italica)
DISUSUN OLEH
1021711015
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Brokoli (Brassica oleracea var. italica) adalah sayuran dari famili kubis-kubisan
(Brassicaceae). Tanaman brokoli berasal dari daerah Mediterania dan dibudidayakan sejak
masa Yunani Kuno. Sayuran ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970 (Dalmadi, 2010).
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, karena sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Indonesia merupakan negara tropis
yang sangat cocok untuk budidaya tanaman, khususnya tanaman hortikultura. Brokoli adalah
salah satu produk hortikultura yang bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Brokoli mentah
mengandung nilai gizi seperti vitamin A, B1, vitamin B1, vitamin B3, vitamin C, vitamin E,
vitamin K, folat, fosfor, magnesium, besi, potassium, dan kalsium (USDA, 2011). Brokoli
merupakan sayuran yang dapat tumbuh dengan ketinggian tempat sekitar 700 mdpl dengan
iklim yang sejuk atau dingin dengan kisaran suhu 15,5°C - 18°C (Ashari,1995). Brokoli
Sumber karoten utama terdapat pada sayuran berdaun hijau tua. Karoten yang terdapat
pada tanaman hijau ditemui dalam kloroplas yang bergabung dengan klorofil, biasanya dalam
bentuk kompleks dengan protein atau lipid (Wirakusumah, 2004 : 31). Terdapat hubungan
antara derajat kehijauan sayuran dengan kadar karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin
β-karoten merupakan salah satu jenis senyawa hidrokarbon karotenoid yang merupakan
senyawa golongan tetraterpenoid (Winarsi, 2007 : 82). Adanya ikatan ganda menyebabkan β-
karoten akan lebih cepat dengan adanya sinar, dan katalis logam, khususnya tembaga, besi
dan mangan. Oksidasi akan terjadi secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan
rangkap. β-karoten merupakan penangkap oksigen dan sebagai antioksidan yang potensial,
tetapi β-karoten efektif sebagai pengikat radikal bebas bila hanya tersedia oksigen 2-20%.
Pada tekanan oksigen tinggi diatas kisaran fisiologis, karoten dapat bersifat pro-oksidan
Brokoli umunnya dikonsumsi dengan cara diolah kedalam masakan seperti sayur sup,
tumis ataupun dikukus. Dari proses pengolahan karena adanya pemanasan dapat
menyebabkan terjadi reaksi oksidasi β-karoten yang terkandung dalam brokoli. Oksidasi β-
karoten merupakan penyebab utama berkurangnya kadar β-karoten dalam bahan pangan.
Terjadinya reaksi oksidasi dapat ditunjukkan dengan perubahan warna pada brokoli
(Amaranthus tricolor L.) dengan berbagai perlakuan terhadap kadar β-karoten didapat kadar
bayam rebus sebesar 1,1606 mg/100 gram dan bayam yang ditumis 1,0401 mg/100
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh perebusan dan
penumisan brokoli (Brassica oleracea var. italica) terhadap kadar β-karoten secara
spektrofotometri visibel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa kadar β-karoten pada brokoli (Brassica oleracea var. italica) segar, rebus dan
tumis?
2. Manakah brokoli (Brassica oleracea var. italica) yang memiliki kadar β-karoten
terbesar?
3. Adakah perbedaan kadar β-karoten pada brokoli (Brassica oleracea var. italica)
2. Pengolahan direbus selama 3 menit, 5 menit, dan 15 menit dengan suhu 100oC.
4. Pelarut yang digunakan untuk membilas residu hasil penyarian sampel adalah n-
1. Mengetahui kadar β-karoten pada brokoli (Brassica oleracea var. italic) yang diolah
secara direbus selama 3 menit, 5 menit dan 15 menit pada suhu 100oC dan segar.
3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar β-karoten dengan adanya pengolahan pada
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk mengetahui
pengolahan brokoli yang baik agar kandungan β-karoten yang terkandung dalam brokoli
tidak hilang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brokoli (Brassica oleracea L.) merupakan salah satu tanaman sayur dari suku kubis-
kubisan (Brassicaceae). Tanaman brokoli adalah tanaman yang termasuk sayuran yang tidak
tahan terhadap udara panas, tetapi juga tidak kuat dengan hujan yang terus menerus. Brokoli
akan tumbuh dengan baik apabila tanaman brokoli ditaman di dataran tinggi yang lembab dan
suhunya rendah, tepatnya dengan ketinggian diatas 700 meter diatas permukaan laut.
Sedangkan untuk terstur tanah yang cocok untuk tanaman brokoli adalah tanah yang
mempunyai terkstur tanah liat berpasir dan banyak mengandung bahan organik.
Tumbuhan ini memiliki batang yang lunak dengan warna bunga yang bervariasi
sesuai dengan varietasnya seperti warna hijau tua Brassica oleracea var. italica cv. Sakata,
hijau muda Brassica oleracea var. italica cv. Green Mountain, hijau kebiru-biruan Brassica
oleracea var. italica cv. Royal Green, dan hijau keunguan Brassica oleracea var. italica cv.
Green King. Tanaman brokoli berasal dari daerah Mediterania dan dibudidayakan sejak masa
Yunani Kuno. Sayuran ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970 (Aminah, 2016).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Class : Dicotyledone
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassisca
1. Brokoli Italia Hijau. Brokoli ini biasanya banyak dijumpai di pasar dan berwarna hijau
tua.
2. Brokoli Romanesco Fractal. Brokoli ini berwarna hijau muda dan bentuk setiap sulir
mewakili logaritma spiral sebagai satu kembang utuh. Jadi, keseluruhan brokoli adalah
spiral besar yang terbentuk dari spiral-spiral kecil yang berbentuk sama.
3. Brokoli Kuning. Brokoli ini sangat mirip dengan kembang kol namun kembangnya
berwarna kuning.
4. Brokoli Ungu. Brokoli ini berwarna ungu dan memiliki daun seperti kembang kol namun
lebih kecil. Brokoli jenis ini biasanya dijual di Spanyol, Itali dan Inggris.
2.1.3 Kandungan Gizi Brokoli
Tabel 1. Nilai gizi Brokoli (Brassica oleracea L.) mentah segar per 100 g
(Sumber: USDA – National Nutrient data base).
Brokoli kaya akan nutisi. Kandungan gizi brokoli diantaranya adalah tinggi kalium,
serat, folat, vitamin C, kalsium, vitamin K, karoten, lutein dan rendah sodium. Penelitian di
Amerika juga menemukan bahwa sayur brokoli juga mengandung serat pektin tertentu yaitu
kalsium pektat yang mampu mengikat asam empedu, akibatnya lebih banyak kolesterol yang
tertahan dihati dan sedikit kolesterol yang dilepaskan ke aliran darah. Efektifitas sayuran ini
dalam menurunkan kadar kolesterol jahat sama dengan obat kolesterol. (Susie Amilah dalam
Yenti, 2016)
Brokoli juga mengandung bermacam-macam zat gizi seperti karbohidrat, protein dan
mineral serta berbagai vitamin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Hastifarina dan
Sinaga dalam Yenti 2016). Dalam brokoli mentah mengandung nilai gizi seperti vitamin A,
vitamin B1, vitamin B3, vitamin C, vitamin E, vitamin K, folat, fosfor, magnesium, besi,
potassium, dan kalsium. Brokoli dinyatakan dapat mengatasi beberapa penyakit salah satunya
adalah kanker. Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang
tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala bunga
dikelilingi dedaunan. Brokoli mirip dengan kembang kol, namun brokoli berwarna hijau
gluksinolat, zat besi, beta-karoten (karotenoid), sulfur, kalium, vitamin A, B1, B2, dan C.
Sedangkan khasiat dari tanaman brokoli sangat banyak. Salah satunya adalah nilai gizi
brokoli yang dianggap sebagai pembangkit tenaga, seperti kalsium, kromium, besi, protein,
(CHB), sulforafan, dan liberin yang berguna untuk merangsang pembentukan glutation,
dimana sulforafan dapat mencegah penyakit kanker. Brokoli juga mengandung fitokimia dan
antioksidan yang melawan berbagai penyakit dan infeksi. Brokoli dikenal sebagai sumber
serat, vitamin C, K, E, dan A, serta berbagai mineral penting. Dengan kandungan dan fungsi
yang seperti itu, brokoli dijadikan sebagai salah satu cara untuk mempertahankan sistem
1. Rendah kalori
Brokoli merupakan salah satu sayuran yang memiliki kalori yang sangat rendah, yaitu
hanya 34 kalori per 100 g. Namun demikian, brokoli kaya serat, mineral, vitamin, dan anti-
oksidan, yang terbukti banyak bermanfaat untuk kesehatan. Kekuatan total antioksidan
diukur dari segi kapasitas penyerapan oksigen radikal oksigen (ORAC), dan pada brokoli
Brokoli yang masih segar adalah gudang nutrisi nabati seperti tiosianat, indoles,
zea-xanthin. Penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa ini memberikan sinyal positif
dengan memodifikasi pada tingkat reseptor molekul membantu melindungi kita dari berbagai
jenis kanker, seperti prostat, usus besar, kandung kemih, pankreas, dan kanker payudara
(Gomies,2012).
Brokoli sangat populer akan sumber yang kaya vitamin C. Brokoli mengandung 89,2
mg atau sekitar 150% per 100 g (RDA). Vitamin C adalah anti-oksidan dan
modulatorkekebalan tubuh alami yang kuat, berguna membantu untuk melawan virus
Selain mengandung antioksidan alami dari vitamin C, sumber antioksidan lain dari
kepala brokoli adalah vitamin A. 100 gram brokoli segar mengandung Vitamin A 623 IU,
atau 21% dari tingkat kebutuhan harian yang direkomendasikan. Pro-vitamin lainnya pada
akan membantu mencegah degenerasi makula pada retina pada lanjut usia. Daun Brokoli
(pucuk hijau) merupakan sumber karotenoid dan vitamin A; (16000 IU vitamin A per 100 g),
senyawa ini lebih banyak beberapa kali dari yang di bunga (Gomies, 2012).
Brokoli segar adalah sumber folat yang sangat baik, mengandung sekitar 63 μg/100
g (sebesar 16% dari RDA). Dari penelitian telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi
sayuran segar dan buah-buahan yang kaya folat selama sebalum, dan kehamilan dapat
Bunga brokoli merupakan sumber yang kaya vitamin-K, dan kelompok vitamin B-
kompleks seperti niacin (viamin B3), asam pantotenat (Vitamin B5), piridoksin (Vitamin
B6), vitamin B-12, dan riboflavin. Bunga brokoli juga mengandung asam lemak omega-3
Brokoli juga merupakan sumber mineral yang baik, seperti kalsium, mangan, zat besi,
lemak dan tersebar luas, terdapat hampir di semua jenis tumbuhan, mulai dari bakteri
sederhana sampai compositae yang berbunga kuning. Pada tumbuhan karotenoid mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesis dan sebagai pewarna dalam
bunga dan buah. saat ini terdapat lebih dari 300 karotenoid yang telah diketahui, yang paling
(Winarsi, 2007 : 155). Bahan pangan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan yang merupakan
suber vitamin A (β-karoten). Makin tua warnanya (oranye, kuning dan hijau), makin tinggu
likopen teroksigenasi yang dikenal sebagai xantofil. struktur kimia likopen berupa rantai
panjang yang terdiri atas delapan satuan isoprene, merangkai dari kepala sampai ekor
sehingga terbentuk system ikatan terkonjugasi lengkap dari rangkaian tersebut merupakan
Ada dua cara penggolongan karotenoid yang mungkin dilakukan. Sistem yang pertama
mengenal dua golongan utama karoten berupa hidrokarbon dan xantofil yang mengandung
oksigen dengan bentuk gugus hidroksil, metoksil, karboksil, keto atau epoksi. Sistem kedua
memilah karotenoid menjadi tiga golongan : asiklik, monosiklik dan bisiklik. Asiklik :
lokopena (I), monosiklik : γ-karotena (II), bisiklik : α-karotena (III), β-karotena (IV) (DeMan,
1997).
β-karoten adalah bentuk provitamin A yang paling aktif (Almatsier, 2012). β-karoten
memiliki sifat kimia yang mirip dengan vitamin A, yaitu sensitive terhadap oksigen, cahaya
dan lingkungan asam. β-karoten adalah salah satu dari kelompok senyawa karotenoid. Dalam
tubuh senyawa ini akan diubah menjadi vitamin A, sehingga β-karoten disebut sebgai
provitamin A. β-karoten berbentuk kristal atau berwarna merah atau coklat kemerahan
sampai coklat-violet. β-karoten larut dalam kloroform, benzene, n-heksan dan karbon
disulfida, agak sukar larut dalam petroleum eter dan eter, sangat sukar larutdalam methanol
dan etanol, praktis tidak larut dalam air dan asam alkali (Hernani, 2010). β-karoten mudah
teroksidasi oleh cahaya, panas, logam, enzim dan peroksida. Oksidasi β-karoten merupakan
penyebab utama berkurangnya kadar β-karoten dalam bahan pangan (Rodriguez, 1997).
2007). Di dalam tubuh, senyawa ini akan dikonversi menjadi vitamin A (Hermani, 2010).
Potensi β-karoten sebagai vitamin A dalam mempertahankan kesehatan mata dan integritas
membrane sel menjadi senyawa ini bersifat vital bagi tubuh. Sejumlah kerotenoid berfungsi
sebagai prekusor vitamin retinol dan retinoid, yang penting untuk kesehatan manusia. β-
karoten merupakan provitamin A yang berpotensi sebagai antioksidan (Paiva dkk., 1999).
Penyerapan β-karoten di dalam tubuh pada usus kecil bagian atas diperlukan garam
empedu dan lemak. Lemak dan protein, mempengaruhi penyerapan. Jumlah lemak makanan
yang diperlukan untuk penyerapan karotenoid sangat rendah (sekitar 3-5 gram per makanan).
Sekitar 10-50% β-karoten diserap dalam saluran pencernan dari total jumlah yang
dikonsumsi. Proporsi karotenoid diserap tergantung pada asupan makanan. Dalam dinding
usus (mukosa), β-karoten sebagian diubah menjadi vitamin A (retinol) oleh enzim β-karoten
diogenase. Mekanisme tergantung jumlah vitamin A pada individu. Jika tubuh memiliki
cukup vitamin A, konversi β-karoten menurun. Oleh karena itu, β-karoten merupakan sumber
vitamin A yang sangat aman dan asupan tinggi tidak akan menyebabkan kelebihan vitamin A.
Kelebihan β-karoten disimpan dalam jaringan lemak tubuh dan hati (Karrer, 2011).
2.3 Tinjauan Tentang Metode Ekstraksi
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan
tidak larut dalam pelarut air. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan
zat tidak larut seprti serat, karbohidrat, proten. Digunakan bahan tumbuhan segar yang telah
dihaluskan atau dikeringkan kemudian diprosesdengan suatu cairan penyari (Depkes RI,
2000).
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstrasi antar lain: derajat kehalusan
serbuk dan perbedaan konsentrasi. Cairan yang digunakan sebagai penyari harus mempunyai
3. Bereaksi netral
5. Selektif
Ekstrak yang dihasilkan dapat berupa kering (serbuk), kental dan cair. Pembuatan
ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat dalam simplisia mempunyai kadar yang tinggi.
Tujuan ekstraksi adalah pemurnian, pemekatan atau pemisahan untuk tujuan analitik
(Harbone, 1996).
2.3.2 Metode Ekstraksi
1. Cara Dingin
a. Maserasi
beberapa kali pengocokan dan pengadukan pada temperature ruang. Secara teknologi
Maserasi kinetic berarti dilakukan pengadukan yang terus menerus. Remaserasi berarti
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru smapai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri
dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan atau penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbebas yang relative konstan dengan adanya pendingin
balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu perama 3-5 kali sehingga dapat
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu) pada temperature yang
lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yatu secara umum dilakukan pada temperature
40°-50°C.
d. Dekok
Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperature sampai
e. Infuse
Infuse adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan
air pada suhu 90°C selama 15 menit. Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai
dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung
muali suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel
tambahkan air panas secukunya melalui ampas hingga memperolrh volume infuse yang
dikehendaki (jika tidak dikatakan lain, dibuat infuse 10%)(Depkes RI, 2000).
prosesmigrasi diferensial dinamis, dalam sistim yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah
satu fasenya diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan
didalamnya zat zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan
dalam absorbs, partisi, kelarutan atau tekanan uap, ukuran molekul, atau kecepatan muatan
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi yang telah
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan
(absorption chromatography), jika zat cair maka dikenal sebagai kromatografi partisi
(partition chromatography). Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas
(Sastrohamidjojo, 2005).
Kromatografi adsorbs didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi permukaan.
yang sulit menguap. Pada kromatografi cair-padat; suatu substrat padat bertindak sebagai fase
antara butiran-butiran fase diam dan fase cair yang bergerak serta pada kelarutan relative zat
terlarut pada fase geraknya. Pada saat adsorpsi, zat terlarut dipaksa untuk berpindah oleh
aliran maju fase gerak, akibatnya hanya molekul-molekul dengan afinitas yang lebih besar
terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Gaya-gaya intra molekulterjadi karena sifat
alamiah permukaan memasukkan suatu diskontinuitas ke dalam system pada setiap bidang
antarmuka, terdapat efek energy permukaan pada gaya London yang relative lemah berbentuk
antar semua permukaan dengan setiap molekul teradsorpsi ataupun antara permukaan yang
anorganik
Pati Enzim-enzim
(Sastrohamdjojo, 2005)
Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas
penyaring di dalamnya. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan.
Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom dapat igunakan gelas wool atau
Pengisian kolom adalah tidak mudah untuk memperoleh pengisian kolom yang
homogen. Pengisian yang tidak teratur dari penyerap akan mengakibatkan rusaknya batas-
batas pita kromatografi. Putusnya penyerap dalam kolom biasanya disebabkan oleh
gelembung-gelembung uadara selama pengisian. Untuk mencegah hal tersebut sedapat
mungkin zat pengisi penyerap di buat menjadi “bubur” dengan pelarut, kemudian dituangkan
perlahan-lahan ke dalam tabung. Harus diperhatikan penyerap yang telah dimasukkan jangan
sampai ada bagian yang kering selama pengisian atau selama pemisahan.
Penanganan cuplikan adalah sangat penting, dalam memasukkan cuplikan dari atas
kolom yaitu harus serata mungkain kedalam larutan yang sepekat mungkin (harus dicegah
terjadinya pengendapan) dan harus dicegah terjadinya guncangan dari kolom karena ini
memungkinkan rusaknya pita. Untuk mendapat permukaan yang rata, maka permukaan
penyerap dalam kolom dapat diberi kertas saring atau pasir yang bersih sehingga membentuk
lapisan tipis. Pemasukan cuplikan dapat menggunakan pipet kecil. Ujung pipet ditempelkan
pada diniding kolom, dan diletakkan sedikit diatas dari permukaan penyerap; selama zat cair
lepas dari pipet ujung pipet digerakkan berkeliling kolom, jangan sampai menyentuh
permukaan penyerap. Setiap cuplikan yang tertinggal di dinding dapat dicuci dengan cara
yang sama menggunakan pelarut murni. Bila semua cuplikan telah di serap di atas kolom
kolom hingga pemisahan sempurna. Jika senyawa yang penting terpisah dari campuran dapat
teramati dalam kolom (baik oleh warna, reaksi, dengan indikator atau flouresensi dalam sinar
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Kertas (KKt) adalah metode
kromatografi cair yang paling sederhana. Dengan memakai Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organic alam dan senyawa organic
sintesis, kompleks anorganik-organik, dan bahkan ion anorganik dapat dilakukan dalam
beberapa menit dengan alat yang tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan dari beberapa
microgram sampai 5 gram dapat ditangani, bergantung pada alat dan gejala kromatografi
yang terlibat. Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian pelarut dan jumlah cuplikan yang
Fase diam yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis merupakan penyerap
berukuran kecil dengan partikel antara 10-30 µm. semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja kromatografi lapis
tipis dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penyerap yang paling sering digunakan adalah silica
dan serbuk selulosa, sementara mekanisme absorpsi yang utama pada kromatografi lapis tipis
asam-asam amino
(Sastrohamidjojo, 2005)
Sifat-sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah mirip
dengan sifat-sifat penyerap pada kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari penyerap
adalah besar partikel dan homogenitas, karena adhesi kepada penyokong sangat tergantung
pada penyerap. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan
mungkin. Salah satu alasan dari pada penggunaan itu adalah mengurangi serapan dari setipa
komponen dari campuran pelarut. Jika komponen-komponen mempunyai sifat polar yang
tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan merubah system menjadi system partisi.
Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak mempunyai kekuatan ergerak sedang,
tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin campuran lebih dari dua komponen, terutama
campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan-peribahan fase terhadap suhu.
Keurnian dari pelarut adalah penting dalam lapisan tipis daripada bentuk kromatografi lain,
Heksana (C6H14) 0
Air (H2O) 9
(Watson, 2005)
Kekuatan fase gerak tergantung pada campuran pelarut yang digunakan. Semakin
polar suatu larutan atau campuran pelarut, semakin jauh pelarut tersebut akan menggerakkan
senyawa polar naik pada pelat gel silica. Jika senyawa non polar dianalisis, tidak aka nada
peningkatan nyata dalam jarak migrasi dengan peningkatan polaritas dan afse gerak karena
senyawa tersebut bermigrasi menuju muka pelarut pada hamper di bawah semua kondisi
(Watson, 2005).
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal jika menotolkan sampel dengan
ukuran bercak kecil dan sesempit mungkin. Untuk memperoleh reprodisibilitas, volume
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 hanya ditentukan dengan dua decimal, hRf
adalah dikalikan factor 100 (h), menghasilkan nilai berangka 0 sampai 100. Jika dipilih 10 cm
sebagai jarak pengembangan maka jarak rambat suatu senyawa dibagi dengan (titik awal
pusat bercak dalam cm) dan dikalikan 10, menghasilkan harga Rf. Tetapi karena angka Rf
merupakan fungsi sejumlah factor, angka ini harus dianggap sebgai petunjuk saja. Ini yang
menjadi alasan mengapa angka hRf , misalnya hRf 60-70 yang dicantumkan untuk
menunjukkan letak suatu senyawa pada kromatogram. Jika angka hRf yang dinyatakan
kepolaran pelarut harus dikurangi, jika angka hRf lebih rendah daripada hRf yang dinyatakan
2.5 Spektrofotometri
senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi, jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif, jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
2.5.1 Spektrofotometri UV
panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh senyawa tertentu.
Sinar UV memiliki energi yang cukup untuk mendistribusikan elektron pada kulit terluar
ketingkat energi yang lebih tinggi. Sinar UV berada pada panjang gelombang 200 – 400 nm.
Spektrofotometri UV biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di
dalam larutan. Spektrum UV mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi
tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Spektrum tersebut berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-
Terdapat lebih banyak ikatan rangkap pada struktur dalam konjugasi (yaitu dua ikatan
rangkap atau lebih dalam suatu seri yang dipisahkan oleh ikatan tunggal) serapan terjadi pada
panjang gelombang yang lebih panjang dan dengan intensitas yang lebih besar, tetapi satu
ikatan rangkap tetap tidak berguna sebagai kromofor untuk menentukan analit dengan
spektrofotometri UV, karena masih berada dalam daerah tersebut tempat udara dan pelarut-
pelarut mengabsorpsi. Sistem ikatan rangkap yang diperpanjang tersebut dikenal sebagai
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet (190 – 380 nm) dan sinar tampak 380 –
gabungan antara spektrofotometri UV dan visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
adalah dapat digunakan baik dengan sampel berwarna juga untuk sampel tidak berwarna.
gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometri UV-Vis pada
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari
senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu
senyawa.
Lambert-Beer.
Gugus auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas (-OH, O-
NH2, dan O-CH3), sedangkan gugus kromofor adalah gugus tidak jenuh kovalen yang dapat
2.5.3 Instrumen
1 2 3 4 5 6
1 2 3A 3B 4 5 6
Keterangan :
1. Sumber radiasi 4. detektor
2. Monokromator 5. penguat
3A. Sampel 6. indikator
3B. Blangko
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi yang digunakan dalam spektrofotometri UV-Vis adalah lampu tungstein
dan wolfram. Sumber radiasi pada daerah UV mempunyai rentang panjang gelombang 190 –
380 nm, sedangkan pada daerah Vis mempunyai panjang gelombang 380 – 780 nm.
2. Monokromator
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran (Mulja dan Suharman, 1995).
3. Tempat Sampel
Tempat sampel (sel penyerap) dikenal sebagai istilah kuvet. Kuvet ada yang berbentuk
tabung (silinder) tapi juga ada yang berbentuk kotak. Syarat bahan yang dapat dijadikan
kuvet adalah tidak menyerap sinar yang dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan
a. Sensitivitas tinggi hingga dapat mendeteksi 28 energi cahaya yang mempunyai tingkatan
rendah sekaligus.
c. Stabilitas panjang atau lama untuk menjamin respon secara kuantitatif dan,
1. Keuntungan
yang baik.
b. Keuntungan UV-Vis radiasi berkas ganda : tidak terpengaruh penurunan intensitas
radiasi dari sumber semula, sehingga konstan pada A dan batas rentang dari
2. Kelemahan
b. Intensitas radiasi yang menuju kuvet tidak mungkin betul – betul sama.
Senyawa yang dianalisis tidak melakukan absorbsi pada daerah panjang gelombang
UV-Vis, maka zat tersebut perlu diubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan
pereaksi tertentu agar didapat produk yang dapat mengabsorbsi cahaya pada panjang
gelombang UV-Vis. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat antara lain :
Waktu operasional digunakan untuk mengukur hasil reaksi atau pembentukan warna.
Tujuan penentuan waktu operasional tersebut adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu
c. jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali jika digunakan panjang gelombang maksimal
(Gandjar, 2007).
“intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan “.
A =Ɛ. B. C
Keterangan :
A = serapan atau absorban
Ɛ = absorbtivitas molar
b = tebal medium penyerap
c = konsentrasi
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya terletak antara 0,2 – 0,8 atau
15% - 70 %, jika terbaca sebagai transmitan. Hal ini tersebut didasarkan bahwa kesalahan T
adalah 0,005 (0,5%) nilai 0,005 adalah nilai rata – rata dimana kesalahan fotometrik (
kesalahan nilai konsentrasi ) banyak terjadi pada alat antara 0,01 – 0,02, biasanya kesalahan
analisis dalam nilai konsentrasi (1,2%) jika pembacaan serapan 0,2 – 0,8.
Dibuat sejumlah seri larutan baku dan zat yang dianalisis dengan berbagai konsentrasi,
kemudian masing-masing resapan larutan diukur dan dibuat kurva hubungan antara resapan
dan kadar, bila hukum Lambert Beer terpenuhi maka kurva berupa garis lurus dan melalui
titik nol.
BAB III
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah kadar β-karoten dari brokoli (Brassica oleracea var.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah brokoli (Brassica oleracea var.
italica) yang dalam keadaan segar. Brokoli (Brassica oleracea var. italica) diperoleh dari
pasar Bandungan-Semarang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik acak atau random sampling, sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama.
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kondisi brokoli segar dan direbus.
2. Variabel terikat
3. Variabel kontrol
Varibael kontrol pada penelitian ini adalah dilakukan pada suhu kamar, menghindari
cahaya langsung, sampel brokoli 10 gram, teknik pengolahan brokoli yaitu direbus pada
suhu 100°C selama 3 menit, 5 menit dan 15 menit.3 menit dan brokoli segar. Proses
permurnian β-karoten dengan kromatografi kolom, metode penetapan kadar
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer visibel, pisau stainless, neraca analitik
(startorius), thermometer, Erlenmeyer, magnetic stirrer, corong Buchner, corong pisah, kuvet,
pipet volume, labu takar, filler, penggorengan, panci rebusan dan kompor.
Bahan yang digunakan adalah baku β-karoten, sampel yang digunakan adalah brokoli
(Brassica oleracea var. italica), baku pembanding adalah β-karoten (Fluka). Magnesium
karbonat (teknis), aseton (p.a), n-heksan (p.a), aquadest, kapas, kertas saring, natrium sulfat
Brokoli (Brassica oleracea var. italica) dicuci dengan air mengalir, ditimbang seksama
masing-masing ± 10 gram brokoli kemudian diberi perlakuan dari brokoli segar, diolah
dengan cara direbus selama 3 menit, 5 menit dan 15 menit pada suhu 100°C dan setelah
heksan dan aseton dengan perbandingan 60:40. Perbandingan pelarut 60:40 ditambahkan
0,2 g dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan maksimal 1100 rpm selama 5
menit. Di saring dengan corong Buchner, filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Residu yang
tertinggal di corong Buchner dicuci denan n-heksan dan aseton (1:1) sebanyak 2 kali masing-
masing 25 mL, ditampung dalam Erlenmeyer penampung filtrat. Filtrat dipindahkan kedalam
kali. Lapisan atas (ekstrak karotenoid) ditampung dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan
Kolom kromatografi disiapkan dan diisi dengan kapas dan dimampatkan pada dasar
kolom ± 2 cm. adsorben Ca(OH)2 30 g yang telah diaktifkan (dioven pada suhu 110°C selama
3 jam) ditambahkan kedalam kolom melalui dinding kolom. Eluen n-heksan dan aseton (9:1)
ditambahkan dan di jaga agar permukaan kolom tidak kering dari pelarut. Eluen yang
berwarna ditampung pada Erlenmeyer dan dimasukkan dalam labu takar 100,0 mL sampai
Baku β-karoten ditimbang seksama sebanyak 50,0 mg dilarutkan dengan pelarut n-heksan
dan aseton(9:1) sampai 50,0 mL. Baku standar β-karoten dibuat dengan konsentrasi 1000
ppm. Kemudian dipipet sejumlah tertentu larutan baku utama untuk membuat deret baku
maksimal 451,60 nm dengan pelarut n-heksan dan aseton (9:1) sebagai blanko.
Konsentrasi baku tengah dibuat dari deret baku β-karoten. Kemudian dibaca serapannya
pada λ 400 – 600 nm. Panjang gelombang yang memiliki nilai absorban tertinggi merupakan
Larutan hasil pemisahan brokoli yang ditumis, direbus dan segar dengan kromatografi
kolom adsorbsi ditambahkan pelarut n-heksan dan aseton (9:1) hingga 100,0 mL dan di ukur
Brokoli
(60:40)
selama 5 menit
: aseton (1:1)
Filtrat
beaker gelas
Kromatografi kolom
aseton (9:1)
kapiler
- Batas pengembangan 10 cm
Dikeringkan anginkan dan dilihat
bercak pada lempeng
Rfnya
Sampel positif mengandung β-karoten
5. Pembuatan Deret Baku β-karoten
Kurva baku
6. Pengukuran Kadar β-karoten
spektrofotometer visibel
Diukur absorbansi β-
karoten
Analisis data
Kesimpulan