Anda di halaman 1dari 2

1.

Peran seorang surveyor atau penilai dalam asuransi menurut saya memang sangat
diperlukan. Karena untuk mendapatkan jaminan asuransi yang terbaik perusahaan
asuransi memerlukan informasi yang lengkap tentang kondisi yang riil atas aset yang
diasuransikan. Untuk mendapatkan kondisi yang riil tentang aset yang akan
diasuransikan adalah dengan melakukan survei langsung ke lokasi obyek
pertanggungan oleh seorang surveyor.
Laporan yang dihasilkan oleh risk surveyor akan menentukan apakah aset yang akan
diasuransikan dapat diterima atau ditolak oleh perusahaan asuransi. Hasil survei juga
dapat menentukan luas jaminan besarnya premi asuransi serta kondisi tertentu yang
akan diberikan oleh perusahaan asuransi. Termasuk ketika pihak perusahaan asuransi
akan menutup asuransinya. Surveyor risiko asuransi akan melakukan survei,
menyusun dan menilai informasi risiko di lokasi, mencatat penilaian, mengumpulkan
bukti foto dan menyiapkan laporan terperinci. Selama melakukan survei, mereka
dapat memberi nasihat tentang peluang apa pun untuk mengurangi risiko klaim
asuransi di masa mendatang. Mereka juga akan memberikan rekomendasi kepada
penjamin emisi tentang perbaikan yang diperlukan.

2. Keterangan secara jujur sangat penting bagi lembaga asuransi, mengingat


dari keterangan tersebut akan dapat dianalisis resiko obyek tanggungan, sehingga
besaran premi yang harus dibayar dapat ditentukan. Di samping itu keterangan
secara jujur dari tertanggung juga merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi sebelum perjanjian asuransi dibuat secara kongkrit dalam bentuk polis.
Keterangan secara jujur akan menjadi prinsip yang sangat penting dalam
pelaksanaan perjanjian asuransi seperti yang termuat dalam Pasal 251 KUHD
tersebut. Oleh karena itu apabila pihak tertanggung tidak memberitahukan keadaan
yang sebenarnya namun pihak penanggung telah mengetahui keadaan yang
sebenarnya maka hal ini dapat menjadi alasan dan dasar yang kuat untuk
membatalkan perjanjian asuransi tersebut. Karena tidak didasari oleh itikad baik
sebagaimana yang diatur dalam pasal 251 KUHD.

3. Pada dasarnya pengangkut bertanggung jawab atas musnah, hilang atau rusaknya
barang yang diangkut sejak barang tersebut diterima oleh pengangkut dari pihak
pengirim/pemilik barang, merupakan suatu konsekuensi perjanjian pengangkutan
yang telah diadakan antara pengangkut dengan penumpang atau pemilik barang atau
pengirim barang. Hal ini secara umum dinyatakan dalam Pasal 468 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang berbunyi: “Perjanjian pengangkutan
menjanjikan pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang harus diangkut
dari saat penerimaan sampai saat penyerahannya”. Berdasarkan ketentuan tersebut
maka pihak yang menggunakan jasa pengangkutan ketika barang yang diterimanya
rusak atau berkurang jumlahnya maka pihak pengguna jasa pengangkutan tersebut
dapat menolak untuk menerima barang yang ada. Dan pihak penyedia jasa
pengangkutan wajib memberikan ganti kerugian baik dengan memperbaiki atau
mengganti barang yang telah rusak tergantung kesepakatan dengan pihak pengguna
jasa pengangkutan.

Anda mungkin juga menyukai