Anda di halaman 1dari 26

60

“CONTOH SKRIPSI “KUASI EKSPERIMEN”

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH KEPADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI PANTI ………
61

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


……………………………………………………………
……………………………………………………………………

2. Tujuan Penelitian
3. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi Murottal
terhadap penurunan tekanan darah kepada lansia dengan hipertensi di Panti
Sasana Tresna Werdha Jelambar Jakarta Barat.
62

4. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden seperti jenis kelamin dan
usia pada lansia dengan hipertensi di Panti Sasana Tresna Werdha
Jelambar Jakarta Barat. DAN TEKANAN DARAH
b. Mengidentifikasi tekanan darah pada kelompok intervensi sebelum
diberikan intervensi (pretest) di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar
Jakarta Barat.
c. Mengidentifikasi tekanan darah pada kelompok intervensi sesudah
diberikan intervensi (posttest) di Panti Sasana Tresna Werdha
Jelambar Jakarta Barat.
d. Mengidentifikasi tekanan darah pada kelompok kontrol sebelum
diberikan intervensi (pretest) di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar
Jakarta Barat.
e. Mengidentifikasi tekanan darah pada kelompok kontrol sesudah
diberikan intervensi (postest) di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar
Jakarta Barat
f. Menganalisis perbedaan tekanan darah pada kelompok intervensi
sebelum (pretest) dan sesudah (postest) diberikan intervensi di Panti
Sasana Tresna Werdha Jelambar Jakarta Barat.
g. Menganalisis perbedaan tekanan darah pada kelompok kontrol
sebelum (pretest) dan sesudah (postest) diberikan intervensi di Panti
Sasana Tresna Werdha Jelambar Jakarta Barat
h. Menganalisis perbedaan tekanan darah pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, sesudah (postest) diberikan intervensi di Panti
Sasana Tresna Werdha Jelambar Jakarta Barat.

Note:
penelitiannya yg ada kontrol tujuan khusus: a.b.c.d.e.f.g,h
penelitiannya tdk ada kontrol (pretest dan postest saja) tuj khusus : a.b.c,f
penelitian postes saja dan ada kontrol: a.c.e,h
63

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
………teori2 dan hasil penelitian sebelumnya……..

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Skema 3.1
Skema Kerangka Konsep

Variabel Terikat

Variabel Bebas
Penurunan Tekanan Darah
Terapi Murottal

Variabel Perancu
1. Usia
2. Jenis Kelamin

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

2. Hipotesa

Ada pengaruh terapi Murottal terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar Jakarta Barat.
64

3. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2012), definisi operasional adalah uraian tentang
batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel
yang bersangkutan.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI CARA UKUR ALAT HASIL SKALA
OPERASIONAL UKUR UKUR
1. Karakteristi
k Responden

1. Usia Lama waktu Mengisi di Lembaran a. Lanjut Ordinal


hidup dihitung lembaran observasi usia
semenjak observasi (elderly)
responden lahir ialah 60-
hingga 74 tahun
dilakukan b. Lanjut
intervensi ini usia tua
(old)
ialah 75-
90 tahun

2. Jenis Jenis sex Lembaran a. Laki-laki Nominal


Kelamin genital Mengisi di observasi b. Perempu
responden lembaran an
observasi
2. Variabel Kondisi Tekanan Darah Mengguna Skor tensi interval
Terikat dimana lansia Lansia akan kan alat
Penurunan mengalami diukur dengan Sphygmom Cut of Point Nominal
tekanan darah penurunan Sphygmomanomet anometer dengan
tekanan darah er dan Stetoskop. Stetoskop Mean
pada dinding Mengukur Lembaran 1.Ada
pembuluh tekanan darah Penurunan
65

darah dengan palpasi observasi Tekanan


arteri Darah (jika
nilai sistol ≥
41.25 dan

NO VARIABEL DEFINISI CARA UKUR ALAT HASIL SKALA


OPERASIONAL UKUR UKUR
brakialis, lalu nilai diastol
lilitkan manset ≥ 21.87 )
pada lengan atas
kira-kira 2,5-3 cm 2.Tidak Ada
di atas sisi denyut Penurunan
nadi arteri Tekanan
brakialis , Darah jika
memposisikan nilai sistol <
stestoskop pada 41.25 dan
arteri brakialis nilai diastol
sambil < 21.87)
mendengarkan
denyut arteri,
tekanan dalam
sphygmomanomet
er dinaikkan
dengan memompa
udara ke dalam
manset sampai
sphygmomanomet
er menunjukkan
20 mmHg lebih
tinggi dari titik
radialis saat tidak
terdengar, sekrop
balon dibuka
66

perlahan (2-3
mmHg per detik),
sambil
memperhatikan
turunnya
sphygmomanomet
er, perhatikan
bunyi

NO VARIABEL DEFINISI CARA UKUR ALAT HASIL SKALA


OPERASIONAL UKUR UKUR
denyutan pertama
(tekanan sistolik)
dan dengarkan
terus sampai
denyut terakhir
(tekanan
diastolik).
Tekanan darah
diukur saat klien
berbaring. (Ely
et.al., 2011)
3. Variabel Terapi dengan earphone dengan Stopwatch 1. Diberika Nominal
Bebas mendengarkan Earphone n Terapi
Terapi X rekaman X Handphon 2. Tidak
dengan tujuan e diberika
untuk Lembaran n
menurunkan observasi
tekanan darah
pada lansia
dengan
hipertensi.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
eksperimen semu (quasy experiment) adalah penelitian yang menguji coba
suatu intevensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok
perbandingan namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek
kedalam kelompok perlakuan atau kontrol (Dharma, 2011). Rancangan
penelitian ini adalah Pre test and post test non equivalent control group yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dengan dua kelompok tanpa melakukan
randomisasi, satu kelompok diberi perlakuan dan kelompok lain sebagai
kontrol atau pembanding, kemudian diobservasi sebelum dan sesudahnya
(Dharma, 2011). Berikut skema desain pre and post test non equivalent
control group
Skema 4.1
Skema Desain Penelitian

R1 : O1------- X1---------- O2
R
R2 : O1------- X0 --------- O2
Keterangan :
R : Responden penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan
R2 : Responden kelompok kontrol
O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan
O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan
X1 : intervensi pada kelompok perlakuan
X0 : tanpa intervensi pada kelompok kontrol
(Dharma, 2011)

64
65

2. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel


3. Tempat Penelitian
4. Waktu Penelitian
5. Etika Penelitian
6. Alat Pengumpulan Data
7. Prosedur Pengelolaan Data

8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
editing, coding, data entry, dan cleaning (Hidayat, 2013).

2. Teknik Analisa Data


a) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah
data yang mempunyai pola seperti distribusi normal (Santoso, 2010).
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
dan variabel pengganggu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013).
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan skewness karena
dapat digunakan untuk jumlah sampel yang sedikit.

Metode pertama untuk uji normalitas data adalah menghitung rasio


skewness, yaitu membagi nilai skewness dengan nilai standard error.
Metode kedua dilakukan dengan menghitung rasio kurtosis yaitu,
membagi nilai kurtosis dengan nilai standard error kurtosis. Menurut
Ghozali (2013), dengan uji skewness, dapat mengetahui kemencengan
data, dimana data yang normal akan menyerupai bentuk lonceng.
Kemungkinan yang ada adalah menceng ke kiri, jika nilai Zskew
positif dan di atas 1,96; atau menceng ke kanan jika Zskew bernilai
66

negatif dan di bawah 1,96. Nilai berdistribusi normal berada diantara


nilai -2 (1,96) sampai dengan +2 (1,96) (Valentini, V & M.
Nisfiannoor, 2006).

Rumus skewness
Ukuran skewness (Sk) juga dapat dihitung dengan rumus Pearson,
yaitu :

X− Mod
Sk=
s
Keterangan :
X = rata-rata hitung
Mod = modus
s = simpangan baku

Sebelum dilakukan uji dependen dan independen, peneliti terlebih


dahulu melakukan uji normalitas data. Uji normalitas menggunakan
nilai Z swekness dengan keputusan uji bila hasil ukur didapatkan nilai
-1,96 sampai dengan +1,96 maka data dinyatakan berdistribusi
normal.

b) Analisa Data
Setelah semua data dibersihkan ( cleaning ) maka setiap data siap
dianalisa. Tahap berikutnya adalah menganalisa data yang telah ada
dikomputer. Analisa data yang akan dilakukan meliputi analisis
univariat dan bivariat.

1) Analisis Univariat
Menurut Notoatmodjo (2012), analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Fungsi analisis ini adalah menyederhanakan atau
meringkas kumpulan data hasil pengukuran berupa ukuran-ukuran
67

statistik, tabel dan grafik. Peringkasan data dibagi menjadi 2 bagian


yaitu data numerik seperti ukuran tengah (cerminan dari
konsentrasi nilai-nilai hasil ukuran seperti mean, median dan mode)
dan ukuran variasi (nilai-nilai pengamatan akan cenderung saling
berbeda satu sama lain atau dengan kata lain hasil pengamatan akan
bervariasi seperti range, jarak linier quartil dan standard deviasi)
serta data katagorik seperti distribusi frekuensi dengan ukuran
persentase (Sutanto dan Sabri, 2011 )

Pada analisis penelitian ini hanya menghasilkan data katagorik


yaitu distribusi frekuensi dengan ukuran persentase dari tiap
variabel. Analisis univariat pada penelitian ini menjelaskan atau
mendeksripsikan karakteristik responden yang meliputi usia dan
jenis kelamin.

Rumus :
f
X = ×100 %
n

Keterangan :
X = frekuensi relatif dari suatu kelas
f = frekuensi suatu kelas
n = banyak sampel
(Hidayat, 2013)

Note: ADA TAMBAHAN URAIAN UTK UNIVARIAT VARIABEL


NUMERIK

..ada uraian utk menjelaskan : analisis unvariat menggunakan nilai, mean,


satandar deviasi, min - mak

2) Analisis Bivariat
68

Menurut Notoatmodjo (2012), analisa bivariat bertujuan untuk


menganalisis hubungan terhadap 2 variabel (variabel independen
dengan variabel dependen). Analisa bivariat pada penelitian ini,
peneliti menggunakan 2 uji statistik yaitu uji t dependen (paired t-
test) dan uji t independen. Untuk mengetahui hasil pre dan post
pada kelompok intervensi, peneliti menggunakan uji dependen
(paired t-test). Menurut Hastono, S.P. (2007), uji paired t-test
bertujuan untuk menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran pada
kelompok yang sama (misalnya beda mean pretest dan posttest)
dengan syarat yaitu distribusi data normal, kedua kelompok data
dependen dan jenis variabel numerik dan katagorik. Dengan nilai
kemaknaan, jika p value < 0.05 maka H0 ditolak , tetapi jika p value
> 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak dengan rumus uji beda dua
mean.

d
T=
SD d
√n
Keterangan :
d = Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2
SD_d = Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel dan sampel 2

Keputusan uji, Jika Pv > maka H 0 diterima, jika Pv < maka H 0


ditolak. (Sutanto & Sabri, 2011).
Bila datanya tidak normal maka uji statistiknya menggunkan uji
non parametrik uji wilcoxon

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan pada kelompok intervensi


dan kelompok kontrol, peneliti menggunakan uji-t independen.
Menurut Hastono, S.P. (2007), uji-t independen bertujuan untuk
mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen, syarat
yang harus dipenuhi yaitu data berdistribusi normal/simetris, kedua
kelompok data independen, variabel yang dihubungkan berbentuk
69

numerik dan kategorik. Prinsip pengujian dua mean adalah melihat


perbedaan variasi kedua kelompok data. Oleh karena itu dalam
pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua kelompok
yang diuji sama atau tidak. Bentuk varian kedua kelompok data
akan berpengaruh pada nilai standard error yang akhirnya akan
membedakan rumus pengujiannya. Pada penelitian ini
menggunakan uji varian sama. Tapi sebelumnya dilakukan uji
homogenitas varian.

Uji homogenitas varian berujuan untuk mengetahui varian antara


kelompok data satu apakah sama dengan kelompok data yang
kedua.

2
S1
F= 2
S2

df1 = n1-1 dan df2 = n2-1

Pada perhitungan uji F, varian yang lebih besar sebagai pembilang


dan varian yang lebih kecil sebagai penyebut. (Hastono, S.P.,
2007).

Uji varian sama yaitu uji beda dua mean dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Z atau uji T. Uji Z dapat digunakan bila standar
deviasi populasi (σ) diketahui dan jumlah sampel besar (>30).
Apabila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan uji.
Pada umumnya nilai σ sulit diketahui, sehingga uji beda dua mean
biasanya menggunakan uji T (T Test). Untuk varian yang sama
maka bentuk ujinya sebagai berikut :
70

X 1− X 2
T=
Sp
(√ n1 )+( n1 )
1 2

2 ( n1−1 ) S21 + ( n2−1 ) S 22


Sp =
n 1−n2−2

df = n1-n2-2

Keterangan
n1 atau n2 = jumlah sampel kelompok 1 atau 2
S1 atau S2 = standar deviasi sampel kelompok 1 atau 2
Hastono, S.P. (2007)
Bila datanya tidak normal maka uji statistiknya menggunkan uji
non parametric dengan uji mann whitney

Note:
Kalau ada kelompok control
-uji T dependen/pair atau Uji Wilcoxon
-uji T independen atau uji mann whitney

Kalau tidak ada kelompok control


-Uji T Dependen /pair Atau Uji Wilcoxon

Kalau hanya postes saja dan ada kelompok control


-uji T independen atau -uji mann Whitney
BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian pengaruh terapi murottal
terhadap penurunan tekanan darah kepada lansia dengan hipertensi di Panti
Sasana Tresna Werdha Jelambar yang dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 07
Desember - 11 Desember 2016. Jumlah responden sebanyak 16 orang yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu responden kelompok intervensi dan responden
kelompok kontrol, masing-masing 8 orang responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan yang digunakan
adalah Pre test and post test non equivalent control group.

Hasil penelitian telah dianalisis dalam dua bagian, yaitu analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi, dan analisis bivariat untuk menguji perbedaan
antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

A. Karakteristik Responden
Karakteristik data pribadi responden yang terdiri dari usia dan jenis kelamin.
1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden
a. Kelompok Intervensi
Tabel 5.1
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden Kelompok
Intervensi Di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar Tahun 2016
(n=8)

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1. Lanjut usia 60-74 tahun 4 50
Lanjut usia tua 75-90
2. 4 50
tahun
Total 8 100

79
80

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan


usia pada kelompok intervensi yang berusia 60-74 tahun sebanyak 4
orang (50%) responden sedangkan usia 75-90 tahun sebanyak 4 orang
(50%) responden.

b. Kelompok Kontrol
Tabel 5.2
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden Kelompok Kontrol
Di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar Tahun 2016 (N=8)

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1. Lanjut usia 60-74 tahun 4 50
Lanjut usia tua 75-90
2. 4 50
tahun
Total 8 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan


usia pada kelompok kontrol yang berusia 60-74 tahun sebanyak 4
orang (50%) responden sedangkan usia 75-90 tahun sebanyak 4 orang
(50%) responden.

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden


a. Kelompok Intervensi
Tabel 5.3
Distibusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Kelompok
Intervensi Di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar Tahun 2016
(N=8)

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)


1. Laki-laki 4 50
2. Perempuan 4 50
Total 8 100
81

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan


jenis kelamin pada kelompok intervensi yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 4 orang (50%) responden sedangkan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 4 orang (50%) responden.

b. Kelompok Kontrol
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Kelompok Kontrol Di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar Tahun
2016 (N=8)

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)


1. Laki-laki 4 50
2. Perempuan 4 50
Total 8 100

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan


jenis kelamin pada kelompok kontrol yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 4 orang (50%) responden sedangkan berjenis kelamin
perempuan sebanyak 4 orang (50%) responden.
82

2. Hasil Analisa Univariat


Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Responden
1. Kelompok Intervensi
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Responden Kelompok
Intervensi Sebelum (pre) Diberikan Terapi Tresna Werdha Jelambar
Tahun 2016 (N=8)

Tekanan Darah Mean Standar Deviasi Min Max


Sistol 182,50 5,732 175 190
Diastol 111,38 4,207 106 118

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 8 responden kelompok intervensi


mempunyai tekanan darah sistol dengan rata-rata 182,50 mmHg yang
menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2 dan derajat
3 dan tekanan darah diastol mempunyai rata-rata 111,38 mmHg yang
menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2 dan derajat
3 sebelum diberikan terapi Murottal. Standar deviasi tekanan darah sistol
5,732 dan tekanan darah diastol 4,207. Selanjutnya untuk tekanan darah
sistol terendah 175 mmHg dan diastol terendah 106 mmHg sedangkan
untuk tekanan darah sistol tertinggi 190 mmHg dan tekanan darah diastol
tertinggi 118 mmHg.

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Responden Kelompok
Intervensi Setelah (post) Diberikan Sasana Tresna Werdha Jelambar Tahun
2016 (N=8)

Tekanan Darah Mean Standar Min Max


Deviasi
Sistol 137,25 2,493 135 140
Diastol 87,00 2,507 85 90
83

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 8 responden kelompok intervensi


mempunyai tekanan darah sistol dengan rata-rata 137,25 mmHg yang
menurut WHO termasuk dalam klasifikasi normal tinggi dan hipertensi
derajat 1 dan tekanan darah diastol mempunyai rata-rata 87,00 mmHg
yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi normal tinggi dan
hipertensi derajat 1 setelah diberikan terapi Murottal. Standar deviasi
tekanan darah sistol 2,493 dan tekanan darah diastol 2,507. Selanjutnya
untuk tekanan darah sistol terendah 135 mmHg dan diastol terendah 85
mmHg sedangkan untuk tekanan darah sistol tertinggi 140 mmHg dan
tekanan darah diastol tertinggi 90 mmHg.

2. Kelompok Kontrol
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Sebelum (pre) pada
Responden Kelompok Kontrol di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar
Tahun 2016 (N=8)

Tekanan Darah Mean Standar Min Max


Deviasi
Sistol 182,25 5,625 175 190
Diastol 111,13 4,121 105 117

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa 8 responden kelompok kontrol mempunyai


tekanan darah sistol dengan rata-rata 182,25 mmHg yang menurut WHO
termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2 dan derajat 3 dan tekanan
darah diastol mempunyai rata-rata 111,13 mmHg yang menurut WHO
termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2 dan derajat 3 sebelum
diberikan intervensi. Standar deviasi tekanan darah sistol 5,625 dan
tekanan darah diastol 4,121. Selanjutnya untuk tekanan darah sistol
terendah 175 mmHg dan diastol terendah 105 mmHg sedangkan untuk
84

tekanan darah sistol tertinggi 190 mmHg dan tekanan darah diastol
tertinggi 117 mmHg.
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Setelah (post) pada
Responden Kelompok Kontrol di Panti Sasana Tresna Werdha Jelambar
Tahun 2016 (N=8)

Tekanan Darah Mean Standar Deviasi Min Max


Sistol 145,00 4,342 142 155
Diastol 91,75 2,605 87 96

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa 8 responden kelompok kontrol mempunyai


tekanan darah sistol dengan rata-rata 145,00 mmHg yang menurut WHO

termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 1 dan tekanan darah diastol


mempunyai rata-rata 91,75 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam
klasifikasi hipertensi normal tinggi dan hipertensi derajat 1 setelah
diberikan intervensi. Standar deviasi tekanan darah sistol 4,342 dan
tekanan darah diastol 2,605. Selanjutnya untuk tekanan darah sistol
terendah 142 mmHg dan diastol terendah 87 mmHg sedangkan untuk
tekanan darah sistol tertinggi 155 mmHg dan tekanan darah diastol
tertinggi 96 mmHg.

3. Hasil Uji Normalitas


Sebelum dilakukan uji dependen dan independen, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji normalitas data. Uji normalitas menggunakan nilai Z swekness
dengan keputusan uji bila hasil ukur didapatkan nilai -1,96 (nilai -2) sampai
dengan +1,96 (nilai +2) maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas tekanan darah sebelum (pre) dan setelah (post) diberikan
intervensi, sebagai berikut :
85

Tabel 5.5
Hasil Uji Normalitas Tekanan Darah Sebelum (pre) dan Setelah (post)
Diberikan Intervensi Di Panti Sasanan Tresna Werdha Jelambat Tahun 2016
(N=16)

Nilai Z
No Variabel Std. Eror Hasil Keterangan
Swekness
1 Data
Sistol pre -0,213 0,564 -0,37 berdistribusi
normal
2 Data
Sistol
1,022 0,564 1,812 berdistribusi
post
normal
3 Data
Diastol
-0,131 0,564 -0,23 berdistribusi
pre
normal
4 Data
Diastol
0,073 0,564 0,129 berdistribusi
post
normal

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa semua variabel tersebut berdistribusi


normal (hasil antara -2 s/d +2). Berdasarkan hasil uji tersebut maka uji
bivariat menggunakan uji parametrik paired t-test dan independen t -test

4. Hasil Analisa Bivariat


Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh pemberian terapi
murottal terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Untuk
mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap penurunan tekanan darah pada
kelompok intervensi digunakan uji statistik Paired Samples T- Test (uji T
Dependen), sedangkan untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan darah
pada responden kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah
diberikan intervensi digunakan uji statistik Independen-Sample T Test (Uji T
86

Independen) dengan tingkat kemaknaan (Level of Significance) 5%. Dengan


ketentuan sebagai berikut : ada pengaruh jika p-value < 0,05 dan tidak ada
pengaruh jika p-value > 0,05, dengan hasil sebagai berikut :

1. Responden Kelompok Intervensi


Tabel 5.10
Analisis Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi Sebelum (pre)
dan Sesudah (post) Diberikan Terapi Werdha Jelambar Tahun 2016 (N=8)

Tekanan Sebelum Setelah P


N
Darah Mean SD SE Mean SD SE Value

Sistol 182,50 5,732 2,027 137,25 2,493 0,881 0.0005


8
Diastol 111,38 4,207 1,487 87,00 2,507 0,886 0.0005

Tabel 5.10 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum


diberikan terapi Murottal pada responden kelompok intervensi sebesar
182,50 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi
derajat 2 dan derajat 3 dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum
diberikan terapi Murottal pada responden kelompok intervensi sebesar
111,38 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi
derajat 2 dan derajat 3. Standar deviasi tekanan darah sistolik 5,732 dan
tekanan darah diastol 4,207. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistol
sesudah diberikan terapi Murottal pada responden kelompok intervensi
sebesar 137,25 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi
normal tinggi dan hipertensi derajat 1 dan rata-rata tekanan darah diastol
setelah diberikan terapi Murottal pada responden kelompok intervensi
sebesar 87,00 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi
normal tinggi dan hipertensi derajat 1. Standar deviasi tekanan darah sistol
2,493 dan tekanan darah diastol 2,507. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata
tekanan darah sistol sebelum dan sesudah diberikan terapi Murottal ada
87

pengaruh yang signifikan (0,0005 < 0,05) dan rata-rata tekanan darah
diastol sebelum dan sesudah diberikan terapi Murottal ada pengaruh yang
signifikan (0,0005 < 0,05)..

2. Responden Kelompok Kontrol


Tabel 5.12
Analisis Tekanan Darah Responden Kelompok Kontrol Sebelum (pre) dan
Sesudah (post) Diberikan Intervensi Di Panti Sasana Tresna Werdha
Jelambar Tahun 2016 (N=8)

Tekanan Sebelum Setelah P


N
Darah Mean SD SE Mean SD SE Value

Sistol 182,25 5,625 1,989 145,00 4,342 1,535 0.0005


8
Diastol 111,13 4,121 1,457 91,75 2,605 0,921 0.0005

Tabel 5.12 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum


diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol sebesar 182,25
mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2
dan derajat 3 dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum diberikan
intervensi pada responden kelompok kontrol sebesar 111,13 mmHg yang
menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 2 dan derajat 3.
Standar deviasi tekanan darah sistolik 5,625 dan tekanan darah diastol
4,121. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistol sesudah diberikan intervensi
pada responden kelompok kontrol sebesar 14 5,00 mmHg yang menurut
WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi derajat 1 dan rata-rata tekanan
darah diastol setelah diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol
sebesar 91,75 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi
hipertensi normal tinggi dan hipertensi derajat 1. Standar deviasi tekanan
88

darah sistol 4,342 dan tekanan darah diastol 2,605. Dapat disimpulkan
bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum dan sesudah diberikan
intervensi ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05) dan rata-rata tekanan
darah diastol sebelum dan sesudah diberikan intervensi ada pengaruh yang
signifikan (0,000 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha gagal ditolak.

3. Perbedaan Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan


Responden Kelompok Kontrol Pada Data Postest
Tabel 5.13
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Responden Kelompok Intervensi dan
Responden Kelompok Kontrol Pada Data Postest Di Panti Sasana Tresna
Werdha Jelambar Tahun 2016

Tekanan
Kelompok Mean SD SE P Value N
Darah
Intervensi 137,25 2,493 0,881 8
Sistol 0,001
Kontrol 145,00 4,342 1,535 8
Intervensi 87,00 2,507 0,886 8
Diastol 0,002
Kontrol 91,75 2,605 0,921 8

Tabel 5.13 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistol responden


kelompok intervensi 137,25 mmHg dan tekanan darah diastol 87,00 mmHg.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistol responden kelompok kontrol
145,00 mmHg dan tekanan darah diastol 91,75 mmHg. Dapat disimpulkan
bahwa rata-rata tekanan darah sistol antara responden kelompok intervensi
dengan responden kelompok kontrol ada perbedaan yang signifikan (0,001
< 0,05), dan rata-rata tekanan darah diastol antara responden kelompok
intervensi dengan responden kelompok kontrol ada perbedaan yang
signifikan (0,002 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha gagal ditolak.
89

BAB VI

PEMBAHASAN
……hasil penelitian dibahas..dibandingkan dng teori dan penelitian
sebelumnya……

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


…kesimpulan dan saran harus sesuai dengan tujuan penelitiannya,,,,,

Anda mungkin juga menyukai