Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PERMASALAHAN DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH

3.1 Permasalahan

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan keadaan. Pada praktek

belajar lapangan yang penulis laksanakan di Desa Sukaratu ada beberapa masalah

kesehatan yang muncul, namun demikian penulis memilih untuk membahas diare,

karena berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD), terdapat 21 responden yang

mengalami kejadian diare.

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan disebabkan

oleh makanan dan lingkungan yang terkontaminasi. Untuk itu kita perlu melihat

aspek lingkungan di Desa Sukaratu sehingga dapat kita dapat mengetahui

mengapa kejadian diare masih terjadi.

3.2 Penyebab Masalah

Berikut ini faktor-fsktor yang dapat menyebabkan kejadian diare di Desa

Sukaratu :

1. Makanan : pengolahan makanan yang kurang baik. Seperti terlihat pada

saat melakukan wawancara dengan responden, makanan yang sudah

dimasak disimpan di tempat yang terbuka, sehingga mudah dihinggapi

oleh lalat. dan dapat dilihat juga, apakah responden mengetahui bahwa air

yang selalu dipakai untuk minum itu apakah bersih atau tidak.

2. Lingkungan : lingkungan yang kurang bersih, seperti sisa hasil

pembakaran sampah dihalaman rumah atau dipinggir jalan. Selain itu,

masih ada pula responden yang tidak memiliki saluran pembuangan air

32
33

limbah (SPAL). Sehingga responden membuang air bekas cuci piring, cuci

baju dan sebagainya itu ke selokan kecil dengan keadaan yang terbuka.

Dengan demikian, air kotor tersebut mudah untuk dihinggapi oleh lalat.

apabila lalat tersebut menghinggap di makanan yang terbuka. Maka bisa

menjadikan diare.

Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan di Desa Sukaratu

dujelaskan bahwa masyarakat yang biasa mencuci tangan pakai sebelum dan

sesudah makan sebanyak 75,4%, mencuci tangan pakai sabun setelah BAB

sebanyak 80,2%, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebanyak

85,6%, yang tidak mempunyai SPAL RT sebanyak 46,0%, sumber air yang

terbuka sebanyak 35,7% dan penyimpanan makanan di tempat terbuka sebanyak

7,7%.

Berdasarkan hasil pendataan pada saat pelaksanaan praktek belajar

lapangan di Desa Sukaratu, terdapat 21 responden (6,2%) mengalami kejadian

diare.

3.2 Analisis Akar Penyebab Masalah

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui penyebab masalah kejadian diare

di Desa Sukaratu yaitu :

Kejadian diare di Desa Sukaratu dapat disebabkan oleh 2 faktor,

diantaranya dilihat dari makanan, cara pengolahan makanan yang akan

dikonsumsi, apakah bersih atau tidak. Kemudian faktor yang kedua bisa dilihat

dari lingkungan, dilihat dari lingkungan sekitar rumah yang kotor, bekas

pembakaran sampah yang menumpuk di halaman rumah atau di pinggir jalan, dan
34

tidak tersedianya saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang disalurkan ke

halaman atau ke selokan yang terbuka, akan bisa dihinggapi lalat, dan apabila lalat

itu menghingap di makanan yang terbuka dan makanan tersebut dikonsumsi,

maka bisa menyebabkan kejadian diare.

Adapaun faktor penyebab kejadian diare yang lainnya seperti, sumber air

minum yang digunakan. Seperti sumber air minum yang berasal dari sumur gali

yang dimasak, apakah sumber air minum yang akan dikonsumsi itu dari air yang

bersih atau sebaliknya. Dan apakah air sumur yang dimasak itu benar-benar sudah

matang atau tidak. Hal seperti itu dapat menjadikan kejadian diare di Desa

Sukaratu.

3.3 Analisis Akar Penyebab Masalah

Berdasarkan data yang ada, penulis membuat analisis penyebab diare

dengan menggunakan pohon akar masalah, yaitu sebagai berikut :

Diare

Bakteri / Virus

Makanan Lingkungan

Kepemilikan
Pengolahan
SPAL
35

Berdasarkan gambar diatas dapat kita ketahui bahwa faktor-faktor

penyebab diare, antara lain :

3.2.1 Makanan

Makanan yang terkontaminasi bakteri dengan berbagai cara, misalnya cara

pengolahan makanan yang akan dimasak dan penyajian makanan yang telah

dimasak disajikan di tempat yang terbuka, dapat mudah untuk dihinggapi lalat,

sehingga makanan dapat terkontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan

kejadian diare. masyarakat tidak mengatahui secara pasti apakah makanan yang

selama ini dikonsumsi benar-benar sehat atau tidak. Adapun makanan yang sering

dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Sukaratu yaitu seperti tahu, tempe yang

pengolahannya dengan cara digoreng. Begitupun dengan cara penyimpanan

makanan setelah dimasak, masyarakat di Desa Sukaratu masih ada yang disimpan

ditempat yang terbuka.

Selain itu, adapula faktor lain yang dapat menyebabkan diare, yaitu dilihat

dari air minum yang sering dikonsumsi oleh responden, sebagian besar responden

menggunakan air sumur yang dimasak untuk dikonsumsi sehari-hari. Responden

menganggap bahwa itu hal kecil, padahal kalau pengonsumsian air minum kurang

matang, dan tidak jernih, maka dapat menyebabkan kejadian diare.

Berdasarkan hasil Survey Mawas Diri (SMD) penulis masih menemukan

responden dalam penyimpanan makanan yang telah dimasak, disajikan di tempat

yang terbuka, yaitu sebanyak 7,7%, pengolahan lauk yang dikonsumsi dengan

cara digoreng yaitu sebesar 84,9%. Dan terdapat 50,4% sumber air minum yang

menggunakan air sumur yang dimasak, terdapat 43,0% sumber air minum yang
36

menggunakan air galon isi ulang, terdapat 3,27% sumber air minum yang

menggunakan air kemasan bermerk.

3.2.2 Lingkungan

Untuk mengurangi angka kejadian penyakit diare maka hal yang pertama

dilaksanakan adalah merubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Tetapi

hal tersebut tidak menjadi jaminan tujuan akan tercapai dengan baik, karena ada

aspek lain yang mempengaruhi, yaitu kondisi lingkungan seperti sisa-sisa

pembakaran sampah di halaman rumah atau di pinggir jalan.

Kebiasaan warga membakar sampah di Desa Sukaratu, karena perilaku

yang sembarang membakar sampah di halaman rumah dan di pinggir jalan,

sehingga sisa dari pembakaran tersebut menumpuk dan mudah dihinggapi oleh

lalat. Apabila lalat tersebut menghinggap di makanan lalu dikonsumsi, maka akan

dapat mengakibatkan diare.

Selain itu, kurangnya ketersediaan saluran pembuangan air limbah pun

menjadi salah satu penyebab kejadian diare di Desa Sukaratu. Sebagian responden

masih ada yang tidak mempunyai SPAL, mereka mengalirkan air limbah ke

selokan kecil yang terbuka atau halaman rumah, itu yang mengakibatkan

lingkungan yang kurang bersih dan dapat mengakibatkan diare.

Berdasarkan hasil survey pada praktek belajar lapangan di Desa Sukaratu,

dari 337 sampel yang diambil, terdapat 85,5% yang dalam pengolahan sampahnya

dengan cara dibakar dan terdapat 42,6 % yang pembuangan air limbahnya ke

selokan, 25,8% yang pembuangan air limbahnya ke sungai, 4,5% yang


37

pembuangan air limbahnya ke halaman dan 27,1% yang pembuangan air

limbahnya ke kolam.

Anda mungkin juga menyukai