Anda di halaman 1dari 2

Nama : Adam William Fernanta

NRP : 21415256
BAB VII
DI bab ketujuh dari buku Teknologi Beton ini membahas tentang bahan kimia
pembantu. Bahan kimia pembantu ini berperan sebagai bahan tambahan di dalam
beton. Jumlahnha relatif sedikit tetapi pengaruhnya cukup besar sehingga
penggunannya harus teliti. Bahan kimia pembantu ini merupakan material di
samping agregat dan semen hidraulis yang ditambahkan ke dalam adukan beton
sebelum atau selama proses pengecoran.
Jenis-jenis bahan kimia pembantu ada bermacam-macam sehinggap dapat
dibagi menjadi 7 jenis yaitu jenis A sampai dengan jenis G. Yang paling banyak
terpakai dari kelompok ini adalah bahan kimia pembantu jenis A, jenis D, dan jenis G.
Pada umumya semua jenis bahan kimia pembantu ini terbuat dari bahan dasar
yang mengandung gula. Biasanya komposisi dari bahan kimia ini terdiri dari garam-
garam anorganik yang dapat larut. Bahan yang paling efektif adalah kalsium klorida.
Namun pengaruh negatifnya memberikan efek kepada tulangan, sehingga bahan ini
tidak dianjurkan.

BAB VIII
Di bab kedelapan dari buku Teknologi Beton ini membahas tentang bahan
mineral pembantu. Pada umunya mineral pembantu yang digunakan mempunyai
komponen aktif yang bersifat dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan
semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada
temperatur normal dengan adanya air.
Bahan mineral pembantu ini bermacam-macam antara lain abu terbang, uap
silika, abu kulit gabah, dan lain-lain. Tetapi, di Indonesia bahan mineral pembantu
tidak hanya itu saja, melainkan bisa didapatkan di gunung berapi yang ada di
Indonesia. Namun bahan alami ini tidak banyak dipakai karena kemurniannya tidak
merata dan pada umumnya belum diolah secara khusus.
Tiap bahan mineral mempunyai keunggulan masing-masing. Sebagai contoh
kita menggunakan abu terbang untuk campuran beton sehingga durabilitas dan
kepadatan beton meningkat. Selain itu, kita juga bisa menggunakan uap silika yang
berguna sebagai tambahan untuk memperbaiki sifat beton, baik beton keras
maupun beton segar.

BAB IX
Di bab kesembilan ini menjelaskan tentang rheologi dan kelecakan. Rheologi
merupakan ilmu yang menangani aliran atau perubahan bentuk benda. Bagi orang-
orang seperti kita, tidak ada alat standar yang mampu mengukur cairan yang
mengandung butiran padat yang sebesar agregat.
Kelecakan adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang dan
memadatka tidak menyebabkan munculnya efek neatif berupa pemisahan dan
pendarahan. Dalam segi kelecakan, terdapat tiga pengertian yang saling berkaitan
yaitu kompaktibilitas, mobilitas, dan stabilitas. Kompaktibilitas adalah kemudahan
mengeluarkan udara dan pemadatan. Mobilitas adalah kemudahan mengisi acuan
dan membungkus tulangan. Sedangkan stabilitas adalah kemampuan untuk tetap
menjadi massa homogen tanpa pemisahan.
Beton yang ideal adalah beton yang cukup lecak untuk dipadatkan secara
menyeluruh dengan alat apapun, namun yang tidak memerlukan air yang
berlebihan. Faktor utama yang mempengaruhi kelecakan itu adalah kadar air. Dari
air yang diperlukan untuk menbuat semen menjadi pasta dan menjadikannya lecak,
hanya sebagian yang betul- betul bereaksi dengan semen selama proses hidrasi.
Faktor-faktor lain yang mepengaruhi kelecakan antara lain adalah gradasi,
rasio antar agregat, diameter maksimum, dan absorpsi. Selain itu, kelecakan yang
kita syaratkan untuk suatu pengecoran terntentu tergantung pada alat pemadat
yang dipakai, jenis struktur, dan fasilitas yang ada. Syarat kelecakan berbeda untuk
pekerjaan yang berbeda. Jadi belum tentu kelecakan yang baik untuk pengecoran
plat, juga baik untuk pengecoran lisplang, begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai