6) Reading Guide
Pembelajaran dilakukan berbasis bacaan (teks). Agar proses membaca ini bisa
efektif, maka guru memberikan pedoman (guide) membaca. Pedoman ini berisi
pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab peserta didik berdasarkan isi bacaan
(teks), bisa berisi tugas – tugas yang harus dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a) Berilah peserta didik teks (bacaan) yang harus mereka pelajari, akan lebih baik
lagi bila ditunjukkan halamannya.
b) Mintalah peserta didik untuk membaca teks (bacaan) secara individual,
kemudian membuat resume mengenai topik – topik penting yang ada dalam
bacaan tersebut (berbentuk pointers).
c) Diskusikan topik – topik penting hasil temuan peserta didik dan nyatakan
bahwa ada sejumlah topik itu memang penting namun ada pula yang tidak
penting.
d) Selanjutnya guru membagikan memberikan lembaran pedoman belajar dalam
memahami teks (bacaan), biasanya berbentuk pertanyaan.
e) Para peserta didik diminta menjawab pertanyaan – pertanyaan yang ada dalam
lembar pedoman tersebut.
f) Diskusikan jawaban – jawaban peserta didik tersebut.
7) Info Search
Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar di luar
kelas, keluar dari lingkungan kelas. Mereka bisa belajar di perpustakaan, warnet,
mencari jurnal, dan sumber – sumber belajar yang lain.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a) Bagilah peserta didik dalam kelompok – kelompok kecil, sekitar 2 atau 3
orang.
b) Berilah masing - masing kelompok pertanyaan atau tugas yang bisa dicari
jawabannya di tempat – tempat yang sudah ditunjukkan guru.
c) Pertanyaan atau tugas yang diberikan sebaiknya disandarkan pada beberapa
buku (leteratur).
d) Kelompok mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan, dan sekitar 30 menit
sebelum habis jam pelajaran mereka harus kembali masuk ke dalam kelas.
e) Di kelas, masing – masing kelompok melaporkan hasil belajarnya dalam
mencari informasi diberbagai sumber belajar tersebut.
f) Diskusikan temuan – temuan kelompok tersebut
11) Point-Counterpoint
Metode ini merupakan sebuah teknik untuk merangsang diskusi dan
mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks.
Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan
berjalan dengan lebih cepat.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a) Pilihlah sebuah masalah yang mempunya dua perspektif (sudut pandang) atau
lebih.
b) Bagilah kelas ke dalam kelompok – kelompok menurut jumlah perspektif yang
telah ditetapkan, dan mintalah tiap kelompok mengungkapkan mendiskusikan
alasan – alasan yang melandasi sudut pandang masing – masing tim.
Doronglah mereka bekerja dengan patner tempat duduk atau kelompok –
kelompok inti yang kecil.
c) Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap
kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub – sub kelompok .
d) Jelaskan bahwa peserta didik bisa memulai perdebatan . Setelah itu peserta
didik mempunyai kesempatan menyampaikan sebuah argument yang sesuai
dengan posisi yang telah ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan
bergerak secara cepat maju – mundur di antara kelompok – kelompok.
e) Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu – isu sebagaimana
Anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.
1. Model jigsaw
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3-5
peserta didik
b. Setiap kelompok diberi tugas sejumlah anggota kelompok (tiap peserta didik
dalam kelompok mendapat tugas yang berbeda)
c. Tiap peserta didik dalam kelompok membaca bagian tugas yang diperoleh
d. Guru meminta peserta didik yang mendapat tugas yang sama untuk berkumpul
membentuk kelompok baru (kelompok ahli) mendiskusikan tugas yang sama
e. Setiap peserta didik hendaknya memahami dan mencatat hasil diskusinya untuk
dilaporkan dalam kelompok asal
f. Setelah selesai sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian menyampaikan hasil diskusinya kepada teman lain dalam kelompoknya
tentang tugas yang mereka kuasai secara bergilir
g. Setelah seluruh peserta didik selesai melaporkan, guru menunjuk salah satu
kelompok untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru
mengklarifikasi jawaban yang kurang sempurna
h. Simpulan bersama guru dan peserta didik
5. Model Debate
a. Guru membagi dua kelompok peserta debat, yang terdiri satu pro dan yang lainnya
kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi .............. yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok
c. Setelah selesai membaca materi ................. Guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu, selanjutnya ditanggapi atau dibalas oleh
kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa
mengemukakan pendapatnya
d. Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya guru menulis inti/ide-ide dari
setiap pembicaraan di papan tulis, sampai sejumlah ide yang diharapkan guru
terpenuhi
e. Guru menambah konsep/ide yang belum terungkap
f. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat
simpulan/rangkuman yang mengacu pada tujuan yang ingin dicapai
9. Model Artikulasi
a. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi pembelajaran.
c. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
d. Suruhlah seorang dari pesangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Suruh peserta didik secara bergiliran/diacak menyampai-kan hasil dialog dengan
teman pasangannya
f. Guru mengulangi/ menjelaskan kembali materi yang belum dipahami peserta didik
g. Simpulan/penutup
C. Metode Dialog Qur'an Dan Nabawi Dan Kisah Qur'an Dan Nabawi
Pada dasarnya metode pandidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian
anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan
ribu kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk ilahi dan
konsep-konsep pendepan Islam. Selain itu, metode pendidikan islam akan mampu
menempatkan manusia diatas luasnya permukaan bumi dan dalam masa yang tidak
demikian kepada penghuni bumi lainnya.
Metode yang dianggap penting dan paling menonjol adalah :
1. Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
Adalah pendidikan dengan cara berdiskusi sebagaimana yang digunakan oleh Al
Qur’an dan hadits-hadits nabi. Metode ini, disebut pula metode khiwar yang meliputi
dialog khitabi dan ta’abudi (bertanya dan lalu menjawab) dialog deskriftif dan dialog
naratif (menggmbarkan dan lalu mencermati), dialog argumentatif (berdiskusi lalu
mengemukakan alasan), dan dialog nabawi (menanamkan rasa percaya diri, lalu
beriman). untuk yang terkhir ini, dialog Nabawi sering dipraktekkan oleh sahabat
ketika mereka bertanya sesuatu kepada Rosulullah.
Dialog qur’ani merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran
seseoarang dengan orang lain sehingga mempunyai dampak terhadap jiwa peserta
didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
a. Permasalahan yang disajikan secara dinamis
b. Peserta dialog tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu
c. Dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa
d. Topik pembicaraan yang disajikan secara realistis dan manusiawi.
2. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode kisah disebut juga metode cerita yakni cara mendidik dengan
mengandalkan bahsa, baik lisan maupun tertulis dengan menyampaikan pesan dari
sumber pokok sejarah islam, yakin Al-qur’an dan Hadits. Dalam Al-qur’an dijumpai
banyak kisah, terutama yang berkenaan dengan misi kerasulan dan umat masa
lampau.muhammad Qutb berpendapat bahwa kisah-kisah yang ada dalam Al-qur’an
dikategorikan kedalam tiga bagian : pertama, kisah yang menunjukkan tempat, tokoh
dan gambaran peristiwa. Kedua, kisah yang menunjukkan peristiwa dan keadaan
tertentu tanpa menyebut nama dan tempat kejadian.ketiga, kisah dalam bentuk dialog
yang terkadang taidak disebutkan pelakunya dan diman tempat kejadiannya.
Pentingnya metode kisah diterapkan dalam dunia pendidikan karena dengan
metode ini, akan memberikan kekuatan psikologis kepada peserta didik, dalam artian
bahwa dengan mengemukakan kisah-kisah nabi kepada peserta didik, mereka secara
psikologis terdorong untuk menjadikan nabi-nabi tersebut sebagai uswah (suri
tauladan).
Kisah-kisah dalam Al-qur’an dan Hadits, secra umum bertujuan untuk
memberikan pengajaran terutama kepada orang-orang ayang mau menggunakan
akalnnya. Relevansi antara cerita Qur’ani dengan metode penyampaian cerita dalam
lingkungan pendidikan ini sangat tinggi. Metode ini merupakan suatu bentuk teknik
penyampaian informasi dan instruksi yang amat bernilai, dan seoarang pendidik harus
dapat memanfaatkan potensi kisah bagi pembentukan sikap yang merupakan bagian
esensial pendidikan Qur’ani dan Nabawi.
3. Metode Perumpamaan
Metode ini, disebut pula metode “amsal” yakni cara mendidik dengan memberikan
perumpamaan, sehingga mudah memahami suatu konsep.perumpamaan yang
diungkapkan Al-qur’an memiliki tujuan psikologi edukatif, yang ditunjukkan oleh
kedalaman makna dan ketinggian maksudnya.
Dampak edukatif dari perumpamaan Al-quran dan Nabawi diantaranya :
a. Memberikan kemudahan dalam memahami suatu konsep yang abstrak, ini terjadi
karena perumpamaan itu mengambil benda sebagai contoh konkrit dalam Al-
Quran.
b. Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk
mengembangkan aneka perasaan ketuhanan.
c. Membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid pada analogis melalui
penyebutan premis-premis.
d. Mampu mencipatan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental
manusia.
4. Metode keteladanan
Metode ini, disebut juga metode meniru yakni suatu metode pendidikan dan
pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak
didik. Dalam Al-qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti teladan
yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran
dengan cara pendidik memberikan contoh teladanan yang baik kepada anak didik agar
ditiru dan dilaksanakan. Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk
menciptakan akhlak al-mahmudah kepada peserta didik.
Acuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah adalah Rosulullah dan para Nabi
lainnya yang merupakan suri tauladan bagi umatnya.seorang pendidik dalam
berinteraksi dengan anak didiknya akan menimbulkan respon tertentu baik positif
maupun negatif, seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih
memaksa anak didik dengan cara-cara yang merusak fitrohnya.
Nilai edukatif keteladanan daam dunia pendidikan adalah metode influitif yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalammempersiapkan danmembentuk moral
spriritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam :
a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik.
b. Berperilaku sesuaidengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada
terdidik,sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.
DAFTAR PUSTAKA