Ketika saya baru seminggu menjadi wali kelas di sana, saya sudah menghadapi kasus yang menurut saya
sangat berat di awal saya bertugas. Salah satu siswa perwalian saya tidak masuk masuk ke sekolah,
awalnya saya belum mengetahui apa permasalahan siswa ini tidak hadir kesekolah. Setelah tim
perangkat kelas kami menelusuri mencari informasi ternyata siswa saya ini tidak masuk kesekolah
karena tidak memiliki ongkos untuk berangkat kesekolah, keadaan ekonomi kluarga yang rendah serta
kondisi kesehatan orang tuanya yang sakit-sakitan. Saya selaku wali kelas didampingi guru BK, akhirnya
berkunjung kerumah siswa tersebut dan melihat kondisi keluarga mereka, ternyata benar adanya. kami
melakukan konfirmasi mengenai mengapa siswa ini tidak masuk kesekolah, dan apa benar kendalanya
karna hal hal yang sudah diterima dari pihak sekolah, orang tuanya pun membenarkan hal tersebut.
Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali
(recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut?
Setelah mengalami insiden itu, saya yang masih merasa baru tidak langsung memarahi murid tersebut.
Saya melakukan pendekatan yang lebih menjurus menjadi seorang teman karena saya merasa murid
saya sudah sangat trauma dengan viralnya foto mereka yang berimbas pada kemarahan orang tua dan
rasa malu dengan teman-temannya. Saya juga mengajak secara persuasif kepada murid-murid agar
saling mengingatkan jika ada salah satu teman mereka memposting hal yang tidak sopan di sosial
media.Saya juga mengadakan refleksi mengenai kejadian tersebut. Dengan kejadian ini, saya ingin
menuntun murid saya dan tentunya diri saya sendiri selaku orang yang akan dicontoh murid agar lebih
bijak lagi menggunakan sosial media.
Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?
Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai
pendidik?
Hal penting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah semakin menguatnya pribadi saya dalam
menghadapi kondisi sosial murid. Saya juga menjadi lebih percaya diri menghadapi beberapa kasus
selanjutnya karena dari kasus ini saya belajar bagaimana saya harus melakukan koordinasi dan
komunikasi dengan BK, kesiswaan dan Kepala Sekolah.
Sebagai pendidik saya merasa saya harus memberikan layanan terbaik kepada murid-murid saya. Saya
harus lugas dan tidak bertele-tele jika seandainya ada permasalahan murid agar murid yang bermasalah
menyadari sendiri kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau
kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor
tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan
jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung.
Saya sangat setuju. Murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan atau kemampuan membangun
hubungan yang positif dengan orang lain akan lebih mudah memahami arah hidupnya sehingga dia bisa
lebih mudah dalam mengatur dirinya. Dia juga bisa mengidentifikasi kelemahannya sendiri sehingga dia
bisa menjadikannya kekuatan untuk terus maju. Hubungan positif dengan orang lain akan membuat
seorang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang baik sehingga dapat menjalani proses pembelajaran
yang baik di sekolah.
Setelah saya menjadi wali kelas XII, saya dipertahankan untuk tetap menjadi wali kelas, namun wali
kelas X karena saya tidak mengajar kelas XII lagi. Saya mempunyai murid bernama Wayan. Dia adalah
murid bidikmisi. Dari segi fisik, Wayan mengalami kelainan. Wayan sangat memahami kelainan fisiknya
namun dia menjadikannya sebagai kekuatan. Dia selalu berusaha mengembangkan dirinya dengan
belajar, menjalin relasi yang baik dengan sesama murid dan guru. Wayan juga menjadi atlit catur
mengalahkan murid-murid lainnya. Dengan kelihaiannya dalam belajar, dia secara berturut-turut
memperoleh peringkat 2 umum. Dengan relasi yang baik, dia terpilih menjadi Ketua OSIS di sekolah
tempat saya bertugas.
Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi
sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid
Anda?
Dengan menjalin hubungan atau relasi yang baik, komunikasi yang jelas, emosi yang terkontrol,
seseorang akan memahami karakter diri dan orang-orang sekitarnya. Seseorang akan tahu apa yang dia
inginkan dan apa kelebihan yang dapat ia sumbangsihkan kepada orang-orang sekitar dalam
menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan dengan baik.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran
selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi diri sendiri ?'
Saya berharap sebagai seorang pendidik, saya turut andil dalam menciptakan suasana belajar yang
nyaman dan kondusif dengan memperhatikan kondisi emosional dan sosial murid. Saya juga ingin
menebarkan aura positif dan kebaikan dengan mengontrol emosi dengan siapapun yang saya temui.
Ketika ada murid yang bermasalah, saya ingin tetap mengontrol emosi saya agar tidak terluapkan secara
berlebihan.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran
selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi murid-murid Anda ?
Saya berharap dapat menuntun murid saya yang sudah memasuki usia remaja agar tidak "meledak-
ledak" dalam menghadapi suatu permasalahan. Saya ingin murid saya berproses bahagia dan optimal
dalam menjalankan perannya sebagai pelajar yang unggul, kompetitif dan kompeten dalam menghadapi
dunia kerja dan keanekaragaman sifat-sifat orang-orang yang ditemuinya kelak.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "2.2.a.3 Mulai dari Diri Modul 2.2 (Refleksi:
Kompetensi Sosial dan Emosional Diri ataupun Murid)", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/krisnadewi18/63f95003e59c984e81522672/2-2-a-3-mulai-dari-diri-
modul-2-2-refleksi-kompetensi-sosial-dan-emosional-diri-ataupun-murid
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.