Anda di halaman 1dari 4

Refleksi Sosial dan Emosional

Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai
sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda
bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih
merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?

Saya ingin menceritakan kasus pertama yang saya hadapi ketika menjadi wali kelas. Hal ini terjadi di
tempat kerja saya. Mengapa saya merefleksikan peristiwa ini karena menurut saya peristiwa ini
secara langsung memberikan saya gambaran bagaimana kondisi murid yang harus saya didik dan
bagaimana kita sebagai pendidik menyikapinya.Ketika saya baru beberapa bulan menjadi guru honor
sekolah di salah satu sekolah di Klungkung tepatnya tahun 2014, terjadi mutasi besar-besaran
sehingga beberapa guru yang menjadi wali kelas pindah ke sekolah lain. Pemangku kebijakan saat itu
mempercayakan tugas wali kelas XII  kepada saya. Saya yang merasa masih awam akan tugas
tambahan ini menyanggupinya karena berpikir bahwa ini adalah salah satu kepercayaan dan
tantangan kerja. Sebelumnya saya memang mengajar di kelas tersebut namun baru beberapa bulan
menggantikan guru yang sudah mutasi sebelumnya.

Ketika saya baru seminggu menjadi wali kelas di sana, saya sudah menghadapi kasus yang menurut
saya sangat berat di awal saya bertugas. Sepasang murid saya yang katanya menjadi pasangan
kekasih memotret dirinya berciuman dengan menggunakan identitas sekolah. Foto ciuman antara
murid saya tersebut menjadi viral dan menjadi sorotan Bapak Bupati saat itu. Saya selaku wali kelas
didampingi guru BK, Kepala Sekolah serta orang tua murid mendapat panggilan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Klungkung. Sebelum menghadap Bapak Kepala Dinas, kami selaku pendidik di
sekolah melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan murid dan orang tuanya. Dalam mediasi ini,
orang tua murid saling menyalahkan satu sama lain dan menganggap anak mereka adalah korban.
Mediasi ini memang tidak bisa mendamaikan orang tua murid secara sepenuhnya, namun mereka
setuju untuk saling bekerja sama mendidik anak mereka.

Setelah melakukan mediasi, kami menghadap Bapak Kepala Dinas Pendidikan atas perintah Bapak
Bupati. Di sana Bapak Kepala Dinas Pendidikan memberikan arahan bahwa sosial media memberikan
dampak positif dan negatif untuk semua, jadi diharapkan bijak dalam bersosial media. Bapak Kepala
Dinas juga terkejut karena wali kelas murid itu adalah saya dengan status masih honor.

Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali
(recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut?
Setelah mengalami insiden itu, saya yang masih merasa baru tidak langsung memarahi murid
tersebut. Saya melakukan pendekatan yang lebih menjurus menjadi seorang teman karena saya
merasa murid saya sudah sangat trauma dengan viralnya foto mereka yang berimbas pada
kemarahan orang tua dan rasa malu dengan teman-temannya. Saya juga mengajak secara persuasif
kepada murid-murid agar saling mengingatkan jika ada salah satu teman mereka memposting hal
yang tidak sopan di sosial media.Saya juga mengadakan refleksi mengenai kejadian tersebut. Dengan
kejadian ini, saya ingin menuntun murid saya dan tentunya diri saya sendiri selaku orang yang akan
dicontoh murid agar lebih bijak lagi menggunakan sosial media.

Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.

Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?

Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran
sebagai pendidik?

Hal penting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah semakin menguatnya pribadi saya dalam
menghadapi kondisi sosial murid. Saya juga menjadi lebih percaya diri menghadapi beberapa kasus
selanjutnya karena dari kasus ini saya belajar bagaimana saya harus melakukan koordinasi dan
komunikasi dengan BK, kesiswaan dan Kepala Sekolah. 

Sebagai pendidik saya merasa saya harus memberikan layanan terbaik kepada murid-murid saya.
Saya harus lugas dan tidak bertele-tele jika seandainya ada permasalahan murid agar murid yang
bermasalah menyadari sendiri kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan,
atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa
faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di
sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung.

Saya sangat setuju. Murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan atau kemampuan
membangun hubungan yang positif dengan orang lain akan lebih mudah memahami arah hidupnya
sehingga dia bisa lebih mudah dalam mengatur dirinya. Dia juga bisa mengidentifikasi kelemahannya
sendiri sehingga dia bisa menjadikannya kekuatan untuk terus maju. Hubungan positif dengan orang
lain akan membuat seorang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang baik sehingga dapat menjalani
proses pembelajaran yang baik di sekolah.

Setelah saya menjadi wali kelas XII, saya dipertahankan untuk tetap menjadi wali kelas, namun wali
kelas X karena saya tidak mengajar kelas XII lagi. Saya mempunyai murid bernama Wayan. Dia
adalah murid bidikmisi. Dari segi fisik, Wayan mengalami kelainan. Wayan sangat memahami
kelainan fisiknya namun dia menjadikannya sebagai kekuatan. Dia selalu berusaha mengembangkan
dirinya dengan belajar, menjalin relasi yang baik dengan sesama murid dan guru. Wayan juga
menjadi atlit catur mengalahkan murid-murid lainnya. Dengan kelihaiannya dalam belajar, dia secara
berturut-turut memperoleh peringkat 2 umum. Dengan relasi yang baik, dia terpilih menjadi Ketua
OSIS di sekolah tempat saya bertugas.

Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara
kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan
pembelajaran murid Anda?

Dengan menjalin hubungan atau relasi yang baik, komunikasi yang jelas, emosi yang terkontrol,
seseorang akan memahami karakter diri dan orang-orang sekitarnya. Seseorang akan tahu apa yang
dia inginkan dan apa kelebihan yang dapat ia sumbangsihkan kepada orang-orang sekitar dalam
menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan dengan baik.

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk


pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan  Harapan bagi diri sendiri ?'

Saya berharap sebagai seorang pendidik, saya turut andil dalam menciptakan suasana belajar yang
nyaman dan kondusif dengan memperhatikan kondisi emosional dan sosial murid. Saya juga ingin
menebarkan aura positif dan kebaikan dengan mengontrol emosi dengan siapapun yang saya temui.
Ketika ada murid yang bermasalah, saya ingin tetap mengontrol emosi saya agar tidak terluapkan
secara berlebihan. 

Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk


pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan  Harapan bagi murid-murid Anda ?

Saya berharap dapat menuntun murid saya yang sudah memasuki usia remaja agar tidak "meledak-
ledak" dalam menghadapi suatu permasalahan. Saya ingin murid saya berproses bahagia dan
optimal dalam menjalankan perannya sebagai pelajar yang unggul, kompetitif dan kompeten dalam
menghadapi dunia kerja dan keanekaragaman sifat-sifat orang-orang yang ditemuinya kelak. 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "2.2.a.3 Mulai dari Diri Modul 2.2 (Refleksi:
Kompetensi Sosial dan Emosional Diri ataupun Murid)", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/krisnadewi18/63f95003e59c984e81522672/2-2-a-3-mulai-dari-diri-
modul-2-2-refleksi-kompetensi-sosial-dan-emosional-diri-ataupun-murid

Kreator: Ni Wayan Krisna Dewi

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai