proses komunikasi. Kozier (2011)
menyebutkan beberapa diantaranya adalah perkembangan, gender, nilai dan persepsi,
ruang personal, teritorialitas, peran dan hubungan, lingkungan, kongruensi
(kesesuaian) serta sikap. Sementara menurut Potter dan Perry menyatakan bahwa
proses komunikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain adalah
perkembangan, nilai, persepso, latar belakang, emosi, jenis kelamin, pengetahuan,
peran dan hubungan, lingkungan, dan jarak.
Pada kesempatan ini akan digambarkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses
komunikasi dari kedua para ahli tersebut agar dapat memberikan gambaran secara
lengkap. Namun berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi akan
dijabarkan secara detail menurut Kozier (2011)
1. Perkembangan
Psikososial, bahasa dan intelektual berkembang secara bertahap pada setiap
individu seumur hidupnya. Perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
tahap tumuh kembang pada setiap pasiennya. Dengan demikian, maka perawat
mampu membedakan dalam melakukan cara-cara berkomuikasi pada
pasiennya sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya.
Pada pasien anak usia 7 tahun dalam menjelaskan prosedur bisa menggunakan
boneka dan permainan dengan bahasa yang sederhana. Meningkat pada masa
remaja yang telah mempunyai ketrampilan berpikir abstrak, mampu
mendapatkan penjelasan yang lebih rinci. Sedangkan pada usia paruh baya
(dewasa) dengan pendidikan tinggi mungkin berharap memperoleh informasi
teknik yang lebih rinci. Dan pada klien lanjut usia yang mempunyai lebih
banyak pengalaman dengan sistem layanan kesehatan, maka pengalaman
tersebut dapat mempengaruhi respons dan pemahaman mereka. termasuk
terjadinya sejumlah perubahan pada ketajaman pengelihatan dan pendengaran
yang dapat mempengaruhi interaksi perawat-klien.
2. Gender
Antara pria dan wanita sejak dulu mempunyai cara yang berbeda dalam
berkomunikasi, yang terjadi sejak masa anak-anak dan berlanjut sampai masa
dewasa. Sejak usia tiga tahun wanita bermain dengan sekelompok teman
kecilnya cenderung menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan perbedaan dan membangun kedekatan. Sementara pada anak
laki-laki menggunakan bahasa untuk membentuk kemandirian dan
merundingkan status dalam suatu kelompok.
3. Nilai dan Persepsi
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sedangkan persepsi adalah
pandangan pribadi mengenai suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibantuk
dari harapan dan pengalaman seseorang. Setiap individu mempunyai
karakteristik kepribadian, nilai-nilai dan pengalaman hidup yang unik sehingga
mempersepsikan dan menginterpertasikan pesan dan pengalaman secara
berbbeda. Penting sekali bagi perawat untuk menyadari dan tanggap dengan
nilai-nilai yang dianut oleh pasien dan untuk menvalidasi serta meluruskan
persepsi guna mencegah munculnya hambatan dalam hubungan perawat-klien.
Contohnya perbedaan nilai dalam proses komuniksi misalnua, sebagai klien
memandang KB sebagai tindakan yang dilarang, sementara menurut perawat
KB merupakan tindakan yang tidak dilarang. Dan contoh perbedaan persepsi
misalnya, perintah minum obat yang diminumsebelum makan, maka bisa saja
sebagian pasien mempersepsikan obat diminum 5 menit sebelum makan dan
sebagian pasien lainnya bisa mempersepsikan diminum 10 menit sebelum
makan, atau diminum dulu obatnya baru makan nasi.
4. Ruang Personal
Ruang personal adalah jarak yang lebih disukai individu dalam interaksinya
dengan orang lain. Komunikasi dapat berubah sesuai dengan empat jarak yang
ada, masing-masing disertai fase dekat dan jauh. Tamparo dan Lindh dalam
Kozier (2011) memberikan contoh sebagai berikut
a. Intim : Sentuhan hingga jarak 1.5 kaki.
b. Personal : Jarak 1.5 – 4 kaki
c. Sosial : Jarak 4 – 12 kaki
d. Publik : 12 - 15 kaki.
Komunikasi jarak intim dikarakteristikan dengan kontak tubuh, sensasi panas
tubuh dan bau tubuh yang semakin kuat serta suara yang pelan. Menatap lebih
ekat, terbatas pada sebagian kecil area tubuh dan dapat terdistorsi. Jarak intim
sering digunakan oleh perawat. Misalnya, ketika berkomunikasi pada klien
yang mengalami gangguan pengelihatan, maka perawat dapat berkomunikasi
dengan menyentuh. Manusia mempunyai naluri protektif untuk segera
mempertahankan jarak tertentu di sekeliling mereka dan jarak tersebut
bervariasi pada individu dan budaya. Saat sebagian komunikator yang ketika
hedak berkomunikasi melangkah terlalu dekay, komunikan secara otomatis
akan mundur satu atau dua langkah. Dalam peran terapeutik mereka, perawat
kerap dituntut untuk mengabaukan jarak interaksi personal tersebut. Meskipun
demikian perawat perllu tanggap manakala kondisi tersebut muncul dan
mengingatkan klien lebih dulu mengenai gal ini. Dalam banyak hal, perawat
dapat menghormati (tidak mendekat terlalu jauh) jarak intim individu. Padahal
yang lainnya, perawat dapat masuk ke dalam jarak intim untukmenunjukkan
sikap hangat dan caring.
Jarak persomal tidak terlalu mengganggu dibandingkan jarak intim. Nada
suara sedang dan panas serta bau badan tidak terlalu mencolok. Konyak fgisik
seperti jabat tangan atau sentuhan pada bahu mungkin dilakukan dalam jarak
ini. Kita lebih mudah menilai seseorang dari jarak personal. Dengan demikia,
perilaku nonverbal seperti sikap tubuh atau ekspresi wajah yang utuh dapat
dilihat dengan sedikit distorsi. Banyak bentuk komunikasi antara perawat dan
klien dilakukan pada jarak ini. Congtohnya, pada saat perawat duduk dekat
pasien melakukan pengkajian secara komprehensif. Komunikasi pada jarak
personal yang dekat dapat menunjukkan keterlibatan dengan cara menfasilitasi
berbagai pikiran dan perasaan. Di sisi lain, hal tersebut juga dapat menciptakan
ketegangan manakala jarak yang diambil melanggar ruang personalorang
lain.senda gurau dan beberapa perbincangan sosial dilakukan pada jarak ini.
Jarak sosial dikarakteristikan dengan persepsi visual yang jelas tentang
indibidu secara keseluruhan. Panas dan bau badan tidak terasa, kontak mata
meningkat dan suara cukup keras untuk dapat didengar orang kain. Oleh
karena itu, komunikasi menjadi lebih formal dan terbtas pada kegiatan melihat
dan mendengar. Individu berada dalam posisi terlindungi dan sulit untuk
melaksanakan sentuhan ataupun menyampaikan pikian dan perasaan
pribadinya. Jarak sosial memungkinkan dilakukannya aktivitas yang lebih
banyakdan gerakan mondar-mandir. Mungkin akan bijaksana apabila kiya
berkomunikasi dengan beberapa orang pada saat yang sama atau dalam
periode yang singkat. Jarak sosial penting untuk menuntaskan urusan sehari-
hari. Meskipun demikian, jarak tersebut kerap digunakan secara salah. Sebagai
contoh ketika perawat bertanya pada pasoen di depan pintu kamar pasien dan
tidak masuk ke dalam kamar pasien.
Jarak publik memerlukan suara yang lantang dan jelas dengan pelafalan yang
baik. Meskipun wajah dan bentuk tubug individu terlihat pada jarak publik,
individualitasnya tidak ada. Sebaliknya yang ada masalah persepsi kelompokk
atau komunitas.
5. Teritorialitas
Teritorialitas adalah konsep ruang dan benda yang diaggap oelh individu
sebagai miliknya. Wilayah yang ditandai individu dapat dilihat oleh orang lain,
misalnya kamar pasien merupakan daerah mereka yang telah dibatasi dan
dianggap sebagai tempat dalam menjaga privasi mereka. sehingga pasien dan
keluarganya akan tetap mempertahankan teritori mereka apabila ada orang lain
yang mencoba menerobosnya atau melanggarnya. Untuk itu perawat harus
memahami tentang teritori dari setiap pasien yang dirawatnya. Sebagai contoh
ketika perawat akan meminjam kursi pasien dari kamar 1 untuk digunakan
sementara oleh pasien lainnya, maka perawat tersebut harus meminta izin
kepada pasien di kamar 1 tersebut.
6. Peran dan Hubungan
Cara berkomunikasi seorang perawat dengan kolehanya dan cara
berkomunikasi seorang perawat dengan kliennya akan berbeda sangat
bergantung pada perannya masing-masing. Komunikasi antara mereka
termasuk antara mahasiswa dengan pembimbing dan lain sebagainya
mempengaruhi isi serta respons yang muncul dalam proses komunikasi.pilihan
kata, struktur kalimat dan nada suara yang digunakan sangat bervariasi dari
satu persan ke peran yang lain. Selain itu, hubungan yang khusus antara
komunikator dengan komunikan sangatlah signifikan. Misalnya perawat yang
bertemu pasien untuk pertama kalinya tentu saja akan berbeda komunikasinya
dengan perawat yang telah bertemu pasien dan menjalin interaksi sebelumnya.
7. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman sangat efektif untuk proses komunikasi. Sementara
suhu yang ekstrim, suara bising dan ventilasi yang buruk dapat mengganggu
hasil komunikasi. Termasuk kurangnya privasi juga dapat mengganggu
komunikasi klien tentang masalah yang dianggapnya sebagai masalah pribadi.
Misalnya pasien dan perawat akan membahas tentang penyakitnya, pasien
tidak ingin topik pembicaraannya didengaroleh pasien lainnya. Distraksi
lingkungan dapat mengganggu dan menghambat komunikasi.
8. Kongruensi (Kesesuaian)
Pada komunikasi kongruen terdapat kecocokan antara aspek varbal dan
nonverbal pesan. Klien lebih mudah mempercayai perawat jika mereka
memandang komunikasi perawat kongruen. Kongruensi antara ekspresi verbal
dan nonverbal mudah dilihat oleh perawat dan klien. perawat diajarkan untuk
mengkaji klien, tetapi klien sering kali mahir dalam membaca ekspresi atau
bahasa tubuh perawat. Jika terdapat ketidaksesuaian biasanya yang memiliki
makna sesungguhnya adalah bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal.
Misalnya pada saat perawat merawat pasien yang akan diganti kantong
kolostominya perawat mengatakan “Saya akan mengganti kantong ini dengan
senang hati agar Anda menjadi bersih”, akan tetapi kalau perawat terlihat
seperti jijik atau menjaga jarak dalam melakukan tindakan, maka pasien
tersebut mungkin tidak akan terlalu mempercayai kata-kata perawat.
9. Sikap
Sikap menunjukkan kepercayaan, pikiran dan perasaan tentang orang orang
dan sejumlah kejadian. Sikap dapat meyakinkan pandangan seseorang. Sikap
yang dapat mendukung komunikasi dengan baik diantaranya adalah caring,
kehangatan, rasa hormat. Sedangkan sikap yang dapat menghambat kelancaran
proses komunikasi adalah sikap yang merendahkan, kurang minat dan dingin,
baik dari komunikator maupun dari komunikan.
I. Hambatan dalam Proses Komunikasi
Hambatan-hambatan dalam proses komunikasi secara umum dapat terjadi karena:
1. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepay, baik komunikator
maupun komunikan.
2. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi yang lebih tertuju pada
komunikator.
3. Penampikan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi
pada komunikatr dan atau komunikan.
4. Kurang pengetahuan yang dimiliki oleh komunikator dan atau komunikan.
5. Perbedaan persepsi yang terjadi antara komunikator dan komunikan. Namun
bisa jadi perbedaan persepsi tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan
seorang komunikator dalam memanajemen komunikasi.
6. Adanya perbedaan dan haraoan diantara komunikator dan komunikan.
7. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik.
8. Pesan yang tidak ada.
9. Prasangka yang burul yang terjadi pada kedua belah pihak atau pada isi pesan.
10. Transmisi/media yang kurang baik.
11. Penilaian yang prematur.
12. Adanya ancaman.
13. Tidak adanya kepercayaan kepada komunikator atau komunikan maupun pada
isi pesan.
14. Terjadinya kesalahan informasi.
J. Upaya-Upaya untuk mengatasi Hambatan
Untuk mengatasi hambatan-hambatan selama proses komunikasi, maka dapat
ditanggulangi dengan cara:
1. Mengecek arti atau maksud dari feedback yang disampaikan, termasuk
melakukan klarifikasi apabila balum paham terhadap isi pesan.
2. Meminta penjelasan lebih lanjut agar tidak terjadi salah persepsi.
3. Pesan sebaiknya dibuat secara singkat, jelas dan tepat dengan mengurangi
informasi/pesan yang meluas.

Anda mungkin juga menyukai