1. Dashboard
2. My courses
3. Universitas Prima Indonesia
4. Fakultas Ekonomi
5. Sarjana Manajemen
6. 2022/1 PENGANTAR BISNIS
7. Topik 6: MOTIVASI KERJA
8. 6.1. Pentingnya Motivasi (The Value of Motivation)
Kepuasan kerja karyawan adalah hal yang sangat penting. Karyawan yang bahagia dapat
menghasilkan pelanggan yang bahagia, dan pelanggan yang bahagia menghasilkan
bisnis yang sukses (Happy employees can lead to happy customers, and happy customers
lead to successful businesses). Di sisi lain, karyawan yang tidak bahagia cenderung pergi.
Jika itu terjadi, perusahaan biasanya kehilangan lebih dari sekedar karyawan
berpengalaman. Perusahaan bisa mengeluarkan biaya yang setara dengan enam hingga
sembilan bulan gaji untuk menutupi biaya perekrutan dan pelatihan pengganti. Biaya
lain dari kehilangan karyawan bahkan lebih besar, antara lain:
Memotivasi orang yang tepat untuk bergabung dengan organisasi dan kemudian
bertahan adalah fungsi utama manajer. Manajer dengan kinerja terbaik biasanya
dikelilingi oleh karyawan dengan kinerja terbaik.
Bukan kebetulan bahwa “angsa terbang lebih cepat dalam sebuah formasi daripada
sendirian”. Meskipun keinginan untuk bekerja dengan baik pada akhirnya datang dari
dalam diri. Manajer yang baik menstimulasi karyawan dan menunjukkan dorongan alami
mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Karyawan bersedia untuk bekerja dan
bekerja keras, jika mereka merasa pekerjaan mereka menghasilkan sesuatu dan merasa
dihargai.
Satu studi yang terinspirasi oleh penelitian Frederick Taylor, dimulai di pabrik
Hawthorne milik Western Electric Company di Cicero, Illinois, pada tahun 1927 dan
berakhir enam tahun kemudian. Elton Mayo dan koleganya dari Universitas
Harvard datang ke pabrik Hawthorne untuk menguji tingkat pencahayaan yang terkait
dengan produktivitas optimal. Dalam hal ini, studi mereka adalah studi manajemen ilmiah
tradisional. Idenya adalah untuk menyimpan catatan produktivitas karyawan di bawah tingkat
pencahayaan yang berbeda. Tetapi percobaan awal mengungkapkan apa yang tampaknya
menjadi masalah. Para peneliti memperkirakan produktivitas turun saat pencahayaan
diredupkan. Namun, produktivitas kelompok eksperimental meningkat terlepas dari apakah
pencahayaannya terang atau redup, dan bahkan saat itu dikurangi hingga sekitar tingkat
cahaya bulan (cahaya yang sangat redup).
Dalam rangkaian kedua dari 13 eksperimen, ruang uji terpisah dibuat dimana para peneliti
dapat memanipulasi suhu, kelembaban, dan faktor lingkungan lainnya. Produktivitas naik
setiap kali; bahkan, secara keseluruhan meningkat 50 persen. Ketika para peneliti mengulangi
kondisi asli (mengharapkan produktivitas turun ke tingkat semula), produktivitas meningkat
lagi. Eksperimen dianggap gagal total. Tidak peduli apa yang dilakukan para peneliti,
produktivitas naik. Apa yang menyebabkan peningkatan tersebut?
Mayo menduga ada faktor manusia atau psikologis yang berperan. Dia dan rekan-rekannya
mewawancarai para karyawan, menanyakan tentang perasaan dan sikap mereka terhadap
percobaan tersebut. Jawabannya menjadi awal perubahan besar dalam ilmu manajemen yang
berdampak hingga saat ini. Berikut kesimpulan para peneliti:
Para karyawan di ruang ujian menganggap diri mereka sebagai kelompok sosial.
Suasananya informal, mereka dapat berbicara dengan bebas, dan mereka berinteraksi
secara teratur dengan supervisor mereka dan para peneliti. Mereka merasa istimewa
dan bekerja keras untuk tetap berada di grup. Ini merupakan salah satu bentuk
motivasi bagi mereka.
Para karyawan dilibatkan dalam perencanaan percobaan. Misalnya, mereka menolak
satu jenis jadwal pembayaran dan merekomendasikan yang lain, yang diadopsi.
Mereka percaya bahwa ide-ide mereka dihormati dan merasa terlibat dalam
pengambilan keputusan manajerial. Ini juga memotivasi mereka.
Apapun kondisi fisiknya, para karyawan menikmati suasana ruangan khusus mereka
dan bayaran tambahan untuk menjadi lebih produktif. Kepuasan kerja meningkat
secara dramatis.
Ketika satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain yang lebih tinggi muncul dan
memotivasi kita untuk memenuhinya. Kebutuhan yang terpuaskan tidak lagi menjadi
motivator. Misalnya, jika kita baru saja makan malam, rasa lapar tidak akan menjadi
motivator (setidaknya untuk beberapa jam), dan perhatian kita mungkin beralih ke
lingkungan (kebutuhan keamanan) atau keluarga (kebutuhan sosial).
1. Rasa berprestasi.
2. Mendapat pengakuan.
8. Upah.
9. Keadilan supervisor.
10. Kebijakan dan aturan perusahaan.
11. Status.
Karyawan tidak mempertimbangkan faktor yang terkait dengan lingkungan kerja sebagai
motivator. Menarik untuk diketahui bahwa salah satu faktor tersebut adalah gaji.
Karyawan merasa tidak adanya gaji yang layak, keamanan kerja, dan supervisor yang
ramah dapat menyebabkan ketidakpuasan, tetapi kehadiran faktor tersebut tidak
memotivasi karyawan untuk bekerja lebih keras; itu hanya memberikan kepuasan dan
kesenangan.
Motivator Faktor Hygiene
(Faktor-faktor ini dapat digunakan untuk (Faktor-faktor ini dapat menyebabkan
memotivasi pekerja.) ketidakpuasan, tetapi mengubahnya akan memiliki
sedikit efek motivasi.)
· Pekerjaan itu sendiri. · Kebijakan dan administrasi perusahaan.
· Prestasi. · Pengawasan.
Cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah membuat pekerjaan mereka menarik,
membantu mereka mencapai tujuan, dan mengenali pencapaian mereka melalui
kemajuan dan tanggung jawab tambahan.
Teori X
Konsekuensi alami dari asumsi ini adalah seorang manajer yang sangat sibuk dan
mengawasi karyawan dengan cermat, memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan
dan bagaimana melakukannya. Motivasi lebih cenderung berbentuk hukuman untuk
pekerjaan yang buruk daripada imbalan untuk pekerjaan yang baik. Manajer Teori X
memberi karyawan mereka sedikit tanggung jawab, otoritas, atau fleksibilitas.
Taylor dan ahli-ahli lain yang mendahuluinya akan setuju dengan Teori X. Studi gerak
waktu (time-motion studies) menghitung satu cara terbaik untuk melakukan tugas dan
waktu optimal untuk menyelesaikannya. Para peneliti berasumsi bahwa para pekerja
perlu dilatih dan diawasi dengan cermat untuk memastikan pekerjaan mereka sesuai
standar.
Teori Y
Daripada otoritas, arahan, dan pengawasan ketat, manajer Teori Y menekankan pada
suasana manajerial yang santai di mana pekerja bebas menetapkan tujuan, menjadi
kreatif, fleksibel, dan melampaui tujuan yang ditetapkan oleh manajemen. Teknik kunci
di sini adalah pemberdayaan, memberi karyawan otoritas untuk membuat keputusan
dan peralatan untuk menerapkan keputusan yang mereka buat.
Agar pemberdayaan menjadi motivator sejati, manajemen harus mengikuti tiga langkah
berikut:
Perusahaan tipe J didasarkan pada budaya Jepang, yang mencakup fokus pada
kepercayaan dan keintiman dalam kelompok dan keluarga. Sebaliknya, perusahaan Tipe
A didasarkan pada budaya Amerika, yang mencakup fokus pada hak dan pencapaian
individu. Ouchi ingin membantu perusahaan di AS mengadopsi strategi Jepang yang
berhasil, tetapi dia menyadari bukan hal praktis mengharapkan manajer-manajer di
perusahaan AS menerima pendekatan berdasarkan budaya negara lain.
Teori Z memandang organisasi sebagai sebuah keluarga yang memupuk kerjasama dan
nilai-nilai organisasi.
6.7. Teori Penetapan Tujuan dan Manajemen
Berdasarkan Sasaran (Goal-Setting Theory and
Management by Objectives)
Teori penetapan tujuan (goal-setting theory) mengatakan penetapan tujuan yang
ambisius tetapi dapat dicapai dapat memotivasi pekerja dan meningkatkan kinerja jika
tujuan diterima dan disertai dengan umpan balik (feedback), dan jika kondisi dalam
organisasi membuka jalan bagi pencapaian (achievement). Semua anggota organisasi
harus memiliki kesepakatan dasar tentang tujuan keseluruhan dan sasaran khusus untuk
setiap departemen dan individu. Jadi, harus ada sistem untuk melibatkan semua orang
dalam organisasi dalam penetapan tujuan dan implementasi.
MBO paling efektif dalam situasi yang relatif stabil ketika manajer dapat membuat
rencana jangka panjang dan menerapkannya dengan sedikit perubahan. Manajer juga
harus memahami perbedaan antara membantu (helping) dan melatih (coaching)
bawahan. Membantu berarti bekerja dengan bawahan dan melakukan sebagian
pekerjaan jika perlu. Melatih berarti bertindak sebagai sumber — mengajar,
membimbing, dan merekomendasikan — tetapi tidak berpartisipasi secara aktif atau
melakukan tugas. Ide utama MBO adalah bahwa karyawan perlu memotivasi diri mereka
sendiri.
Saat karyawan melihat ketidakadilan, mereka akan mencoba untuk menegakkan kembali
keadilan dengan berbagai cara. Di tempat kerja, persepsi ketidakadilan (inequity) dapat
menyebabkan produktivitas yang lebih rendah, kualitas yang berkurang, ketidakhadiran
yang meningkat, dan pengunduran diri secara sukarela.
Ingatlah bahwa penilaian keadilan (ekuitas) didasarkan pada persepsi dan oleh karena itu
dapat terjadi kesalahan. Ketika karyawan melebih-lebihkan kontribusi mereka — seperti
yang sering terjadi — mereka merasa penghargaan yang diberikan atas kinerja tidak adil.
Terkadang organisasi mencoba mengatasi hal ini dengan merahasiakan gaji karyawan,
tetapi kerahasiaan dapat memperburuk keadaan. Karyawan cenderung melebih-lebihkan
gaji orang lain, selain melebih-lebihkan kontribusi mereka sendiri. Sebuah studi
dari Mark Murphy, “The Dunning-Kruger Effect Shows Why Some People Think They’re
Great Even When Their Work Is Terrible,” yang dipublikasikan di majalah Forbes, 24
January 2017 menunjukkan pekerja sering memperkirakan jam produktif mereka sendiri
11% lebih tinggi daripada rata-rata rekan kerja mereka. Solusi terbaik umumnya adalah
komunikasi yang jelas dan sering. Manajer harus mengkomunikasikan sejelas mungkin
hasil yang mereka harapkan dan hasil yang akan terjadi.