Anda di halaman 1dari 22

MATERI BACAAN

Belajar Menanam Jahe dengan


Memanfaatkan Kebun di Rumah untuk
Menjadi Wirausahawan Jahe

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2


1. Ilmu Hayat Tanaman Jahe ................................................................................................. 3
2. Potensi Ekonomi Tanaman Jahe ........................................................................................ 3
3. Kandungan dan Nutrisi pada Jahe .................................................................................... 4
4. Kriteria Lokasi Penanaman Jahe ....................................................................................... 5
5. Kriteria Benih Jahe Terbaik ............................................................................................... 6
6. Pembibitan ............................................................................................................................ 7
7. Persiapan Lahan untuk Menanam Jahe ............................................................................ 8
8. Penanaman ........................................................................................................................... 9
9. Pemupukan ......................................................................................................................... 10
10. Pemeliharaan Tanaman Jahe ......................................................................................... 12
11. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Jahe ................................................ 14
12. Panen Tanaman Jahe ...................................................................................................... 17
13. Pascapanen Tanaman Jahe ............................................................................................. 18
14. Pemanfaatan Jahe ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

2
1. Ilmu Hayat Tanaman Jahe
Tanaman jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman herba yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia. Jahe merupakan tanaman
tahunan yang diperkirakan berasal dari Cina Selatan dan saat ini telah dibudidayakan di
seluruh daerah tropis serta sub tropis. Produsen utama jahe hingga tahun 2015 adalah India
yang memiliki luas panen sebesar 50% dari total keseluruhan luas panen di dunia. Indonesia
adalah salah satu negara yang melakukan budidaya jahe untuk dikonsumsi, dijadikan
tanaman tumpang sari, tanaman sela, dan bahkan jahe tumbuh dengan liar di kebun-kebun.
Jahe merupakan herba tahunan yang dipanen, diambil, dan dimanfaatkan rimpangngya.
Batang semu dari jahe berada di bawah tanah dan dikenal sebagai rimpang, tunas-tunas dari
jahe, dan daunnya dapat tumbuh menembus tanah setinggi 75 cm. Indonesia memiliki tiga
jenis jahe yang dibudidayakan oleh petani lokal yakni jahe emprit/jahe putih kecil/jahe
kuning kecil, jahe gajah/jahe putih besar/jahe kuning besar, dan jahe merah. Jahe Emprit,
jahe merah, dan jahe gajah dapat dengan mudah diketahui serta dibedakan berdasarkan
morfologinya yakni penampakan rimpang yang berbeda-beda. Penampakan rimpang jahe
emprit adalah kecil, jahe gajah memiliki rimpang yang lumayan besar, serta jahe merah
memiliki rimpang berwarna merah.
Tanaman jahe memiliki daun yang sempit memanjang, menyirip, serta tersusun secara
teratur. Bunga malai pada tanaman jahe berada di permukaan tanah dengan mahkota bunga
yang memiliki warna kuning kehijauan. Bibir dari mahkota bunga tanaman jahe memiliki
warna ungu yang gelap dengan bintik bewarna putih kekuningan. Kepala sari dari tanaman
jahe memiliki warna ungu dan memiliki dua tangkai putik. Jahe mampu tumbuh dengan
baik di bawah naungan tanaman pokok, maka dari itu tanaman jahe sering ditanam sebagai
tanaman sela.

2. Potensi Ekonomi Tanaman Jahe


Syarat tumbuh jahe yang tidak menyulitkan membuat jahe dapat dibudidayakan pada
berbagai keitinggian serta adanya pasar jahe yang berkembang membuat banyak petani di
Indonesia melakukan budiday jahe. Hingga saat ini jahe merupakan salah satu komoditas
pertanian yang memiliki penjualan baik. Permintaan jahe dari dalam negeri bahkan belum
dapat semuanya dipenuhi sehingga Indonesia sendiri masih harus melakukan impor jahe ke
Cina. Meskipun begitu, Indonesia juga salah satu ekportir jahe, salah satu importir jahe dari
Indonesia yakni adalah Belanda dengan permintaan jahe gajah dan pada tahun 2008
permintaan tersebut sebesar 40 ton per bulan.
Laba bersih yang didapatkan dari budidaya jahe dapat mencapai Rp21.000.000,- rupiah
per hektar. Laba dari usaha budidaya jahe yang tinggi dan adanya harapan pasar yang baik
dari jahe, maka jahe layak untuk diusahakan secara intensif. Indonesia memiliki peluang
untuk melakukan produksi secara masif akan komoditas jahe dan mampu menjadi importir
terbesar jahe di dunia karena lahan di Indonesia cukup memadai. Peluang budidaya jahe
juga diperuntukan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Importir jahe terbesar dunia pada tahun 2012 adalah Jepang lalu peringkat selanjutnya
dipegang oleh amerika, Belanda, dan Jerman. Indonesia adalah salah satu negara yang

3
sedang berkembang dalam melakukan perdagangan jahe dunia dan melakukan tawar
menawar harga. Negara Sudan, Jepang, Jerman, Belnda, serta Federasi Rusia adalah negara-
negara yang mampu melepaskan harga terbaik bagi komoditas jahe pada dunia.

3. Kandungan dan Nutrisi pada Jahe


100 gr rimpang jahe memilliki kandungan nutrisi serta gizi. Jahe juga mengandung
minyak yang sangat berguna yakni gingerol, zingerone, shogaol, farnesene, beta-
phelladrene, citrol, serta cineol. Kandungan yang ada dalam rimpang jahe akan bervariasi
karena dipengaruhi oleh lokasi tumbuh, asal, serta tipe pemanfaatan dari jahe seperti
pemanfaatan jahe segar atau jahe kering. Wewangian yang keluar dari jahe akan mudah
dikenali, aroma yang dihasilkan oleh jahe merupakan senyawa volatile yang memiliki
proporsi 1%-3%. Terdapat 50 tipe minyak yang terkandung di dalam satu rimpang jahe.
Berikut ini adalah kandungan nutrisi pada 100 gr jahe yang segar berdasarkan USDA
NAtional Nutrient Data Base.
Kandungan Nutrisi Jumlah dalam 100gr Rimpang
Energi 80 Kcal
Karbohidrat 17,77 g
Protein 1,82 g
Total lemak 0,75 g
Kolesterol 0 mg
Serat 2,0 g
Folates 11 μg
Niasin 0,750 mg
Asam pantotenat 0,203 mg
Piridoksin 0,160 mg
Vitamin A 0 IU
Vitamin C 5 mg
Vitamin E 0,26 mg
Vitamin K 0,1 μg
Natrium 13 mg
Kalium 415 mg
Kalsium 16 mg
Tembaga 0,226 mg
Besi 0,60 mg
Magnesium 43 mg

4
Mangan 0,229 mg
Fosfor 34 mg
Seng 0,34 mg

4. Kriteria Lokasi Penanaman Jahe


Kriteria lingkungan bagi tanaman jahe dapat secara signifikan memengaruhi
produktivitas serta mutu rimpang jahe. Pembentukan rimpang jahe dipengaruhi secara
utama oleh air, intensitas cahaya, serta kandungan oksigen tanah. Selain hal tersebut, jenis
tanah yang dipakai, ketinggian lokasi, serta keadaan curah hujan juga perlu diperhatikan
dalam melaksanakan budidaya jahe. Proses pembentukan rimpang akan terhambat bila
pengairan tanah tidak baik dan persentasi liat tanah yang tinggi, begitu halnya dengan
intensitas cahaya dan curah hujan yang rendah akan memengaruhi proses pembentukan
rimpang. Perkembangan dan pertumbuhan rimpang jahe sangat memerlukan air dalam
prosesnya, jika dalam pertumbuhannya tanaman jahe maka akan menghambat pembentukan
rimpang.
Lokasi penanaman jahe agar tumbuh dengan baik adalah di daerah yang memiliki curah
hujan yakni diantara 2500-4000 mm/tahun dengan lama bulan basah 7-9 bulan, serta pH
tanah terbaik adalah di angka 6,8-7,4. Sebenarnya, tanaman ahe dapat tumbuh di lahan
dengan pH rendah, akan tetapi diperlukan pemberian kapur pertanian atau kapan sebanyak
1-3 ton/ha maupun dolomit sebanyak 0,5-2 ton/ha. Ketinggian lokasi penanaman jahe yang
terbaik adalah pada 300-900 meter di atas permukaan laut, tetapi sebetulnya tanaman jahe
dapat dibudidayakan juga di ketinggian 0-1500 meter di atas permukaan laut. Pada dataran
tendah yang memiliki ketinggian kurang dari 300 meter di atas permukaan laut, tanaaman
jahe berpotensi untuk terus terserang penyakit, yang utamanya adalah layu bakteri. Pada
dataran tinggi yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 metr di atas permukaan laut,
pertumbuhan rimpang jahe akan terhambat dalam proses pembentukannya. Berikut ini
adalah karakteristik serta kriteria yang terbaik bagi tumbuh kembang jahe.
No Karakteristik Kriteria
1. Jenis tanah Andosol, Latosol, dan Regosol-Andosol
2. Tekstur Tanah Lempung, Tanah Laterik, dan Liat Berpasir
3. Curah Hujan 2.500-4.000 mm/tahun
4. Ketinggian 300-900 meter di atas permukaan laut.
Idealnya jahe gajah 400-800 mdpl, jahe emprit
200-1000 mdpl, dan jahe merah 200-600 mdpl
5. Bulan Basah per Tahun 7-9 bulan
6. Suhu 25-37° C
7. Naungan 0-30%

5
8. Iklim Iklim A, B, atau C menurut Schmidt &
Ferguson
9. Drainase Baik

Lokasi untuk penanaman jahe sebaiknya bukan lokasi yang pernah ditanami oleh
tanaman rimpang yang terkena bakteri, tanaman kacang-kacangan, tumbuhan pisang, atau
tanaman yang memiliki penyakit layu. Lahan yang akan ditanami dapat dipakai untuk
menanam jahe maksimal dua kali jika berturut-turut dan jika lahan pernah terkena penyakit
layu minimal lima tahun setelah penyakit tersebut hilang baru bisa ditanami.

5. Kriteria Benih Jahe Terbaik


Jahe yang ada di Indonesia dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan warna, bentuk,
komposisi, serta aroma pada rimpang jahe. Tiga jenis jahe tersebut adalah jahe putih
besar/jahe gajah, jahe putih kecil/jahe emprit, serta jahe merah. jenis tanaman jahe yang
akan dibudidayakan harus dipastikan memiliki kecenderungan produksi tinggi dengan
memilik varietas unggul dari tiap jenisnya. Berikut ini adalah karakteristik jahe gajah, jahe
emprit, dan jahe merah.
Karakteristik Jahe Jahe Gajah Jahe Emprit Jahe Merah
Ukuran Besar dan berbuku Kecil dan berlapis Kecil dan berlapis
Warna Putih kekuningan Putih Kekuningan Jingga muda
hingga merah
Diameter 8,00-8,50 cm 3,00-4,00 cm 4,00-4,5 cm
Aroma Kurang tajam Tajam Sangat tajam
Tinggi 6,00-11,30 cm 6,00-11,00 cm 5,00-11,00 cm
Panjang 15,00-32,00 cm 6,00-32,00 cm 12,00-13,00 cm
Lainnya Daun dan batang Daun memiliki
memiliki warna warna hijau muda
hijau muda dengan dan batang
kandungan minyak berwarna
atsiri sebesar 1,5- kemerahan dengan
3,5% kandungan minyak
atsiri sebesar 2,8-
3,9%
Pemilihan benih jahe merupakan suatu aktivitas untuk memilih bahan tanaman agar
stabilitas serta kepastian hasil budidaya jahe terjamin. Berikut ini adalah karakteristik benih
jahe yang memiliki kualitas baik:
Kriteria Karakteristik Benih Jahe yang Baik
Varietas Varietas murni jahe dan memiliki asal usul yang jelas

6
Tanaman induk jahe sehat yang memiliki usia 8-10
Asal Benih
bulan
Tidak memiliki gejala penyakit seperti penyakit layu,
Penyakit
kutu tempurung, serta lalat rimpang
Rimpang Berserat
Kulit Kencang serta sulit mengelupas
Warna Mengkilat
Jahe gajah 20-60 gr, jahe emprit, dan jahe merah 20-
Berat
40 gr
Benih Tidak terluka secara fisik, tidak ada memar
Kebutuhan benih jahe merah dan jahe emprit untuk 1
Lainnya
ha adalah 1,00-1,50 ton dan jahe gajah 2,50 ton/ha

6. Pembibitan
Pembibitan merupakan suatu aktivitas penyimpanan benih yang memiliki tujua untuk
disemaikan. Tujuan dari pembibitan adalah untuk mendapat tanaman jahe yang seragam.
Perbanyakan jahe dapat dilakukan dengan teknik stek rimpang jahe. Sebelum melaksanakan
kegiatan budidaya dan mendapatkan bibit berkualitas, dimulai dengan melakukan seleksi
pada rimpang jahe. Rimang harus memiliki kondisi yang sehat seperti yang telah disebutkan
sebelumnya pada pemilihan benih. Pembibitan dilakukan pada rimpang yang sudah tua
dengan rentang usia 8-10 bulan. Karakteristik rimpang yang sudah tua yakni (1) memiliki
kulit yang keras, licin, tidak mudah terkelupas, (2) memiliki serat kasar dan kandungannya
tinggi, dan (3) kulit jahe mengkilat. Rimpang jahe untuk dijadikan bibit harus memiliki 2-3
bakal mata tunas dengan bobot sebesar 20-60 gr bagi jahe putih besar. Bobot jahe putih kecil
dan jahe merah adalah 20-40 gr. Berikut ini adalah kriteria pembibitan yang harus dipenuhi.
• Media untuk pembibitan merupakan jerami ataupun sekam. Media tersebut harus
memiliki ketebalan sebesar 5 cm dalam 4 lapisan dan memiliki ketinggian 20-25 cm.
• Penyemprotan dilakukan secara rutin selama 1-2 kali dalam satu minggu agar
kelembaban terjaga.
• Rimpang jahe yang digunakan untuk pembibitan merupakan rimpang sehat yang
telah dijemur ulang selama setengah sampai dengan satu hari serta mempunyai dua
sampai dengan tiga mata tunas.
• Satu menit sebelum pembibitan, rimpang dicelupkan ke dalam suatu larutan berisi
pengatur tumbuh dan juga disinfektan.
• Pada bagian atas persemaian tanaman jahe berikan abu dapur atau sekam padi.
• Pembibitan dilaksanakan selama 2-4 pekan.
Sebelum dilaksanakan penanaman, bibit sebelumnya harus ditunaskan dengan
perlakuan semai yakni menghamparkan rimpang jahe di atas alang-alang tipis atau jerami

7
dengan cuaca yang teduh atau dalam gudang serta tidak ditumpuk-tumpuk. Penyemaian
dapat dilakukan dengan menggunakan wadah maupun rak yang terbuat dari kayu maupun
bambu untuk alasnya. Pada proses penyemaian sebaiknya disiram setiap hari disesuaikan
dengan kebutuhan, hal tersebut agar kelembaban rimpang terjaga. Benih jahe yang sudah
bertunas yang memiliki tingi 1-2 cm kemudian siap untuk ditanam pada lahan. Benih yang
memiliki tunas tidak akan mudah rusak dan mudah beradaptasi di lapangan. Rimpang yang
memiliki tunas lalu dilakukan pemilihan serta dipotong sesuai ukurannya. Perendaman
rimpang jahe kemudian dilakukan pada larutan antibiotik sesuai dosis yang dianjurkan dan
kemudian dikeringkan untuk mencegah infeksi dari bakteri pada proses pemotongan.
Berikut ini adalah tata cara lengkap untuk melakukan pembibitan jahe.
1) Tahap persiapan, sediakan media pembibitan yang terhindar dari batu, tanaman
pengganggu, bebatuan, serta gulma
2) Kelembaban jahe dijaga agar tidak kering dengan cara disemprot sebanyak 1-2 kali
dalam satu minggu dan jangan disiram agar tidak busuk
3) Pergunakan rimpang sehat, sudah dijemur ulang selama setengah sampa satu hari penuh
dan memiliki minimal 2 mata tunas
4) Celupkan rimpang jahe pada suatu larutan yang berisi pengatur tumbuh serta
disinfektan
5) Pada bagian atas media pembibitan taburkan abu dapur ataupun sekam padi
6) Pembibitan dilakukan selama 2-4 pekan

7. Persiapan Lahan untuk Menanam Jahe


Persiapan lahan dilaksanakan sebelum penanaman bibit, hal pertama yang hars
dilakukan adalah mengolah tanah agar tanah menjadi subur, berhumus, memiliki drainase
yang baik, bersih dari gulma, serta gembur. Tanah yang memiliki tekstur gembut akan
membuat rimpang jahe tumbuh secara leluasa. Tanah yang bertekstur liat akan
mengakibatkan jahe tertekan serta tanah yang memiliki tekstur kerikil akan mengakibatkan
rimpang jahe tergores dan terluka. Drainase atau penyaluran air yang buruk akan membuat
tanaman jahe mudah terserang penyakt seperti penyakit layu akibat terlalu lama tergenang
air karena drainase yang kurang baik. Aerasi yang baik juga akan memberikan ruang gerak
bagi akar dalam proses menyusun hara, air, serta mampu mengurangi pembentukan senyawa
anorganik di dalam tanah yang memiliki sifat beracun atau karsinogenik bagi tumbuhan.
Berikut ini adalah karakteristik lahan yang siap ditanami oleh jahe.
No Karakteristik Lahan siap Tanam
1. Tidak mengandung gulma, sisa tanaman, serta batu
2. Lahan memiliki tekstur tanah yang gembur
3. Bedengan rapih

Cara melakukan pengolahan tanah adalah dengan menusuk nusuk tanah menggunakan
garpu tanah serta mencangkul sedalam 30 cm. Pada proses pengolahan tanah akan
ditemukan ranting serta sisa tanaman yang sulit lapuk. Tanah yang memiliki lapisan olah

8
yang tipis harus dicangkul dan digaru secara hati-hati tidak boleh terlalu dalam karena akan
menyebabakan tanaman tumbuh menjadi kurang subur. Setelah melakukan pengolahan
tanah dan penggemburan tanah, selanjutnya dibuat bedengan dengan arah yang searah
dengan lereng bagi tanah yang miring, dengan sistem guludan atau dengan sistem parit.
Bedengan memiliki lebar sebesar 50-120 cm, tinggi bedengan adalah 25-30 cm, dan
panjangan bedengan disesuaian dengan kondisi di lahan dengan jarak antara bedengan yakni
sebesar 30 cm. Guludan atau bedengan yang telah dibuat kemudian dibuat lubang tanam
dengan kedalaman 5-7 cm. Berikut ini adalah tata cara lengkap persiapan lahan tanam.
No. Tata Cara Persiapan Lahan
1 Bedengan dibuat dengan arah bedengan memperhatikan konservasi lahan. Pada
tanah yang miring buatlah guludan dengan jarak tanam 30 x 60 cm. Pada tanah
datar buatlah bedengan dengan lebar 90 - 120 cm
2 Berishkan lahan dari gulma, sisa tanamn, serta batu-batuan
3 Olah tanah menggunakan garpu, traktor, maupun cangkul dengan kedalaman
seesar 30 cm
4 Lakukan perataan dan penggemburan tanah
5 Lubang tanam dibuat dengan kedalaman yakni 25-30 cm dan berjarak 30x60 cm
6 Berikanlah pupuk organik ke dalam lubang tanam minimal 0,5 kg per lubang satu
minggu sebelum penanaman dilaksanakan.

8. Penanaman
Tanaman jahe sangat menyukair air, maka jahe yang ditanam pada tanah tegalan
sebaikanya ditanam pada awal musim hujan dan jika tanaman jahe akan ditanam pada
daerah yang memilik curah hujan yang tinggi maka penanaman dapat dilaksanakan
sepanjang tahu. Bibit jahe yang ditanam dengan kedalaman 5-7 cm dan tunas dihadapkan
ke atas tidak terbalik agar pertumbuhan jahe tidak terhambat. Jarak tanam pada jahe putih
besar yang akan dipanen pada usia tua adalah 80 x 40 cm atau 60 x 40 cm dan jika dipanen
pada usia muda makan dianjurkan untuk ditanam dengan jarak 40 cm x 30 cm. Jahe putih
kecil dan jahe merah ditanam dengan jarak 60 x 40 cm.
Bibit jahe yang telah ditanam kemudian harus ditutup menggunakan penutup seperti
jerami dan alang alang agar tunas yang baru muncu ke permukaan tanah terlindungi dari
teriknya sinar matahari. Pemberian alang-alang atau jerami harus mampu memperbaiki
kondisi tanah serta menahan aliran ain yang berlebihan. Berikut ini adalah tata cara
melakukan penanaman jahe.

9
No. Tata Cara
1 Penanaman jahe dlakukan pada awal musim hujan karena jahe sangat menyukasi
air
2 Penanaman dilaksanakan dengan jarak tanam yang sesuai dan sudah ditentukan
sebelumnya dengan kedalaman tanam yakni sekitar 15 cm
3 Penanaman benih bertunas dilakukan dnegan posisi rebah dan posisi tunas
menghadap ke atas
4 Setelah benih masuk, tanah di sekitar benih dipadatkan agar menjadi kokoh

Penanaman jahe dpat dilaksanakan menggunakan dua sistem yakni monokultur ataupun
tumpangsari. sistem tumpangsari lebih disarankan dan jika dilakukan harus dilakukan
dengan pengaturan jarak tanam yang baik. Jarak tanam pada tumpangsari yakni pengaturan
jumlah baris dalam setiap bedengan atau guludan jahe serta menyisipka satu atau dua baris
tanaman lain yang berbeda jenis seperti kedelai, jagung, kacang tanah, serta cabai diantara
tanamn jahe. Pola tumpangsari lebih dianjurkan karena dpat meningkatkan produktivitas
dari lahan dan dapat mengurangi adanya risiko kegagalan panen pada tanaman jahe.

9. Pemupukan
Pemupukan merupakan proses memberikan unsur hara yang berupa pupuk ke organik
ke dalam tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
dari tanaman agar dapat tumbuh secara optimal dan produksinya maksimal. Memberikan
pupuk ditujukan agar unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jahe dapat terpenuhi.
Pemupukan dapat dikatakan wajib dilakukan terlebih pada lahan yang kurang subur. Berikut
ini adalah informasi umum yang harus diketahui dalam pemupukan.
• Pemberian pupuk organik pada tanaman jahe haruslan bermutu baik. Ciri-ciri dari
pupuk yang memiliki mutu baik adalah remah, tidak membawa penyakit, tidak
bergulma, dan baunya tidak menyengat.
• Pupuk organik untuk diberikan pada tanaman disarankan memiliki prinsip LEISA
(Low External Input Sustainable Agriculture). Prinsip LEISA menganjurkan
pemberian pupuk urea dengan dosis maksimal 600 kg/ha, SP-36 300 kg/ha, serta
KCL 400 kg/ha.
• Lokasi penanaman sudah diberikan pupuk dasar yakni pupuk organik kompos
maupun pupun kandang yang memiliki dosis 1 karung setiap 100 m2.
• Pemberian pupuk susulan diberikan pada tanamn saat berusia 6-8 pekan dengan
pupuk organik sebanyak 15-20 ton/ha.
Pemupukan pada tanaman jahe memiliki pengaruh besar bagi hasil rimpang karena
dapat meningkatkan hasil produksi. Pupuk organik dapa memperbaiki tekstur tanah dan
aerasi tanah bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk anorganik seperti N, P, dan K dapat
meningkatkan hasil. Berikut ini adalah pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman jahe.

10
Varietas Jahe Jenis Pupuk Anjuran Dosis
1) Pemberian dilakukan 2-
4 minggu sebelum
penanaman. Dosis 20-
40 ton/ha
2) Pemberian dilakukan
saat tanam dengan dosis
1) Pupuk Kandang 300-400 kg/ha
Jahe Gajah (Jahe putih 2) SP-36 3) Pemberian dilakukan
besar/jahe kuning besar) 3) KCL saat tanam dengan dosis
4) Urea 300-400 kg/ha
4) Pemberian dilakukan
saat jahe berusia 1, 2,
dan 3 bulan setelah
ditanam sebanyak 1/3
bagian dengan dosis
400-600 kg/ha
1) Pemberian dilakukan 2-4
minggu sebelum
penanaman jahe dengan
dosis 20-30 ton/ha
2) Pemberian dilakukan saat
1) Pupuk Kandang tanam dengan dosis 200-
Jahe Emprit (Jahe putih 2) SP-36 300 kg/ha
kecil/jahe kuning kecil) 3) KCL 3) Pemberian dilakukan saat
4) Urea masa tanam dengan
dosis 200-300 kg/ha
4) Pemberian dilakukan saat
tanaman jahe berusia 1,
2, dan 3 bulan setelah
penanaman
1) Pemberian dilakukan 2-4
minggu sebelum
1) Pupuk Kandang penanaman jahe dengan
2) SP-36 dosis 20-30 ton/ha
Jahe Merah
3) KCL
4) Urea 2) Pemberian dilakukan saat
tanam dengan dosis 200-
300 kg/ha

11
3) Pemberian dilakukan saat
masa tanam dengan
dosis 200-300 kg/ha
4) Pemberian dilakukan saat
tanaman jahe berusia 1, 2,
dan 3 bulan setelah
penanaman

10. Pemeliharaan Tanaman Jahe


Pemeliharaan tanaman jahe merupakan suatu susunan dari aktivitas yang mencangkum
kegiatan penyulaman, penyiangan, pengairan, serta pembumbunan. Tujuan dari
pemeliharaan tanaman jahe adalah untuk bertumbuh serta melakukan produksi secara
optimal. Pemeliharaan juga dapat membuat tanaman jahe tumbuh dengan baik, terbebas dari
gulma, serta pertumbuhan tanaman seragam.
1) Penyulaman
Penyulaman tanaman jahe dilaksanakan pada tanaman saat beusia satu bulan setelah
ditanam menggunakan bibit yang berusia sama. Penyulaman dilaksanakan pada
tanaman jahe yang mati atau tanaman jahe yang tidak tumbuh dengan baik. Penyulaman
dilaksanakan dengan tujuan agar tanaman jahe tumbuh dengan seragam dan waktu
panennya serempak. Penyulaman dapat dilaksanakan pada tanaman jahe saat berusia 1-
1,5 bulan dan dapat menggunakan bibit cadangan yang telah melewati proses semai dan
seleksi Penyulaman tidak dilaksanakan pada tanaman yang layu atau mati karena
penyakit layu bakteri, karena tanaman yang mati tersebut disarankan agar diberi kapur
agar tidak menularkan penyakitnya pada tanaman lain.
2) Penyiangan
Penyiangan tanaman jahe dilaksanakan pada tanaman jahe yang disesuaikan dengan
kondisi gulmanya. Penyiangan disarankan untuk ditanam saat jahe berusia 3 bulan
sampai dengan 6 bulan agar terus terbebas dari gulma, setelah melewati usia 6 bulan
penyiangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Penyiangan tanaman dapat
dilaksanakan secara mekanis maupun manual dan tidak boleh memakai herbisida.
Penyiangan pada tanaman jahe yang berusia 4 bulan harus dilaksanakan secara hati-hati
karena akar tanaman rentan rusak serta agar penyakit tidak masuk. Tanaman jahe yang
ditanam hingga berusia 6-7 bulan akan banyak ditumbuhi oleh gulma maka dari hal itu
penyiangan harus dilakukan secara intens. Jika gulma dibiarkan tumbuh pada tanaman
yang berusia 6 bulan maka hasil produksi akan turun hingga 60%.
Penyiangan pertama pada tumbuhan dapat dilaksanakan saat tanaman berusia 2-4
pekan lalu dilanjutkan kembali pada usia 4-6 pekan. Hal tersebut dilakukan berdasarkan
banyak gulma yang tumbuh di lahan. Penyiangan jahe yang usianya 4 bulan harus
dilaksanakan secara hati-hati karena rimpang mudah terluka. Penyiangan yang
dilaksanakan dengan cara manual dapat dilakukan dengan mencabut gulma secara

12
langsung menggunakan tangan atau menggunakan alat pertanian seperti kored.
Penyiangan yang dilakukan secara manual dapat digunakan pada gulma yang mudah
dicabut namun untuk gulma yang sulit dicabut seperti alang-alang dan teki tidak
disarankan cara manual.
3) Pengairan
Penyiraman atau pengairan pada tanaman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman
serta memperhatikan keadaan iklim tempat jahe ditanam.
4) Pembumbunan
Pembumbunan tenaman jahe dilaksanakan setiap satu bulan sekali, dimulai saat
tanaman berusia 2 bulan dapat dilaksanakan sekaligus dengan penyiangan. Perbuatan
membumbun tanaman jahe dilaksanakan dengan tujuan agar tanah menjadi gembur
sehingga rimpang yang sempat muncul ke permukaan tanah dapat tertutupi.
Pembumbunan mampu membuat rimpang jahe berkembang menjadi lebih baik serta
mencegah rimpang yang keluar tadi terkena sinar matahari. Sinar matahari dapat
membuat warna jahe menjadi hijau serta keras yang akan berakibat pada penurunan
kualitas jahe. Pembumbunan dilaksanakan dengan cara melakukan penimbunan pada
pangkal batang jahe dengan tanah yang memiliki tebal sekitar 5 cm dan dilaksanakan
saat rimpang memiliki anakan sebanyak empat sampai dengan lima.
Pembumbunan akan membentuk guludan kecil serta membentuk saluran air yang
memiliki fungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang ada. Inntensitas waktu
pembumbunan dipengaruhi oleh tanah, curah hujan, serta pemberian mulsa pada tanam.
Tanah yang memiliki tekstur cepat mengeras seperti tanah liat dan daerah yang
memiliki hujan cukup banyak dan sering hujan harus dilakukan pembumbunan secara
lebih sering. Waktu pembumbunan sebaiknya dilaksanakan menjelang pemupukan
pada tanaman jahe.
Berikut ini adalah tata cara melaksanakan pemeliharaan tanaman jahe dengan lebih runtut.
1) Lakukanlah pengecekan kondisi tanaman, apakah tanaman terbebas dari gulma serta
pertumbuhan tanamannya seragam atau tidak
2) Siramlah tanaman, besarnya dan frekuensi penyiramannya dilaksankan sesuai dengan
kebutuhan serta sesuai dengan iklim
3) Lakukanlah penyulaman saat tanaman jahe berusia sekitar 2-3 minggu setelah tanaman
yakni sesuai dengan kondisi gulma yang menempel
4) Lanjutkan penyiangan selama 3 sampai 6 minggu sekali
5) Catatlah alat yang digunakan dalam proses penyiangan apakah penyiangan dilakukan
secara mekanis atau manual
6) Lakukanlah pembumbunan setiap satu bulan sekali mulai dari tanaman berusia 2 bulan
atau dapat dilakukan bersamaan saat penyiangan tanaman

13
11. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Jahe
Pengendalian OPT pada tanaman jahe merupakan aktivitas mengendalikan suatu
makhluk hidup yang dilaksanakan sebagai pencegahan kerugian yang mungkin terjadi pada
proses budidaya tanaman dengan menyatukan satu atau beberapa teknik untuk
mengendalikannya. Pengendalian OPT bertujuan untuk menurunkan risiko kehilangan
hasil, menaikkan mutu jahe, dan menjaga alam agar tetap lestari. Berikut ini adalah beberapa
hama serta penyakit yang sering menyerang tanaman jahe serta cara mengendalikan
organisme pengganggu tanaman tersebut.
Hama
Gejala pada
Jenis Hama Pengendalian
Tanaman Jahe
Lalat Rimpang - Tanaman yang 1) Secara Kultur Teknis
Mimegralla terserang oleh lalat - Jahe tidak ditanam dengan teknik
coeruleifrons rimpang sukar untuk tumpang sari bersama dengan kunyit
Macquart dibedakan dengan maupun tanaman yang berasal dari
tanaman yang Zingiberaceae karena tanaman tersebut
terserang penyakit adalah tanaman inang hama lalat rimpang
layu
- Lakukan seleksi rimpang sebelum
- Pada hari ke 8 ditanam
sampai dengan 10
setelah terkena lalat - Menanam dengan teknik tumpang sare
rimpang, tanaman bersamaan dengan jahe dapat menekan
jahe akan mengering lalat rimpang yang ada serta tanaman
serta menguning. nilam dapat dijadikan sebagai pelindung
Proses menguning jahe
dimulai dari daun - Lakukan sanitasi lahan dengan
yang berada di membersihkan tanaman dari sisa-sisa
bawah kemudian ke tanaman sebelumnya lalu membuang
seluruh daun sisa-sisa tersebut
- Jika tanaman 2) Secara Biologi
mendapatkan
- Menggunakan musuh alami dari lalat
serangan yang berat
rimpang yakni parasitodi larva sampai
maka tanaman akan
pupa dari Trichpria sp. (Diapriidae,
layu serta kering dan
Hymenoptera), serta jamur Beauveria
rimpang jahe
bassiana yang dapat menginfeksi larva
menjadi lapuk
3) Secara Kimiawi
- Insektisida dapat digunakan untuk
pengendalian lalat dewasa namun
insektisida yang diizinkan menteri
pertanian bagi jahe belum tersedia

14
Kutu Perisai - Pada permukaan 1) Kultur Teknis
Aspidiella hartii Gr. rimpang terdapat - Bahan tanaman yang digunakan
kutu yang berasal dipastikan bersih dan sehat
dari serangan hama
kutu - Memutus siklus hidup organisme
dengan pergiliran tanaman bukan dengan
- Pada bawah sisik tanamn inang
rimpang menjadi
kusam - Menyortasi hasil panen jahe

- Biasanya - Melakukan penyimpanan jahe di tempat


menyerang tanaman yang dapat memenuhi syarat kebersihan
lalu dapat dan tidak lembab
berkembang di 2) Secara Biologi
gudang
- Menggunakan musuh alami yakni
parasitoid Phycus sp. (Adhelinidae,
Hymenoptera) serta Adhelencyrtus
moderatus Howard (Encyrtidae,
Hymenoptera), dan tungan pemakan kutu
3) Fisika
- Menyebarkan abu pada rimpang jahe
serta menyikat kutu yang ada dan
menempel di rimpang
4) Secara Kimiawi
- Merendam hasil panen jahe pada
insektisida yang memiliki izin dari
menteri pertanian
Penyakit
Layu Bakteri - Pada saat jahe 1) Secara Kultur Teknis
Pseudomonas berusia 3 bulan, - Tanamlah bibit jahe yang sehat
daun mulai
menguning dan - Tidak disarankan untuk menanam jahe
menggulung. Proses pada lokasi yang pernah terkena penyakit
menguning dan layu bakteri selama 5 tahun terakhir
menggulung dimulai - Pada daerah endemis rotais harus
pada daun yang dilaksanakan dengan menggunakan
lebih tua daripada tanaman lainnya yang bukan merupakan
daun lainnya lalu inang penyakit layu bakteri
diikuti ke daun yang
2) Secara Mekanis
muda satu per satu

15
sehingga semuanya - Buatlah saluran dengan pengeringan
mati yang baik untuk menghindari
- Daun yang tergenangnya air
menguning dimulai - Lakukanlah sanitasi serta pemeliharaan
dari pinggiran daun secara rutin dengan cara membuang
lalu menyebar ke tanaman yang terkena penyakit dan
seluruh permukaan mencabut gulma
daun - Gunakan abu sekam juga ekstrak
- Bagian morfem bawang merah terhadap tanah yang
batang terdapat terknotaminasi penyakit sehingga dapat
gejala cekung basah menekan serangan sampai dengan 33%
serta ada garis-garis 3) Biologis
hitam maupun abu-
abu sepanjang - Gunakan pupuk kompos atau agen
batang antagonis yakni Gliocladium sp. dan
kompos biotriba
- Saat jahe di masa
berkembang, batang 4) Secara Kimiawi
mudah dicabut dari - Gunakan Dithane M-45 sebanyak
rimpang jahe. Jika 0,25% dan Bavistin sebanyak 0,25%
rimpang ditekan
menggunakan
tangan maka akan
mengeluarkan cairan
lendir berwarna
putih seperti air susu
Sakit Kuning - Daun muda jahe 1) Kultur Teknis
Fusarium sp. menjadi pucat, - Memilih benih dengan umur yang
gejala warna pucat cukup serta sehat tidak ada luka
menyebar ke seluruh
bagian daun - Melakukan penanaman jahe dengan
saluran air yang baik
- Batang jahe
menjadi keriput - Rotasi pada tanaman

- Jahe menjadi agak 2) Secara Mekanis


coklat pada bagian - Pemusnahan total bagian tanaman
yang terkena infeksi (sampai ke akarnya) yang terserang
penyakit atau seluruh inang untuk
membasmi suatu penyakit dan dibakar
3) Secara Biologis

16
- Memberikan agen antagonis seperti
kompos matang atau Trichoderma sp.
pada lubang tanaman
4) Secara Kimiawai
- Memberikan fungisida

12. Panen Tanaman Jahe


Panen merupakan aktivitas mengambil hasil budidaya yang berupa rimpang jahe
dengan menggunakan cangkul atau garpu pada seluruh rimpang. Panen jahe dilaksanakan
sesuai produk jahe akhir yang diinginkan tetapi umumnya jahe dipanen pada usia 8-12
bulan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak segar maka jahe dipanen pada usia 8
bulan, untuk dijadikan bibit dipanen usia 10 bulan atau lebih, serta untuk keperluan asinan
maka jahe dipanen dengan usia muda yakni usia 3-4 bulan. Berikut ini adalah tanda-tanda
rimpang jahe siap untuk dipanen:
• Warna dari rimpang jahe bernas dan mengkilat
• Warna dari daun yang tadinya hijau menjadi kuning
• Batang mengering
• Kulit jahe kencang, tidak mudah kelupas, dan tidak mudal lecet
• Jika rimpang jahe dipotong atau dipatahkan maka akan terlihat berserar
• Aroma dari jahe menyengat
Panen dilaksanakan dengan cara mebuka seluruh tanamn menggunakan cangkul pada
tanah. Proses panen harus dilakukan secara hati-hati agar jahe tidak lecet dan tidak terpotong
karena hal tersebut akan memengaruhi mutu jahe. Rimpang yang dipanen dibersihkan dari
tanah serta kotoran yang menempel karena jika dibiarkan mengering maka akan lebih sulit
lagi untuk dibersihkan. Jahe yang telah diangkut ke tempat cucian harus dicuci dengan car
disemprot dengan ait dn tidak boleh digosok karena akan membuat luka pade rimpang.
Selanjutnya rimpang akan disortir sesuai tujuan. Berikut ini adalah kategori mutu rimpang
jahe sesuai dengan standar perdagangan:
Kategori Mutu Syarat Mutu
Mutu I Bobot rimpang 250 gr, kulit tidak kelupas,
tidak mengandung kapang dan benda asing
Mutu II Bobot rimpang 150-249 gr, kulit tidak
kelupas, tidak mengandung kapang dan
benda asing
Mutu III Bobot sesuai hasil analisis, kulit kelupas
maksimum 10%, mengandung kapang

17
maksimum 10% dan benda asing
maksimum 3%

13. Pascapanen Tanaman Jahe


Pacapanen merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan setelah kegiatan panen yang
terdiri atas pembersihan kotoran, tanah, mikroorganisme melalui pencucia, sortasi,
perajangan, pengeringan, pengeringan, serta penyimpanan. Tujuan dari adanya aktivitas
pascapanen yakni agar produk jahe berkualitas, tahan penyimpanan, serta melindungi dan
mempertahankan bahan aktif agar memenuhi standar mutu. Rimpang jahe yang telah
dipanen harus segera dibersihkan. Rimpang jahe untuk dijual dengan segar maka dapat
langsung dikemas dengan peti kayu berongga agar sirkulasi udaranya lancar, rimpang jahe
untuk jahe kering atau simplisia harus diiris setebal 1-4 mm. Rimpang jahe untuk dibuat
simplisia harus memiliki tekstur yang unik untuk mendapatkan tekstur tersebut maka harus
dilakukan perebusan dahulu selama beberapa menit agar ada gelatinisasi sebelum diiris.
Rimpang jahe yang sudah diiris-iris lalu dikeringkan dengan matahari maupun pengeringan
denan oven yakni pada derata 36-46°C. Kadar air pada rimpang jahe jika sudah mencapai
8-10% maka rimpang sudah dapat dipatahkan, maka dari itu pengeringan sudah cukup.
Jahe yang akan disimpan pada ruang penyimpanan sebelumnya diperhatikan dahulu
ruangannya. Ruang penyimpanan jahe harus memiliki ventilasi yang baik, suhu ruangan
rendah, serta kering agar tidak tercemar oleh mikroba dan hama gudang. Peningkatan nilai
tambah juga dapat dilaksanakan melalui penganekaragaman rimpang menjadi produk
primer adalah salah satu aspek untuk memenuhi kebutuhan industri serta meningkatkan
kesejahteraan petani. Keanekaragaman produk menjdai bentuk lainnya sangat dianjurkan
dan memiliki potensi yang besar. Berikut ini adalah aktivitas yang dilakukan selama proses
pascapanen.
1) Sortir Tahap Awal atau Sortir Basah
Tujuan dari adanya penyortiran tahap awal adalah untuk memilah dan memisahkan
jahe yang memiliki rimpang bagus dengan rimpang jahe yang memiliki cacat seperti
busuk, rusak, atau terkena bahan pencemar seperti bahan asing.
2) Pencucian
Untuk mencuci jahe yang telah dipanen dapat dilakukan dengan menggunakan sikat
plastik secara hati-hati guna menghilangkan kotoran yang ada dari aktivitas panen
serta mengurangi mikroba yang tertempel pada rimpang. Proses mencuci rimpang
jahe terdiri atas beberapa tahap mulai dari disimpan dalam bak atau wadah, hingga
disemprot menggunakan air bertekanan sedang. Tempat untuk mencuci rimpang
jahe sebaiknya di tempat yang baik bukan di sungai atau danau, sebisa mungkin di
tempat yang memiliki air mengalir.
3) Penimbangan
Rimpang jahe yang sudah dicuci dan diseleksi selanjutnya ditimbang untuk
memperoleh informasi mengani berat bersih jahe.

18
4) Perajangan Jahe
Tujuan dari perajangan adalah untuk mempercepat proses pengeringan yang
dilakukan secara membujur. Untuk melakukan perajangan, digunakan mesin
perajang atau dapat dilakukan secara manual dengan arah yang seraga dan ketebalan
setebal 4-6 mm atau menyesuaikan dengan keinginan pasar. Ketebalan ukuran
perajangan memiliki pengaruh yang besar pada kualitas jahe untuk bahan pembuatan
simplisia. Perajangan yang dilakukan terlalu tipis dapat memengaruhi kandungan
bahan aktifnya sehingga menjadi berkurang dan jika terlalu tebal maka proses
pengeringan akan sulit dilakukan karena sulit kering akibat jahe memiliki
kandungan air.
5) Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari dengan cari dijemur. Tempar
untuk mengeringkan jahe harus tempat yang higienis tidak mudah dimasuki oleh
kotoran atau benda lainnya dengan minimal ketinggian tempat adalah 20-30 cm. Jika
jahe belum kering secara merata dan baik, maka harus dilakukan pengeringan
kembali pada hari berikutnya hingga kadari air pada jahe tersisa 10%. Pengeringan
adalah suatu proses yang sangat penting dalam membuat simplisia jahe, karena
pengeringan dapat menentukan kualitas simplisia dan memperpanjang usia simpan
jahe.
6) Sortir Tahap Akhir
Penyortiran jahe pada tahap akhir dilaksanakan sesuai dengan kualitas. Setelah
selesai melaksanakan penyortiran maka dilakukan penimbangan guna mengetahui
informasi rendemen hasil dari pemrosesan yang terjadi.
7) Pengemasan
Simplisia yang telah mencapai derajat kekeringan yang diinginkan maka selanjutnya
harus segera dikemas agar tidak menyerap uap air kembali. Bahan untuk kemasan
jahe diharuskan bersih serta dapat tertutp dengan rapat. Bahan jahe yang telah kering
dengan sempurna dimasukkan ke dalam kantong yang diberi label nama atau jenis
simplisianya. Isi di dalam kemasan diharapkan tidak terlalu padat. Kemasan berisi
simplisia juga tidak bulah ditumpuk dan jika ditumpuk harus disekat.
8) Penyimpanan
Menyimpan jahe diupayakan harus pada tempat yang bersih, sirkulasi udara baik,
tidak lembab, tidak dekat dengan bahan kontaminan, serta terbebas dari hama
gudang. Penyimpangan yang betul dan baik akan membuat produk jahe tahan
disimpan selama 10 bulan.

19
14. Pemanfaatan Jahe
Manfaat dari jahe sudah dikenal luas dan digunakan sejak jaman dahulu oleh manusia
sebagai pencegahan luka, meluruhkan kentut, serta sebagai anti mikroba. Antioksidan yang
terkandung dalam jahe memiliki kekuatan yang menjadikannya sebagai tanaman herba yang
berperan penting dalam dunia kesehatan. Selain itu, jahe dikenal dengan luas sebagai bahan
preservatif pada berbagai masakaan tradisional. Masakan tradisional Indonesia hingga kini
masih memanfaatkan jahe sebagai bumbu masak. Baik rimpang jahe segar maupun kering
semuanya dapat dimanfaatkan. Maka dari itu, banyak masyarakat yang memanfaatkan jahe
untuk mengobati diare. Jenis jahe yang memiliki kandungan minya atsiri yang paling tinggi
adalah jahe merah. Minyak atsiri sendiri digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
diantaranya adalah asma, masuk angin, radang tenggorokan, influenzam serta rematik.
Penelitian yang telah dilakukan memaparkan bahwa suatu senyawa yang terkandung
dalam jahe yang disebut dengan zingerone memiliki rasa pedas pada jahe mampu melawan
bakteri penyebab diare pada anak-anak yaitu bakteri E.coli. Jahe juga memiliki kandungan
gingerol yakni salah satu bahan yang mampu meningkatkan tingkat mortilitas dan mampu
menjadi anti bakteri, anti inflasi, serta dapat meredakan nyeri pada tubuh manusia. Berbagai
penelitian juga menyatakan bahwa bahan gingerol dapat meredakan sakit kepala, migrai,
maupun mual.
Rimpang jahe yang telah dipanen dan diberishkan dapat digunakan menjadi produk
langsung ataupun dibuat menjadi produk olahan seperti siplisia, jahe bubuk, jahe instan, dan
asinan jahe. Berikut adalah cara membuat produk olahan jahe :
Simplisia Jahe Jahe Instan
• Cuci rimpang hingga bersih • Rimpang jahe yang telah bersih,
kemudian iris dengan ketebalan 1-4 dipotong, dikupas, diblender, lalu
mm diperas. Air perasan merupakan sari
• Irisan jahe dijemur dengan jahe
menggunakan alas yang terbuat dari • Sari jahe ditambahkan dnegan
bambu, ayaman, ataupun tampah pandan dan nipis dan dipanaskan
sampai kadai air mencapai 8-10% hingga kental
• Irisan rimpang tidak ditumpuk • Tambah gula pasir dan diaduk
terlalu tinggi karena akan hinga keirng
membuatnya berjamur • Kemas dalam wadah agar tetap
• Simplisia dikemas menggunakan kering
kantong plastik dan dpat dignakan
sebagai makanan, minuman, atau
bahan dasar jamu
Jahe Bubuk Asinan Jahe
• Jahe kering digiling harus dengan • Jahe yang muda dikupas, dicuci
ukuran 50-60 mesh bersih dan dierndam dalam
• Bubuk yang sudah ada dikemas campuran asam sitrat, garam, dan
menggunakan wadah kering dan sulfur dioksida selama 15 menit

20
siap menjadi bahan baku industri • kemas dalam peti kayu dengan
seperti bir, angur jahe, dan brandi dilapisi plastik yang tebal sebanyak
2 lapis

Rimpang jahe kering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai minuman yang
dapat menghangatkan tubuh di kala musim dingin. Jahe juga diolah sebagai ginger wine
yang pernah dipasarkan pad atahun 1740 serta dijadikan permen. Jahe dalam industri makan
dan minuman telah diolah dan dikomersialisasi. Rimpang jahe yang dicampur dengan jeruk
dan madu mampu meringankan sakit tenggorokan dan juga menghangatkan badan menurut
resep pengobatan Ayurweda. Minuman jahe juga diketahui dapat memperbaiki pencernaan
pada tubuh manusi. Banyak beredar di Indonesia mengenai minuman jahe yang bervariai
karena masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang sangat kreatif. Berikut ini
adalah berbagai minuman tradisional yang bahan baku utamanya berasal dari jahe.
Minuman
Bahan-bahan Manfaat bagi Tubuh
Tradisional
Wedangan Jahe Jahe dan gula kelapa Menghangatkan tubuh
Jahe, daun pandan, santan, gula merah
Bajigur Menghangatkan tubuh
dan kopi
Menghangatkan tubuh dan
Jahe, daun pandan, sereh, cengkeh,
Bandrek menyembuhkan masuk
gula merah, dam susu segar
angin
Menghilangkan pegal,
Beras, rimpang kencur, jahe, dan asam
Beras kencur menyegarkan tubuh, dan
jawa
meningkatkan stamina
Cabai jawa, pala, jahe, lempuyang,
Meningkatkan stamina dan
Cabai puyang kencur, temulawak, kunyit, lada, dan
menyegarkan tubuh
gula aren
Wedang angsle Santan kelapa, jahe, dan daun pandan Penghangat tubuh
Jahe, kapulaga, cengkih, kayu manis,
Sekoteng Penghangat tubuh
dan sereh
Meningkatkan konsentrasi,
Kayu manis, sereh, cengkeh, jahe,
Kopi jahe mencegah ngantuk dan
kapulaga, dan kopi bubuk
menghangatkan tubuh

21
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, L. (2015). Rempah dan Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat: Keragaman,


Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan-kebugaran. Yogyakarta: Diandra Creative.
KD, L., dkk. (2019). Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Jahe. Jakarta:
Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura Direktorar Sayuran dan
Tanaman Obat.
Muchlas dan Slameto. (2008). Teknologi Budidaya Jahe. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

22

Anda mungkin juga menyukai