Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan


rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap
dan kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan
suatu gejala melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi.
Pada dasarnya, informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-
masalah yang dipertanyakan sebelumnya.

Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi


dan sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan
penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya
lebih hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit
dibandingkan dengan metode sensus. Penentuan sampel dari suatu
populasi, disebut sebagai penarikan sampel.

Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki


karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara
lain objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat
homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek dalam
populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan tenaga,
serta keakuratan hasil sampling.

Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik


pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan
pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah
atau persoalan yang dihadapi, yaitu pertama, bahwa persoalan sampling
adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini
sampel harus benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya
kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel harus merupakan
kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah yang dihadapi adalah

1
bagaimana memperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang
dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau mencerminkan keadaan
populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian yang
menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana
proses pengambilan sampel dan berapa banyak unit analisis yang akan
diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan
sampel manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan
masalah penelitian yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis
atau ukuran sampel (sample size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan
penelitian.

Berdasarkan pengertian diatas, maka makalah ini membahas materi


mengenai populasi dan Teknik penarikan sampel

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud pengertian populasi dan sampel?
2. Apakah saja manfaat-manfaaat sampel?
3. Apakah saja teknik pengambilan sampel?
4. Bagaimanakah cara menentukan ukuran sampel?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pengertian populasi dan jenis-jenisnya.
2. Untuk mengetahui pengertian sampel.
3. Untuk mengetahui teknik sampling.
4. Untuk mengetahui cara menentukan ukuran sampel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti


jumlah penduduk. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Secara sederhana, populasi adalah semua subjek atau objek sasaran
penelitian.

Populasi bukan hanya bersifat orang saja, tetapi juga bisa benda-benda
alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Wujud subjek itu bermacam-
macam, bisa berupa: manusa, hewan, tumbuh-tumbuhan, barang produk
(hasil-hasil kerajinan, basil-basil industri, dan lain-lain), barang-barang
nonproduk (batu, pasir, tanah, air, dan lain-lain), dan bentuk lingual atau
ungkapan verbal (kata, frasa, kalimat, paragraf, teks), atau dokumen dan
barang cetak.

Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat


memungkinkan dua alternatif status populasi.  Pertama, populasi penelitian
itu bersatus sebagai objek penelitian jika populasi itu bukan sebagai
sumber informasi, tetapi subagai substansi yang diteliti, seperti hasil
produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-lain).  Kedua, populasi
penelitian itu berstatus sebagai sumber informasi, seperti manusia dan
dokumen. Dalam survei sosial, orang atau sekelompok orang lazim
berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan diri mereka atau fenomena-fenomena sosial yang berhubungan

3
dengan mereka.  Dalam penelitian tertentu, populasi penelitian dapat
berstatus ganda, sebagai objek penelitian yang informasinya juga dari
populasi itu.  Penelitian tentang “perbedaan cara belajar antara mahasiswa
bidang eksakta dan mahasiswa bidang sosial” mengisyaratkan populasi
penelitian akan berstatus ganda: sebagai objek penelitian yang
sekaligus juga sebagai sumber data penelitian.

Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi


perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
banyaknya dengan ukuran manusia.

Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan


ciri populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-
rata bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai
parameter populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika
nilainya berubah, maka populasinyapun berubah.

Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa


populasi (universe) atau sampel.

2. Sampel

Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya contoh,


comotan atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam
suatu penelitian, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam
populasi karena akan memakan  banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh
karena itu dilakukan pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil
adalah sampel yang benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh
populasi.

4
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan
sampel adalah memperhitungkan masalah efisiensi (waktu dan biaya) dan
masalah ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat
mempertinggi ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum
tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang peneliti dalam suatu penelitian
harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya
dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi (tingkat ketepatan) yang
akan diperoleh sebagai  pertimbangan dalam menentukan metode
pengambilan sampel yang akan digunakan. Sampel adalah bagian dari
populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.

2.2. MANFAAT SAMPEL


Populasi yang jumlahnya tidak terlalu besar, sering juga diteliti secara
keseluruhan tanpa mengambil sampel. Namun kalau jumlah populasi
besar, sebaiknya diambil sampel sebagai bahan kajian. Karena meneliti
sebagian saja sebagai sampel penelitian , mempunyai banyak manfaat,
yaitu:
1. Dapat menghemat biaya, tenaga, fikiran dan waktu peneliti.
2.   Meneliti sampel hasil yang diperoleh sama atau hampr sama dengan
meneliti populasi.
3. Data lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan meneliti populasi
secara keseluruhan.
4. Dapat menghasilkan gambaran (representative) yang dapat dipercaya
dari seluruh populasi. Misal: tinggi badan di kelas, rata-rata pendapatan
petani, dan lain-lain.
5. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian. Presisi
adalah ketepatan yang ditentukan oleh perbedaan hasil yang diperoleh.
6. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan.
7. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya
serendah-rendahnya.

5
Manfaat Sampel adalah untuk memperoleh data yang representative dalam
kaitanya dengan populasi yang menjadi sasaran penelitian. Bila metode
pengambilan sampel yang dipakai tepat, diharapkan individu-individu sampel
yang diobservasi maupun mewakili seluruh anggota populasi dan mampu
memberi informasi yang terkait dengan populasi yang diteliti. Informasi yang
diperoleh akan menjadi bahan baku bagi pengambilan keputusan. Dalam hal
ini agar informasi yang diperoleh bisa memenuhi tujuan tersebut dibutuhkan
ketepatan dari data yang dikumpulkan. Agar data yang diambil berguna maka
data tersebut haruslah objektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya),
representative (mewakili keadaan yang sebenarnya), variasinya kecil, tepat
waktu dan relevan untuk menjawab persoalan yang sedang menjadi pokok
bahasan.

2.3. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel
acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak
atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud
dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya
jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25,

6
maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa
dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom
sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen
populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti,
sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0
(nol).

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang


berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi
maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika
peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian
maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga
diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan
informasi lengkap tentang setiap elemen populasi.

Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol,


kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah
konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui
ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen
sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti 
memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap
tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel
dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali
sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun
dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan.
Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka
peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol
merasa kurang puas terhadap the botol.

7
Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik
yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan
istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster
sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability
sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling,
purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

1. Probability/Random Sampling.

       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara
acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal
dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka
sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa
diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang
orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda.
Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka
peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di
perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis
kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya..
Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah
populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah
kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota
tersebut.  Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus
mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode
(angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.

        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang


bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana
saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan
adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel
secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya

8
tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa
mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

a) Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana


Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya
cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang
mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak
merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya,
dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang
miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan
lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan
kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut
bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti
dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian
setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel.
Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel
acak sederhana. Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap nomor
yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga setiap sampel
memiliki prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua
menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada
pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang
paling sering digunakan adalah Simple Random Sampling dengan
pengembalian.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat
mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya

9
yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar
dapat merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi
penelitian berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti membuat undian
untuk mendapatkan sampel pertama. Setelah mendapatkan sampel
pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap
utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan
responden pertama. Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah
sampel memenuhi kebutuhan penelitian.

b) Systematic Sampling atau Sampel Sistematis


Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan
tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan
sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti
untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi
yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. 
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil  saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan
dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5,
10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

10
c) Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada
pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel dengan cara ini. Metode Pengambilan sampel acak
berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya
penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas,
manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses
pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.
d) Cluster Sampling atau Sampel Acak Berdasar Area 
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.
Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area
tertentu. Tujuan  metode Cluster Random Sampling antara lain
untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda
di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat
inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.

e) Area Sampling atau Sampel Wilayah


Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi
bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Proses
pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu
bertingkat dua, tiga atau lebih.

11
Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW –>RT

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak


Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak
dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi
mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena
kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti.
a) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering
digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti
dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti
berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan
kriteria khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria
inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya, calon
responden mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang
dapat memengaruhi hasil penelitian.
Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien
diabetes mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria
inklusi yang dipakai antara lain:

12
1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada
tungkai kaki)

2. Usia 18-59 tahun

3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta


lainnya seperti gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain
sebagainya.

2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

b) Accidental Sampling.
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini,
peneliti mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu.
Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit langka yang
sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit
Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau
lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali
menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat
itu juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan
pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian
yang bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota
Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung
pada warga Bandung yang dia temui saat itu.
c) Quota Sampling

13
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan
secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara
kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang
pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil
sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai
perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh
sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan
saja.
d) Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
wawancara atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel
pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus
menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok
untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi
tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV, dan
kelompok khusus lainnya.

e) Teknik Sampling Jenuh


Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang
menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat
populasi yang ada kurang dari 30 orang.
2.4. UKURAN SAMPEL

14
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan
maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum, untuk
penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil
yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian
survey jumlah sampel minimum adalah 100.

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan


umum untuk menentukan ukuran sampel :

  Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian

Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior,


dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah
tepat

Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),


ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam
penelitian

Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen


yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20

Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran
tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam
hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat
kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka
makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka
semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin

15
kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.

Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :

1. UKURAN SAMPEL DENGAN TEORI SLOVIN (1960)


Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah
penentuan ukuran sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang
ahli yang bernama slovin ini ternyata sampai saat ini belum diketahui
Siapa nama aslinya, bahkan pernah menjadi perdebatan mengenai tahun
terbit dari naskah yang ditulis oleh slovin ini yaitu tahun 1960 dan
1843. Dalam tulisan Riduwan (2005), dengan judul penelitian “belajar
mudah penelitian untuk guru”, dia mengutip rumus slovin dengan formula
sebagai berikut;
RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN
n=N1+Ne2
n= besar sampel
N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi ;
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan. Umumnya
dalam penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau 0,05.

Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita
lakukan pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu, apabila ≥
0,5 maka kita bulatkan ke atas dan sebaliknya.

2. UKURAN SAMPEL PENELITIAN PENURUT GAY, LR DAN


DIEHL, PL (1992)
Hasil penelitian dari Gay, LR dan Diehl, PL (1992), dengan judul
penelitian “Research Methods for Business and Management disebutkan
bahwa ukuran sampel penelitian haruslah sebesar-besarnya. Asumsi yang
disampaikan oleh Gay dan Diehl didasarkan pada semakin besar sampel
yang diambil maka semakin merepresentasikan bentuk dan karakter
populasi serta lebih dapat untuk digeneralisir. Meskipun demikian, ukuran

16
pasti sampel yang akan diambil sangat bergantung pada jenis penelitian
yang sedang digarap.
Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan;
 Apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian
deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah
sebesar 10% dari total elemen populasi.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat
korelasi atau berhubungan, maka ukuran sampel sekurang-
kurangnya adalah sebesar 30 subjek ( unit sampel).
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat
perbandingan, maka ukuran sampel penelitian yang
direkomendasikan adalah sebesar 30 subjek.
 Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan eksperimental
berkelompok, maka ukuran sampel yang direkomendasikan adalah
sebesar 15 sampel perkelompok.

3. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT JACOB COHEN


(DALAM SUHARSIMI ARIKUNTO, 2010:179)
Formula sampel Jacob Cohen
N=LF²+u+1
Dimana :
N = Ukuran sampel
F² = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u= 0
4. UKURAN SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN PROPORSI
(TABEL ISAAC DAN MICHAEL)
Menentukan ukuran  sampel penelitian menggunakan tabel Isaac
dan Michael sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat
kesalahan untuk 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara

17
langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan
tingkat kesalahan yang dikehendaki.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya,
agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan
sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen
tadi.

pengambilan sampel yang dipakai tepat, diharapkan individu-individu


sampel yang diobservasi maupun mewakili seluruh anggota populasi dan mampu
memberi informasi yang terkait dengan populasi yang diteliti. Informasi yang
diperoleh akan menjadi bahan baku bagi pengambilan keputusan.

Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang


berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk
mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka
seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti
tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel
bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika
peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi
lengkap tentang setiap elemen populasi.

Demikian lah penjelasan dari makalah yang kami buat mungkin dalam
segi penulisan dan materi banyak sekali kekurangan . karena itu kami
mengahrapkan kritik dan saran dari semua pihak dan butuh bimbingan yang lebih
membangun lagi karena kami masih dalam tahap belajar.

19

Anda mungkin juga menyukai