Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn.

129-135 ISSN 2302-4178

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT


EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN
DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA

Syamsuar1) dan Mukhlisa A. Ghaffar 2)


1)
syamsuar.suar@yahoo.com; 2)mukhlisa.ag73@yahoo.com
1)2)
Staf Pengajar pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

ABSTRAK

Chips rumput laut adalah produk makanan ringan dengan fortifikasi rumput laut
serta penambahan bahan lain yang dihasilkan melalui proses penggorengan. Untuk
menghasilkan chips rumput laut yang berorientasi pasar namun tetap bergizi baik, maka
diperlukan suatu kajian mengenai kandungan proksimat produk chips rumput laut.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menentukan kandungan proksimat pada produk chips
rumput laut dengan suhu penggorengan dan lama penggorengan berbeda-beda, dan 2)
Mengestimasi suhu penggorengan dan lama penggorengan optimum pada chips rumput
laut Eucheuma cottonii. Penelitian ini menerapkan dua perlakuan yaitu : (1) lama
penggorengan 5 menit(A1), 10 menit (A2), 15 menit (A3), 20 menit (A4), dan (2) Suhu
penggorengan 750C (B1), 800C (B2), 850C (B3), 900C (B4). Analisis proksimat
menunjukkan bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan
terendah pada perlakuan A4B4 3,25 %, kadar protein tertinggi pada perlakuan A4B4 yaitu
9,99% dan terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, kadar lemak tertinggi pada A1B4 43,79%
dan terendah pada A3B2 27,14%, kadar abu tertinggi pada A3B3 3,66% dan terendah pada
A3B1 0,57%, dan kadar karbohidrat tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan terendah A1B1
4,91%. Suhu penggorengan optimum adalah 90 oC dan lama penggorengan optimum
adalah 20 menit atau perlakuan A4B4 yang menghasilkan produk terbaik di antara
perlakuan yang diterapkan.
Kata kunci: optimasi, suhu penggorengan, lama penggorengan, chips rumput laut,
Eucheuma cottonii

ABSTRACT
Chips are seaweed snack products fortified seaweed as well as the addition of other
materials generated through the frying process. To produce seaweed chips market-
oriented but still well-nourished, it would require an assessment of the proximate content
of seaweed chips. The objectives of the research are: 1) to determine the proximate
content in products with seaweed chips frying temperature and frying time is different, and
2) to estimate the frying temperature and frying time on the optimum of chips Eucheuma
cottonii. This study applied two treatments: (1) the frying time 5 minutes (A1), 10 minutes
(A2), 15 minunets (A3), 20 minutes (A4), and (2) the frying temperature 750C (B1), 800C
(B2 ), 850C (B3), 900C (B4). Proximate analysis showed that the highest water content
obtained in treatment A3B1 is 10,23% and the lowest at 3,25% in A4B4 treatment, the
highest protein content in treatment A4B4 is 9,.99% and the lowest at 3,25% A1B1, highest
fat content at 43,79% in A1B4 and A3B2 lowest at 27,14%, the highest ash content of
3,66% in A3B3 and A3B1 lowest at 0,57%, and the highest carbohydrate content on the
A1B4 9,86% and the lowest was 4,91 % in A1B1. The optimum frying temperature is 90 °
C and the optimum frying time is 20 minutes or A4B4 treatment that produces the best
products among the treatment applied.
130 Syamsuar dan Mukhlisa

Key words: optimization, frying temperature, frying time, chips seaweed, Eucheuma
cottonii

PENDAHULUAN Masing-masing perlakuan diulang


sebanyak 3 kali dan dibandingkan dengan
Rumput laut merupakan bahan
kontrol.
pangan yang berkhasiat karena dapat
Analisis proksimat yang
mencengah kanker dan kardiovaskular
dilakukan adalah kadar air, kadar abu,
serta termasuk dietary fiber (kandungan
kadar protein,dan kadar karbohidrat
serat yang tinggi). Eucheuma cottonii
berdasarkan formula Apriyantono et al,
telah menjadi komoditas unggulan
1989.
Propinsi Sulawesi Selatan adalah. Salah
satu pengolahan dengan penambahan
Analisis Data
rumput laut yang dapat dikembangkan
untuk produk industri adalah chips Rancangan percobaan yang
rumput laut jenis Eucheuma cottonii. digunakan adalah Rancangan Acak
Chips rumput laut pada umumnya Lengkap (RAL) dengan dua faktor.
disajikan sebagai makanan ringan atau Masing-masing perlakuan diulang
snack yang dihasilkan melalui sebanyak 3 kali ulangan. Data dianalisis
penggorengan. Metode penggorengan dengn program SPSS 15.
yang paling tepat untuk pembuatan chips
rumput laut adalah penggorengan HASIL DAN PEMBAHASAN
vacuum. Untuk menghasilkan chips
Kadar Air
rumput laut yang berorientasi pasar
namun tetap bergizi baik, maka Pengukuran kadar air dilakukan
diperlukan suatu kajian mengenai analisis karena kandungan air suatu bahan pangan
proksimat dari produk berdasarkan suhu utamanya produk hasil perikanan
dan lama penggorengan berbeda pada berhubungan langsung dengan daya awet
pembuatan chips rumput laut Eucheuma produk tersebut. Kadar air chips rumput
cottonii. laut dengan perlakuan lama
penggorengan dan suhu penggorengan
METODE PENELITIAN berbeda dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa
Waktu dan Tempat Penelitian
kandungan kadar air terendah pada
Penelitian ini dilaksanakan bulan produk chips rumput laut adalah pada
Januari sampai Mei 2011, bertempat di perlakuan A4B4 (lama penggorengan 20
Workshop Pengolahan Hasil Perikanan menit dengan suhu penggorengan 90 oC).
dan Laboratorium Kimia Politeknik Kandungan kadar air tertinggi diperoleh
Pertanian Negeri Pangkep, Sulawesi pada perlakuan A3B1 (lama
Selatan. penggorengan 15 menit dengan suhu
penggorengan 75 oC). Gambar 1 juga
Metode Penelitian memperlihatkan kecenderungan bahwa
semakin lama waktu penggorengan, maka
Metode penelitian adalah dengan
kandungan kadar air pada produk chips
membuat chips rumput laut Eucheuma
rumput laut semakin berkurang. Chips
cottoni kemudian dilakukan dua
rumput laut dengan perlakuan A4B4
perlakuan untuk mengujinya yaitu (1)
memiliki kandungan kadar air terendah
lama penggorengan (5 menit, 10 menit,
karena produk ini digoreng pada suhu
15 menit, 20 menit, dan (2) Suhu
tertinggi
penggorengan (750C 800C, 850C, 900C).
Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 131
Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda

12,00 10,16
9,65

Kadar Air (%)


10,00 10,23
8,00 7,92
6,45
6,00 4,84 5,32 5,42
4,59 3,79
4,00 2,95
4,47 4,48 4,44 3,95
2,00 3,25
0,00

Kombinasi Perlakuan

Gambar 1. Kadar air (%) produk penelitian chips rumput laut dengan lama penggorengan dan suhu
penggorengan berbeda-beda
Keterangan:
A1 = lama penggorengan 5 menit B1 = suhu penggorengan 75 oC
A2 = lama penggorengan 10 menit B2 = suhu penggorengan 80 oC
A3 = lama penggorengan 15 menit B3 = suhu penggorengan 85 oC
A4 = lama penggorengan 20 menit B4 = suhu penggorengan 90 oC

(90oC) dengan lama penggorengan Hasil analisis sidik ragam


terlama (20 menit). Semakin lama waktu terhadap kadar air produk chips rumput
penggorengan dan semakin tinggi suhu laut berdasarkan perlakuan yang
penggorengan yang diaplikasikan, maka diterapkan menunjukkan bahwa
produk akan semakin kering dimana perlakuan lama penggorengan dan suhu
kadar air yang ada pada produk tersebut penggorengan memberikan pengaruh
menguap lebih banyak. Hal ini yang nyata.
berpengaruh positif terhadap mutu
produk, sesuai pernyataan Winarno Kadar Protein
(1997) bahwa semakin sedikit kandungan
Rerata kadar protein yang
air pada bahan, maka kemungkinan
diperoleh dari penelitian chips rumput
rusaknya bahan oleh mikroba makin
laut disajikan pada Gambar 2.
kecil.

12,00
9,99
Kadar Protein (%)

10,00 8,73 9,15


7,70 7,27 7,45 7,77 8,50
8,00 6,93 6,83 9,38
8,03 7,27
6,00 7,18
6,50 6,47
4,00
2,00
0,00

Kombinasi Perlakuan

Gambar 2. Rerata kandungan kadar protein (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama
penggorengan dan suhu penggorengan berbeda-beda
Keterangan:
A1 = lama penggorengan 5 menit B1 = suhu penggorengan 75 oC
A2 = lama penggorengan 10 menit B2 = suhu penggorengan 80 oC
A3 = lama penggorengan 15 menit B3 = suhu penggorengan 85 oC
A4 = lama penggorengan 20 menit B4 = suhu penggorengan 90 oC
132 Syamsuar dan Mukhlisa

Berdasarkan Gambar 2 terlihat Kadar Lemak


bahwa kandungan kadar protein terendah
Winarno (1997) menyatakan
(6,83%) didapat pada chips rumput laut
kerusakan lemak yang utama adalah
A2B1 (lama penggorengan 10 menit dan
timbulnya bau dan rasa tengik yang
suhu penggorengan 75 oC), sedangkan
disebut proses ketengikan. Hal ini
kadar protein tertinggi (9,99%) didapat
disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
pada produk A4B4 (lama penggorengan
lemak tidak jenuh dalam lemak.
20 menit dan suhu penggorengan 90 oC).
Rerata kadar lemak yang
Gambar 2 juga mengindikasikan
diperoleh dari penelitian chips rumput
terjadinya peningkatan protein dengan
laut disajikan pada Gambar 3. Gambar 3
bertambahnya lama waktu penggorengan
menunjukkan bahwa kadar lemak
dan suhu penggorengan.
terendah diperoleh pada produk A3B2
Penggorengan menyebabkan
(lama penggorengan 15 menit dan suhu
bertambahnya panas pada suatu produk.
penggorengan 80 oC) dengan kadar lemak
Dengan penambahan lama penggorengan
27,14%, sedangkan kadar lemak tertinggi
dan peningkatan suhu penggorengan
diperoleh pada produk A1B4 (lama
menyebabkan makin berkurangnya kadar
penggorengan 5 menit dan suhu
air, sebaliknya meningkatkan kadar
penggorengan 90 oC) dengan kadar lemak
protein. Air berfungsi melarutkan
43,79%. Berdasarkan Gambar 3 juga
protein, dengan berkurangnya kadar air
terlihat kecenderungan meningkatnya
karena penguapan pada saat
kadar lemak dengan bertambahnya lama
penggorengan, maka kadar protein yang
penggorengan dan suhu penggorengan
tertinggal dalam produk akan semakin
meskipun peningkatannya relative tidak
tinggi.
terlalu signifikan.
Hasil analisis sidik ragam
Minyak goreng juga mengandung
terhadap kadar protein produk chips
lemak. Produk A1B4 memiliki kadar
rumput laut menunjukkan bahwa lama
lemak tertinggi disebabkan adanya
penggorengan dan suhu penggorengan
penambahan kontribusi lemak dari
memberikan pengaruh yang nyata.

50,00
45,00 43,79
Kadar Lemak (%)

36,24 37,18 39,89


40,00 33,56 34,07 35,55
35,00 31,38 32,57
28,41 35,94 37,13
30,00 34,65
25,00 31,89 29,72 27,14
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00

Kombinasi Perlakuan

Gambar 3. Rerata kandungan kadar lemak (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama
penggorengan dan suhu penggorengan berbeda-beda
Keterangan:
A1 = lama penggorengan 5 menit B1 = suhu penggorengan 75 oC
A2 = lama penggorengan 10 menit B2 = suhu penggorengan 80 oC
A3 = lama penggorengan 15 menit B3 = suhu penggorengan 85 oC
A4 = lama penggorengan 20 menit B4 = suhu penggorengan 90 oC
Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 133
Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda

minyak yang dipakai menggoreng Rerata kadar abu yang diperoleh


produk. Chips rumput laut yang digoreng dari penelitian untuk chips rumput laut
dengan lama waktu penggorengan paling dengan perlakuan lama penggorengan
sedikit (5 menit), memiliki kekuatan dan suhu penggorengan disajikan pada
penyerapan minyak lebih besar Gambar 4.
dibandingkan jika produk tersebut Berdasarkan Gambar 4 terlihat
digoreng lebih lama. Semakin lama bahwa kandungan kadar abu terendah
produk digoreng, maka kandungan pada chips rumput laut yang diteliti
lemaknya juga makin meningkat. Selama adalah 0,57% pada perlakuan A3B1
proses penggorengan, sebagian minyak (lama penggorengan 15 menit dan suhu
masuk ke bagian luar/kulit produk untuk penggorengan 75 oC), sedangkan kadar
mengisi ruang kosong yang semula diisi abu tertinggi diperoleh pada perlakuan
air. Dengan demikian, kandungan air A3B3 (lama penggorengan 15 menit dan
makin berkurang dengan terjadinya suhu penggorengan 85 menit).
penguapan oleh panas penggorengan Kecenderungan peningkatan kadar abu
digantikan oleh absorpsi minyak ke juga terlihat dengan makin bertambahnya
dalam produk yang meningkatkan lama penggorengan dan meningkatnya
kandungan lemak produk. suhu penggorengan.
Analisis sidik ragam terhadap Abu merupakan zat anorganik
kadar lemak produk chips rumput laut sisa hasil pembakaraan suatu bahan
menunjukkan bahwa perlakuan lama organik. Menurut Winarno (1990), kadar
penggorengan dan suhu penggorengan abu ada hubungannya dengan mineral
memberikan pengaruh yang nyata. suatu bahan. Bahan-bahan yang
menguap selama proses pembakaran
Kadar Abu berupa air dan bahan volatile lainnya
akan mengalami oksidasi dengan
Penentuan nilai kadar abu pada
menghasilkan CO2. Rumput laut yang
produk bertujuan untuk mengetahui
merupakan bahan yang ditambahkan ke
kandungan mineral pada produk. Unsur
dalam chips termasuk bahan pangan
mineral dalam tubuh berfungsi sebagai
pangan yang mengandung mineral cukup
zat pembangun dan pengatur (Winarno,
tinggi.
1997).

4,00
3,50 3,66
3,38
Kadar Abu (%)

3,00
2,66
2,50 2,55
2,00 1,87
1,52 1,52
1,50 1,43 1,51
1,00 0,90 0,96
1,18
0,50 0,57 0,81
0,73 0,70
0,00

Kombinasi Perlakuan

Gambar 4. Rerata kandungan kadar abu (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama penggorengan
dan suhu penggorengan berbeda-beda
Keterangan:
A1 = lama penggorengan 5 menit B1 = suhu penggorengan 75 oC
A2 = lama penggorengan 10 menit B2 = suhu penggorengan 80 oC
A3 = lama penggorengan 15 menit B3 = suhu penggorengan 85 oC
A4 = lama penggorengan 20 menit B4 = suhu penggorengan 90 oC
134 Syamsuar dan Mukhlisa

Dengan makin lamanya produk Gambar 5 menunjukkan bahwa


chip rumput laut digoreng dan dengan kandungan kadar karbohidrat tertinggi
peningkatan suhu penggorengan, maka didapat pada perlakuan produk chips
zat organik sisa hasil pembakaran juga rumput laut A1B4 (lama penggorengan 5
akan makin meningkat dibandingkan menit dan suhu penggorengan 90 oC).
chips rumput laut dengan perlakuan lama Gambar 5 juga menunjukkan bahwa
penggorengan dan suhu penggorengan peningkatan karbohidrat yang signifikan
yang lebih rendah. terjadi jika produk chips rumput laut
Hasil analisis sidik ragam digoreng selama 5 menit, sebaliknya
terhadap kadar abu chips rumput laut penurunaan kadar karbohidrat pada
menunjukkan bahwa perlakuan lama produk terjadi jika produk digoreng
penggorengan berpengaruh nyata selama 20 menit. Hasil lainnya yang
terhadap kadar abu tetapi suhu ditunjukkan adalah kecenderungan
penggorengan tidak berpengaruh nyata penurunan kadar karbohidrat dengan
terhadap kadar abu produk. Hal ini semakin lamanya waktu penggorengan
berarti bahwa perlakuan lama dan semakin ditingkatkannya suhu
penggorengan yang diterapkan telah penggorengan. Hal ini diduga karena
mampu menghasilkan abu, sebaliknya sebagian karbohidrat mengalami
diperlukan penambahan suhu kerusakan atau perubahan selama proses
penggorengan terhadap chips rumput laut penggorengan sehingga kadar
untuk menghasilkan abu. karbohidratnya menjadi rendah (Rosida
dan Purwanti, 2008).
Kadar Karbohidrat Hasil analisis sidik ragam
terhadap kadar abu chips rumput laut
Rerata kadar karbohidrat yang
menunjukkan bahwa perlakuan lama
diperoleh dari penelitian untuk chips
penggorengan dan suhu penggorengan
rumput laut dengan perlakuan lama
berpengaruh nyata.
penggorengan dan suhu penggorengan
dapat dilihat pada Gambar 5.

12,00
Kadar Karbohidrat (%)

9,86
10,00
8,05 8,03 8,03
8,00 8,32 7,31
6,63 6,48 6,36
6,58 8,04 5,59 5,40
6,00
4,91 6,34
5,54
4,00

2,00

0,00

Kombinasi Perlakuan

Gambar 5. Rerata kandungan kadar karbohidrat (%) chips rumput laut hasil penelitian dengan lama
penggorengan dan suhu penggorengan berbeda-beda
Keterangan:
A1 = lama penggorengan 5 menit B1 = suhu penggorengan 75 oC
A2 = lama penggorengan 10 menit B2 = suhu penggorengan 80 oC
A3 = lama penggorengan 15 menit B3 = suhu penggorengan 85 oC
A4 = lama penggorengan 20 menit B4 = suhu penggorengan 90 oC
Analisis Proksimat Chips Rumput Laut Eucheuma cottonii 135
Pada Suhu Penggorengan dan Lama Penggorengan Berbeda

KESIMPULAN DAN SARAN produk terbaik di antara perlakuan


yang diterapkan.
Kesimpulan
Penelitian analisis kandungan Saran
proksimat pada suhu dan lama
Perlu dilakukan penelitian lebih
penggorengan berbeda produk chips
lanjut mengenai konsentrasi penambahan
rumput laut Eucheuma cottonii
rumput laut dan jenis rumput laut untuk
menghasilkan kesimpulan sebagai
mendapatkan komposisi yang layak
berikut:
secara ekonomis diperjualbelikan.
1. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan A3B1 yaitu 10,23 % dan
DAFTAR PUSTAKA
terendah pada perlakuan A4B4 3,25
%, kadar protein tertinggi pada Apriyantono A, Fardiaz D, Puspita NL,
perlakuan A4B4 yaitu 9,99% dan Sedarnawati, Budiyantoro S.
terendah pada A1B1 yaitu 3,25%, 1989. Petunjuk Laboratorium
kadar lemak tertinggi pada A1B4 Analisis Pangan. Bogor: Pusat
43,79% dan terendah pada A3B2 Antar Universitas Pangan dan
27,14%, kadar abu tertinggi pada Gizi IPB
A3B3 3,66% dan terendah pada Rosida dan Purwanti II. 2008. Pengaruh
A3B1 0,57%, kadar karbohidrat Substitusi Tepung Wortel dan
tertinggi pada A1B4 yaitu 9,86% dan Lama Penggorengan Vakum
terendah A1B1 4,91% dan serat Terhadap Karakteristik Keripik
tertinggi pada A3B3 3,66% dan Wortel Simulasi. Jurnal Teknologi
terendah pada A3B10,57%. Pertanian Vol. 9, No.1. Bogor.
2. Suhu penggorengan optimum adalah Winarno FG. 1990. Teknologi
90 oC dan lama penggorengan Pengolahan Rumput Laut.
optimum adalah 20 menit atau pada Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
perlakuan A4B4 yang menghasilkan Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai