Oleh:
Penulis Pembantu
2023
1
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL 1
2. DAFTAR ISI 2
3. BAB I: PENDAHULUAN 3
7. BAB V: PENUTUP 35
8. DAFTAR PUSTAKA 36
2
BAB I
PENDAHULUAN
(DM) saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Berdasarkan
kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Prediksi International Diabetes
Federation (IDF) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019 - 2030 terdapat
kenaikan jumlah pasien DM dari 10,7 juta menjadi 13,7 juta pada tahun 2030.
3
Menurut laporan terbaru milik International Diabetes Federation (IDF)
yang rilis beberapa waktu lalu, Indonesia tercatat menjadi salah satu negara
sebagai penyakit yang paling banyak dialami masyarakat Indonesia. Lebih lanjut,
Kesehatan, diabetes juga berada dalam salah satu dari kelima penyakit paling
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi
Klasifikasi Deskripsi
Tipe 1 Dekstruksi sel beta pancreas : autoimun, idiopatik
Tipe 2 Resistensi insuli, defisiensi insulin, defek sekresi
Gestasional Diabetes pada trimester 2 atau 3 kehamilan dimana
sebelumnya tidak ada diabetes
Tipe spesifik Penyakit eksokrin pancreas ( fibrosis kistik, pancreatitis
Penggunaan obat atau zat kimia (glukokortikoid)
C. Faktor Risiko terjadinya Stroke
1. Keturunan (Genetik)
insulin.2
2. Obesitas
menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk diabetes
5
adipose yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan
lemak.3
3. Usia
Diabetes mellitus sering muncul pada usia lanjut pada usia lebih dari 45
5. Merokok
diabetes.2
6. Ras
6
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi
D. Patofisiologi
Resistensi insulin pada sel otot dan hati, serta kegagalan sel beta
tipe 2. Hasil penelitian terbaru telah diketahui bahwa kegagalan sel beta
terjadi lebih dini dan lebih berat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Organ lain yang juga terlibat pada DM tipe 2 adalah jaringan lemak
toleransi glukosa.5
hepar, dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam patogenesis
pasien DM tipe 2 tetapi terdapat organ lain yang berperan, disebut sebagai
memberikan konsep:5
7
obat sesuai dengan patofisiologi DM tipe 2.
SUMBER6 : Schwatrz SS, et al. The time is right for a new classification system for
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel alfa berfungsi pada
8
sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma
3. Sel lemak
oleh FFA ini disebut sebagai lipotoksisitas. Obat yang bekerja dijalur ini
adalah tiazolidinedion.
4. Otot
5. Hepar
9
oleh hepar (hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja
6. Otak
insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah
7. Colon/Mikrobiota
keadaan hiperglikemia.
8. Usus halus
dibanding bilar diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek
10
hanya bekerja dalam beberapa menit.
acarbosa.
9. Ginjal
sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam
urin.
11
10. Lambung
postprandial.
insulin.
E. Diagnosis
12
sebabnya.
wanita.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik atau
krisis hiperglikemia.
Atau
(GDPT). 5
13
glukosa plasma 2- jam setelah TTGO antara 140 − 199 mg/dL
Prediabetes
≥23 kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko
sebagai berikut:
dalam keluarga).
gestasional (DMG).
14
untuk hipertensi).
Riwayat prediabetes.
F. Komplikasi
1. Komplikasi Macrovaskular
15
penderita diabetes mellitus tipe-2 yang umumnya menderita hipertensi,
2. Komplikasi Microvaskular
darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
dan neuropati.7
G. Penatalaksanaan
1. Edukasi
Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
16
diabetes. Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan
evaluasi.
meningkat.5
sebagai berikut: 5
17
d. Natrium : < 2300 mg perhari
e. Serat : 20 – 35 gram/hari
diagnosis, serta makanan yang tidak berbeda dengan teman sebaya atau
stress metabolic, dan berat badan. Untuk penentuan status gizi, dipakai
3. Latihan Jasmani
berenang.5
18
individual). dan jika >250 mg/dl dianjurkan untuk tidak melakukan
aktivitas jasmani.5
4. Terapi farmakologis
hipoglikemik oral dan injeksi insulin. Pemberian obat oral atau dengan
diabetes.5
adekuat pada penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif pada diabetes
penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh raga gagal menurunkan
6. Injeksi Insulin
19
dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin
per- oral.Ada lima jenis insulin dapat digunakan pada pasien dengan
Campuran.5
20
glukosa darah. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan adanya
bulan sekali.
b. Pemeriksaan HbA1c
21
faktor − faktor di atas, maka terdapat cara lain seperti
dalam pemantauan.
gejala)
22
BAB III
DATA PASIEN
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Guru
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
tujuan untuk perujukan poli endokrin karena hasil lab. Pasien memang rutin
seperti sering kencing (+), sering minum (+), sering makan disangkal, dan
pasien mengatakan makan masih dalam batas wajar dan cendrung sedikit
duduk lama, badan terasa lemah kadang-kadang. Pasien sudah dari tahun
23
2018 mengonsumsi obat diabetes berupa metformin tapi kurang patuh
minum obat, pada tahun 2019 pasien dirujuk ke poli endokrin dan mendapat
Kesadaran : Somnolen
Respirasi : 20 kali/menit
Kepala/Leher :
pupil bulat-isokor.
Thoraks
- Paru
- inspeksi : simetris
- perkusi : sonor
24
- auskultasi : vesikuler +/+
ronki -/-
wheezing -/-
- Jantung
- Irama : reguler
GDP : 210
E. TERAPI
25
Metformin 3 x 500 mg
Glibenclamide 5 mg 1-0-0
F. PROGNOSIS
G. FOLLOW UP
O)
Kepala : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
A) DM tipe 2
26
Aspirin 80 mg 1x1
O)
Kepala : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
GDP: 300
B) DM tipe 2
Aspirin 80 mg 1x1
O)
Kepala : dbn
27
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
GDP 224
A) DM tipe 2
Aspirin 80 mg 1x1
13 / Januari / 2022
O)
Kepala : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
GDP: 102
GD2PP: 219
A) DM tipe 2
28
Aspirin 80 mg 1x1
9/ Februari/ 2023
O)
Kepala : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
GDP: 102
GD2PP: 219
B) DM tipe 2
Aspirin 80 mg 1x1
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Martapura Timur atas nama Tn. A, usia 31 tahun, dari anamnesis didapatkan
keluhan sering kencing dan sering minum, dengan riwayat pengobatan DM sejak
tahun 2018 namun tidak teratur. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan dalam
batas normal, dan penunjang dengan hasil GDP: 248, HbA1c: 11, rasio albumin-
berikut
30
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan klasik atau
krisis hiperglikemia.
Atau
diabetes mellitus dengan hasil pemeriksaan terdapat gejala klasik berupa sering
minum, dan sering kencing, GDP: 248, HbA1c: 11. Walaupun trias klasik DM
tidak terpenuhi dengan beracuan pada GDP dan HbA1c maka diagnosis dapat
dibuat.
Terdapat beberapa faktor risiko yang ditemui pada pasien yaitu keturunan
dan ras. Orang tua dengan diabetes akan meningkatkan risiko terjadinya diabetes
pada anaknya hal ini berkaitan dengan yang diturunkan serta pola asuh yang
31
Pada pasien ini diterapi dengan insulin detemir (levemir) 0-0-16, insulin
aspart (novorapid) 6-6-6 dan aspirin 80 mg. Hal ini sesuai dengan teori pada kasus
diabetes mellitus akan diberikan insulin injeksi pada keadaan HbA1c >9.
32
30
31
Dosis awal insulin basal sebesar 10 unit atau 0.2 unit/KgBB/hari – 0.50
unit/KgBB/hari, jika HbA1c belum mencapai target (7%) dengan dosis insulin
dengan insulin prandial 1 kali dosis → 2 kali dosis → 3 kali dosis (penambahan
pada perlunya menurunkan gula darah basal setelah evaluasi gula ternyata kurang
dari 10 menuju 14 dirasa perlu setelah evaluasi gula darah masih menunjukkan
angka 300, namun setelah evaluasi bulan selanjutnya pasien menyatakan merasa
lemas dan mengaku tidak rutin makan serta gula darah menurun menjadi 224
untuk evaluasi dosis insulin yang diberikan, HbA1c setiap 3 bulan untuk
32
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Tn. A, umur 31 tahun yang datang dengan
keluhan sering kencing, sering minum, kadar gula darah puasa 248, HbA1c 11,
namun tidak terlalu patuh, sehingga datang lagi dengan kadar gula puasa yang
33
DAFTAR PUSAKA
2. Choi, B. and Shi, F. (2001). Risk factors for diabetes mellitus by age and
sex: results of the National Population Health Survey. Diabetologia, 44(10),
pp.1221-1231.
6. Schwatrz SS, et al. The time is right for a new classification system for
diabetes rationale and implications of the cell- centric classification
schema. Diabetes Care. 2016; 39: 179 - 86.
34