Disusun Oleh :
Kelompok 4
KEPERAWATAN 4A
2022
Pertemuan 1 : Asuhan Keperawatan Stroke
Definisi : Defisit neurologis yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung sebagai akibat
adanya gangguan pembuluh darah otak. Disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan
daerah fokal pada otak yang terganggu.(WHO)
Klasifikasi stroke berdasarkan patologi dan gejala klinik ,maka stroke dibafi 2
1. Stroke Hemoragik
- Perdaraghan intra serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid,disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak tertentu
- Kejadiannya saat melakukan aktiviyas atau saat aktif
- Kesadaran pasien menurun
2. Stroke Non Hemoragik
- Berupa iskemia ,emboli dan thrombosis cerebral
- Terjadi saat / setelah lama beristirahat ,bangun tidur,pagi hari
- Tidak terjadi perdarahan tetapi hipoksia karena iskemia,dapat timbul edema sekunder
- Kesadaran pasien umumnya baik
1. Transient ischemic Attack/TIA atau serangan otak sepintas . terjadi deficit neurologic
dalam waktu 30 menit berlangsung kurang dari 24 jam tanpa meninggalkan gejala
sisa.TIA diakibatkan karena mikroemboli dari plak atherosklerotik pembuluh darah
ekstrakranial dan u[ntuk sementara mengintrupsi okdigenasi otak
2. Reversible ischemic Neurologi Defisit(RIND) atau serangan oatak iskemik yang
reversible . gigunakan jika gejala sisa deficit neurologic masih terjadi setelah 24 jam
3. Stroke in evolution atau stroke progresif terjadi dalm beberapa jam sampai beberapa
hari .terjadi akibat pembesaran thrombus di dalam pembuluh darah arteri.
4. Completed Stroke terjadi deficit neurologic tidak mengalami perbaikan dalam waktu
2-3 hari.
Etiologi
Tidak diketahui
Factor resiko :
• PatofisiologiOklusi
• Iskemia
• Metabolisme anaerob
- Edema serebral
- Edema cerebral
• Perfusi otak menurun
• Gangguan neurologis
- Tidak sadar
- Konfuse
• Pengaruh fisik
- Paralisis
- Kesulitan menelan
- Gangguan penglihatan
- Kehilangan Bahasa
- Penilaian buruk
- Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral shg kemungkinan terjatuh ke sisi
yg berlawanan
- Hemiparese kanan
- Disfagia global
- Apasia
- Mudah frustasi
Test Diagnostik
Penatalaksanaan Medik
1. Fase akut
Selama fase akut tindakan keperawatan ditujukan u/ mempertahankan fungsi vital pasien
(life saving) dan memfasilitasi perbaikan neuron.
1. Fase Akut
2. Stroke kardioemboli
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b d interupsi aliran darah, gangguan oklusif,
hemoragic, vasopasme serebral, edema serebral
Perubahan perfusi jaringan serebral b d interupsi aliran darah, gangguan oklusif, hemoragic,
vasopasme serebral, edema serebralTujuan
- TTV stabil
• Intervensi
• Tujuan
- Mempertahankan / meningkatkan kekuatan fungsi bagian tubuh yg terkena
• Intervensi
Kerusakan komunikasi verbal b d kerusakan sirkulasi serebral, kehilangan kontrol otot fasial
• Tujuan
• Intervensi
- Klien dpt melakukan aktivitas perawatan diri dlm tingkat kemampuan mandiri
• Intervensi :
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yg dilakukan atau
keberhasilannya
- Berikan bantuan perawatan diri bila pasien tdk mampu melakukan sendiri (mandi,
bab, bak, dsb)
- Berikan dukungan
EVALUASI
- TTV stabil
- Klien dpt melakukan aktivitas perawatan diri dlm tingkat kemampuan sendiri
Ringan : simtomatik dapat ditangani sender ,tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari
insidensi
- 15, 5 kasus/th,
- 65 % akibat DM
Penyebab
- Konsumsi alkohol
- Stad. gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana.
- Stad. Simpatik : keringat dingin pada wajah, tangan, palpitasi.
Penatalaksanaan
Tujuan Pengobatan
Interventions Nonpharmacologic
- Pada klien sadar beri minuman mengandung glukosa atau sukrosa (15 gr gula dapat
meningkatkan 20 – 120 mg/dl).
- Glukosa oral : 10 – 20 gr segera diberikan, dalam bentuk tablet, jelly tau 150-200 ml
minuman.
- Jika ada kesulitan menelan dan tidak gawat berikan madu atau gel glukosa lewat mukosa
rongga mulut.
- Glukosa IV , diberikan hati-hati :150 – 200 ml glukosa 10% atau 75 – 100 ml glukosa
20%
Pertemuan 5
Asidosis Respiratorik: Kelompok 1
DEFINISI
Asidosis respiratorik merupakan keadaan kelebihan asam relative di cairan tubuh akibat retensi
atau produksi berlebihan CO2. Asidosis repiratorik akut terjadi dan mereda dalam 3 hari atau
kurang; asidosis respiratorik kronik menetap dalam waktu yang lebih lama.
Asidosis respiratorik hampir selalu disebabkan oleh hipoventilasi. Asidosis respiratorik kronis
tersering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) perubahan-perubahan
patologis yang menyebabkan kolaps saluran napas, air trapping dan gangguan hubungan
ventilasi-perfusi (V/Q).
Asidosis respiratorik dapat terjadi secara iatrogenic (akibat penatalaksanaan) dari ventilasi
mekanis yang adekuat atau dari pemberian oksigen berlebih pada klien dengan retensi CO2
kronis (seperti pada PPOK).
Patofisiologi
CO2 terakumulasi dalam darah dan dengan cepat terdifusi ke seluruh kompartemen tubuh.
Hiperkapnea ini mendorong reaksi hidrolisis ke arah maju, menciptakan asam karbonat yang
berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3. Penyanggaan segera oleh penyangga non-bikarbonat terjadi.
Kompensasi ginjal berlanjut selama 3-5 hari, dengan sekresi H+ dan regenerasi bikarbonat yang
lebih hebat. Produksi amonia ginjal meningkat, meningkatkan fungsi penyangga urine amonia
namun menurunkan simpanan protein.
Pada asidosis respiratorik akut, peningkatan cepat PaCo2, mengakibatkan hipoksemia pada klien
yang menghirup udara ruangan karena CO2, yang diretensi menggeser oksigen di alveoli.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis disfungsi sistem organ akibat asidemia mencakup hipotensi dan disritmia
jantung yang disebabkan oleh penurunan tonus vaskular, penurunan kontraktilitas miokard, dan
manifestasi gangguan keseimbangan elektrolit. Perubahan aliran darah serebral dan penurunan
neurotransmisi pada asidosis respiratorik akut dapat bermanifestasi sebagai tremor, kejang,
letargi, sopor, hingga koma (ensefalopati hiperkapnik).
Asidosis Metabolik
Pengertian
Asidosis metabolik merupakan keadaan kelebihan asam (atau defisit basa) relatif pada cairan
tubuh akibat akumulasi asam-asam terfiksasi atau hilangnya bikarbonat.
Etiologi
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh satu dari dua mekanisme: akumulasi asam terfiksasi
atau hilangnya basa. Kedua mekanisme ini sering dapat dibedakan secara klinis dengan ada atau
tidak adanya gap anion yang tinggi. Nilai normal gap anion adalah 12 + 4 mEq/L.
Asidosis non-gap anion yang disebabkan hilangnya basa juga disebut asidosis metabolik
hiperkloremik. Pada kasus ini, ginjal menahan klorida saat bikarbonat yang berlebih hilang dari
tubuh, dan gap anion tetap normal. Bikarbonat yang berlebih dapat hilang melalui ginjal ataupun
saluran cerna.
PATOFISIOLOGI
Pada asidosis metabolik yang disebabkan oleh akumulasi asam-asam organik, penyanggaan
menurunkan simpanan bikarbonat dengan cepat. Jika fungsi ginjal tidak terganggu, regenerasi
HCO3-, oleh ginjal terjadi dengan ekskresi H+; meskipun demikian, respons ini membutuhkan
waktu beberapa hari.
Manifestasi Klinis
Asidosis metabolik tampak jelas pada nilai-nilai GDA dengan pH dan kadar HCO, yang rendah.
PaCO, turun dengan terjadinya kompensasi respiratorik. Manifestasi sistemik asidemia
disebabkan oleh perubahan fungsi protein dan gangguan keseimbangan elektrolit yang
menyerupai manifestasi asidosis respiratorik kecuali terdapatnya mekanisme kompensasi berupa
hiperventilasi.
A. Pengertian
Patofisiologi
Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi, dan diperkirakan sebagai pencetus lebih
dari 50% kasus KAD. Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresi kortisol dan glukagon
sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang bermakna. Faktor lainnya adalah
cerebrovascular accident, alcohol abuse, pankreatitis, infark jantung, trauma,
pheochromocytoma, obat, DM tipe 1 yang baru diketahui dan diskontinuitas (kepatuhan) atau
terapi insulin inadekuat.
Meskipun gejala DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari, perubahan
metabolik yang khas untuk KAD biasanya tampak dalam jangka waktu pendek (< 24 jam).
Penatalaksanaan
1. Terapi cairan
2. Terapi insulin
3. Natrium
4. Kalium
5. Bikarbonat
6. Fosfat
7. Magnesium.
8. Hiperkloremik.
• Monitoring terapi
• Komplikasi terapi
Komplikasi yang lebih sering dariKAD adalah hipoglikemia oleh karena penangana yang
berlebihan dengan insulin, hipokalemia yang disebabkan oleh pemberian insulin dan terapi
asidosis dengan bikarbonat, dan hiperglikemia sekunder akibat pemberian insulin yang tidak
kontinyu setelah perbaikan tanpa di berikan insulin subcutan.
Gambaran klinis
Gambaran klinis dari penyakit ini sebagai berikut .Pertama tama selama beberapa hari penderita
merasa sangat haus dan banyak kencing. secara otomatis, jika penyakit ini menimpa, penderita
akan meminum air banyak, bahkan minuman yang memiliki banyak kandungan gula. Dampak
nya, pada penderita akan merasakan kelelahan dengan disertai dengan mual dan muntah muntah.
Kondisi perut penderita menjadi tidak normal, seakan mengalami guncangan. Nyeri perut hebat
juga dapat terjadi. Lambat laun penderita merasa ngantuk dan kesadarannya mulai menurun.
• Peranan Hormon
Peranan insulin Pada KAD terjadi defisiensi insulin absolut dan relatif. Terhadap hormon
kontra regulasi yang berlebihan (glukagon, efinefrin, kortisol, dan hormon pertumbuhan).
Defisiensi insulin dapat disebabkan oleh resistensi insulin atau suplai insulin endogen atau
oksogen yang berkurang. Peranan glukagonDiantara hormon-hormon kontra regulator, glukagon
yang paling berperan dalam ketogenesis KAD. Glukagon menghambat proses glikolisis dan
menghambat pembentukan malonyl.Hormon kntra regulator insulin lain Kadar efinefrin dan
kortisol darah meningkat pada KAD. Hormon pertumbuhan (GH) pada awal terapi KAD
kadarnya kadang-kadang meningkat dan lebih meningkat lagi dengan pemberian insulin.
HIPOGLIKEMIA: kelompok 3
Definisi
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang
dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan
gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Etiologi
Penyutikan Insulin pada pasien diabetes uyang melebihi dosis, seharusnya penderita diabetes
militus melakukan pengecekan gula dalam darah (GDS) sebelum menyuntikan insulin sehingga
pasien mengetahui dosis yang akan digunakan.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan
obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan
makanan yang dikonsumsi.Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka keseimbangan ini
terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
Olahraga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.Pada saat insulin.
Pada saat berolahraga,tubuh berolahraga,tubuh akan menggunakan menggunakan glukosa
glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olahraga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun
Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa
untuk digunakan sebagai bahan bakar.Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh
glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja.
Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara
terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf
di dalam system saraf tersebut (Smeltzer,2001).
Manisfestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain
(Sudoyo,2006):
Fase Pertama: Gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga
dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa berupa palpitasi, palpitasi, keluar banyak
keringat, keringat, tremor, tremor, ketakutan, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50
mg%).
Fase Kedua : Gejala-gejala Gejala-gejala yang terjadi yang terjadi akibat mulai akibat mulai
terjadinya terjadinya gangguan fungsi gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing,
pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang-kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%). Adapun gejala- gejala
hipoglikemi menurut beratnya ringan hipoglikemi (Smeltzer, 2001):
Klasifikasi Hipoglikemia
2. Hipoglikemi klasik sementara (classic transient neonatal): terjadi jika bayi mengalami
mengalami malnutrisi malnutrisi sehingga sehingga mengalami mengalami kekurangan
kekurangan cadangan cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (scondary) : sebagai suatu respon str Sekunder (scondary) : sebagai suatu
respon stress dari neonatus sehingga ari neonatus sehingga terjadi peningkatan
metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
Penatalaksanaan Hipoglikemia
Glukosa Oral
Pengobatan reaksi insulin selalu glukosa. Jika pasien dapat menelan, cara terbaik memberikan
glukosa adalah dengan memberikan minuman yang mengandung glukosa atau sukrosa karena
dalam bentuk ini, glukosa dapat melewati lambung dan diabsorpsi di dalam usus dalam waktu
yang paling pendek. Jika pasien terlalu gemetar, dalam keadaan stupor, atau tidak kooperatif
untuk minum, berikan desktrose bolus 25 gr dari 50% selama beberapa menit. Jika jalur ini atau
dosis ini tidak tersedia, berikan 1 mg glukagon secara subkutan atau intramuskular untuk
meredakan gejala dengan memicu pemecahan dan pelepasan cepat glukosa ke dalam aliran darah
dari simpanan glikogen hati (Morton, 2017).
Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia
dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah
sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok
makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glukagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27
menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu 5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang
panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi
40 % IV sebanyak 10-25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.
Pemeriksaan Penunjang
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelumm diberiglukosa 75 gram oral) dan
nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam.
• HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2-3 bulan. HBA1c
menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin
tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya
komplikasi.
PENGERTIAN
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan ditandai demamtinggi dan
disfungsi system kardiovaskuler, system syaraf dan system saluran cerna. Krisis tiroid
merupakan suatu penyakit yang mengacu pada kejadian mendadak yangmengancam jiwa akibat
peningkatan dari hormone tiroid sehingga terjadi kemunduranfungsi organ
ETIOLOGI
4. Infeksi
5. Stroke
6. Trauma
8. Tiroiditis
9. Penyakit troboblastik
MANIFESTASI
PATOFISIOLOGI
Dari sudut pandang penyakit Graves, patofisiologi terjadinya tirotoksikosis ini melibatkan
autoimunitas oleh limfosit B dan T yang diarahkan pada 4 antigen dari kelenjar tiroid: TBG,
tiroid peroksidase, simporter natrium-iodida, dan reseptor TSH. Kelenjar tiroid dirangsang terus-
menerus oleh autoantibodi terhadap reseptor TSH dan berikutnya sekresi TSH ditekan karena
peningkatan produksi hormon tiroid. Antibodi ini menyebabkan pelepasan hormon tiroid dan
TBG yang diperantarai oleh 3,`5′-cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP). Krisis tiroid
timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam merespon hormon tiroid yang
menyebabkan hipermetabolisme berat yang melibatkan banyak sistem organ dan merupakan
bentuk paling berat dari tirotoksikosis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Koreksi hipertiroidisme
b. Obat yang dipilih adalah propiltiourasil (PTU)atau metimazol. PTU lebih banyak
dipilih karena dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer. PTU
diberikan lewat selang NGT dengan dosis awal 600-1000 mg kemudian diikuti
200-250 mg tiap 4 jam. Metimazol diberikan dengan dosis 20 mg tiap 4 jam, bisa
diberikan dengan atau tanpa dosis awal 60-100mg
d. Obat pilihan adalah larutan kalium iodida pekat (SSKI) dengan dosis 5 tetes tiap 6
jamatau larutan lugol 30 tetes perhari dengan dosis terbagi 4.
i. Terapi definitive
a. Terapi suportif
h. Glukokortikoid
3. Obat antiadrenergic
Yang tergolong obat ini adalah beta bloker, reserpin, dan guatidin. Reserpin dan guatidin kini
praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan Beta bloker.
Obati secara agresif faktor pencetus yang diketahui, terutama mencari fokus infeksi, misalnya
dilakukan kultur darah, urine, dan sputum, juga foto dada (Bakta & Suastika, 1999).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TEST T4 SERUM
2. TEST T3 SERUM
6. Tiroglobulin
KOMPLIKASI
Meski tanpa adanya penyakit arteri koroner, krisis tiroid yang tidak diobati dapat menyebabkan
angina pektoris dan infark miokardium, gagal jantung kongestif, kolaps kardiovaskuler, koma,
dan kematian (Hudak&Gallo, 1996).
Pengertian
- Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) à satu bentuk trauma yg dpt mengubah
kemampuan otak dlm menghasilkan keseimbangan fisik, intelektual, emosional, sosial
dan pekerjaan atau dpt dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatik yg dpt
menimbulkan perubahan – perubahan fungsi otak (Black, 2005)
ETIOLOGI
1. Focal. àkerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater. Kerusakan tersebut
berupa gabungan antara daerah perdarahan (kerusakan pembuluh darah kecil seperti
kapiler, vena, dan arteri), nekrosis otak, dan infark.
3. Frakture
Patofisiologi
- Patofisiologi cedera otak traumatik berdasarkan kerusakan jaringan saraf yang terjadi
dapat kita kelompokkan dalam dua kategori, yaitu: cedera primer atau cedera yang
disebabkan langsung oleh gaya mekanik pada awal cedera; dan cedera sekunder atau
kerusakan lanjut dari jaringan dan sel setelah cedera primer terjadi
Cedera otak traumatik dpt memicu beberapa kondisi patologis yg hampir semuanya dapat
diidentifikasi dgn CT scan kepala.
- Fraktur tengkorak
- Kontusio serebri
Jejas kepala.
• Lesi primer.
- hantaman langsung pada kepala.
- akselerasi, deselerasi, rotasi.
- fraktur tulang tengkorak, sel neuron rusak, pembuluh darah robek.
• Lesi sekunder.
- proses patologik dinamis, komplikasi intrakranial
- hematoma intrakranial: epidural, subdural, subarakhnoid, intraserebral,
intraserebelar.
- pembengkakan otak, edema otak à TIK meningkat, aliran darah setempat
menurun, spasme pemb. darah, infark.
- Komosio serebri àatau gegar otak merupakan keadaan pingsan yg berlangsung kurang
dari 10 menit setelah trauma kepala
- kontusio serebri àdpt terjadi dlm waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi
perdarahan intraserebral yg membutuhkan tindakan operasi
Pemeriksaan
- Keadaan umum.
- Fungsi mental
- Saraf otak
- Sistem motorik,
- Eyes
- Verbal response
- Motor response
Mata
- Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan, seperti
cubitan pada mata.
- Poin 3: mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk
membuka mata.
Verbal
- Poin 1: tidak mengeluarkan suara sedikit pun meski sudah dipanggil atau diberi
rangsangan.
- Poin 4: suara terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut tampak
kebingungan atau percakapan tidak lancar.
- Poin 5: suara terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
benar serta sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu.
Motorik
- Poin 1: tidak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali walau sudah diperintahkan
atau diberi rangsangan nyeri.
- Poin 2: hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki atau meluruskan kaki dan tangan
saat diberi rangsangan nyeri.
- Poin 3: hanya mampu menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri.
- Poin 4: mampu menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri.
Misalnya, orang tersebut merespons dengan menarik tangannya ketika dicubit.
- Poin 5: mampu menggerakkan tubuhnya ketika diberikan rangsangan nyeri dan orang
tersebut dapat menunjukkan lokasi nyeri.
- Pupil checks – are pupils equal and how they react to light
- Extremity strength
- Monitor : derajat kesadaran, vital sign,kemunduran motorik, reflek batang otak, monitor
tekanan intrakranial.
3. Hilangnya bayangan ventrikel III dan sisterne basalis pada CT skan otak
Indikasi CT san:
2. GCS 15 dengan:
b. Traumatik Amnesia
Pasien tanpa diikuti ggn kesadaran, amnesia, maupun gejala serebral lain hanya
perawatan luka, Ro hanya atas indikasi, keluarga diminta observasi kesadaran
Kesadaran disorientasi, atau not obey command, tanpa defisit neurologi fokal: Peratan
luka, Ro kepala
CT scan: bila dicurigai adanya lucid interval (hematom intrakranial), follow up kesadaran
semakin menurun, timbul lateralisasi
b. Pemeriksaan keadaran, pupil, tanda fokal serebral, dan cedera organ lain
h. Biasanya disertai cedera multipel, disamping kelainan serebral juga ada kelainan sistemik
Keseimbangan elektrolit
Pada saat awal masuk dikurangi untuk mencegah udem otak, 1500-2000 ml/hari
parenteraldengan cairan koloid , kristaloid Nacl 0,9%, ringer laktat. Jangan diberikan yang
mengandung glukosa – hiperglikemi, menambah udem otak
- Profilaksis: diberikan pada CK berat dengan fraktur impresi, hematom intrakranial, PTA
yang panjang
- Komplikasi sistemik
- Obat Neuroprotektor
Manfaat obat pada CK berat masih diteliti manfaatnya seperti lazaroid, antagonis
kalsium, glutamat, citikolin
Umum
PATOFISIOLOGI LB
sepsis.
Fase lanjut
- Penyembuhan dalam 10 hr timbul parut < 4% dan penyembuhan > 21 hr resiko timbul
parut 75%
PATHOFISIOLOGI:
- Luka bakar disebabkan pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
- Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel.
- Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
- Jaringan yg dalam termasuk organ visera dpt mengalami kerusakan karena luka bakar
elektrik atau kontak lama dg agen penyebab.
4. Luka Bakar akan mengakibatkan , tdk hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat
mempengaruhi seluruh sistem tubuh klien.
5. Seluruh Sistem tubuh klien menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon
kompensasi terhadap luka bakar.
6. Pd luka bakar yg luas (mayor) tubuh tdk mampu lagi u/ mengkompensasi sehingga
timbul berbagai macam komplikasi
Respon umum yg biasa terjadi pd klien luka bakar >20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. àdisebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta
respon endokrin terhadap adanya perlukaan yg luas
Pemasangan NGT akan mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan potensial
Respon Immunologi:
1. Respon barier mekanik. Sebagai barier mekanik, kulit berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan diri yang penting dari organisme yang mungkin masuk.
3. Respon Pulmoner
5. Pd kondisi berat konsumsi Oksigen oleh tubuh akan meningkat dua kali lipat.
8. Penurunan kelenturan paru, penurunan kadar Oksigen serum dan asidosis respiratorik dpt
terjadi dlm 5 hari pertama setelah LB.
- Suara yg menjadi parau, perubahan suara, batuk kering, stridor, sputum yg penuh jelaga.
- Sputum yg berdarah.
- Pernafasan yg berat atau takipnea dan tanda-tanda penurunan kadar oksigen lain.
Berdasarkan penyebab
- Panas kering.
- Panas basah.
- Tersengat listrik.
- Bahan kimia.
- Radiasi.
Frostbite
Derajat III Semua yang Nyala api yang Kulit terkelupas, Sedikit nyeri /tdk
diatas & bagian berkepanjangan, avaskular, pucat, nyeri
lemak subkutan ; listrik, kimia dan kuning sampai
dpt mengenai uap panas coklat
jaringan ikat
otot, tulang
Keparahan Kriteria
- Mematikan Api.
- Mendinginkan LB.
- Menutup LB.
- Mengirigasi LB kimia.
- Propolaksis Tetanus.
1. DI IGD
- Syok hipovolemik/neurogenik
- Distres pernafasan
- Gangguan kardiovaskuler: gangguan irama (pada luka bakar listrik) dan gagal jantung
- Gagal ginjal akut
2. RAWAT INAP
Diseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Kontraktur
Infeksi dan sepsis
TINDAKAN KEPERAWATAN
- Nilai keadaan umum pasien, jalan nafas (A), pernafasan (B) dan sirkulasi (C).
- Resusitasi cairan :
4 ml RL x BB kg x % PLTT
- Pemberian :
- Cuci luka dengan cairan deterjen yang menandung desinfektan (cairan deterjen
yang menandung desinfektan : NaCl = 1 : 100) kemudian dicuci ulang dengan
NaCl 0,9% agar tidak tersisa residu antiseptik
- Biarkan bullae (lepuh) utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada daerah sendi
yang dapat mengganggu gerakan)
- Selimuti pasien dengan selimut steril (usahakan pasien tidak kedinginan sampai
siap dipindah ke ruang rawat khusus)
(kolaborasi dokter)
- Antasida , H2 antagonis
- Analgetik
- Antibiotika
- Terapi cairan
◦ Pengendalian infeksi :
- Pencucian luka.
- Pembalutan.
- Tehnik aseptik.
- Pemberian salep luka bakar.
- Pembalutan serta pemberian tetanus toxoid dan ATS.
Pertemuan 13
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang disebabkan kontak
dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2011)
Faktor Presipitasi : Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, 4 ketidakberdayaan, percaya
diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat
dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.
Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap
orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan
yang sama dari orang lain.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya
Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Data Obyektif:
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Berdebat
Data Subyektif
Analisa Jurnal “Penganiayaan Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah tangga”
METODE
Berdasarkan anamnesa terhadap korban dan penyidik yang meminta keterangan langsung dari korban
saat melapor bahwa sebelum mengalami penganiyaan telah terjadi pertengakaran adu mulut korban
dengan pelaku yang masih saudara kandung suami korban yang memaksa korban untuk menyerahkan
hak asuh anak korban kepada pelaku, karena pelaku menganggap korban tidak akan mampu membiayai
hidup anak korban yang selama ini telah ditelantarkan oleh suami korban, hal itu menyebabkan
pertengkaran adu mulut dan berujung korban dipukul dan didorong sampai terjatuh yang
mengakibatkan luka lecet pada bagian bibir atas ,gusi depan bagian atas dan dagu.
HASIL
2. Dijumpai luka lecet pada gusi depan pada rahang kanan atas, dengan ukuran panjang 0,5 cm
lebar 0,5 cm setentang garis tengah tubuh
3. Dijumpai luka berdarah pada dagu dengan ukuran panjang 1 cm lebar 0,5 cm setentang garis
tengah tubuh
4. Dijumpai luka berdarah pada dagu dengan ukuran panjang 1 cm lebar 0,5 cm setentang garis
tengah tubuh
Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan
dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan
perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara
lain :
4. Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan
rentang harapan-harapan putus asa,sehingga menimbukan tindakan yang mengarah pada
kematian.
Adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya.Pada
kondisi ini,klien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai cara.
Pertemuan 14
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit
neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke akut
didefinisikansebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otakkarena sumbatan
(stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik) . Stroke adalah terjadinya gangguan
fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24
jam, akibat gangguan aliran darah otak. Menurut penulis, stroke adalah gangguan fungsional
otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan
ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
PENGGOLONGAN STROKE
Transient ischemic Attack (TIA): serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24
jam.
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala neuro logis akan menghilang antara > 24
jam sampai dengan 21 hari.
Progressing stroke atau stroke in evolution: kelainan atau defisit neurologik berlangsung secara
bertahap dari yang
Stroke komplit atau completed stroke: kelainan neurologis sudah lengkap menetap dan tidak
berkembang lagi.
Menurut klasifikasi The National Institute of Neurological Disorders Stroke Part III trial -NINDS
III, dibagi dalam 4 golongan yaitu karena:
Penyebab lain: semua hal yang mengakibatkan tekanan darah turun (hipotensi)
PENYEBAB : Stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu penyumbatan arteri yang
mengalirkan darah ke otak (disebut stroke iskemik/ nonperdarahan) atau karena adanya
perdarahan di otak (disebut stroke perdarahan/hemoragik). Stroke dan penyakit jantung koroner
dapat terjadi karena adanya dua atau lebih faktor risiko (multirisk factors), bukan hanya satu
faktor.
-Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau
tungkai atau salah satu sisitubuh.
-Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa
terbakar.
-Mulut tidak simetris, lidah mencong bila diluruskan.
Penatalaksanaan umum
Tindakan pertama dalam menangani pasien dengan stroke ada lah dengan menilai
terhadap sistem pernapasan dan jantung. Pemeriksaan terhadap jalan napas meliputi pemeriksaan
pada daerah mulut, seperti sisa makanan, gigi palsu, atau benda asing lainnya yang dapat
menghalangi jalan napas penderita. Lalu diperiksa keadaan sirkulasinya, seperti tekanan darah
dan denyut nadi. Pada saat di rumah sakit pasien akan diperiksa jan tungnya (dengan EKG). Bila
diperlukan dapat diberikan oksigen, pemasangan infus, serta terapi lainnya seperti pemberian
obat penurun panas, dan obat penurun tekanan intrakranial.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.Cedera
kepala (traumacapitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung
mengenai kepala yang mengakibatkan luka dikulit kepala,fraktur tulang tengkorak,robekan
selaput otak,dan kerusakan jaringa otak itu sendiri,serta mengakibatkan gangguan neurologis.
Cedera Primer Primer: Cedera Cedera primer, primer,primer,primer, terjadi terjadi pada
padawaktuwaktuwaktu benturan benturan benturanbenturan benturan,mungkinmungkin mungkin
mungkinkarena karenamemarmemarmemarmemar pada pada permukaanpermukaan permukaan
permukaanotakotak ,lasetasilasetasilasetasi lasetasi lasetasi substansisubstansi substansi
substansi alba, alba,alba, cedera robekan robekan robekan atau hemoragi hemoragi hemoragi
Cedera Sekunder :Cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral
dikurangi atau tidak ada pada area cedera.Konsekuensi nyameliputi hyperemia (peningkatan
volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler,serta vasodilatasi arterial,semua
menimbulkan peningkatan isi intracranial dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
Etiolog Etiolog Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis
kekerasan benda tumpul dan benda tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan
lalu lintas (kecepatan tinggi,kecepatan rendah),jatuh,pukulan benda tumpul,Sedangkan benda
tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
ManifestasiKlinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besar nya dan distribusi cedera otak.
1.Cedera kepala ringan:
●Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
●Pusing menetap dan sakit kepala,gangguan tidur,perasaan cemas.
●Kesulitan berkonsentrasi,pelupa,gangguan bicara,masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini menetap selama beberapa hari,beberapa minggu atau lebih lama setelah
konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
2.Cedera kepala sedang
●Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebingungan
●Gangguan kesadaran,abnormalitas pupil,awitan tiba-tiba deficit
neurologik,perubahanTTV,gangguan penglihatan dan pendengaran,disfungsi sensorik,kejang
otot,sakit kepala,vertigo dan gangguan pergerakan.
3.Cedera kepalaberat
●Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan
kesehatan.
●Pupil tidak aktual,pemeriksaan motorik tidak aktual,adanya cedera terbuka,fraktur tengkorak
dan penurunan neurologik.
●Nyeri,menetap atau setempat,biasanya menunjukan fraktur.
●Fraktur pada kubah cranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
Pemeriksaan penunjang
1.Foto polos tengkorak(skull X-ray), Untuk mengetahui lokasi dan tipe fraktur.
2.Angiografi cerebral, Bermanfaat untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu pertumbuhan
intracranial hematoma.
3.CT-Scan, Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya perdarahan intrakranial, edema
kontosiodan pergeseran tulang tengkorak.
4.Pemeriksaan darah dan urine.
5.Pemeriksaan MRI
6.Pemeriksaan fungsi pernafasan, Mengukurvolume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang
penting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan(medulla oblongata).
7.Analisa Gas Darah