Disusun oleh :
I. Pendahuluan
Diskusi dalam jurnal ini mengingatkan pada karya Brentano yang secara tersirat
mengupayakan untuk melihat dan mencermati hubungan antara fenopatologi dan
psikologi dari sudut pandang tunggal dan konsisten. Pada prinsipnya sulit untuk
menemukan satu sudut pandang yang konsisten dalam karya-karya yang telah dibuat
Husserl. Sebagai contoh, tokoh Ricoeur dan Farber menetapkan empat tahap dalam
pemikiran Husserl yang menjadi istilah Hegelian. Husserl cenderung menghilangkan
beberapa ide sebelumnya untuk menambahkan elemen baru dan mempertahankan
beberapa motif utama. Penulis Jacob Golomb akan konsentrasi membahas periode
pemikiran fenomenologis yang mana menekankan pada aspek deskriptif sehingga
mengubah fenomenologi menjadi metode filosofis yang bebas dari asumsi metafisik.
Husserl dalam periode ini diarahkan untuk menguraikan keprihatinan fenomenologi
yang bertentangan dengan ilmu psikologi.
Penulis Jacob Golomb berusaha mencoba klaim yang mengatakan bahwa
sangat sulit untuk menghubungkan fenomenologi dengan psikologi. Golomb
menggunakan analisis tekstual dan menunjukkan kesulitan tersebut dapat
menyebabkan posisi ambivalen Husserl dengan psikologi ilmiah. Ambivalen ini
ditunjukkan dengan penolakan stimulant terhadap psikologi kontemporer dan berusaha
menguraikan system hubungan positif antara sains dan fenomenologi. Disisi lain,
Husserl berupaya untuk memberikan status ilmu yang melibatkan kecenderungan
bahwa psikologi sangat berbeda dengan ilmu alam positivistic. Husserl berupaya untuk
melihat dominansi ilmiah sebagai disiplin yang dapat menentukan subjeknya sendiri dan
metode yang tepat.
Penulis Jacob Golomb untuk kedepannya akan membahas apakah psikologi itu
sebagai ilmu pengetahuan yang bebas dari kesadaran?. Pembahasan berikutnya,
Golomb mencari perbedaan yang dapat menjelaskan perbedaan antara kritik meta-
ilmiah sains dan kritik meta-filosofis dari filsafat sains. Filsafat ilmu pengetahuan
menunjukkan asumsi-asumsi meta-ilmiah yang disebut juga dengan metafisika ilmiah.
Konsepsi Golomb tentang filsafat fenomenologis sebagai filsafat sains dalam arti luas
sesuai dengan tujuan dasar.
II. Brentano
Husserl dalam memberikan status psikologi yang khusus bertentangan dengan
fisika yang berasal dari eksposisi struktur kesadaran yang disengaja. Brentano
merupakan motif dalam pemikiran Husserl (pembebasan penyelidikan psikologis dari
fisikisme positifisme). Brentano berusaha membuat kesimpulan yang lebih konsisten
dan menempatkan psikologi pada tingkat diskursus yang berbeda dari ilmu alam.
Husserl mengikuit pola yang dibuat Brentano, yaitu menciptakan motif baru diferensiasi
teoritis yang sesuai dengan struktur tematik khusus. Secara teoritis, ada perbedaan
antara psikologi deskriptif dan genetik. Psikologi deskriptif berhubungan dengan totalitas
unsur-unsur psikologi mendasar dan secara ketat menentukan sifat hubungan yang
disengaja antara elemen-elemen dari fenomena psikis. Psikologi genetika dapat disebut
juga dengan psikofisik. Psikologi genetika berhubungan kausal antara fenomena mental
dan fisik-fisiologis.
Brentano menjelaskan bahwa keunggulan psikologi genetika adalah psikolog
tidak dapat memperbaiki hukum psiko-fisik dari berbagai fenomena mental tanpa
menetapkan fenomena dan memastikan batas-batas yang ada. Oleh karena itu,
psikologi empiris ditempatkan dalam psikologi deskriptif. Hal ini dijadikan preseden
penting bagi Husserlian untuk membebaskan psikologi murni dari unsur-unsur non-
psikologi alami seperti psikofisik dan fisiologi. Brentano memiliki kesamaan dengan
Husserl dalam hal mencari solusi untuk masalah hubungan psikologi eidetic dan
psikofisik. Brentano masih menegaskan keutamaan dasar fisiologis yang didasarkan
fenomena.
IV. Fenomenologi dan psikologi dalam filsafat sebagai ilmu yang ketat
10. Poin ini kembali melihat klaim yang diajukan Husserl bahwa arus psikologi sebagai
ilmu asing untuk filsafat fenomenologi sebagai fisik karena keduanya menempatkan
objek kedalam konteks alami. Husserl tidak menolak psikologi melainkan Husserl
justru menolak ilmu filsafat yang berusaha untuk dianggap sebagai status eksklusif
dengan menganggap filsafat. Selanjutnya, Husserl melihat adanya kontradiksi pada
sebuah pendapat berikut, “psikologi eksperimen berhubungan dengan psikologi
orisinal dalam cara statistik sosial yang berhubungan dengan ilmu sosial orisinal.”
Jika psikologi orisinal Husserl yang berarti filsafat fenomenologi, kemudian usaha
Huseerl untuk menelusuri sistem struktural hubungan antara psikologi eksperimen
dan filsafat atau sama halnya dengan antara psikologi modern yang tepat dan
filsafat. Menurut penulis Golomb, sebaiknya ilmu sosial orisinal bukan untuk melihat
fenomenologi tetapi melihat fenomenologi sosial.
11. Pada awalnya, Husserl mengkritik ilmu filsafat. Husserl berangkat dari filsafat
fenomenologi untuk menyerang ilmu filsafat positivitik, untuk membangun metode
fenomenologi sebagai metode legitimasi untuk ilmu baru, yaitu psikologi
fenomenologi. Husserl lebih mengarah ke kritikan ilmu-meta yang secara umum
menganalisis metode praktis dan mode penjelasan dalam ilmu psikologi
kontemporer. Husserl tidak tertarik untuk membahas kritik ilmu pada investigasi ilmu
actual yang mengkritik bahwa ketidakjelasan logika pada konsep psikologi
eksperimen dari sudut pandang psikologi dan sistem temuan dan klaim. Kritikan
Husserl tentang ilmu ekstra adalah serangan yang luas pada prosedur eksperimen
yang mana Husserl tidak mampu memberikan arti “sebenarnya” pada penjelasan
ilmu. Padahal setiap status metodologi mempunyai kriteria sendiri untuk sebuah
“kebenaran” dari penjelasan ilmu. Husserl menyerang ketidakjelasan konsep
psikologi eksperimen dari sudut pandang fenomenologi termasuk hukum dan
prediktabilitas yang bukan termasuk kriteria untuk penjelasan yang benar. Husserl
menegakkan psikologi eksperimen dan memberikan metode eksperimen dan
meneliti korelasi relatif statistik autonomi dan menetapkan penemuan posteriori
yang diinterpretasi menurut metode fenomenologi priori.
12. Penulis Golomb menemukan kesulitan pada kemungkinan efektivitas tansisi dari
temuan priori kesadaran intensional pada temuan posteriori yang diraih oleh
psikologi eksperimen terlepas dari pembentuk pertama. Sebagai contoh, bagaimana
seseorang dapat menghubungkan konsep sensasi yang terungkap dalam esensi
idealnya sebagai eidos noematic yang dimaksudkan oleh kesadaran "murni",
terhadap sensasi yang dirujuk oleh psikologi ilmiah dalam penyelidikan
psikofisiknya?. Husserl kemudian menegaskan prioritas logis dan epistemologis dari
penyelidikan eidetik atas penyelidikan psikologis untuk temuan yang bermakna
dalam arti fenomenologis dari kata "makna" atau "penjelasan". Selanjutnya, penulis
Golomb menunjukkan sikap ambivalen Husserl terhadap psikologi ilmiah. jika
hubungan psikologi fenomenologis dengan psikologi ilmiah dapat dipastikan, ilmu
psikis eksperimental ini akan menjadi sah, seperti eksperimen positivistik dalam
fisika. Fisika teori akan dalam kasus itu analog dengan psikologi eidetik, dan fisika
eksperimental untuk psikologi eksperimental. Tapi Husserl menghilangkan
kemungkinan analogi seperti itu tidak hanya dengan menyatakan secara eksplisit
bahwa psikologi eksperimental tidak diambil dari sudut padang status ilmiahnya
dengan analog fisika tetapi menggunakan kata “empirisme” yang penggunaanya
berbeda dengan psikologi. Husserl menggunakan istilah" analisis empiris "untuk
penyelidikan fenomenologis kesadaran yang disengaja dan untuk penentuan dari
esensi fenomena psikis.
13. Alasan Husserl bersikap ambivalen terhadap psikologi ilmiah adalah perbedaan
mendasar antara pengertian "sains", "kesadaran", dan "empirisme", dalam filsafat
sains positivistik, dan konotasinya dalam filsafat fenomenologis. Kebingungan dan
ketidakjelasan ini berakar pada keinginan Husserl untuk mempertahankan ilmu
psikis dalam arti positivistik, untuk menempatkan ilmu fenomenologis dari psikis dan
untuk menentukan hubungan positif antara dua bidang tersebut. Terdapar dua
kesulitan dalam upaya tersebut, yaitu memiliki dua filosofi ilmu yang berbeda dan
konsep-konsep seseorang tidak dapat digunakan untuk menjembatani kesenjangan
karena ini akan mengubah yang lain sehingga itu akan berhenti menjadi ilmu disiplin
awalnya dan kemungkinan transisi dari deskripsi ideal dari struktur yang disengaja
ke peristiwa-peristiwa psikis konkret, yang merupakan fakta-fakta pengalaman
aktual dan yang hanya bisa ditangani oleh sains eksperimental. Husserl belum
memecahkan dua permasalahan tersebut, tetapi Husserl mencoba memecahkan
masalah ini dalam Krisis dengan menyatakan bahwa sains secara keseluruhan tidak
lain hanyalah sikap sintetik berdasarkan pada sintesis sebelumnya. Jadi jarak
antara idealitas isi kesadaran-kesadaran transendental dan abstraksi dan idealisasi
ilmu empiris berkurang.
14. Husserl berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam transisi dari ranah
ideal ke ranah empiris dengan melenyapkan sains eksperimental psikis, tetapi ia
juga ingin menjunjung sains semacam itu. Ambivalensi ini kadang-kadang terang-
terangan negatif: psikologi ilmiah dihilangkan. Namun ada juga upaya untuk
menentukan hubungan positif antara psikologi dan fenomenologi dengan
mengaitkan makna dengan psikofisik melalui metode fenomenologis. Penentuan
esensi objek umum-psikis dengan berbagai komponennya adalah kondisi yang
diperlukan, menurut Husserl, untuk anggapan arti "ilmiah" untuk psikofisik; dan
diskusi sebelumnya memperjelas bahwa dengan makna "ilmiah" Husserl berarti
makna fenomenologis, yaitu, "melihat esensi," dan bukan makna positivistik dari
menganggap hukum hubungan dan prediksi. Husserl mengatakan bahwa "itu adalah
kesalahan mendasar dari psikologi modern ... bahwa ia belum mengenali dan
mengembangkan metode fenomenologis ini," "yaitu, dia benar-benar menuntut
psikologi ilmiah mengambil metode fenomenologis" melihat esensi "dan bahwa
metode eksperimental, bersama dengan metodologi positivistik yang didasarkan,
digantikan oleh metode dan metodologi fenomenologis.Tetapi juga mungkin bahwa
Husserl ingin mempertahankan metode eksperimental, yang akan berkomitmen
padanya untuk reformasi mendasar dalam psikologi ilmiah, termasuk yang baru.
hubungan positif antara dua "metode." Dan, memang, Husserl memang menuntut
reformasi radikal, di mana "psikologi dibangun atas dasar fenomenologi sistematis."
"Husserl mencoba untuk mengubah psikologi ilmiah sepenuhnya dan
menetapkannya kembali pada dasar fenomenologis, dengan mencoba menjadikan
fenomenologi sebagai ilmu normatif untuk yang eksperimental. Akibatnya, psikologi
baru akan menggantikan psychophysics: psikologi eksperimental asli berdasarkan
fondasi fenomenologis sistematis. Hubungan ambivalen Husserl terhadap psikologi
ilmiah dapat dipecahkan sementara dengan cara ini. Hanya setelah munculnya ilmu
psikologi baru "akan kita lagi dapat mengakuinya — apa yang tidak dapat kita akui
sehubungan dengan psikologi masa kini — psikologi itu berdiri dekat, bahkan
hubungan yang paling dekat dengan filsafat." Psikologi ilmiah baru akan "berdiri
dalam kaitan erat dengan filsafat" melalui psikologi fenomenologis, yang merupakan
cabang filosofi fenomenologis tertentu.
15. Penulis Golomb meringkas diskusi jurnal ini dengan menyebutkan tiga psikologi
yang muncul, antara lain:
a. Psikologi ilmiah psikofisik dihilangkan, karena eksperimennya tidak mengacu
pada hasil (norma) penyelidikan fenomenologis dari jiwa yang disengaja, dan
karena "naturalisasi kesadaran" nya
b. psikologi ilmiah fenomenologis secara konsisten dan sistematis menerapkan
hasil penyelidikan fenomenologis. Tidak jelas bagaimana psikologi ilmiah ini
dapat bertahan di dalam domain ilmiah eksperimental tanpa "kesadaran
kesadaran". Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan merujuk
pada kesadaran semata-mata sebagai kesadaran yang disengaja tetapi
kemudian akan melakukan "eksperimen" fenomenologis yang secara mendasar
berbeda dari eksperimen yang menggunakan metodologi induktif-positivistik.
Tetapi, jika psikologi ilmiah ini berurusan dengan struktur psikiatri, akan sangat
sulit membedakannya dari psikologi fenomenologis dan kedua psikologi ini akan
sama. Memang, kemudian menjadi jelas bahwa dalam mendirikan psikologi baru
ini
c. Psikologi fenomenologis, yang objek penyelidikan spesifiknya adalah psikis
dengan semua fenomena dan struktur yang disengaja, dan yang merupakan
bagian dari filsafat fenomenologis yang, tidak seperti psikologi fenomenologi,
memiliki universal noema sebagai objeknya. Psikologi ini mengungkapkan
sistem elemen struktural dan tidak berubah dalam tindakan kesadaran. Jadi,
tidak seperti psikologi eksperimental, psikologi ini bersifat a priori dan normatif.
Arti apriori yang melekat pada fakta bahwa itu tidak berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa psikologis yang sebenarnya posteriori, tetapi dengan esensi
yang termasuk dalam cara yang apriori dan perlu ke lingkup tindakan yang
mungkin. Dengan demikian, psikologi ini mencapai norma ideal dan eidetik, di
mana semua tindakan nyata harus sesuai, karena tindakan-tindakan konkret ini
bergantung pada a priori untuk properti dan strukturnya meskipun bukan karena
kejadian aktualnya.
Komentar kritis
1. Kekurangan
Penjelasan terkait tokoh Brentano kurang dijabarkan secara luas. Hal ini membuat
pembaca ingin mengetahui lebih lanjut peran Brentano dalam sudut pandang
Husserl terhadap psikologi.
2. Kelebihan
Penulis Jacob Golomb membantu meringkas pembahasan sudut pandang
fenomenologis dari Husserl pada sub bab terakhir yang terdiri dari 15 poin. Hal
tersebut membantu pembaca untuk memahami secara garis besar gambaran sudut
pandang Husserl terhadap psikologi.