Anda di halaman 1dari 6

OLYMPUS CORPORATION, SKANDAL TERBESAR DALAM SEJARAH

KORPORASI JEPANG
Olympus Corporation merupakan sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang
optik dan gambar seperti pembuatan kamera, mikroskop, termometer, kartu memori, dan
lensa kamera. Olympus didirikan pada tanggal 12 oktober 1919 di Tokyo, Perusahaan ini
merupakan salah satu perusahaan elit jepang yang mampu bertahan dan mampu bersaing
dengan para kompetitornya hingga saat ini dan memiliki banyak cabang di berbagai negara di
dunia antara lain di Amerika Serikat dan Jerman, Olympus juga memiliki pendapatan
fantastis dengan rata-rata penjualan tahunan sebesar USD10 miliar dan mempekerjakan lebih
dari 35.000 orang di seluruh dunia.
Kedigdayaan Olympus Corporationmengalami goncangan hebat ketika pada tahun 2011
skandal besar yang di lakukan olympus terkuak ke permukaan, skandal yang berhasil di
tutupi selama kurang lebih dua dekade akhirnya terungkap, skandal ini terungkap akibat
buntut dari pemecatan CEO Olympus Michael Woodford pada tanggal 14 Oktober 2011 yang
baru saja menduduki jabatan tersebut tidak lebih dari 2 minggu, alasan pemecatan Woodford
karena dia mempertanyakan pengambilan keputusan investasi yang di ambil oleh manajemen
olympus selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2002 hingga tahun 2008, salah satu
keputusan investasi yang di pertanyakakan adalah akuisisi produsen peralatan medis asal
inggris, Gyrus, pada tahun 2008 senilai USD2,2 miliar atau senilai Rp 18,7 triliun selain itu
juga terdapat biaya penasihat dalam akuisisi Gyrus tersebut sebesar USD687 juta atau senilai
Rp 5,83 triliun dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal sebesar USD773 juta
atau senilai Rp 6,57 triliun.
Belakangan terkuak bahwa dana-dana yang dikeluarkan olympus untuk biaya penasihat
dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal merupakan akal-akalan. Dana-dana
itu di gunakan untuk menutupi kerugian investasi yang dilakukan oleh olympus di dua
dekade lalu. Modus ini pun terlihat terang benderang ketika pembayaran kepada tiga
perusahaan investasi lokal jepang tersebut di hapus dari pembukuan olympus.
Awalnya, seperti lazimnya skandal yang harus di tutup rapat-rapat , manajemen Olympus
menyangkal mati-matian. Namun, lewat jalan berliku, akhirnya produsen kamera asal Jepang
itu mengakui telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama 20
tahun, sejak era 1980-an.
Selama dua puluh tahun terakhir manajemen olympus berhasil menyembunyikan
kerugian investasi yang di alaminya dari laporan keuangan miliknya bahkan auditor eksternal
olympus juga tidak mencium aroma kecurangan yang di lakukan oleh manajemen olympus,
auditor olympus pada tahun 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi jepang, yang dulu
adalah salah satu dari perusahaan akuntan big five. Setelah Andersen runtuh pada tahun 2002,
KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di jepang dan bergantti nama menjadi Asasi&co,
sejak saat itu audit olympus diambil alih oleh Asashi & co hingga tahun 2009. Olympus
kemudian beralih ke Ernest & Young. Olympus menutupi kerugian masa lalunya dengan
menyelewengkan dan akuisisi. Menurut penyelidikan olympus memalsukan laporan posisi
keuangannya, Olympus melaporkan aset nettonya secara konsolidasi mencapai 344,871

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
miliar yen (USD4,4 miliar) untuk tahun fiskal 2006, padahal seharusnya olympus melaporkan
aset nettonya hanya sebesar 233,737 yen. Olympus juga membuat laporan palsu untuk
laporan keuangan tahun 2007, dengan melaporkan aset netonya sebesar 367,876 miliar yen,
menutupi nilai sesungguhnya yang hanya sebesar 254,246 miliar yen.
Hingga saat ini 7 (tujuh) orang sudah di tetapkan sebagai tersangka dalam skandal kasus
manipulasi laporan keuangan yang di lakukan oleh olympus, ke 7 (tujuh) orang tersebut
adalah mantan presiden olympus, Tsuyosi Kukikawa yang di anggap sebagai tokoh kunci di
balik skandal finansial terbesar yang mengguncang korporasi jepang, tersangka lainnya
adalah mantan vice president olympus, Hisasi Mori, mantan auditor internal olympus, Hideo
Yamada, mantan pejabat broker, Akio Nakagawa, seta tiga pejabat lainnya dari lembaga
investasi jepang.
Skandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Olympus, membuat Olympus
hampir dihapuskan dari Tokyo Stock Exchange, Olympus telah mendapat ancaman akan
dihapuskan dari STE, jika mereka tidak memberikan penjelasan tertulis atas kondisi
perusahaan.Laporan pertanggungjawaban Olympus yang tertuang dalam Report for 144th
Term akhirnya menjelaskan kondisi Olympus yang sebenarnya kepada pihak yang
berkepentingan pada April 2012. Pada laporan keuangan yang telah diaduit tersebut, terjadi
penurunan nilai asset dari ¥966 miliar menjadi tersisa hanya ¥605 miliar, sebagai akibat
kerugian investasi yang tidak dilaporkan oleh Olympus. Report for 144th Terms seperti
pengakuan dosa Olympus terhadap khalayak ramai akan penipuan besar yang telah mereka
lakukan, memecat 7 jajaran direksi, dan menata ulang manajemen perusahaan dengan
memasukkan orang-orang baru untuk mengisi BoD Olympus. Lebih dari itu, nilai perusahaan
juga turun drastis yaitu hampir 75% dari nilai sebelumnya sebagai dampak penurunan
kepercayaan investor terhadap manajemen Olympus, sampai pada akhirnya Olympus harus
menjual sahamnya kepada Sony agar tidak gukung tikar. Sony kini menjadi pemilik Olympus
atas kepemilikan saham sebesar 51%.
(Kasus ini di buat berdasarkan beberapa sumber-sumber yang terpercaya, sumber-sumber
berita terlampir)

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
ANALISIS PELANGGARAN OLYMPUS CORPORATION TERHADAP PRINSIP-
PRINSIP GOOG CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) wajib di
implementasikan oleh seluruh perusahaan yang beroperasi di dunia ini baik itu perusahaan
emiten maupun bukan, karena perusahaan yang menerapkan GCG akan memiliki value
added (nilai tambah) di mata para pemegang kepentingan baik itu pemegang kepentingan
primer seperti pemasok, Investor, kreditur pelanggan, karyawan, pemilik modal, dll maupun
pemegang kepentingan sekunder seperti masyarakat, pemerintah, dll. Begitu juga bagi
Olympus Corporation perusahaan multi nasional asal jepang ini seharusnya bahkan di
wajibkan untuk menerapkan prinsip-prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance), selama puluhan tahun olympus tumbuh dan berkembang menjadi
salah satu perusahaan terkemuka di jepang yang memiliki reputasi yang baik di mata para
stakeholders dan shareholders-nya, namun menjelang akhir tahun 2011 bencana besar
menimpa olympus corporation, perusahaan ini di beritakan telah merekayasa laporan
keuangan dan menyembunyikan kerugian investasi yang di alaminya selama dua dekade atau
20 tahun terakhir, Untuk itu disini kami menganalisis prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) yang dilanggar atau tidak dilaksanakan oleh
Olympus Corporation selama kurang lebih 20 (dua puluh) tahun terakhir yang digunakan
untuk menutupi kerugian dan memanipulasi laporan keuangannya.
TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BURUK (BAD CORPORATE
GOVERNANCE)
Berbeda dengan kebanyakan perusahaan Multinasional BaratOlympus dalam struktur
tata kelola perusahaannya menempatkan Komite Audit pada level yang sama dengan Dewan
Direksi, dimana Dewan Direksi juga memiliki wewenang untuk mengamati kinerja Komite
Audit, padahal seharusnya Komite Audit dan Dewan Direksi merupakan bagian yang
terpisah, dan Komite Audit bekerja secara independen untuk mengamati dan mengawasi
kinerja Dewan Direksi beserta manajemen apakah sudah sesuai dengan kontrol internal
perusahaan atau tidak, bukan malah sebaliknya diawasi oleh Dewan Direksi.
Olympus juga tidak menempatkan eksekutif maupun non-eksekutif independen dalam
jajaran direksinya, dalam hal ini bukan hanya Olympus tapi hampir semua perusahaan di
Jepang tidak bisa menerima perubahan dengan menempatkan eksekutif atau non-eksekutif
asing dalam jajaran direksinya. Khusus dalam kasus Olympus, ex-direktur Michael Woodford
dipecat dengan tidak hormat tak lama setelah ia mempertanyakan kejanggalan-kejanggalan
yang terjadi di Olympus, independensi Woodford dan keterbukaan atas informasi yang
dimilikinya tidak dapat diterima oleh jajaran direksi Olympus yang semuanya adalah orang
Jepang.

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
1. Prinsip Transparansi (Transparency)

Prinsip Transparansi adalah kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip
keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam
menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang di sampaikan
harus lengkap, benar, dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh
ada hal-hal yang di rahasiakan, disembunyikan, di tutup-tutupi atau di tunda-tunda
pengungkapannya. Di dalam kasus olympus corporation yang sudah di jelaskan
sebelumnya bahwa olympus corporation telah menyembunyikan kerugian yang harusnya
di alami oleh perusahaan namun di tutup tutupi oleh olympus selama lebih dari 20 (dua
puluh) tahun lamanya dengan menggunakan metode atau teknik yang sebenarnya tidak di
perkenankan dalam praktik akuntansi di jepang, kebusukan olympus dalam
menyembunyikan kerugiannya baru terbongkar pada tahun 2011 ketika seorang whistle
blower yaitu mantan CEO olympus corporation selama 2 (dua) minggu yang di pecat
oleh dewan direksi olympus karena mempertanyakan keputusan investasi yang di ambil
oleh manajemen olympus selama kurun waktu 6 tahun dari tahun 2002 hingga tahun
2008. Dimana belakangan baru terungkap bahwa keputusan investasi yang mengakuisisi
perusahaan peralatan medis asal inggris, Gyrus dimana terdapat biaya penasihat dalam
akuisisi Gyrus sebesar USD 687 juta dan pembayaran kepada 3 (tiga) perusahaan
investasi lokal di jepang sebesar USD 773 juta adalah akal-akalan olympus yang di
gunakan olympus untuk menutupi kerugian masa lalu atas investasi yang dilakukannya
20 tahun silam hal ini terbukti karena beberapa bulan setelahnya pembayaran terhadap 3
perusahaan investasi lokal tersebut di hapuskan dari catatan olympus. Seharusnya untuk
melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
olympus corporation harus transparan dalam menyampaikan keputusan maupun
informasi-nya baik itu informasi yang akan membawa dampak positif bagi perusahaan
maupun infornmasi yang memberikan dampak negatif (bad impact) bagi perusahaan
sehingga para pemangku kepentingan (stakeholder dan shareholder) benar-benar
mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan perusahaan saat itu walaupun
menyampaikan kerugian yang besar pada saat itu akan berdampak negatif bagi
perusahaan namun sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk menyampaikan
bagaimana sebenarnya kondisi perusahaan saat itu, akibat tidak transparannya
manajemen olympus berdampak besar bagi perusahaan saat ini yakni olympus
corporation terancam delisting dari Bursa Efek Tokyo, menurunnya nilai pemegang
saham sebesar 29% yang merupakan posisi terendahnya selama 16 tahun terakhir, dan
nilai perusahaan turun sebesar 70%, serta menurunnya kepercayaan pihak-pihak
eksternal terhadap olympus corporation pada khususnya dan kepada perusahaan jepang
pada umumnya karena pihak eksternal berargumen bahwa jangan-jangan perusahaan-
perusahaan lain di jepang juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh
olympus corporation.

2. Prinsip Akuntabilitas (Accountability)

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
Prinsip Akuntabilitas adalah prinspip dimana para pengelola berkewajiban untuk
membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan (finacial
statement) yang dapat di percaya, Untuk itu diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggung jawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif. Di dalam kasus
Olympus Corporation yang sudah di jelaskan dalam kasus sebelumnya dikatakan bahwa
manajemen olympus telah merekayasa laporan keuangannya agar tampak lebih baik dari
keadaan aslinya dengan cara menyembunyikan kerugian yang di alaminya dengan
metode-metode yang tidak di perkenankan dalam Standar Akuntansi di jepang. Hal ini
sudah bertentangan dengan prinsip Akuntabilitas GCG yang menghendaki bahwa laporan
keuangan perusahaan harus di susun sesuai standar yang berlaku. Olympus melaporkan
aset nettonya secara konsolidasi mencapai 344,871 miliar yen (USD4,4 miliar) untuk
tahun fiskal 2006, padahal seharusnya olympus melaporkan aset nettonya hanya sebesar
233,737 yen. Olympus juga membuat laporan palsu untuk laporan keuangan tahun 2007,
dengan melaporkan aset netonya sebesar 367,876 miliar yen, menutupi nilai
sesungguhnya yang hanya sebesar 254,246 miliar yen.Olympus menyembunyikan
kerugian di dalam laporan keuangannya dengan menggunakan skema tobashi yang
sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah jepang sejak awal tahun 1990. Pada saat itu
olympus melakukan keputusan investasi yang salah di mana investasi yang dilakukannya
mengalami kerugian yang besar (nilai buku investasi lebih tinggi dari fair value atau nilai
wajar investasi tersebut), dan pada saat itu standar akuntansi di jepang mengisyaratkan
bahwa apabila nilai wajar investasi nilainya setengah dari nilai buku investasi maka
penurunan nilai (kerugian investasi) tersebut harus di sajikan dalam laporan keuangan,
untuk menghilangkan kerugian tersebut olympus mentransfer/menjual investasi yang
merugikan tersebut ke pada pihak lain yang tidak berafiliasi dengan olympus, dengan
cara yang berbelit-belit olympus memberikan pinjaman kepada bank/perusahaan
investasi asing , yang kemudian bank/perusahaan investasi asing tersebut membeli
sekuritas investasi yang mengalami kerugian milik olympus dengan harga sesuai dengan
harga perolehan investasi tersebut bukan berdasarkan nilai pasar investasi
tersebut.Dengan cara ini kerugian yang di alami olympus dialihkan kepada pihak lain
dengan perjanjian-perjanjian khusus atau bisa juga dengan mentransfer investasi yang
merugikan itu ke perusahaan dummy (fiktif).
Selain menyembunyikan kerugian dari laporan keuangannya olympus juga
merekayasa biaya dalam akuisisi perusahaan peralatan kesehatan Gyrus, biaya penasihat
dalam akuisisi Gyrus tersebut sebesar USD687 juta atau senilai Rp 5,83 triliun di nilai
tidak wajar dalam pemberian fee kepada penasihat keuangan dan juga pembayaran
kepada tiga perusahaan investasi lokal sebesar USD773 juta atau senilai Rp 6,57 triliun
juga dipertanyakan karena pembayaran kepada ke tiga perusahaan investasi lokal
tersebut di hapus dari pembukuan olympus, belakangan di ketahui bahwa biaya penasihat
dan pembayaran kepada 3 (tiga) perusahaan investasi lokal hanyalah akal akalan yang
sebenarnya digunakan untuk menutup kerugian investasi olympus di masa lalu.
Seharusnya manajemen olympus dalam bentuk tanggung jawabnya membuat laporan
keuangan harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di jepang sehingga
asersi manajemen olympus (laporan keuangan) dapat dipertanggungjawabkan

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
keandalannya dan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengambil keputusan.

3. Prinsip Responsibilitas (Responsibility)

Dalam prinsip responsibilitas olympus telah melanggar prinsip responsibilitas dalam


hal dimensi hukum. Dimensi hukum menyatakan bahwa tanggung jawab pengelolaan
diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Olympus Corporation sudah tidak taat dalam menjalankan peraturan pemerintah jepang
terkait dengan pelaporan keuangan entitas dan perekayasaan terhadap laporan keuangan
yang dapat menjerat pelakunya dengan denda maupun kurungan penjara.

This study source was downloaded by 100000863847609 from CourseHero.com on 03-17-2023 07:25:29 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/10470634/OLYMPUS-2/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai