PROPOSAL TESIS
Oleh:
DWI ARIADY KUSUMA
NIM. 092124253013
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Transformational Leadership
Kepemimpinan merupakan definisi dari prosedur atau proses yang
mengarahkan dan membimbing perilaku orang dalam lingkungan kerja (Nelson,
2006). Banyak pendekatan yang berbeda dari gaya kepemimpinan yang
ditemukan pada banyak literatur. Berdasarkan hasil beberapa studi, peran
kepemimpinan ialah menciptakan pengaruh dalam mencapai tujuan (Bass, 1997
dalam Almanitsir et al., 2013). Berdasarkan teori Burns, 1979, Bass pada tahun
1985 dan 1998 mengelaborasi teori gaya kepemimpinan termasuk
transformational leadership dan transaksional.
Transformational leadership lebih mendasarkan pada pergeseran nilai dan
kepercayaan pemimpin serta kebutuhan pengikutnya (Luthans, 2006).
Transformational leadership memotivasi pengikut untuk dapat melakukan suatu
hal lebih dari yang diharapkan (Northouse, 2013). Transformational leadership
membuat pengikut merasa percaya, kagum, setia, dan hormat kepada pemimpin
serta pengikut juga termotivasi untuk melakukan lebih dariapa yang diharapkan
dari mereka (Yukl, 2006). Transformational Leadership adalah seorang pemimpin
yang mendatangkan sebuah perubahan dalam individu maupun organisasi untuk
mencapai kinerja yang lebih tinggi.
Transformational leadership fokus pada konsep atribusi positif dalam
pencapaian kinerja yang melebihi ekspektasi. Pemimpin transformasional
mencapai tujuannya melalui peningkatan kepedulian terhadap pentingnya nilai
yang harus diciptakan dalam membuat rencana pencapaian hasil dan
mewujudkannya, menjalin hubungan yang baik diseluruh anggota tim, organisasi
dan seluruh pemangku kepentingan serta dapat memilah antara kebutuhan dan
keinginan yang perlu dicapai (Beck Tauber, Daniela, 2012). Dalam kepemimpinan
transformasioal, karyawan dapat dengan mudah berbagi pengetahuan antara
anggota dalam organisasi sehingga orgasisasi yang memiliki pemimpin
transformasional cenderung memiliki intelektual dan kedekatan antar pribadi yang
tinggi sehingga motivasi pun dapat meningkat (Paracha et al., 2012).
Avolio dan Bass (2004 dalam Beck Tauber, Daniela, 2012) merinci perilaku
transformational leadership yang terdiri dari empat dimensi yaitu pengaruh ideal,
inspirasi motivasi, stimulasi intelektual dan pertimbangan individu. Perilaku
pemimpin transformasional yang pertama yaitu pengaruh ideal artinya pemimpin
bertindak sebagai panutan. Pengikut mengagumi, hormat dan percaya kepada
pemimpin mereka. Pemimpin transformasional menanamkan kebanggaan,
melampaui kepentingan untuk kebaikan kelompok, bertindak dengan membangun
rasa hormat, berpenampilan meyakinkan, mempertimbangkan konsekuensi moral
10
11
2. Inspirational motivation
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang
mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu
menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan
optimisme. Pengukuran pada dimensi ini menggunakan beberapa indikator yaitu, 1)
Pimpinan BUMDes membuat karyawan bangga ketika dapat berteman dengannya. 2)
Pimpinan BUMDes menetapkan standar yang tinggi untuk pekerjaan karyawan. 3)
Pimpinan BUMDes mengembangkan berbagai cara untuk mendorong karyawan agar
bekerja lebih baik.
3. Intellectual stimulation
Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan
solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan
memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang
baru dalam melaksanakantugas-tugas organisasi. Pengukuran pada dimensi ini
menggunakan beberapa indikator yaitu, 1) Pimpinan BUMDes memungkinkan
karyawan untuk berfikir tentang berbagai problem lama dengan cara pandang baru. 2)
Pimpinan BUMDes menekankan pada karyawan menggunakan kecerdasan untuk
mengatasi berbagai hambatan. 3) Pimpinan BUMDes mengharuskan karyawan
memberikan pendapat dengan argumen yang baik.
4. Individualized consideration (konsiderasi individu)
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang
pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan
bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan
pengembangan karir. Pengukuran pada dimensi ini menggunakan beberapa indikator
yaitu, 1) Pimpinan BUMDes mencari tahu apa yang karyawan inginkan dan
membantu untuk mendapatkannya. 2) Pimpinan BUMDes memberikan perhatian
secara pribadi kepada karyawan. 3) Pimpinan BUMDes memberikan penghargaan
ketika karyawan melakukan pekerjaan dengan baik.
Teori yang dikemukakan oleh Avolio dan Bass (2004 dalam Beck Tauber,
Daniela, 2012) dalam hal pengertian maupun indikator transformational
leadership yang dikemukakan sangat relevan jika diterapkan pada kasus PT.
Infomedia Sosial Humanika . Terdapat empat indikator yang sesuai dengan
kondisi PT. Infomedia Sosial Humanika yang terjadi pada dan dapat menjabarkan
secara jelas masalah yang terjadi. Sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat
untuk memperbaiki masalah pada transformational leadership.
2.1.2 Affective Commitment
13
berlanjut pada tahap ketiga yaitu niatan karyawan tersebut untuk meninggalkan
pekerjaan (intention to quit).
Tindakan penarikan diri menurut Abelson (1987) terdiri atas beberapa
komponen yang secara simultan muncul dalam individu berupa adanya pikiran
untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, mengevaluasi
kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain, dan adanya
keinginan untuk meninggalkan perusahaan.
Sebagian besar karyawan yang meninggalkan perusahaan karena alasan
sukarela dapat dikategorikan atas perpindahan kerja sukarela yang dapat
dihindarkan (avoidable voluntary turnover) dan perpindahan kerja sukarela yang
tidak dapat dihindarkan (unavoidable voluntary turnover). Avoidable voluntary
turnover dapat disebabkan karena alasan berupa gaji, kondisi kerja, pimpinan
BUMDes, atau ada perusahaan lain yang dirasa lebih baik. “Voluntary turnover
atau quit merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara
sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan yang ada saat
ini, dan tersedianya alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya, involuntary turnover
atau pemecatan menggambarkan keputusan pemberi kerja (employer) untuk
menghentikan hubungan kerja dan bersifat uncontrollable bagi karyawan yang
mengalaminya (Shaw et al.., 1998)”.Sedangkan unavoidable voluntary turnover
dapat disebabkan karena perubahan jalur karir atau faktor keluarga. Niatan
berpindah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah voluntary turnover.
Menurut Mobley (1977) niatan berpindah adalah persepsi kognitif dari
pemikiran, rencana, dan keinginan untuk keluar dari perusahaan. Seseorang yang
memiliki niatan untuk berpindah dari suatu perusahaan memiliki beberapa gejala-
gejala awal sebagai berikut :
1. Karyawan berpikir untuk meninggalkan perusahaan.
2. Karyawan akan berusaha untuk mencari pekerjaan pada perusahaan lain.
3. Karyawan berusaha untuk meninggalkan perusahaan.
4. Karyawan berusaha untuk meninggalkan perusahaan dalam waktu dekat.
5. Karyawan berusaha untuk meninggalkan perusahaan bila ada kesempatan
yang lebih baik
2.2 PenelitianTerdahulu
Penelitian yang membahas tentang Transformational Leadership, Affective
Organizational Commitment, dan Turnover Intention. Dimana sebelumnya
terdapat beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian yang
hampir serupa, namun perbedaan yang ada dalam penelitian ini kemudian
18
Salah satu temuan kunci dalam penelitian ini adalah gaya transformational
leadership direktur kantor lokal memiliki dampak negatif dan langsung pakta
tentang turnover intention pekerja kesejahteraan anak. Penemuan ini mendukung
hipotesis penelitian pertama kami. Selain itu, organisasi komitmen sebagian
memediasi efek transformational leadership dengan turnover intention. Hasil ini
konsisten dengan respon sebelumnya pencarian dan teori yang diajukan tentang
hubungan antara transformasi kepemimpinan, rasional dan sikap kerja, termasuk
intensi turnover dan komitmen organisasional dalam organisasi layanan manusia.
Teori yang diusulkan menunjukkan bahwa pekerja kesejahteraan anak
yang bekerja di bawah kepemimpinan dengan skor yang lebih tinggi dalam
karakteristik transformational leadership lebih cenderung menunjukkan komitmen
organisasional lebih kecil kemungkinannya untuk rela mengundurkan diri dari
pekerjaan dari pada yang di bawah direksi dengan skor lebih rendah. Sangat
sedikit penelitian yang meneliti efek transformational leadership terhadap
Turnover Intention pekerja dalam pengaturan kesejahteraan anak.
Temuan utama dari penelitian ini adalah pentingnya gaya transformational
leadership dari direktur kantor lokal di lembaga kesejahteraan anak. Terlepas dari
faktor mediasi kondisi organisasi, transformational leadership terkait dengan niat
pekerja kesejahteraan anak untuk meninggalkan agensi mereka menunjukkan
tingkat kekuatan yang sama. Studi ini menyiratkan bahwa niat pergantian pekerja
dapat dipengaruhi tidak hanya oleh pemimpin / penyelia langsung mereka, tetapi
juga oleh para pemimpin mereka yang jauh, seperti direktur kantor setempat.
Sebagian besar penelitian sebelumnya meneliti gaya kepemimpinan pemimpin
langsung atau pengawas sebagai prediktor Turnover Intention di lembaga
kesejahteraan anak.
2.2.3. John Fazio, Baiyun Gong, Randi Sims, Yuliya Yurova, (2017) "The role of
affective commitment in the relationship between social support and turnover
intention".
Penelitian Fazio et al., menyatakan tentang efek mediasi affective
commitment antara dukungan sosial dan turnover, temuan mereka tidak hanya
memberikan bukti bahwa affective commitment sebagai mediator, tetapi lebih
jauh mengklarifikasi bahwa dampak dukungan sosial (PSS dan POS) pada
turnover intention tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh affective commitment.
Seperti yang disarankan oleh teori pertukaran sosial, hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa affective commitment memediasi hubungan negatif antara
persepsi dukungan sosial dan turnover intention. Artinya, peningkatan dukungan
sosial yang dirasakan mengarah pada peningkatan affective commitment dan
20
2.3. Hipotesis
2.3.1. Pengaruh transformational leadership terhadap turnover intention
Selama bertahun-tahun, transformational leadership dan keinginan
berpindah adalah dua bidang penelitian yang berbeda. Namun, minat dalam
menggabungkan dua konsep terpisah ini telah berkembang selama tiga dekade
terakhir dan didasarkan pada asumsi bahwa karyawan lebih mungkin dipengaruhi
oleh perilaku kepemimpinan pimpinan BUMDes langsung mereka (Purcell dan
Hutchinson, 2007). Mengurangi tingkat turnover karyawan yang memenuhi dan
melampaui tujuan dapat membuat dampak yang luar biasa pada keseluruhan
seperti yang di lakukan Gyensare et al. (2016) bahwa peran transformational
leadership bersifat negatif terdap Turnover Intention pada karyawan di Ghana.
Misalnya, Park dan Pierce (2020) meneliti efek langsung dan tidak langsung dari
transformational leadership pada Turnover Intention pekerja kesejahteraan anak
yang hasilnya negatif. Para peneliti melaporkan bahwa transformational
leadership berkontribusi dalam mengatur pergantian karyawan dengan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Chang et al.. (2013) dalam studi
multilevel di Taiwan menetapkan bahwa faktor tingkat individu dan toko secara
signifikan terkait dengan turnover intention. Pada tingkat individu, karakteristik
pekerjaan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan omset sementara
hasil di tingkat toko menemukan hubungan negatif yang signifikan antara
transformational leadership dan keinginan berpindah. Demikian pula, Kara et al..
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan ini digunakan yaitu untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis
yang telah didefinisikan sebelumnya. Metode penelitian kuantitatif menurut Arifin (2012:29)
merupakan penelitian yang menitik beratkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan
data terukur dan pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Metode penelitian kuantitatif
ini merupakan penelitian yang menitik beratkan pada pengujian hipotesis yang dinyatakan di
awal, dan analisis berlangsung dengan menggunakan statistik, tabel, atau diagram yang
menggambarkan hipotesis.
Penelitian kuantitatif bertumpu sangat kuat pada pengumpulan data berupa angka hasil
dari pengukuran. Karena itu data yang terkumpul harus diolah secara statistik agar dapat
ditaksir dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah
pengaruh antara variabel Transformational Leadership, Affective Commitment, dan Turnover
Intention.
3.2 Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini, variabel-variabel yang akan dianalisis dan diidentifikasi adalah
sebagai berikut:
1. Independent variable (variabel bebas) (X) adalah variabel yang mempengaruhi
variable dependent (variabel terikat). Dalam hal ini variabel bebasnya adalah
Transformational Leadership.
2. Dependent variable (variabel terikat) (Y) merupakan variabel yang nilainya
tergantung dari variabel lain. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
Turnover Intention.
3. Mediation Variable (variabel mediasi) (Z) adalah variabel yang memediasi antara
variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel mediasinya adalah
Affective Commitment.
3.3. Definisi Operasional Variabel
Secara operasional, variabel perlu didefinisikan dengan tujuan untuk menjelaskan makna
variabel penelitian. Menurut Singarimbun et al.. (1987) memberikan pengertian tentang
definisi operasional adalah untuk penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel
itu diukur atau diteliti. Berdasarkan identifikasi klasifikasi variabel, maka definisi operasional
dari masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
3.3.1. Transformational Leadership (X)
Transformasional leadership merupakan penilaian karyawan PT ISH terhadap
pimpinannya yang memiliki karakteristik mampu memotivasi karyawan untuk melakukan
suatu hal lebih dari target, mendatangkan perubahan pada individu dan organisasi,
mengaktifkan kebutuhan karyawan serta membuat karyawan merasa percaya dan kagum pada
pemimpin. Transformational leadership pada pemimpin akan dinilai oleh karyawan
25
Bass dan Avolio (1994) memberikan skala transformational leadership terdiri dari 4
dimensi transformational leadership, yaitu pengaruh ideal, motivasi yang menginspirasi,
rangsangan intelektual, dan pertimbangan yang diadaptasi. Semakin tinggi skor total pada
skala transformational leadership, maka semakin tinggi pula penilaian karyawan BUMDES
LARASATI terhadap pemimpin dalam hal transformational leadershipnya.
3.3.2. Affective Commitment(Z)
Affective commitment berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan
karyawan di dalam suatu organisasional. Karyawan dengan afektif tinggi masih bergabung
dengan perusahaan karena keinginan untuk tetap menjadi karyawan pada perusahaan
tersebut.
Indikator affective commitment yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1991)
menggunakan enam item yaitu:
1. Memiliki makna yang mendalam secara pribadi
2. Rasa dedikasi yang kuat dengan organisasi
3. Bangga memberitahukan hal tentang organisasi dengan orang lain
4. Terikat secara emosional dengan organisasi
5. Senang apabila dapat bekerja di organisasi sampai pensiun
6. Senang berdiskusi mengenai organisasi dengan orang lain di luar organisasi
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli oleh peneliti
yang memiliki kaitan dengan variabel untuk tujuan spesifik (Sekaran,2006). Data primer pada
penelitian ini adalah data dari hasil pengisian kuesioner oleh karyawandi BUMDES
LARASATI yang terdiri dari pertanyaan mengenai indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam penelitian. Kuesioner yang memuat variabel Transformational
Leadership, Affective Commitment dan Turnover Intention dinilai oleh karyawan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sumber
yang telah ada. Penelitian ini menggunakan sumber dari jurnal nasional maupun
internasional, buku-buku literatur, artikel terkait untuk mendukung penelitian ini.
b. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Survey Pendahuluan
Dilakukan secara langsung dengan menghubungi BUMDES LARASATI yang
berguna untuk mendapatkan gambaran keadaan perusahaan secara umum serta
informasi yang dibutuhkan seperti jumlah karyawan dan menanyakan informasi
mengenai Transformational Leadership, Affective Commitment dan Turnover
Intention.
2. Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa literatur sehingga diperoleh teori-
teori yang akan digunakan untuk membahas permasalahan yang terjadi. Studi
kepustakaan dapat diperoleh dari:
a. Buku terkait dengan topik penelitian
b. Jurnal dengan mencari pada Sciencedirect, Emerald, Google Scholar, dsb.
3. Studi Lapangan
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner
melalui online, dalam hal ini menggunakan google form yang telah dipersiapkan dan
dibuat sebelumnya. Alasan menggunakan google form ini karena lebih efisien dan
responden bias mengisi dimanapun walaupun tidak di tempat kerja, alasan yang lain
juga penyebaran kuesioner secara online ini cenderung lebih murah.
c. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Teknik penentuan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 61). Menurut Sekaran (2013:265) menyatakan bahwa
populasi merupakan sebagian atau keseluruhan kumpulan manusia, kejadian, atau sesuatu
yang menjadi ketertarikan untuk selanjutnya diinvetigasi atau diteliti. Kejelasan populasi
dalam penelitian merupakan hal yang penting dalam melakukan penelitian. Pada penelitian
28
ini, populasi yang digunakan adalah karyawan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Larasati
sebanyak 38 karyawan.
2. Lima sampai sepuluh kali dari jumlah terbesar structural pasti yang diarahkan pada
konstruk tertentu dalam model structural.
Meninjau penjelasan poin kedua, maka dapat ditemukan bahwa jumlah minimal sampel
untuk penelitian ini adalah sebesar 63 sampel. Angka tersebut didapatkan dengan
mengkalikan jumlah structural path sebanyak delapan dengan syarat yang ditentukan yaitu
sepuluh.
Langkah-langkah PLS menurut Ghazali (2008:22) sebagai berikut:
1. Merancang model structural atau inner model. Inner model adalah model yang
menspesifikasikan hubungan antar variable laten atau bias juga dikaitkan inner
model menggambarkan hubungan antar variable laten berdasarkan substantive
theory.
2. Merancang model pengukuran atau outer model. Outer model adalah model
yang menspesifikasi hubungan antara variable laten denga indikator-
indikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan
bagaimana setiap indicator berhubungan dengan variable latennya.
3. Mengkontruksi diagram jalur.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abelson. M.A. (1987). Examination of Avoidable and Unavoidable Turnover. Journal of
Applied Psychology. Vol. 72. No. 3. pp. 382-386.
Almintisir,Abu Baker; Akeel,Abu Baker da Subramaniam,Indra Devi. 2013. The Role of
Transformasional Leadership Style in Motivating Public Sector Employees in Libya.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 7: 99-108.
Alzubi, Y.Z.W. (2018). Turnover Intention in Jordanian Universities : The Role of Leadership
Behaviour, Organizational Commitment, and Organizational Culture. International
Journal of Advanced and Applied Sciences. Vol. 5. No. 1. pp. 177-192.
Andini, R. 2006. Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, Komitmen
Organisasional Terhadap Turnover Intention (Studi Kasus pada Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang). Journal Management Diponegoro. Semarang : Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Balsam, S., dan Miharjo, S. (2007). The Effect of Equity Compensation on Voluntary
Executive Turnover. Journal of Accounting and Economics. Vol. 43. No. 1. pp. 95-119
Bass, B.M. and Riggio, R.E. (2006), Transformational Leadership, 2nd ed., Lawrence
Erlbaum, Mahwah, NJ.
Beck Tauber, Daniela. 2012. Transformational Leadership: Exploring its Functionality
(Dissertation). Universitatas-Buchbinderei Georg Konrad. Munich.152 pp.
Beheshtifar, M., & Herat, B. H. (2013). To promote employees commitment via perceived
organizational support. International Journal of Academic Research in Business and
Social Sciences, 3(1), 306–314.
Budiarto Y, Selly. 2004. Komitmen karyawan pada perusahaan ditinjau dari transformational
leadership dan transaksional. Jurnal Psikologi, Vol. 2, No. 2. Hal. 121-141.
Chang, W.-J., Wang, Y.-S. and Huang, T.-C. (2013), “Work design-related antecedents of
turnover intention: a multilevel approach”, Human Resource Management, Vol. 52 No.
1, pp. 1-26.
Chen, L.Y., & Francesco, A. M. (2000). Employee Demography, Organizational
Commitment, and Turnover Intention in China: Do Cultural Differences Matter?.
Human Relation, 53(6), 869-887.
Chiu et al., 2005. Understanding Hospital Employee Job Stress and Turnover Intentions in
Practical Setting: The Moderating Ole of Locus of Control. The Journal of Psychology.
140 (6): 517-530
32
Eisenberger, R., Fasolo, P., & Davis-LaMastro, V. (1990). Perceived organizational support
and employee diligence, commitment, and innovation. Journal of Applied Psychology,
75(1), 51. https://doi.org/10.1037//0021-9010.75.1.51
Fazio, John. Baiyun Gong. Randi Sims, Yuliya Yurova, (2017) "The role of affective
commitment in the relationship between social support and turnover intention",
Management Decision, Vol. 55 Issue: 3, pp.512-525
García-Morales, V.J., Jiménez-Barrionuevo, M.M. and Gutiérrez-Gutiérrez, L. (2012),
“Transformational leadership influence on organizational performance through
organizational learning and innovation”, Journal of Business Research, Vol. 65 No. 7,
pp. 1040-1050.
Ghozali, I. (2008). Structural Equation Modelling, Edisi II. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Grant, K., David, W.C., George, S.L., dan William, C.M. (2001). The Role of Satisfaction
with Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople.
Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 29, No. 2, pp. 165-178.
Greenberg,J., & Baron, R.A. (1993). Behaviour in Organizations: Understanding and
Managing The Human Side of Work (5th Ed.), Upper Saddle River, N.J: Prentice Hall.
Griffeth dan Hom. 2000. A meta-analysis of Antecedents and Correlates of Employee. Journal
of Management.
Gul S, Ahmad B, Rehmahn S.U, Shabir N, Razzaq, N. 2012. Leadership styles, turnover
intention and the mediating role of organizational commitment. Information and
Knowlage Managemen.ISSN 2224-5758 (Paper) ISSN 2224-896X (Online), Vol. 2, No.
7, Hal. 44-51.
Gyensare, Michael Asiedu. Olivia Anku-Tsede, Mohammed-Aminu Sanda, Christopher Adjei
Okpoti, (2016) "Transformational leadership and employee turnover intention: The
mediating role of affectivecommitment", World Journal of Entrepreneurship,
Management and Sustainable Development, Vol.12 Issue: 3, pp.243-266.
Hasibuan, Malayu SP. 2003. Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta : Bumi Aksara.
Hom, P.W., & Griffeth, R.W. 1995. Employee Turnver. Cincinnati, OH: South-Western
College Pub.
Howell, J.M. and Avolio, B.J. (1993), “Transformational leadership, transactional leadership,
locus of control, & support for innovation: key predictors of consolidated-business-unit
performance”, Journal of Applied Psychology, Vol. 78 No. 6, pp. 891-902.
33
Jena, L. K., Bhattacharyya, P., & Pradhan, S. (2017). Employee engagement and affective
organizational commitment: Mediating role of employee voice among Indian service
sector employees. Vision:The Journal of Business Perspective, 21(4), 356–366.
https://doi.org/10.1177/0972262917733170
Johnson, J.T., Griffeth, R.W., dan Griffin, M. (2000). Factors Discriminating Functional and
Dysfunctional Salesforce Turnover. Journal of Business and Industrial Marketing. Vol.
15. No. 6. pp. 399-415.
Kara, D., Uysal, M., Sirgy, M.J. and Lee, G. (2013), “The effects of leadership style on
employee wellbeing in hospitality”, International Journal of Hospitality Management,
Vol. 34, September, pp. 9-18.
Kark, R., Shamir, B. and Chen, G. (2003), “The two faces of transformational leadership:
empowerment and dependency”, Journal of Applied Psychology, Vol. 88 No. 2, pp.
246-255.
Kim, H. (2014). Transformasional leadership, organizational clan culture, organizational
affective commitment, and organizational citizenship behavior: a case of south
korea’s public sector. Public Organization Review, 14(3), 397-417.
Kim, H. (2012). Transformational leadership and organisational citizenship behavior in
the public sector in South Korea: the mediating role of affective commitment.
Local Government Studies, 38(6), 867–892.
Kuntjoro, 2002. Komitmen Organisasi. Artikel e-psikologi.com, 26-07-2007
Lee, M. (2014), “Transformational leadership: is it time for a recall?”, International Journal
of Management and Applied Research, Vol. 1 No. 1, pp. 17-29.
Lee, Ye Hoon B. W. (2017). Transformational leadership and organizational citizenship
behaviour: Mediating role of affective commitmen. SAGE, 1-10.
Lew, T.-Y. and Sarawak, M. (2011), “Affective organizational commitment and turnover
intention of academics in Malaysia”, International Conference on Business and
Economics Research, Vol. 1, pp. 110-114.
Long C. S, Thean L. Y, Ismail W. K. W, Juson A. 2012. Leadership styles and employees
turnover intention: Exploratory study of academic staff in a Malaysian College. World
Applied Sciences Journal, 10 (4), ISSN 1818-4952, Hal. 575-581.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Penerbit ANDI.Yogyakarta.
Mathieu, J.E. and Zajac, D.M. (1990), “A review and meta-analysis of the antecedents,
correlates, and consequences of organizational commitment”, Psychological Bulletin,
Vol. 108 No. 2, pp. 171-194.
34
McShane dan Glinow, V., 2008. Organizational behavior; emerging realities for the work
place revolution. New York: McGraw Hill Companies.
Mercurio, Z. A. (2015). Affective commitment as a core essence of organizational
commitment: An integrative literature review. Human Resource Development Review,
14(4), 389–414. https://doi.org/10.1177/1534484315603612
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1987). Organizational commitment: Toward a three-component
model. London: Department of Psychology, University of Western Ontario.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1990). The measurement and antecedents of affective,
continuance and normative commitment to the organization. Journal of Occupational
Psychology, 63(1), 1–18. https://doi.org/10.1111/j.2044-8325.1990.tb00506.x
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1991). A three-component conceptualization of organizational
commitment. Human Resource Management Review, 1(1), 61–89.
https://doi.org/10.1016/1053-4822(91)90011-Z
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1997). Commitment in the workplace: Theory, research, and
application. Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc.
https://doi.org/10.4135/9781452231556
Meyer, J. P., Stanley, D. J., Herscovitch, L., & Topolnytsky, L. (2002). Affective,
continuance, and normative commitment to the organization: A meta-analysis of
antecedents, correlates, and consequences. Journal of Vocational Behavior, 61(1), 20–
52. https://doi.org/10.1006/jvbe.2001.1842
Mobley, W.H. (1977). Intermediate Linkage in the Relationship Between Job Satisfaction and
Employee Turnover. Journal of Applied Psychology. Vol. 62. No. 2. pp. 237-240.
Mowday, R.T., Porter, L.W. and Steers, R.M. (1982), Employee-Organizational Linkages,
Academic Press, New York, NY.
Mullins, L.J. (2007), Management and Organisational Behaviour , 8th ed., Financial Times
Prentice Hall, Harlow.
Nelson,A,C. 2006. Leadership in New Era:Planning Leadership in a New Era. Journal of the
American Planning Association. 72:393-409.
Nemanich, L.A. and Keller, R.T. (2007), “Transformational leadership in an acquisition: a
field study of employees”, The Leadership Quarterly, Vol. 18, pp. 49-68.
Northouse P.G. 2013. Kepemimpinan Teori dan Praktik. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Indeks.
Novliadi, Ferry. (2007). Intensi Karyawan Ditinjau Dari Budaya Perusahaan dan Kepuasan
Kerja. Universitas Sumatera Utara.
35
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk:
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang jawabannya sesuai dengan pendapat bapak/ibu
/saudara/i. Pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut:
a. STS = Sangat tidak setuju (1)
b. TS = Tidak setuju (2)
c. CS = Cukup Setuju (3)
d. S = Setuju (4)
e. SS = Sangat setuju (5)
Transformational leadership (X1)
NO Pernyataan ST TS CS S SS
S
1. Pimpinan BUMDes membuat saya bangga ketika
dapat berteman dengannya
2. Saya memiliki kepercayaan kepada pimpinan
BUMDes saya
3. Pimpinan BUMDes mempunyai misi yang jelas
yang dia berikan kepada saya
4. Pimpinan BUMDes menetapkan standar yang
tinggi untuk pekerjaan saya
5. Visi pimpinan BUMDes mendorong saya untuk
bekerja lebih baik
6. Pimpinan BUMDes mengembangkan berbagai
cara untuk mendorong saya agar bekerja lebih
baik
7. Pimpinan BUMDes memungkinkan saya untuk
berfikir tentang berbagai problem lama dengan
cara pandang baru
8. Pimpinan BUMDes menekankan saya
menggunakan kecerdasan untuk mengatasi
berbagai hambatan
9. Pimpinan BUMDes mengharuskan saya
memberikan pendapat dengan argumen yang baik
10. Pimpinan BUMDes mencari tahu apa yang saya
inginkan dan membantu saya untuk
mendapatkannya
11. Pimpinan BUMDes memberikan perhatian secara
pribadi kepada saya
12. Pimpinan BUMDes memberikan penghargaan
ketika saya melakukan pekerjaan dengan baik
38