Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SEORANG BAYI USIA 2 BULAN DENGAN


HERNIA UMBILIKALIS

Diajukan guna melengkapi tugas Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI)


periode 2022/2023

Disusun oleh :
dr. Dewi Mukti Larasati

Dokter Pembimbing :
dr. Alfian Yuniarta

DPJP:
dr. Muhammad Muhaimin Efendi, Sp.B

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


RSUD dr. KOESMA TUBAN
BATCH II 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Judul

“Seorang Bayi Usia 2 Bulan


Dengan Hernia Umbilikalis”

Oleh

dr. Dewi Mukti Larasati

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Internship Dokter Indonesia periode 15 Mei – 17 November 2022.

Tuban, November 2022


Mengetahui,

Dokter Pembimbing Dokter Penanggung Jawab Pasien

dr. Alfian Yuniarta, MH, Kes dr. Muhammad Muhaimin Efendi, Sp.B
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia umbilikalis adalah kelainan abdomen umum yang diindetifikasi pada bayi dan
biasanya sembuh sendiri. Hanya hernia yang sangat besar, bergejala, atau bertahan melewati
usia tiga tahun yang akan membutuhkan perbaikan dengan operasi.1 Hernia umbilikalis pada
bayi dan anak- anak membutuhkan ahli bedah pediatrik dan bedah umum untuk mengobatinya.
Meskipun defek hernia hadir, tetapi tidak seperti hernia masa kanak-kanak lainnya. Hernia
umbilikalis dapat sembuh tanpa perlu operasi. Namun, hernia ini tidak selalu dapat
terselesaikan dan komplikasi dapat berkembang dan dapat membutuhkan operasi darurat.2

Hernia umbilikalis adalah gangguan umum dari dinding perut anterior pada anak-anak
dan biasanya nampak pada minggu-minggu awal kehidupan setelah munculnya benjolan.
Hernia umbilikalis terlihat pada sekitar 10-20% dari semua anak. Kejadian hernia umbilikalis
pada usia 1 tahun berkisar antara 2-15% kasus dan insidensi meningkat pada bayi-bayi asal
Afrika (85%). Frekuensi lebih tinggi pada neonatus prematur dan kecil untuk usia gestasional.
Etiologi hernia umbilikalis dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu didapat dan
kongenital. Penyebab hernia umbilikalis yang didapat antara lain riwayat operasi yang dapat
menyebabkan hernia insisional, trauma, serta tekanan berulang pada titik lemah alami dinding
perut. Pada hernia umbilikalis kongenital, defek hernia terjadi sejak lahir dan dapat membesar.
Berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko utama yang terlihat pada
pengembangan hernia umbilikalis. Anak- anak dengan bawaan hipotiroidisme, sindrom Down
(trisomi 21), trisomi 13, trisomi 18 dan sindrom Beckwith-Wiedemann memiliki keterkaitan
dengan hernia umbilikalis.3

Manifestasi klinis hernia umbilikalis umumnya berupa benjolan di sekitar umbilicus


yang timbul waktu mengedan (BAB), batuk dan menangis. Benjolan biasanya hilang pada
waktu istirahat. Bila benjolan masih dapat dimasukkan kembali atau menghilang, maka hernia
masih belum mengalami komplikasi. Pada hernia umbilikalis strangulata, penderita akan
merasakan nyeri yang bertambah berat, dimana akan ditandai dengan anak yang sering
menangis disertai dengan kulit di sekitar benjolan menjadi merah dan panas. Dan apabila pada
kulit di sekitar umbilicus mengalami tanda-tanda peradangan disertai adamya tanda obstruksi
usus, seperti muntah hijau, perut kembung, dan tidak bisa BAB, maka itu berarti sudah terjadi
hernia inkarserata. Tujuan penulisan case report ini adalah untuk menyajikan studi kasus
hernia umbilikalis pada anak usia 2 bulan dengan meninjau patofisiologi, komplikasi, dan
tatalaksana terkait hernia umbilikalis.
BAB II
LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS POLI BEDAH

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. NN

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 2 bulan

Alamat lengkap : Rembes, Gesikharjo, Palang, Tuban


Masuk Poli : 22 Oktober 2022
No. RM : 031xxxx
II. DAFTAR MASALAH
No Masalah Tanggal No Masalah Tanggal
Aktif
Pasif
1. Benjolan di 22-10-2022
umbilikal

III. DATA DASAR

A. ANAMNESIS
Heteroanamnesis (tanggal 22 Oktober 2022 pukul 10.49 WIB di Poli Bedah
RSUD dr. Koesma Tuban) dengan orangtua pasien (Ny. N, 22 tahun)

Keluhan Utama : Benjolan hilang timbul di pusar

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh kedua orang tuannya ke poli bedah umum dengan keluhan
benjolan hilang timbul pada daerah pusar yang diketahui sejak ± 1 bulan yang lalu.
Menurut ibu paien, benjolan muncul ketika pasien menangis, batuk dan saat mengejan.
Benjolan menghilang saat pasien tidur/istirahat. Ibu pasien juga mengatakan jika tidak
ada mual (-), muntah (-), kembung (-), demam (-), minum baik, buang air besar dan
buang air kecil baik. Awalnya benjolan tidak tampak saat lahir, usia 1 bulan setelah
kelahiran tiba-tiba ibu pasien menemukan adanya benjolan di daerah pusar saat
mengganti popok dalam keadaan bayi sedang menangis, riwayat trauma di bagian
perut disangkal, riwayat memijat bayi di daerah perut disangkal. Bayi lahir langsung
menangis, tidak ada riwayat kelainan serupa pada keluarga.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit paru (-)
- Riwayat penyakit asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


- Tidak terdapat keluarga yang menderita hal yang sama

Riwayat Persalinan :
- Spontan / BBLR

Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien merupakan anak pertama, tinggal bersama kedua orang tua dan neneknya.
Ayah pasien bekerja sebagai petani dan ibu pasien bekerja sebagai pedagang.
Pembiayaan dengan JKN PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.

B. DATA OBYEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 22 Oktober 2022 pukul 10.49 WIB )

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15: E4V5M6

Tanda-tanda vital : Frekuensi Napas : 34 x/menit

Frekuensi Nadi : 125x/menit

Suhu : 36,6 °c

BB : 3,150gr
1. Status Generalis:
Kepala/Leher : CA (-/-), SI (-/-), PCH (-), OC (-), P>KGB (-)
Thorak:
I = Simetris, Ikut gerak napas,
P = Stem fremitus kanan dan kiri sama
P = Sonor di kedua lapang paru
A = SN Vesikuler (+/+), Whz (-/-), Rho (-/-), BJ I-II Reg, murmur (-), Gallop
(-)
Abdomen:
I = Distensi (-), jejas (-)
A = BU (+) Normal
P = Supel, NT (-), H/L = ttb/ttb
P = Tympani
Ekstremitas : Akral hangat, CRT<3, Edema (-)
Vegetatif : Makan/Minum baik, BAB/BAK dbn

2. Status lokalis regio umbilikalis:


Inspeksi : Tampak pembengkakan pada daerah umbilkalis, tepi benjolan
berwarna putih kecoklatan.
Palpasi : Permukaan tampak tidak rata, tepi regular, warna kulit sama dengan
warna kulit sekitar , diameter ±3cm, konsistensi kenyal, nyeri (-), panas (-).
Auskultasi : BU(+) normal

Foto Klinis Hernia Umbilikalis


lV. DIAGNOSIS
Hernia Umbilikalis

V. DIAGNOSIS
BANDING
• Omfalokel
• Gastroschisis

VI. INITIAL PLAN


In. Dx : S : -
:O: -
In Rx :
- Pro herniotomi jika BB > 5kg
In. Mx:
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Keluhan benjolan
In Ex :
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai diagnosis penyakit pasien
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai terapi yang akan
diberikan
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai prognosis
daripenyakit yang diderita pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan organ dalam perut yang keluar dari
daerah pusar akibat kelemahan jaringan penyambung dan otot perut. Kelemahan
tersebut membentuk suatu “bukaan” yang dikenal dengan defek, yang menyebabkan
jaringan lemak dan organ dalam perut di bawah pusar dapat ikut menonjol keluar.

Hernia umbilikalis sering terjadi pada anak-anak, namun dapat pula terjadi
pada orang dewasa walaupun jarang. Pada anak-anak, defek seringkali tertutup
seiring bertambahnya usia dan tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Pada
dewasa, hernia umbilikalis tidak dapat sembuh sendiri dan hanya dapat diperbaiki
dengan tindakan bedah.4

3.2 Anatomi

Gambar 1. Anatomi Umbilikus

3.3 Etiologi dan Epidemiologi

Hernia umbilikalis dapat termasuk dalam hernia kongenital. Hernia umbilikalis


pada bayi dan anak terjadi karena kegagalan penutupan cincin fasia yang melewati
tali pusat dan manifestasinya terjadi setelah lahir.1 Insiden hernia umbilikalis pada
populasi umum bervariasi dengan usia, ras, usia kehamilan, dan kehamilan kembar.
Di Amerika Serikat, kejadian pada anak-anak Afrika-Amerika sejak lahir hingga
usia 1 tahun berkisar antara 25% hingga 58%. Pada kelompok usia yang sama
memiliki insidensi 2% hingga 18,5%. Bayi prematur dan bayi berat lahir rendah
memiliki insiden yang lebih tinggi daripada bayi cukup bulan, dilaporkan hingga 75%
pada bayi dengan berat 500 hingga 1500g pada kelahiran. Bayi dengan kondisi
tertentu lainnya, seperti sindrom Beckwith-Wiedemann, sindrom Hurler, berbagai
kondisi trisomi (trisomy 13, 18, dan 21), dan hipotiroidisme kongenital, juga memiliki
peningkatan insidensi hernia umbilikal, seperti halnya anak-anak yang
membutuhkan peritoneal dialisis.2

3.4 Patofiologi

Fisiologis usus ke tali pusat berkembang selama minggu ke-5-6 kehamilan dan
kembali sepenuhnya ke rongga perut pada minggu ke-12 usia kehamilan. Selama
periode ini, rotasi dan fiksasi usus berlangsung. Perjalanan ini mayoritas aman.
Namun, sejumlah kegagalan dapat terjadi selama periode ini. Penyakit yang paling
umum ditemui pada gangguan pengembalian normal usus ke perut adalah hernia
umbilikalis. Gagalnya penutupan cincin pusar atau kegagalan pengembalian secara
lengkap fisiologis usus dianggap sebagai kemungkinan mekanisme pembentukan
hernia umbilikalis. Namun demikian, ada berbagai penyebab lain selama herniasi
fisiologis yang mengakibatkan berbagai malformasi pada umbilikus terkait dengan
hernia umbilikalis.5 Ini adalah varietas yang paling umum dari hernia umbilikalis dan
menampilkannya dengan pembengkakan kecil di dasar tali pusat. Pada neonatus
dinyatakan normal dan tanpa gejala. Terutama lingkaran kecil dari pertengahan ileum
adalah hal biasa pada hernia umbilikalis tapi jarang sisa-sisa saluran vitellointestinal
dapat ditemukan seperti Divertikulum Meckel. Isi lain mungkin ileum terminal, sekum,
naiknya usus besar, atau seluruh usus halus bahkan sampai usus besar, meskipun
ukuran hernia umbilikalis akan jauh lebih besar.5
3.5. Jenis- jenis hernia

Menurut Lokasi a. Hernia Inguinalis


b. Hernia Umbilikalis
c. Hernia Femoralis
Menurut Penyebab a. Hernia Kongenital / Bawaan
b. Hernia Traumatik
c. Hernia Insisional
Menurut Keadaan a. Hernia Inkarserata
b. Hernia Strangulata
Menurut Sifat a. Hernia Reponible
b. Hernia Irreponible
Tabel 1. Jenis – Jenis Hernia

3.6 Diagnosis

Adapun gejala – gejala yang dapat ditemukan pada hernia umbilikalis, antara
lain:

a) Sebagian besar tidak menunjukkan gejala dan hanya diidentifikasi dengan


memvisualisasikan suatu tonjolan pada umbilikus.
b) Bulge dapat membesar dengan mengejan dan menangis.
c) Usus halus dan atau mesenterium biasanya mengisi kantung hernia. Sebagian
besar mudah direduksi.
d) Cacat kecil (< 1,5cm) dan teraba di dalam umbilikus.
e) Mungkin ada kulit berlebih yang menutupi umbilikus.1

3.7 Pemeriksaan Penunjang

Hernia umbilikalis dapat didiagnosis saat melakukan pemeriksaan fisik.


Terkadang, pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonografi, foto sinar-X perut, CT-
Scan, Laboratorium darah, urinalisa dan EKG (untuk pasien usia > 45 tahun) bisa
dilakukan untuk melihat apakah terjadi komplikasi.6

3.8 Penatalaksanaan

Kebanyakan hernia umbilikalis pada bayi dapat menutup dengan sendirinya


pada usia 18 bulan. Menahan hernia dengan koin, pita, pembalut atau alat lain
kadang-kadang membuat pasien lebih nyaman tapi tidak mengurangi risiko terjepit
atau menyebabkan terakumulasinya mikroorganisme di bawah koinatau pita tersebut
yang akan menyebabkan terjadinya infeksi, oleh karena itu, hal itu tidak
direkomendasikan.4
Indikasi pembedahan hernia umbilikalis pada anak-anak dilakukan, apabila:
a) Hernia terasa nyeri,
b) Diameter hernia lebih besar dari 1,5 cm,
c) Hernia tidak berkurang ukurannya setelah usia 6-12 bulan,
d) Hernia tidak menghilang setelah usia 3 tahun,
e) Hernia terjepit cincin hernia (inkarserata) dan hernia strangulata.
f) Memenuhi kriteria “rule of ten” (nilai batas berat badan > 10 lbs (5kg)
hemoglobin 10 g/dL dan jumlah sel darah putih <10.000 mm3 serta
waktu yang optimal untuk operasi yaitu umur lebih dari sepuluh
minggu).

Jenis pembedahan tergantung pada ukuran hernia dan lokasinya serta jika
termasuk hernia berulang (kambuh). Pembedahan hanya satu-satunya pengobatan
untuk memperbaiki hernia. Pembedahan dapat dilakukan dengan teknik pembedahan
perbaikan terbuka dan laparoskopi. Perbaikan dapat dilakukan dengan menggunakan
jahitan saja atau dengan menambahkan jaringan.4
Gambar 2. Diagram Herniotomi

Diagram teknik untuk perbaikan operasi terbuka (herniotomi) untuk hernia


umbilikalis. A, Insisi lipatan kulit infraumbilical dibuat. B, Kantung hernia dibuka,
meninggalkan sebagian dari kantung yang melekat pada kulit umbilical untuk
memudahkan umbilikoplasti, berikutnya. C, Kantung umbilical telah benar- benar
dibagi dan dipotong menjadi fasia yang kuat. D, Defek fasia tertutup dalam mode
transversal dengan jahitan yang tidak diserap dan sederhana. E, Kantung umbilical
yang tersisa, yang melekat pada kulit umbilikal, diamankan ke fasia dengan jahitan
yang terputus dan terserap. F, Insisi kulit ditutup dengan jahitan subkutikular.2

Perbaikan hernia dengan Laparoskopi (Herniorafi) akan dibuat beberapa


tusukan atau sayatan kecil pada perut. Ports atau Trocar (tabung berongga) akan
dimasukkan kedalam tusukan/sayatan. Alat-alat bedah dan kamera yang menyala
diletakkan pada Port. Perut akan mengembang oleh karena gas karbondioksida yang
memudahkan dokter bedah untuk melihat letak hernia. Mesh dapat dijahit atau
menggunakan staples pada otot sekitar hernia. Bekas Port dapat ditutup dengan jahitan,
stapler atau lem bedah.4
Gambar 3. Herniorafi
3.9 Komplikasi

Komplikasi hernia umbilikalis pada anak-anak jarang terjadi. Namun ada beberapa
komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi, seperti:
a) Luka hematoma,
b) Infeksi luka,
c) Hernia rekuren.1
BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang bayi usia 2 bulan datang ke poli bedah diantar kedua orangtuanya dengan keluhan
benjolan pada pusar yang hilang timbul. Pasien dalam keadaan sadar penuh, dan dilakukan
heteroanamnesis pada ibu pasien. Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik dimana ditemukan
adanya benjolan di pusar yang timbul pada saat bayi menangis. Tampak benjolan pada
daerah umbilkalis, tepi benjolan berwarna putih kecoklatan, permukaan tampak tidak
rata, tepi regular, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar diameter ±3cm,
konsistensi kenyal, nyeri (-), panas (-). Untuk selanjutnya akan direncanakan operasi
herniotomi, tetapi menunggu berat badan pasien mencapai 5kg sesuai dengan aturan
rule of ten. Maka dari itu saat ini belum dilaksanakan pemeriksaan penunjang lainnya.
Pasien dipulangkan dari rumah sakit dan diminta kontrol ke poli bedah untuk follow
up jika ada keluhan dan pemeriksaan penunjang lanjutan apabila berat badan pasien
sudah mencapai 5 kg.
DAFTAR PUSTAKA

1. Coppola, C. P., Kennedy, A. P., Scorpio, R. J. 2014. Pediatric Surgery


Diagnistic and Treatment. Springer. Danville, PA, USA. (p215-216)
2. Holcomb, G. W., & Murphy, J. P. 2010. Ashcraft’s Pediatric Surgery.
5th edition. Elsevier. Philadelphia, PA. (p637-638)
3. Mirza, B., & All, W. 2016. Distinct Presentations of Hernia of Umbilical Cord.
Department of Pediatric Surgery, Children Hospital Faisalabad, Pakistan. Vol
5. (p1-2)
4. Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical
Education and Research 1998-2015. Available on:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/umbilical
hernia/basics/definition/con-20025630
5. Gera, P. 2016. Umbilical Hernia in Childhood: Indications and Mode
of Repair . J Surg Transplant Sci 4(4): 1037.
6. American College of Surgeon. 2013. Adult Umbilical Hernia
Repair (Reviewer: Strand N., Malangoni M., Heniford, B)

Anda mungkin juga menyukai