Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MAKALAH

“ PELAKSANAAN AUDIT : PENGUMPULAN BUKTI DAN


ANALISIS DATA AUDIT KINERJA “

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
• Diki Ardian (B1C120112)
• Hanidar Arum Prameswari (B1C120129)
• Indah Wulandari Kemhay (B1C120134)
• Indri Afriliana (B1C120135)
• La Ode Suharman (B1C120137)
• Meylonita Putri Paradita (B1C120146)
• Muh. Nasywan Yogareksa (B1C120149)
• Muhammad Masyhur Yunus Abubakar (B1C120156)
• Tiara Dian Pramesti (B1C120186)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
-2023-
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ pelaksanaan
audit : pengumpulan bukti dan analisis data audit kinerja ” tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda tercinta, Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat
ini. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Audit kinerja
pemerintah daerah.
Kami berharap melalui makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman, baik untuk
pembaca maupun penulis. Kami juga berharap, makalah ini dapat diterima dengan baik oleh
semua pihak dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Terlepas dari berbagai hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat kekurangan, baik dari segi isi materi yang disampaikan, susunan
kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami dengan lapang dada menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik
lagi.

Kendari, 20 maret 2023

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................ .................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................1
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2
2.1 JENIS JENIS DATA............................................................................................................2
2.2 DEFINISI BUKTI AUDIT...................................................................................................3
2.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM AUDIT KINERJA.....................................6
2.4 TEKNIK ANALISIS DATA..............................................................................................20
2.5 PENDOKUMENTASIAN AUDIT....................................................................................26
2.6 PROGRAM KERJA AUDIT.............................................................................................28
BAB III PENUTUP..................................................................................................................30
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................30
3.2 SARAN..............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengumpulan dan analisis data merupakan bagian yang penting di dalam
kegiatan pelaksanaan audit kinerja. Hal ini karena bukti audit, kesimpulan, dan
rekomendasi audit akan diberikan berdasarkan data-data yang dapat
dikumpulkan dan dianalisis oleh auditor. Laporan Hasil Audit Kinerja tidak
akan diterima dengan baik oleh auditan apabila auditor tidak mendasarkan
temuannya berdasarkan data-data dan bukti-bukti audit yang andal dan relevan.
Audit yang dilakukan harus memperoleh bukti audit yang cukup, kompeten,
dan memadai berdasar- kan data dan informasi audit yang andal dan
mencukupi. Melalui hal tersebut, maka simpulan yang dibuat dapat sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya dan rekomendasi yang diberikan benar-benar
dapat mendorong peningkatan kinerja entitas yang diaudit.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari Latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis jenis data ?
2. Apa definisi bukti audit ?
3. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam audit kinerja ?
4. Apa saja teknik analisis data ?
5. Bagaimana pendokumentasian audit ?
6. Bagaimana program kerja audit ?
1.3 TUJUAN
Dari rumusan masalah tersebut diperoleh tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis jenis data
2. Untuk mengetahui definisi bukti audit
3. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data dalam audit
kinerja
4. Untuk mengetahui teknik analisis data
5. Untuk mengetahui bagaimana pendokumentasian audit
6. Untuk mengetahui program kerja audit

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 JENIS-JENIS DATA


Data adalah angka-angka, kalimat, suara, atau symbol-simbol tertentu untuk
menunjukkan kondisi atau kejadian-kejadian tertentu. Sebuah data belum
memiliki manfaat bagi pihak penerima. Agar sebuah data dapat memiliki nilai,
maka data tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar dapat menjadi informasi yang
bermanfaat bagi pembacanya. Contohnya, data tentang estimasi jumlah persediaan
yang seharusnya dimiliki dan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh persediaan tersebut.
Data yang harus diperoleh auditor itu sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi dari mana sumber data diperoleh dan seperti apa sifat data yang
diperoleh. Hal ini dapat dilihat di dalam penjelasan di bawah ini.

a. Berdasarkan sifat data

• Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dapat menggambarkan pendapat seseorang,
situasi, kondisi dan proses-proses tertentu, contohnya data tentang
implementasi proses bisnis dan kualitas pelayanan publik.

• Data kuantpublik
Data kuantitatif adalah data berupa angka, misalnya data mengenai jumlah
pendapatan yang diterima dan jumlah pengeluaran.

b. Berdasarkan sumber data

• Data internal
Data internal adalah data yang diperoleh dari internal organisasi yang
diaudit, misalnya data tentang SOP, kebijakan organisasi, rencana kerja,
anggaran, dan jumlah pegawai yang dimiliki.

• Data eksternal
Data eksternal adalah data yang berasal dari luar organisasi misalnya data
inflasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Keunggulan data eksternal
terletak pada keandalannya meskipun harus diperoleh dengan cara yang
lebih sulit. Kebalikannya, data internal lebih mudah diperoleh namun
keandalannya lebih kecil daripada data eksternal.

2
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh data meliputi
tingkat kesulitan untuk memperoleh data maupun berapa biaya yang harus
dikeluarkan. Apabila data eksternal mudah didapatkan tentu akan lebih baik
menggunakan data ekternal namun biaya dan manfaat untuk memperoleh data
eksternal juga harus dipertimbangkan. Apabila biaya untuk memperoleh data
eksternal dirasa lebih besar daripada manfaat yang didapatkan maka auditor
dapat memilih untuk menggunakan data internal yang relatif lebih sedikit
biayanya. Agar data yang diperoleh adalah data yang andal, maka auditor harus
mencari data dari berbagai macam sumber data.

Data dan informasi yang diperoleh auditor adalah fakta-fakta yang dapat
memberikan informasi kepada auditor setelah dianalisis. Kegiatan
pengumpulan dan analisis data sangat erat kaitannya dengan bukti audit.
Pengumpulan dan analisis data dilakukan agar auditor dapat memperoleh bukti-
bukti audit dan membuat simpulan audit yang dapat mendukung tercapainya
tujuan audit kinerja.
Pengumpulan data adalah aktivitas yang dilakukan oleh auditor untuk
mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan tujuan audit untuk
memperoleh bukti. Terkadang bukti-bukti audit tidak dapat langsung diperoleh
melalui satu teknik pengumpulan saja, tetapi perlu dikombinasikan dengan
teknik-teknik pengumpulan data yang lain atau perlu dianalisis terlebih dahulu.
Dengan kata lain, seorang auditor didalam melakukan proses memperoleh bukti
tentu memerlukan teknik-teknik tertentu yang harus dikuasai dan auditor harus
mengumpulkan bukti yang dapat membantu mengambil keputusan atau
menjawab tujuan audit.
2.2 DEFINISI BUKTI AUDIT

Definisi bukti audit menurut The INTOSAI’s Code of Ethics and Auditing
Standards adalah sebagai berikut: “Audit evidence is information collected and
used to support audit findings. The conclusions and recommendation in the
audit report stand or fall on the basis of such evidence.”

Terjemahan: bukti audit adalah segala informasi yang dikumpulkan dan


digunakan untuk mendukung temuan audit. Simpulan dan rekomendas
komendasi di dalam laporan audit harus didasarkan pada bukti-bukti aut yang
ditemukan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa bukti audit ada lah segala
informasi yang dikumpulkan dan digunakan oleh auditor untuk mendukung
temuan audit dan Laporan Hasil Audit yang akan dibuat auditor.

3
Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan kompeten untuk men-
jawab tujuan audit dan menarik kesimpulan serta untuk mengeluarkan re-
komendasi audit. Data yang tidak mencukupi atau diambil dari sumber yang
tidak representative akan menyebabkan auditor mengambil kesimpulan yang
salah terhadap kondisi sebenarnya yang berlaku dalam entitas. Oleh karena itu,
auditor harus memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap jenis,
kualitas, dan kuantitas bukti yang dikumpulkan.

Teknik pengumpulan data dan bukti audit yang tepat harus diterapkan pada
setiap tahapan audit yang sesuai sehingga bukti audit yang dikumpulkan dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan utama bukti audit. Auditor wajib
mengumpulkan bukti yang memenuhi persyaratan utama yaitu relevan, ma-
terial, mencukupi (sufficient), dan kompeten, sehingga dapat menjadi dasar
simpulan audit dan rekomendasi. Auditor juga wajib mendokumentasikan
bukti-bukti audit yang sudah diperoleh. Apa yang dimaksud dengan bukti audit
yang relevan, cukup, material dan kompeten sebagaimana disebutkan di atas?
Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang berba- gai


macam aspek karakteristik bukti audit, di bawah ini akan dijelaskan masing-
masing karakteristik bukti audit yang telah disebutkan di atas.

1. Bukti harus cukup


Bukti audit harus dikumpulkan dalam jumlah yang cukup agar dapat
mendukung temuan audit. Sebuah bukti dianggap mencukupi apabila
bukti tersebut dapat mendorong pihak lain untuk membuat kesimpulan
yang sama dengan kesimpulan yang dibuat auditor. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kecukupan bukti berhubungan dengan kuanti-
tas bukti.

Apabila memungkinkan, metode statistik bisa digunakan untu


menentukan cukup tidaknya bukti audit (dalam hal kuantitas). Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor dalam

4
menentukan cukup tidaknya bukti meliputi tingkat materialitas, tingkat
risiko, efisiensi, besaran, serta karakteristik populasi.

2. Bukti harus kompeten


Kompetensi bukti berhubungan dengan tingkat keandalan data yang
diterima. Sebuah bukti dikatakan kompeten ketika fakta dalam bu
tersebut didukung bukti-bukti lain, bukti audit berasal dari sumber di
luar entitas atau bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor. Kom-
petensi bukti adalah proxy terhadap kualitas bukti audit. Yang

3. Bukti harus relevan


Suatu bukti dianggap relevan apabila bukti tersebut mempunyai
hubungan yang logis dengan tujuan audit. Sebagai contoh, apabila
tujuan audit adalah untuk menilai tingkat efektivitas maka bukti yang
berasal dari kegiatan co-service adalah bukti yang relevan dengan
tujuan audit.

4. Bukti harus material


Sebuah bukti dianggap material apabila bukti yang didapatkan ber
hubungan dengan tujuan audit. Semakin besar hubungan antara bukti
audit dengan tujuan audit maka bukti tersebut dianggap semakin
material bagi auditor. Bukti audit itu sendiri terdiri atas beberapa jenis,
sebagai berikut:

a. Bukti fisik (physical evidence)


Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dari kegiatan observasi dan
inspeksi lapangan. Aktivitas yang dilakukan dalam memperoleh
bukti fisik harus dilakukan oleh dua auditor atau lebih dengan
dihadiri oleh representasi dari auditan. Bukti fisik dapat diperoleh
dari beberapa hal, yaitu:

- Observasi kegiatan dan kejadian tertentu;


- Inspeksi terhadap obyek dan pekerjaan tertentu;
- Verifikasi fisik terhadap obyek-obyek tertentu
seperti verifikasi keberadaan uang kas, persediaan
maupun barang-barang inventaris.

Bukti-bukti audit yang diperoleh auditor harus didukung dengan


doku men-dokumen tertentu yang dibuat auditor seperti foto dan
deskripsi tertulis dari hasil pengamatan yang telah dilakukan.

b. Bukti testimonial/lisan (oral)


Bukti testimonialЛlisan merupakan pernyataan diperoleh secara
lisan melalui wawancara, diskusi, dan focus group discussion. Bukti
lisan dapat didokumentasikan dalam bentuk Berita Acara dan

5
rekaman. Untuk memperkuat bukti lisan, maka bukti tersebut harus
didukung dengan pernyataan tertulis oleh auditan (Berita Acara) dan
bukti-bukti lain yang menyatakan fakta-fakta yang sama. Harus
dipahami bahwa auditor harus menilai jabatan, pengetahuan,
keahlian dan kredibilitas dari pihak- pihak yang diwawancarai.

c. Bukti dokumen (documentary evidence)


Bukti dokumen adalah bukti dalam bentuk fisik yang dapat berupa
dokumen resmi ataupun barang elektronik. Bukti ini adalah yang
paling umum diperoleh dari seluruh jenis bukti audit. Bukti
dokumen dapat diperoleh dari dokumen-dokumen tertentu seperti
anggaran, rencana kerja, laporan kinerja, SOP dan laporan tahunan.

Bukti dokumen dapat diperoleh dari dalam entitas maupun luar


entitas yang diaudit. Dokumen-dokumen yang termasuk bukti
dokumen adalah aturan-aturan yang berlaku, dokumen terkait
organisasi (rencana strategis organisasi, visi dan misi organisasi,
struktur organisasi), surat-surat, notulen rapat, dokumen kontrak,
arsip, laporan-laporan dari manajemen, dokumen instruksi untuk
staf, Standard Operating and Procedure (SOP), laporan
pengendalian internal, faktur-faktur dari pihak ketiga, perjanjian
dengan pihak ketiga, data-data dari sistem komputer dan aplikasi,
informasi manajemen terkait kinerja dan hasil evaluasi kinerja.

Keandalan bukti dokumen juga harus mempertimbangkan


apakah hal-hal di dalam dokumen tersebut dilaksanakan atau tidak.
Sebagai contoh, bukti audit dari SOP tidak akan andal apabila
prosedur kerja dalam SOP tersebut tidak dilaksanakan. Auditor perlu
mencari bukti lain berkaitan dengan pelaksanaan SOP tersebut.
Apabila bukti dokumen yang diperoleh auditor adalah bukti asli
yang penting bagi audit, maka auditor harus memiliki salinan
terhadap bukti-bukti tersebut.

d. Bukti analitis (analytic evidence)


Bukti analitis adalah bukti yang didapatkan dari kegiatan analisis
dan verifikasi data serta perbandingan terhadap standar dengan
menggunakan penalaran yang logis dan rasional. Bukti analitis dapat
diperoleh dari entitas, yang tentu perlu diverifikasi terlebih dahulu
atau bukti yang dikembangkan oleh auditor sendiri. Bukti analitis
dapat mencakup ar lisis rasio dan tren, perbandingan prosedur dan
standar dengan keten tuan yang dipersyaratkan, perbandingan
kinerja dengan organisasi sejenis, analisis dari pengujian terinci atas
transaksi-transaksi dan analisis biaya-manfaat.

2.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM AUDIT KINERJA

6
Sebelum memutuskan teknik audit apa yang akan digunakan dalam tahap
pengumpulan data, auditor harus mempertimbangkan tujuan audit yang telah
ditetapkan. Tujuan audit yang berbeda akan memerlukan strategi yang berbeda
dengan teknik pengumpulan data yang berbeda pula. Sebagai contoh, tujuan audit
adalah untuk menilai aspek ekonomi dan efektivitas suatu program atau kegiatan.
Teknik review dokumen keuangan dapat digunakan untuk menilai aspek ekonomi
sebuah kegiatan, sedangkan untuk menilai aspek efektivitas dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik observasi terhadap prosedur pelaksanaan kegiatan
serta melakukan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab melaksanakan
program/kegiatan tersebut
Terdapat berbagai macam teknik dalam pengumpulan data dalam audit
Kinerja, namun secara umum teknik-teknik tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Review/Telaah Dokumen

Kegiatan review atau telaah dokumen adalah kegiatan mempelajari berbagai


macam dokumen dalam rangka untuk memperoleh bukti tertulis yang dapat
mendukung tujuan audit. Manfaat dari telaah dokumen adalah tidak akan
mengganggu kegiatan-kegiatan dalam entitas dan tidak ada bias/unsur subjektivitas
dalam informasi-informasi tersebut. Di sisi lain, kelemahan kegiatan review
dokumen adalah auditor sering tidak memperoleh data yang diperlukan dengan
lengkap dan auditor belum tentu dapat mempelajari seluruh dokumen yang ada
karena banyaknya dokumen milik entitas.
Review dokumen dapat dilaksanakan terhadap dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, SOP, dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan, dokumen Perencanaan Kinerja,
dokumen Laporan Tahunan, serta dokumen-dokumen lain yang diperlukan auditor
dalam melaksanakan audit kinerja.
Review dokumen diperlukan untuk memperoleh pemahaman tentang proses-
proses bisnis dalam entitas yang diaudit serta berbagai permasalahan yang
mungkin ada dalam proses-proses tersebut. Karena banyaknya dokumen yang
harus direview dan adanya keterbatasan waktu, maka umumnya auditor akan
membuat prioritas dokumen mana yang akan direview terlebih dahulu. Auditor
juga dapat menggunakan dokumen Laporan Hasil Audit terdahulu. Review hasil
audit sebelumnya dilakukan apabila entitas sudah diperiksa dalam audit
sebelumnya.
Keunggulan dari teknik ini akan dapat menghemat waktu auditor di dalam
memperoleh pemahaman yang memadai tentang sifat dan karakteristik entitas
beserta kelemahan-kelemahan yang ada yang ada di dalam entitas tersebut.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik tanya jawab terkait isu-isu atau masalah-masalah


tertentu yang diperlukan. Tujuan dilaksanakannya wawancara adalah untuk
mengumpulkan data-data, opini dan pendapat, dan ide-ide. Melalui wawancara,

7
maka auditor akan dapat memperoleh bukti audit, mengonfirmasi fakta dan
memperkuat bukti-bukti yang telah diperoleh. Hasil dari sebuah proses wawancara
adalah informasi kualitatif, yaitu pengetahuan, pendapat, dan penilaian orang-
orang yang diwawancarai terhadap hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara.
Sebagaimana telah disebutkan, di dalam tahap perencanaan auditor akan
melakukan wawancara untuk memperoleh informasi-informasi tertentu, opini dan
pendapat mereka yang bekerja dalam entitas yang diaudit. Dengan demikian,
auditor akan dapat memahami karakteristik entitas dan menentukan masalah-
masalah potensial.
Dalam tahap pelaksanaan audit, wawancara digunakan untuk memperoleh
bukti atau dokumen yang berkaitan dengan tujuan audit, mengonfirmasikan fakta,
dan memperkuat bukti dari sumber lain. Untuk kepentingan analisis data,
sebaiknya proses tanya jawab yang terjadi dalam wawancara direkam dengan
persetujuan mereka yang diiwawancarai atau didokumentasikan dalam dokumen
Berita Acara tertulis. Dokumentasi wawancara diperlukan karena tidak semua yang
dikatakan pihak yang diwawancarai akan dapat dimengerti atau diingat oleh
pewawancara.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memahami pandangan seseorang
mengenai hal-hal tertentu. Wawancara harus didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pihak yang diwawancarai dapat mengungkapkan pendapatnya
dengan bebas, tanpa ada tekanan apapun. Keunggulan teknik wawancara adalah
dapat memperoleh informasi yang menyeluruh dan mendalam, namun
kelemahannya adalah adanya bias dari pihak-pihak yang diwawancarai dan adanya
kesulitan di dalam menganalisis jawaban dan menginterpretasikan berbagai sikap
(bahasa tubuh) pihak yang diwawancarai.
Wawancara adalah salah satu teknik utama yang harus dilakukan auditor di
dalam audit kinerja. Meskipun demikian, harus diingat bahwa auditor tidak boleh
hanya mengandalkan bukti wawancara saja dalam sebuah audit kinerja karena
adanya unsur subjektivitas dalam wawancara. Auditor tetap harus mencari bukti-
bukti audit yang lain, selain bukti wawancara, untuk mendukung pekerjaan audit.
Melalui wawarcara, auditor dapat mengetahui apakah terdapat kelemahan dalam
proses bisnis yang dilakukan dan bagaimana memperbaiki kelemahan tersebut.
Wawancara harus dilakukan terhadap banyak individu di dalam organisasi,
tidak hanya dilakukan pimpinan saja. Tujuannya adalah agar auditor dapat
memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan operasional dalam organisasi,
beserta kelemahan-kelemahan yang ada. Sebelum melakukan wawancara, auditor
harus menetapkan pihak pihak mana saja yang perlu diwawancarai. Wawancara itu
sendiri dapat berupa wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Di bawah ini adalah perbedaan antara ketiga jenis
wawancara tersebut

8
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar pertanyaan
adalah tidak diperkenankan membuat pertanyaan yang bersifat mengarahkan
(leading guestion), membuat pertanyaan yang ambigu atau tidak jelas maupun
membuat pertanyaan hipotetis.

3. Konfirmasi

Konfirmasi adalah prosedur audit untuk memperoleh jawaban tertulis maupun


lisan dengan pihak-pihak ketiga terkait permasalahan yang ada di dalam entitas.
Konfirmasi adalah teknik yang umumnya digunakan dalam tahap pelaksanaan
audit. Konfirmasi diperlukan ketika auditor tidak memahami hal-hal atau
permasalahan tertentu dan memerlukan keterangan dari auditan atau dari pihak-
pihak di luar auditan. Melalui konfirmasi yang dilakukan, auditor akan dapat
memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan.

4. Observasi/Pengujian Fisik

Pada dasarnya, observasi adalah kegiatan pengamatan secara langsung terhadap


objek tertentu atau proses-proses yang dilaksanakan. Teknik observasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati suatu situasi, kegiatan/aktivitas,
prosedur aktivitas yang dilaksanakan oleh orang atau fungsi dalam entitas. Melalui
observasi, auditor akan mengetahui bagaimana pelaksanaan proses yang terjadi dan
berbagai kekurangan maupun kelemahan yang ada di dalam proses-proses tersebut.
Observasi yang dilakukan akan membantu auditor untuk memperoleh bukti
tentang apakah individu-individu di dalam entitas telah mengikuti prosedur yang
benar atau tidak. Pengamatan yang dilakukan, akan dibandingkan dengan kriteria
audit untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan di dalam kejadian atau
kegiatan tertentu.
Observasi adalah teknik yang umumnya digunakan dalam tahap pelaksanaan
audit. Dengan melakukan pengamatan secara saksama auditor dapat merumuskan
penilaian tentang kegiatan atau tingkah laku yang diobservasi. Meskipun demikian,
observasi tidak dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan mengenai hal yang

9
berlangsung selama jangka waktu tertentu. Untuk meningkatkan kualitas bukti
observasi, maka auditor harus mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan yang
diobservasi ke dalam foto atau video.
Observasi adalah aktivitas yang sangat sangat penting untuk mengetahui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
Sebagai contoh, tim auditor pada kegiatan pelayanan pencatatan sipil mengamati
ada antrean yang panjang pada proses pelayanan pencatatan sipil. Antrean yang
panjang menunjukkan adanya ketidakefisienan dan ketidakefektifan di dalam
pelayanan pencatatan sipil.
Kekurangan dalam teknik observasi adalah observasi yang dilakukan dapat
memengaruhi perilaku orang-orang yang diobservasi, sehingga mereka tidak
melakukan proses dan kegiatan yang sebenarnya dilakukan. Banyak individu
bekerja lebih baik daripada biasanya, ketika mereka mengetahui bahwa mereka
sedang diobservasi.

5. Benchmarking

Benchmarking adalah teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan


metode, proses, prosedur, produksi, dan layanan suatu organisasi dengan hal serupa
pada organisasi-organisasi sejenis. Benchmarking dapat dilakukan dengan
membandingkan kinerja yang dicapai dengan data industri atau dengan data-data
pada entitas pemerintah yang sejenis dengan kinerja yang lebih baik. Hal-hal yang
dibandingkan berupa tingkat produktivitas, jumlah biaya yang dikeluarkan, hingga
kualitas layanan ke masyarakat. Secara umum, menurut Bendell, Boulter & Kelly
(1995) terdapat empat jenis benchmarking, sebagai berikut:

a. Benchmarking internal (internal benchmarking)


Benchmarking internal adalah perbandingan antara kinerja yang
dicapai dengan best practices di dalam internal organisasi/perusahaan.
Benchmarking internal biasanya dilakukan untuk bidang-bidang yang
memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama.

b. Benchmarking pesaing (competitor benchmarking)


Benchmarking pesaing adalah perbandingan antara kinerja yang
dicapai dengan best practices yang diterapkan oleh organisasi/
perusahaan dalam industri yang sama yang memiliki kemiripan
karakteristik. Benchmarking jenis ini lebih sulit dibandingkan
benchmarking internal karena adanya kesulitan untuk memperoleh
akses untuk seluruh data yang diperlukan.

c. Benchmarking fungsional (functional benchmarking)


Benchmerking fungsional adalah perbandingan kinerja yang dicapai
dengan kinerja di berbagai organisasi yang memiliki persamaan,
kegiatan dan fungsi, namun bukan merupakan pesaing langsung

d. Benchmarking umum

10
Benchmarking umum adalah perbandingan proses bisnis yang berlaku
pada berbagai fungsi dan di dalam industri yang benar-benar berbeda.
Benchmarking jenis ini memungkinkan terciptanya berbagai inovasi
dan terobosan-terobosan tertentu yang belum bernah dilakukan
sebelumnya sehingga organisasi dapat menjadi lebih maju.

Apabila teknik benchmarking digunakan dalam audit, maka ada


beberapa langkah utama yang harus dilakukan:

a. Menentukan apa objek/area yang akan menjadi benchmark dan


ukuran-ukuran apa yang akan digunakan.
b. Memastikan bahwa organisasi/area yang akan dijadikan pembanding
bagi organisasi/area yang akan diaudit adalah organisasi di dalam
industri yang sama dan mermniliki karakteristik sejenis.
c. Mengumpulkan data variabel-variabel praktik tata kelola terbaik
yang ada pada organisasi yang menjadi pembanding (subjek
benchmarking) relatif terhadap kinerja utama organisasi yang
diaudit.
d. Melakukan analisis atas data kualitas tata kelola yang diterapkan
organisasi pembanding (seperti tingkat kinerja dicapai atau proses
bisnis yang dilaksanakan) yang ingin dicapai oleh objek yang diaudit.
e. Membuat simpulan hasil best practices yang diperoleh dari
benchmarking menjadi sebuah kriteria kondisi ideal, yang dapat
digunakan sebagai pembanding atas kinerja organisasi/area yang di
audit.
Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa di dalam benchmarking
dilakukan akan dilakukan beberapa teknik audit seperti wawancara,
observasi, maupun FGD. Pendekatan benchmarking dalam audit kinerja
biasanya lebih banyak digunakan ketika belum terdapat peraturan-peraturan
yang mewajibkan suatu organisasi/bidang/are? Yang diaudit untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Hasil dari benchmarking adalah adanya
kriteria berupa prinsip best practices atas area-area kunci yang
memengaruhi kinerja organisasi.
6. Survei

Menurut Ameilia Zuliyanti Siregar dan Nurliana Harahap (2019), survei adalah
salah satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia, dan untuk bisa
memperoleh informasi daripadanya maka perlu disusun satu instrumen penelitian
yaitu kuesioner (daftar pertanyaan).
Survei dilakukan untuk mengumpulkan informasi kuantitatif dan/ atau kualitatif
dari banyak pihak. Survei yang akan dilakukan harus menyesuaikan dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Setelah ditetapkan tujuan dengan jenis survei yang akan
dilakukan maka disusun pertanyaan-pertanyaan dengan wawancara (bertatap
muka, via SMS, email, telepon) atau kuesioner, yang mengarah pada tujuan yang
akan dicapai. Survei umumnya dilaksanakan pada tahap pelaksanaan audit. Survei

11
yang sering digunakan adalah menggunakan kuesioner terdokumentasi
(documented guestionnaire) agar dapat menjadi bukti audit yang valid dan
kompeten serta mudah dianalisis. Seperti apa kuesioner itu, akan dijelaskan di
bawah ini.

Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan terinci yang umumnya dikirim ke


entitas dan diisi oleh responden di dalam entitas tersebut atau untuk memperoleh
sekumpulan jawaban dari pertanyaan yang sama dari berbagai sumber. Kuesioner
umumnya digunakan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan yang
diberikan atau karena adanya keterbatasan waktu sementara auditor harus
memperoleh data dari banyak pihak.

Berikut ini adalah keuntungan dan kelemahan penggunaan teknik kuesioner untuk
memperoleh data:

Keuntungan Kelemahan
Tidak memerlukan hadirnya Kuesioner belum tentu akan
peneliti kembali seluruhnya
Dapat diberikan secara serempak Adanya kesulitan di dalam
kepada banyak responden menyebarkan kuesioner ke lokasi
lokasi yang dapat
merepresentasikan permasalahan
yang ada
Dijawab oleh responden menurut Memerlukan bantuan ahli di
kecepatan masing masing dan dalam mendesain pertanyaan dan
menurut waktu senggang menganalisis data
responden
Identitas responden dapat dibuat
anonim sehingga responden
bebas, jujur , dan tidak memiliki
tekanan untuk memberikan
jawaban

Dalam membuat pertanyaan yang akan digunakan di dalam ang- ket atau
kuesioner, terdapat hal-hal yang harus menjadi pedoman. Hal- hal tersebut
antara lain:

12
a. Tidak boleh menggunakan kata-kata dan kalimat pertanyaan yang rumit.
Pertanyaan rumit akan menjadikan responden malas untuk menjawab
pertanyaan tersebut .
b. Tidak boleh menggunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum.
Pertanyaan yang terlalu umum akan membingungkan responden
c. Menghindari pertanyaan yang ambigu dan memiliki tafsir ganda.
Pertanyaan yang ambigu akan membingungkan responden.
d. Menghindari pertanyaan yang mengandung sugesti. Sebuah per- tanyaan
yang dibuat harus netral dan tidak tendensius.
e. Menghindari pertanyaan yang berdasarkan asumsi dan estimasi. Pertanyaan
harus berdasarkan fakta-fakta tertentu, bukan ber- dasarkan asumsi yang
belum pasti.

Apabila dikaitkan dengan kebebasan dan keleluasaan responden di dalam


memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner,
maka jenis-jenis pertanyaan dibagi dalam beberapa jenis, yaitu,

a. Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
fakta-fakta tertentu. Contoh pertanyaan tertutup berupa "Apakah terdapat
pemantauan kinerja oleh atasan langsung?"

b. Pertanyaan terbuka
Di dalam pertanyaan jenis ini, responden bebas untuk memberi- kan
jawaban atas pertanyaan di dalam kuesioner yang diberikan. Pertanyaan
terbuka biasanya diawali dengan kata bagaimana dan kata mengapa.
Pertanyaan jenis ini memiliki range jawaban yang lebih luas daripada
pertanyaan tertutup. Contoh pertanyaan ter- buka misalnya, "Bagaimana
usaha manajemen untuk mencegah terjadinya pemborosan?"

c. pertanyaan menyelidik
Probing question adalah pertanyaan-pertanyaan untuk memper- oleh
informasi tertentu yang bersifat spesifik dan untuk mengu- ji tingkat
kedalaman pengetahuan seseorang mengenai hal-hal tertentu. Contoh
pertanyaan jenis ini misalnya "Apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya
ketidakefisienan di dalam proses bisnis yang dilaksanakan?"

d. Pertanyaan semiterbuka
Di dalam pertanyaan semiterbuka, jawaban atas pertanyaan telah diberikan
tetapi responden dapat memberikan tambahan jawaban atas pertanyaan yang
ada.

Di dalam melaksanakan teknik kuesioner, hal-hal yang perlu dipi- kirkan


adalah bagaimana auditor dapat melakukan analisis data dan membuat simpulan
setelah kuesioner terkumpul. Harus diperhatikan apakah sampling responden
yang menjadi objek kuesioner telah me- wakili kondisi dan permasalahan yang

13
dihadapi entitas atau tidak. Di sisi lain, auditor juga harus mencermati jumlah,
jenis kelamin, umur, dan geografis. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan hasil kuesioner yang representatif dengan tingkat kesalahan
semini- mal mungkin.

7. Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) secara sederhana dapat didefinisikan se- bagai
suatu diskusi yang dilakukan oleh beberapa individu yang dilaku- kan secara
sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. FGD adalah suatu
teknik kualitatif secara berkelompok yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan di dalam pelaksanaan audit. FGD sangat berguna untuk meneliti hal-
hal yang bersifat kuali- tatif dan tidak mudah diukur dengan menggunakan
pendekatan audit yang tradisional.

FGD adalah teknik yang umumnya digunakan dalam tahap peren- canaan audit.
Tujuan dari FGD adalah untuk mengeksplorasi perilaku dan kepercayaan, persepsi,
anggapan, permasalahan, atau untuk men- cari alternatif pemecahan dan penyebab
dari suatu permasalahan. FGD biasanya digunakan untuk: (1) mendefinisikan
permasalahan dengan lengkap atau mencari ide-ide baru (exploratory); (2)
mempelajari isu-isu tentang suatu segmen populasi (stimulus/exposure); (3)
menguji suatu Kuesioner atau alat-alat komunikasi, (4) menganalisis ulang atas
temuan hasil riset sebelumnya (verifikasi/validasi), dan (5) mengonfirmasikan dan
mengeksplorasi isu-isu baru yang terkait dengan riset sebelumnya

Sesuai dengan namanya, pengertian FGD mengandung tiga kata kunci: a.


Diskusi, b. Dalam Kelompok, c. Terfokus/Terarah. Dengan demikian, FGD
merupakan aktivitas diskusi kelompok yang terfokus. Tujuan dari pelaksanaan
FGD adalah untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Diskusi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai
suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta.

Manfaat utama dari teknik FGD dalam audit adalah auditor akan dapat
memperoleh informasi menyeluruh tentang masalah-masalah di dalam entitas
pemerintah dari pihak-pihak yang memang memiliki kapasitas dan pemahaman
tentang masalah tersebut. Pelaksanaan FGD yang efektif memerlukan perencanaan
yang matang. Untuk itu, diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut:

a. Membentuk tim

Tim FGD umumnya mencakup:

1) Moderator yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan mema- hami


masalah yang dibahas serta tujuan diskusi yang hendak dicapai
(keterampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi
(keterampilan proses).

14
2) Asisten Moderator/Co-fasilitator yaitu orang yang intensif
mengamati jalannya FGD, dan ia membantu moderator me ngenai
waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau ke- luar jalur),
apakah masih ada pertanyaan diskusi yang belum terjawab dan
apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif se- hingga belum
memperoleh kesempatan berpendapat.
3) Pencatat Proses/Notulen yaitu orang bertugas mencatat int
permasalahan yang didiskusikan serta dinamika yang terjadi dalam
FGD Notulen biasanya dibantu dengan alat pencatat berupa satu unit
komputer atau laptop yang lebih fleksibel.
4) Penyedia Logistik yaitu orang-orang yang membantu kelan- caran
FGD terutama berkaitan dengan penyediaan transpor tasi, kebutuhan
rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), Insentif (berupa uang
atau barang/cinderamata) dan alat dokumentasi.
5) Dokumenter yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan
dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin
berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama pere- kam selama dan
sesudah FGD berlangsung.

b. Pemilihan dan pengaturan tempat


Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun sebaik- nya
lokasi FGD yang dipilih hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman,
aman, tidak bising dan bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul.

c. Menyiapkan logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebe- lum,
selama, dan sesudah FGD terselenggara. Logistik FGD meli- puti peralatan
tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan kebu- tuhan-kebutuhan peserta
FGD seperti transportasi, konsumsi (makanan kecil dan atau makanan
utama); insentif dan akomodasi (jika diperlukan).

d. enentukan jumlah peserta


Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Jumlah peserta di dalam FGD yang terlalu sedi- kit tidak
menghasilkan pandangan-pandangan yang komprehensif. Di sisi lain,
peserta FGD yang terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-
masing peserta untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam.

e. Waktu pelaksanaan FGD


FGD bisa digunakan dalam audit keuangan, audit dengan tujuan tertentu
maupun audit kinerja, walaupun FGD lebih sering digunakan dalam audit
kinerja. FGD kerap digunakan untuk mendapatkan informasi komprehensif
tentang area tertentu yang memerlukan keahlian khusus, kompetensi khusus
atau hal-hal baru yang belum diketahui sebelumnya. Di dalam audit kinerja,
FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan apabila:

15
1) Auditor ingin memperoleh informasi mendalam tentang ting- katan
persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki pihak- pihak dalam
organisasi;
2) Auditor ingin memperoleh pemahaman mendalam ten- tang
keragaman perspektif di antara individu-individu yang
berkepentingan;
3) Auditor membutuhkan informasi tambahan berupa data kua- litatif
dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masya- rakat yang
bersifat kompleks dan memiliki implikasi luas;
4) Auditor ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi
karena mendengar pendapat langsung pihak-pihak yang
melaksanakan kegiatan.

8. Penggunaan tenaga ahli

Dalam kegiatan audit, terkadang auditor menghadapi permasalahan di mana


auditor tidak menguasai disiplin ilmu yang berhubungan dengan permasalahan
tersebut. Dengan demikian, auditor dapat menggunakan pendapat dari tenaga ahli
atau konsultan sebagai salah satu bukti untuk mendukung temuan audit apabila
dirasa hal tersebut diperlukan.

Pendapat tenaga ahli adalah pengumpulan data yang bersumber dari opini
tenaga ahli terhadap suatu hal atau masalah yang hasilnya dapat digunakan untuk
menambah kredibilitas laporan audit. Tenaga ahli dapat membantu auditor dalam
menjelaskan hal-hal tertentu yang bersifat teknis, di luar keahlian auditor.

Di dalam menggunakan tenaga ahli, tim audit harus mempertim- bangkan


seperti apa kualifikasi atau sertifikasi yang dimiliki oleh tenaga ahli Auditor yang
menggunakan tenaga ahli dari luar harus memperoleh keyakinan bahwa tenaga ahli
tersebut memang memiliki kualifi- kasi dalam bidang keahliannya dan auditor
harus mendokumentasikan keyakinan tersebut. Di dalam penggunaan tenaga ahli,
satu hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah posisi tenaga ahli tersebut
dalam tim audit. Dalam hal ini, tenaga ahli dapat memiliki posisi sebagai berikut:

a. Tenaga ahli berposisi di luar tim audit


Tenaga ahli berperan membantu auditor dalam memberitan pendapat
terhadap suatu permasalahan sehingga memudahkan auditor dalam
mengambil simpulan. Keberadaan tenaga ahli ada- lah pada waktu tertentu
pada saat dibutuhkan dan tidak mengiku- ti seluruh proses audit.

b. Tenaga ahli berposisi di dalam tim audit


Dalam hal ini tenaga ahli sebagai staf dalam tim yang memperkuat tim audit
dan tenaga ahli tersebut akan mengikuti proses audit sebagaimana anggota
tim audit yang lain.

16
Dari berbagai macam teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan di
atas, tentu terdapat keuntungan dan kelemahan tertentu. Di bawah ini adalah
berbagai macam keuntungan dan kelemahan teknik pengumpulan data
dalam kinerja audit, sebagaimana terdapat dalam tabel berikut.

17
18
19
2.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang telah diperoleh auditor dengan menggunakan berbagai teknik di atas
harus dianalisis agar dapat memberikan manfaat bagi auditor. Terdapat beberapa
teknik untuk melakukan analisis data antara lain Analisis Regresi (Regression
Analysis), Simulasi dan Modeling (Simulation and Modelling), dan Analisis
Muatan Data Kualitatif (Content Analysis of Qualitative Data). Adapun
pelaksanaan teknik-teknik tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Analisis Regresi (Regression Analysis)
Analisis regresi adalah suatu teknik untuk menilai hubungan atau korelasi antara
berbagai variabel. Analisis regresi dapat digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi hubungan antara berbagai variabel yang menjadi penyebab
dan menjelaskan hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, auditor ingin
mengetahui hubungan antara kebijakan Rumah Sakit Pemerintah untuk
mengurangi tarif bagi pasien miskin. Dalam kasus ini, auditor dapat memilih
sampel dari pasien-pasien yang menerima manfaat dari kebijakan
pengurangan tarif dan melakukan kunjungan lapangan untuk menguji apakah
pemberian tarif telah sesuai dengan ketentuan/kriteria yang telah ditetapkan.
b. Mengidentifikasi adanya keanehan atau ketidakwajaran. Dalam hal ini,
auditor dapat mengidentifikasi adanya kelemahan dan melakukan pengujian

20
tertentu untuk meyakinkan apakah faktor-faktor yang menjadi penyebab
keanehan dan ketidakwajaran tersebut.
c. Memberikan prediksi tentang peristiwa yang dapat terjadi di masa datang.
Contoh: Auditor ingin menelaah hubungan antara pendapatan Rumah Sakit
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu aspek dalam menilai
kewajaran penetapan jumlah "Penyisihan untuk Hutang Pendapatan Ragu-
ragu."
Bentuk analisis regresi yang paling sederhana adalah analisis korelasi, yang
menelaah korelasi antara dua variabel (X dan Y). Analisis dilakukan untuk mengukur
derajat perubahan satu variabel (X) d hubungkan dengan perubahan yang terjadi pada
variabel lainnya (Y). Dengan demikian, auditor harus mendapatkan data kedua
variabel tersebut (X1 Y1, X2 Y2, …, Xn Yn).
Auditor kemudian menganalisis apakah terdapat hubungan di antara kedua
variabel tersebut dengan menemukan garis yang paling sesuai dengan data observasi.
Garis ini merupakan garis yang paling mendekati garis yang ideal. Analisis dua
variabel ini dapat dikembangkan untuk mengakomodasi banyaknya variabel yang
akan dianalisis. Analisis ini lebih disebut sebagai analisis regresi berganda atau
analisis multivariat.
Sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan analisis regresi adalah sebuah
perangkat lunak spreadsheet. Saat ini telah banyak beredar perangkat lunak statistik,
misalnya SAS, SPSS, SYSTAT atau Stata, yang menyediakan menu analisis regresi
yang dapat digunakan.
Tabel 2.4.1 Kekuatan dan Kelemahan Analisis Regresi
Kekuatan Kelemahan
Teknik yang baik untuk analisis Laporan yang dihasilkan kurang informatif,
data. terutama bagi mereka yang kurang memiliki
pengetahuan statistik.
Berfungsi dengan baik untuk Menyangkut pengetahuan dan pengertian
variabel numerik. teknik analisis statistik.
Dapat menganalisis variabel non- GIGO (Garbage In-Garbage Out). Apabila
Numerik tertentu data yang di-input salah maka output yang
dihasilkan menjadi salah.

21
Salah interpretasi--korelasi tidak selalu
berhubungan dengan penyebab terjadinya
peristiwa tertentu.
Kesulitan dalam melakukan analisis variabel
logika.

2. Simulasi dan Modeling (Simulation and Modelling)


Simulasi adalah metode membuat tiruan sistem yang ada. Tujuan dilakukannya
simulasi adalah untuk membandingkan hasil dari model simulasi dengan hasil dari
sistem yang sebenarnya dan untuk memprediksi tanggapan sistem tersebut atas
perubahan yang terjadi. Auditor jarang menggunakan model ini, kecuali untuk
membangun model simulasi pada saat menganalisis risiko. Seringkali dalam tahap audit
rinci, auditor melakukan pengujian atas validitas dan tingkat keyakinan suatu model
simulasi yang dikembangkan oleh auditee.
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang besar di antara kemampuan membuat
simulasi dengan kemampuan menilai simulasi yang dibuat oleh auditee. Jika auditor
perlu menguji hasil suatu simulasi yang dibuat oleh auditee, maka ia harus dapat
mendesain ulang simulasi tersebut dengan menggunakan asumsi yang berbeda dalam
model matematis untuk melihat tingkat ketidakefisienan yang terjadi dalam model yang
ada. Simulasi dan modeling digunakan pada saat:
a. menilai kecukupan suatu model yang digunakan oleh auditee dalam membuat
suatu keputusan penting; dan
b. menjawab pertanyaan "Bagaimana jika?" mengenai suatu dampak yang
ditimbulkan oleh suatu isu audit, observasi, atau rekomendasi.

Terdapat berbagai kondisi di mana suatu entitas dapat menggunakan simulasi dalam
membuat keputusan keuangan yang kemudian akan ditelaah oleh auditor sebagai
bagian penting dalam audit kinerja. Contohnya sebuah rumah sakit mendapat tambahan
pinjaman pemerintah untuk kegiatan riset pada tahun anggaran berjalan. Rumah sakit
kemudian membuat simulasi mengenai kewajiban keuangan di masa depan berdasarkan
kondisi baru tersebut.
Model dan simulasi memiliki berbagai ukuran dan kompleksitas. Banyak di
antaranya dalam bentuk sederhana seperti penilaian ulang atas pendapatan rumah sakit

22
yang diaudit dengan mengkondisikan lingkungan yang sama pada rumah sakit lain. Di
lain pihak beberapa model memiliki kompleksitas yang tinggi dan memerlukan
keahlian matematis yang biasanya tidak dimiliki oleh semua auditor. Model simulasi
matematis tersebut memiliki tiga komponen, yaitu data input, model matematis, dan
data output. Terdapat dua jenis model matematis yang digunakan dalam simulasi, yaitu
stochastic models yang mencakup penciptaan data random, dan deterministic models
yang tidak menghasilkan data acak.
Dalam beberapa aspek, model simulasi menggunakan teknik- teknik statistik lainnya
seperti analisis regresi. Model-model matematis menghasilkan data output yang dapat
diteliti dengan data aktual. Pada umumnya, data output dari model simulasi
diperlakukan sama dengan data yang diperoleh dari metode lain. Dalam hal ini, data
output tersebut harus diteliti dan dianalisis.

Tabel 2.4.2 Kekuatan dan Kelemahan Analisis Simulasi dan Modeling


Kekuatan Kelemahan
Proses relatif cepat. Proses penciptaan bilangan random harus
memenuhi kriteria yang disebut "spectral test".
Analisis "Bagaimana jika?" dapat Perlu penelitian atas variabel yang berkorelasi.
diterapkan pada beberapa
skenario/skema.
Biaya lebih rendah apabila Bergantung pada komponen teknik.
dibandingkan dengan observasi
fisik.

Data input dan model matematis dapat memiliki masalah, sehingga hasil simulasi
dapat diperdebatkan. Dengan demikian, model ini bukan suatu teknik yang dengan
sendirinya menghasilkan temuan audit dan tidak berfungsi sebagai alat pelaporan yang
berguna. Meskipun demikian, simulasi dan modeling dapat menjadi alat penelaahan
yang andal, khususnya saat dikombinasikan dengan metode pengumpulan data audit
dan metode analisis lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan untuk menguji kualitas suatu model
simulasi:
• Apakah data input telah valid dan dapat dipercaya?

23
• Apakah terdapat model yang kredibel atau model yang dihasilkan dari
pengambilan data acak?
• Apakah data input telah dianalisis dan ditelaah dari kemungkinan adanya
kesalahan?
• Apakah terdapat aspek penting yang diabaikan dari model tersebut?
• Perubahan apakah yang dapat menjadikan suatu model simulasi tidak valid?
• Apakah data output telah dianalisis secara detail?
• Apakah hasil analisis data output masuk akal dan dapat diterima?
• Jika program baru dilibatkan dalam suatu model, apakah program tersebut telah
diteliti dan diverifikasi?
• Apakah terdapat ketidaksempurnaan dalam sumber dari bilangan random?
• Apakah model tersebut cukup andal? Dalam hal ini, apakah model tersebut
mampu memprediksi secara akurat saat diaplikasikan pada kelompok data baru
yang tidak digunakan saat mendesain model tersebut?

3. Analisis Muatan Data Kualitatif (Content Analysis of Qualitative Data)


Analisis muatan data kualitatif adalah sebuah pendekatan sistematis dalam
mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi dalam suatu format standar. Metode
ini memungkinkan auditor membuat simpulan berdasarkan data dalam berbagai bentuk.
Dalam konteks audit kinerja, auditor sering dihadapkan pada sejumlah besar arsip
dokumen, laporan, studi teknis, notulen rapat, dan lain-lain yang memuat berbagai data
penting yang mungkin dapat memberikan jawaban yang bermanfaat dan informatif atas
permasalahan serta masalah-masalah penting dan signifikan yang muncul selama audit.
Data-data tersebut perlu dikumpulkan dan diorganisasi kan sedemikian rupa dalam
sebuah format tertentu. Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah melalui
metode analisis muatan data kualitatif. Metode ini amat berguna dalam tahap
perencanaan dan pelaksanaan audit untuk merangkum dan menyediakan bukti audit dan
bahkan mungkin mengubah informasi menjadi temuan audit.
Pada dasarnya, analisis muatan data kualitatif bermula dari suatu pertanyaan:
"Bagaimana kita dapat membuat suatu data menjadi data yang dapat diterima, karena
data tersebut mungkin berasal dari sumber yang beragam dan dikembangkan untuk
berbagai tujuan, serta terkadang tidak konsisten, penuh dengan celah dan tumpang
tindih satu sama lain? Untuk menghasilkan jawaban yang objektif atas pertanyaan ini

24
dan untuk menjamin kelanjutan penggunaan serta kredibilitas analisis yang dihasilkan,
maka sangat penting untuk menjelaskan prosedur dengan jelas dan sistematis.
Oleh karena itu, dalam menggunakan analisis muatan data kualitatif, auditor
disarankan untuk mengikuti langkah-langkah berikut:
a. menentukan materi yang harus dicakup dalam analisis muatan data kualitatif.
Sebagai contoh, untuk membantu mengidentifikasi tujuan sebuah rumah sakit,
maka diperlukan peraturan-peraturan, notulen komisi DPR, dokumen kebijakan
pemerintah, transkrip wawancara dengan petugas yang berwenang, dan
informasi- Informasi lain:
b. memilih unit analisis;
c. menyusun kode-kode kategori;
d. menyusun kode bahan-bahan/data; dan.
e. menganalisis dan menerjemahkan hasil analisis.

Analisis muatan data kualitatif digunakan selama tahap audit terinci untuk
menentukan hasil positif atau negatif suatu program. Analisis ini dapat digunakan untuk
membuat sintesis atas laporan evaluasi, laporan audit, dokumen kebijakan pemerintah,
penilaian akademis independen atas kinerja suatu program, dan lain-lain. Merangkum
simpulan yang dihasilkan oleh berbagai studi dapat menghasilkan penilaian yang andal
atas dampak suatu program.

Tabel 2.4.3 Kekuatan dan Kelemahan Analisis Muatan Data Kualitatif


Kekuatan Kelemahan
Dapat merangkum data dalam Cenderung mahal.
jumlah besar.
Memperkuat (corroborated) Time consuming.
informasi dari berbagai sumber
sehingga dapat menghasilkan
temuan yang dapat dipercaya.
Dapat digunakan untuk Adanya permasalahan dalam validitas sebagai
memvalidasi metode analisis berikut:
lainnya • keterbatasan inheren dalam
mengumpulkan data

25
• keandalan (reliability) dan validitas
merupakan dua hal yang saling
bergantung.

2.5 PENDOKUMENTASIAN AUDIT

Setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data, hal penting lainnya yang
perlu dilakukan oleh auditor adalah melakukan pendokumentasian data dan
informasi tersebut ke dalam dokumen kertas kerja audit. Kertas kerja audit meliputi
seluruh dokumen yang relevan yang diperoleh/dihasilkan selama tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan hasil audit kinerja yang mendukung
simpulan audit dan rekomendasi yang diberikan. Selain itu, kertas kerja audit akan
memberikan informasi bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku.

Kertas kerja audit merupakan penghubung antara kegiatan audit dengan


Laporan Hasil Audit. Dengan demikian, suatu kertas kerja audit harus disusun
selengkap mungkin, berisi rincian yang mempermudah pemahaman atas audit yang
dilakukan dan dapat memberikan akumulasi bukti-bukti audit yang mendukung
simpulan, dan rekomendasi yang disampaikan dalam Laporan Hasil Audit.

Pendokumentasian pekerjaan audit merupakan upaya untuk menyediakan


seluruh bukti dan data yang diperoleh selama audit. Auditor harus dapat
mendokumentasikan data/bukti audit yang dibuat atau diperoleh untuk dapat
mendukung kesimpulan audit. Pendokumentasian yang dilak sanakan harus
meliputi pendokumentasian terhadap:

• dasar perencanaan audit


• metode dan prosedur audit;
• desain audit;
• pekerjaan audit yang telah dilaksanakan;
• bukti-bukti yang dikumpulkan; dan

26
• hasil serta temuan audit.

Pendokumentasian pekerjaan audit harus dilakukan dengan alasan berikut:

a. Sebagai dasar yang kuat untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi


audit.
b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan audit Kriteria
metodologi audit kinerja umumnya dilaksanakan dengan
menyesuaikan kondisi yang terdapat pada entitas pemerintah yang
diaudit. Oleh karena itu, pendokumentasian pelaksanaan pekerjaan
audit kinerja sangat penting sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan audit
c. Memudahkan auditor untuk menjelaskan temuan audit secara lebih
baik kepada pihak yang diaudit.
d. Pendokumentasian pekerjaan audit dapat menyediakan data bagi
pelaksanaan audit berikutnya.
e. Pendokumentasian pekerjaan audit sebagai dasar untuk menam
kualitas pekerjaan audit yang dilaksanakan.
f. Pendokumentasian pekerjaan audit menyediakan suatu dasar bagi
pelaksanaan review penjaminan mutu audit.
g. Sebagai bahan bagi auditor di dalam menjawab pertanyaan-pertama
dari pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti Aparat Penegak
Hukum.
h. Membantu tim audit untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Secara umum, kertas kerja audit yang disusun harus memiliki karak teristik-
karakteristik sebagai berikut:

1. Lengkap dan akurat. Kertas kerja audit harus disusun dengan lengkap dan
akurat sehingga dapat digunakan untuk membuat Laporan Hasil Audit.
2. Jelas dan singkat, sehingga setiap orang yang melakukan review atas kertas
kerja audit akan dapat memahami tujuan, Iingkup pekerjaan dan kesimpulan
audit yang diperoleh tanpa memerlukan penjelasan tambahan.

27
3. Mudah disiapkan dengan menggunakan formulir yang standar, basis data,
dan sistem pencatatan otomatis.
4. Relevan. Informasi di dalam kertas kerja audit hanya berisi tentang
permasalahan yang penting, bermanfaat, dan berkaitan erat dengan tujuan
audit.
5. Disusun secara terorganisir dengan memberikan cross-reference yang jelas
antara bukti audit dengan kriteria dan simpulan audit.
6. Mudah direview dengan memberikan referensi kepada laporan audit.

2.6 PROGRAM KERJA AUDIT

Program kerja audit adalah langkah-langkah kerja yang harus dilaksanakan oleh
auditor ketika melaksanakan pekerjaan audit. Program kerja audit berisi informasi
tentang prosedur dan teknik audit yang harus dilakukan oleh auditor dalam rangka
untuk mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan.

Manfaat dari penyusunan program kerja audit adalah :

• Sebagai pedoman bagi auditor di dalam melaksanakan pekerjaannya.


• Merupakan media pemberian tugas-tugas audit yang harus
dilaksanakan oleh auditor secara sistematis.
• Sebagai alat untuk melakukan pengawasan atas pekerjaan audit secara
berjenjang.

Program kerja audit yang ditetapkan pada awal audit adalah program kerja yang
bersifat umum. Dengan demikian, program kerja audit tentu dapat diubah dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada auditan yang tentu berbeda-
beda, tentu dengan persetujuan atasan. Program kerja audit terdiri atas program
kerja sebagai berikut :

1. Pemahaman Atas Latar Belakang Auditan. Informasi tentang latar belakang


auditan memberikan manfaat bagi auditor untuk lebih memahami objek
audit. Hal ini dapat diperoleh dari Laporan Hasil Audit terdahulu, termasuk
ada tidaknya temuan yang belum ditindaklanjuti. Adanya temuan yang

28
belum ditindaklanjuti dapat memberikan informasi bagi auditor terkait
bagaimanakah tingkat kepatuhan auditan di dalam menindaklanjuti hasil
temuan audit.
2. Audit/Survei Pendahuluan. Audit/Survei Pendahuluan meliputi pemahaman
tentang implementasi sistem pengendalian pada auditan (SPIP) dan
pemahaman tentang proses bisnis yang dilaksanakan di dalam auditan.
3. Audit Rinci. Pekerjaan audit rinci berupa pengujian substantif dilakukan
untuk membuat simpulan audit dan untuk mencapai tujuan audit yang telah
ditetapkan. Yang

Program kerja audit yang disusun harus terdiri atas tujuan audit (tujuan audit
umum dan khusus), prosedur-prosedur audit dalam urutan dan sistematika tertentu,
nama auditor yang ditunjuk untuk melaksanakan prosedur audit tersebut serta
estimasi waktu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan prosedur audit dengan
baik.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan audit proses pengumpulan bukti dan analisis data audit
kinerja merupakan bagian yang penting dalam kegiatan audit kinerja . Data dan
informasi yang diperoleh auditor adalah fakta-fakta yang dapat memberikan
informasi untuk membantu kerja auditor sedangkan bukti merupakan segala
informasi yang telah di kumpulkan dan digunakan untuk mendukung suatu temuan
audit.
Data sendiri di peroleh auditor dengan teknik berupa review/telaah dokumen ,
wawancara, konfirmasi, observasi, Benchmarking, survei, Focus Group
Discussion dan penggunaan tenaga ahli.
Adapun data yang telah berhasil di kumpulkan oleh auditor di analisis dengan
beberapa teknik seperti analisis regresi , simulasi dan modeling ,serta analisis
muatan daya kualitatif. Setelah itu baru di dokumentasikan sebagai upaya untuk
menyediakan seluruh bukti dan data yang diperoleh selama audit Lalu di akhiri
dengan penyusunan progam kerja audit yang merupakan langkah kerja yang harus
dilaksanakan oleh auditor ketika melaksanakan pekerjaan audit.

3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi bahasa, isi materi yang disampaikan, maupun
tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila pembaca
merasa kurang puas dengan hasil makalah ini. Kritik, saran, atau tanggapan
lainnya kami harapkan agar dapat dilakukan suatu evaluasi dan perbaikan terhadap
kesalahan-kesalahan yang ada, demi terwujudnya makalah yang lebih baik untuk
kedepannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Sutawijaya, Iwan Novarian dan Ardeno Kurniawan. (2020). Audit Kinerja: Mendorong
Peningkatan Value Organisasi Pemerintah Dalam Mewujudkan World Class Government
(Edisi 1). Yogyakarta: Penerbit Andi.

31

Anda mungkin juga menyukai