Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ana Sesilia Peni Baon

NIM: 211224044

Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tugas Keterampilan Menulis Kreatif

TERPIKAT INDAHNYA TRAPPIST LAMANABI

Biara Trappist Lamanabi merupakan sebuah tempat pertapaan para biarawan Ordo Trappist
( O.C.S.O). Biara Pertapaan Trappist Lamanabi ini merupakan Cabang dari Biara Pertapaan Santa
Maria Rawaseneng. Biara Trappist Lamanabi terletak di Desa Lamanabi, Kecamatan Tanjung
Bunga, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Hari itu Cuaca sangat mendukung untuk melakukan perjalanan ke Trappist Lamanabi.
Yang ditempuh selama 54 menit dari Watowiti ke Biara Trappis Lamanabi. Dengan jalan yang
berliku-liku dan beberapa tanjakan yang harus dilalui dengan perasaan yang kadang campur
aduk dan takut. Namun perasaan itu akan holang karema pemandangan sepanjang jalan
menuju trappist yang sangat asri, membuatku engan untuk memejamkan mata, karena baru
pertama kali juga aku berkunjung ke Trappist Lamanabi. Dan ternyata sepanjang perjalanan di
sisi kiri dan kanan jalan, alam seakan menyapa dengan indahnya pemandangan pantai
dikejauhan yang begitu tenang, hutan yang masih terjaga dan juga hamparan padang savana
yang luas.
Setelah melewati Padnag Savana yang luas, sampailah saya di tempat yang disebut sebagai
Biara Trappist Lamanabi. Namun ketika sampai tempat itu kelihatan sangat sepi bagai tak
berpenghuni. Dan hanya terdengar bunyi kicauan burung-burung yang berada disamping
trappist itu. Namun pintu utama trapist terbuka lebar, dan saya memasuki ruangan itu dan
menyapa "Selamat Siang", tiba-tiba ada suara balasan dari balik ruangan kecil disudut pintu
masuk. Dan ternyata ada seorang Frater yang bertugas disana, dan dia langsung menyambut
dan mempersilahkan saya untuk masuk. Beliau hanya diam disitu dan membiarkan saya untuk
masuk ke area kapel, yang terletak di belakang pertapaan.

Kapel kecil yang dibangun sangat unik dan cantik dengan dindingnya dilapisi dengan
bebatuan alam yang begitu menarik untuk dipandang. Diatas altar terdapat kubah yang dilapisi
dengan hiasan bertemakan awan yang begitu cantik. Pemandangan yang indah juga tersaji
diluar Kapel dengan pemandangan hamparan perbukitan hijau. Dan hiasan-hiasan bunga-bunga
Asoka berwarna merah yang begitu indah. Di depan kapela Trappist Lamanabi juga terdapat
sebuah Patung icon yang dimana patungnya itu berdiri didepan Kapel Trappist sambil
tangannya memberikan Simbol tanda diam. Sehingga orang-orang yang datang berkunjung
kesitu pasti akan dengan sendirinya akan diam dan tidak ribut, karena ketika sampai di tempat
itu saja kita disambut oleh keheningan dan hanya terdengar suara nyanyian dari burung-
burung. Dan juga karena melihat Patung tersebut akan membuat kita akan menenangkan diri
dan mulai membuka hati untuk berdoa.

Dan biasanya orang-orang yang datang ke Biara Trappist Lamanabi, bukan hanya ingin
berkunjung dan menikmati alam disitu, tetapi banyak juga orang-orang datang ke Biara untuk
mencari keheningan dan kedamaian dengan menginap selama beberapa hari di situ untuk
berdoa dan melakukan mediasi disitu.
Setelah beberapa lama menikmati indahnya pemandangan di Kapela dan sekitar Kapela
Trappist, Saya akhirnya memutuskan untuk masuk kembali ke Kapel Trappist dan Berdoa
sekalian pamit untuk Pulang. Ketika mau keluar dari Kapela ke jalan utama untuk keluar dari
Biara Trappist, saya kembali disambut oleh Frater yang tadi menyambut kedatangan saya.

Frater itu banyak bercerita dan mulai menunjukan beberapa karya tangan buatan para frater
dan para Romo yang ada di dalam Biara itu, seperti Lilin-lilin Yang didalamnya ada gambar dan
Patung Tuhan Yesus dan Bunda Maria, ada Kalung Kontas, Gelang Kontas dan juga beberapa
Gelang dari yang unik-unik dijual sebagai oleh- oleh dari Trappist. Sambil Frater itu menunjukan
beberapa karya tangan para frater dan Romo disitu, saya berinisiatif menanyakan kepada Frater
bahwa apakah di Biara ini akan terus sepi, hening seperti ini? dan Apakah saya tidak bisa
berjumpa dengan para frater atau Romo-romo disini?

Frater itu hanya tersenyum dan mulai menjelaskan, bahwa memang tempat ini begitu diam dan
hening karena tempat ini, merupakan sebuah tempat yang di mana dijadikan sebagai tempat
pertapaan bagi para Frater dan Romo-romo disini, dan sangat jarang untuk bisa bertemu
dengan para Frater dan Romo-romo disini karena, Para Romo dan Frater-frater disini memiliki
kesibukan masing-masing, yang dimana kegiatan mereka seperti berkebun, memelihara hewan,
membuat kerajinan tangan, berdoa dan sebagainya. Tetapi di setiap minggunya kami akan
bergantian untuk menerima tamu yang datang berkunjung ke sini. Sehingga jika nanti, kalian
kesini lagi, kalian pasti akan bertemu dengan Romo atau Frater yang baru lagi.

Dan benar-benar saat itu saya hanya melihat satu Frater itu saja dari awal datang sampai
dengan pulang. Dan saya juga membeli beberapa Karya tangan untuk dibawa pulang. Saat
hendak keluar dari Ruangan menuju pintu utama, Frater itu memanggil dan memberikan
secarik kertas dan sebuah pulpen, Beliau mengatakan bahwa kalau mau atau berkenan kamu
bisa menuliskan ujud atau permohonan yang kamu inginkan untuk didoakan oleh para Romo
dan Frater disini. Saya pun langsung menerima secarik kertas dan pulpen itu lalu menuliskan
Permohonan yang mau di doakan oleh para Romo dan Frater dan saya juga menyelipkan Uang
sebagai Kolekte untuk Ujud doa saya dan meletakannya disebuah Kotak yang disediakan
disudut pintu.

Setelah berpamitan dengan Frater tersebut, kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke
Watowiti. Yah, masih sama seperti tadi disepanjang jalan kita akan disuguhkan pemandangan
savana yang hijau dan bukit serta bentangan lautan biru dikejauhan sana membuat mata engan
untuk beralih pergi. Dan perjalanan pulang kini berbeda dengan kedatangan tadi, pada saat
datang tadi suasana begitu panas, berbading terbalik dengan saat pulang. Ketika perjalan
pulang saya merasakan kesejukan dari keluar Biara Trappist hingga ke padang savana dan
merasakan begitu tenang dan damainya ketika meninggalkan tempat yang begitu Indah dan
memberikan ketengan dalam diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai