Anda di halaman 1dari 9

Mencegah Penyakit Akibat Kerja

Disusun guna memenuhi tugas Etika Profesi


Nama :
M.Diyas Faisol Malik (20) X AKL 2

Jl. Raya Batealit Bangsri KM. 1, Bringin, Batealit, Singgahan, Bringin, Kec. Jepara, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah 59461
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat rahmat dan
limpahan rahmat-Nya lah maka saya sanggup menyelesaikan sebuah makalah berjilid
dengan tepat waktu.

Berikut ini, saya mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Mencegah Penyakit Akibat
Kerja” dalam memenuhi tugas serta yang menurut saya akan
memberikan manfaat bagi yang membaca dan mempelajarinya.

Dengan ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga ALLAH SWT memberkahi makalah ini sehingga
memberikan manfaat.

Jepara,16 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………iv
A.DEFINISI PENYAKIT AKIBAT KERJA……………………………………………………1
B.REGULASI PEMERINTAH TERKAIT AKIBAT. PENYAKIT KERJA……………………2
C.PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA……………………………………………..3
A. Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK)/ Occupational Disease

Penyakit Akibat Kerja (PAK)/occupational disease adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total. Cacat sebagian adalah
hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya.
Sedangkan cacat total adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu bekerja sama sekali selama-lamanya.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)/work releated disease yaitu penyakit yang dicetuskan,
dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung oleh
pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis faktor.

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan
oleh International Labour Organization (ILO) di Linz, Austria; dihasilkan beberapa definisi
menyangkut penyakit akibat kerja, yaitu:

1. Penyakit Akibat Kerja (PAK)accupational dinar adalah penyakit yang mempunyai penyebab
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.

2. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)/work releated disease adalah penyakit yang mempunyai
beberapa agen penyebab, di mana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.

3. Penyakit yang mengenai populasi kerja/disease of fecting working populations adalah penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempar kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

World Health Organization (WHO) membedakan empat (4) kategori penyakit akibat kerja, yaitu:

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, 2. penyakit yang salah satu penyebabnya adalah
pekerjaan,
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya,
4. Penyakit di mana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya.

B. Regulasi Pemerintah terkait Penyakit Akibat Kerja

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul karena Hubungan Kerja

Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Definisi ini dimuat dalam pasal 1. Pada pasal 2 disebutkan bahwa mereka yang
menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja.

Pada keputusan presiden ini juga disebutkan terdapat tiga puluh satu (31) macam penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, yaitu:
A. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosis-nya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.
B. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.
C. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
D. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal
yang berada dalam proses pekerjaan.
E. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organik.
F. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
G. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
H. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
I . Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
J . Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
K. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
L. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
M. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
N. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
O. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida beracun.
P. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau
aromatik yang beracun.
Q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolog-nya yang beracun.
R. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolog- nya yang
beracun.
S. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
T. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton.
U. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia seperti karbon monoksida,
hidrogensianida, bidrogen sulfida, beracun, amoniak seng, braso, dan nikel. atau atau keracunan
derivat-nya yang
V. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
W. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
X. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
Y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion.
Z. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyakit fisik, kimiawi, atau biologik.
Aa. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena
atau persenyawaannya, produk atau residu dari zat tersebut.
Ab. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
Ac. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
Ad. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah maupun radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
Ae. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja Pertimbangan
pemerintah mengeluarkan regulasi ini adalah:

A. Bahwa penyakit akibat kerja berat bertalian dengan kemajuan teknologi sehingga pengetahuan
tentang penyakit-penyakit tersebut perlu dikembangkan antara lain dengan pemilikan data lengkap

B. Bahwa untuk melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terhadap pengaruh akibat kerja,
perlu adanya tindakan pencegahan lebih lanjut;

C. Bahwa penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja merupakan suatu
kecelakaan yang harus dilaporkan.

Pada peraturan menteri ini dikenal istilah "pengurus", yaitu orang yang ditunjuk untuk nemimpin
langsung suatu kegiatan kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. Dalam istilah umum, pengurus ini
adalah perusahaan atau pemberi kerja. Pengurus mempunyai kewajiban:

A.Apabila dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan pemeriksaan kesehatan khusus ditemukan
penyakit kerja yang diderita oleh tenaga kerja, pengurus dan badan yang ditunjuk wajib melaporkan
secara tertulis kepada Kantor Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja setempat
B. Melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang
kembali diderita oleh tenaga kerja di bawah pimpinannya;
C.Menyediakan dengan cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya
oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk mencegah penyakit akibat kerja.

Seperti halnya pengurus/pemberi kerja, tenaga kerja juga memiliki kewajiban yang diatur dalam
peraturan menteri ini, yaitu:

A.Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan bila diperiksa oleh Dokter atau pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja,
B. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit
akibat kerja.
C. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja

Penggunaan peralatan kerja, mesin, dan bahan kimia berbahaya dalam proses produksi dapat
menyebabkan tenaga kerja menderita kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk apkan ganti rugi
atau kompensasi bagi tenaga kerja yang menderita karena kecelakaandan penyakit akibat kerja, perlu
dilakukan diagnosis dan penilaian serta penetapan tingkat kecacatannya.

Penyakit akibat kerja dalam peraturan menteri ini dibagi dalam beberapa bidang yaitu: bidang
penyakit kulit, penyakit dalam, puikiai, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT), orthopaedi,
penyakit paru, penyakit mata, dan radiasi mengion.
Penyakit kulit akibat kerja adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerja atau lingkungan
kerja yang berupa faktor risiko mekanik, fisik, kimia, biologik, dan psikologik. Kelainan yang terjadi
dapat berupa: dermatitis kontak; dermatitis kontak foto; acne, infeksi kulit (bakteri, virus, jamur,
infestasi parasit); neoplasi kulit; kelainan pigmentasi kulit. Diagnosis bidang penyakit kulit dilakukan
dengan cara: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Mengenai diagnosis tidak
dibahas lanjut, hanya untuk menambah pengetahuan kamu bahwa ada serangkaian proses diagnosis
untuk menyatakan tingkat keparahan penyakit akibat kerja guna menentukan kompensasi, karena
diagnosis erat kaitannya dengan istilah kedokteran.

Penyakit dalam yang timbul akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pemaparan oleh faktor
risiko di tempat kerja yang mengenai organ:

A. Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler),


B. Ginjal dan saluran kemih,
C. Saluran cerna dan hati,
D. Sistem endokrin,
E. Darah dan sistem pembentuk darah (hemopoetik),
F.Otot dan kerangka,
G. Infeksi.

Diagnosis bidang penyakit dalam juga dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja

Peraturan ini dikeluarkan dalam rangka memberikan perlindungan kesehatan bagi pekerja dan dalam
rangka pemberian kepastian hukum pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan
karena pekerja berisiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh proses
kerja, lingkungan kerja, dan perilaku pekerja sehingga menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 menyebutkan lima (5)
golongan penyebab penyakit akibat kerja, yaitu:

A. Golongan Fisika
Berupa suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan nod pengion, serta tekanan
udara.
B. Golongan Kimia
Berupa semua bahan Kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, partikel nano, dan lain-lain.
C. Golongan Biologi
Berupa bakteri, virus, jamur, bioaerosol, dan lain-lain.
D. Golongan Ergonomi
Berupa angkat-angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak reperitif, penerangan,
Visual Display Terminal (VDT), dan lain-lain.
E. Golongan Psikososial
Berupa beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja, dan lain-lain.
Peraturan ini juga mengatur mengenai prinsip-prinsip dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja,
yaitu:
A.Hubungan antara pajanan (penyebab) yang spesifik dengan penyakit.
B. Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja tinggi dari pada di masyarakat.
C. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

C. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja dapat membahayakan pekerja atau karyawan dan dapat mengganggu
produktivitas perusahaan. Pencegahan atau antisipasi terhadap timbulnya penyakit akibat kerja dapat
dilakukan dari sudut pandang lingkungan kerja dengan cara:

1. Mengenal lingkungan kerja


Langkah ini ditempuh dengan cara melihat dan mengenal (walk through inpection) yang merupakan
langkah dasar yang dapat ditempuh karyawan.

2. Melakukan evaluasi terhadap lingkungan kerja


Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi besar kecilnya jenis bahaya yang mungkin dialami.

3. Pengendalian lingkungan kerja


Langkah ini ditempuh untuk menghilangkan atau meminimalkan bahaya yang muncul akibat
pekerjaan yang dapat berakibat kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja. Pengendalian
lingkungan kerja dapat ditempuh dengan pengendalian lingkungan itu sendiri (environmental control
measures) dan pengendalian perorangan (personal control measures) dengan cara mempergunakan
alat-alat perlindungan diri yang dipersyaratkan.

Secara umum pencegahan penyakit akibat kerja dapat ditempuh dengan upaya:

1. Pencegahan primer (health promotion), yang dapat dilakukan dengan cara:

A. Perilaku sehat,
B. Menghindari bahaya di tempat kerja,
C. Perilaku kerja yang baik,
D. Olahraga teratur,
E. Gizi seimbang.

2. Pencegahan sekunder (specifik protection), yang dapat dilakukan dengan cara:

A. Pengendalian melalui regulasi pemerintah.


B. Pengendalian administratif/organisasi dengan pembatasan jam kerja atau rotasi jabatan.
C. Pengendalian teknis seperti isolasi, ventilasi, alat pelindung diri.
D. Pengendalian jalur kesehatan seperti memberikan imunisasi.
3. Pencegahan tersier (early diagnosis and prompt treatment), yang dapat dilakukan dengan cara:

A. Pemeriksaan kesehatan prakerja.


B. Pemeriksaan kesehatan berkala.
C. Pemeriksaan lingkungan secara berkala.
D. Pengobatan dengan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja.
E. Pengendalian segera di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai