Anda di halaman 1dari 75

BAHAN AJAR

BAKTERIOLOGI
3
Bahan Ajar Bakteriologi 3 1

PROGRAM STUDI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kasih dan

rahmat-Nya maka penyusunan BAHAN AJAR BAKTERIOLOGI 3 dapat diselesaikan

dengan baik. Bahan ajar ini disusun berdasarkan pokok bahasan yang ada pada Rencana

Pembelajaran Semester (RPS) oleh tim dosen pengampu mata kuliah.

Penyusunan bahan ajar ini dimaksudkan untuk menjadi buku penuntun yang

dimiliki oleh mahasiswa sehingga membantu mahasiswa lebih mudah memahami materi

perkuliahan. Selain itu, bahan ajar ini juga menjadi salah satu buku pegangan bagi tim

dosen mata kuliah BAKTERIOLOGI 3. Akhir kata, semoga bahan ajar ini dapat

memberikan manfaat, khususnya bagi mahasiswa.

Kupang, Pebruari 2022

Penyusun

Bahan Ajar Bakteriologi 3 2


DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……………………………………………………………………………………………. i


Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………. iii
Tinjauan Umum Mata Kuliah Bakteriologi 3 …………………………………………………… iv
Bakteri Patogen Gram Positif dan Gram Negatif 1
A Gram Positif Cocci 1
B Gram Negatif Cocci 2
C Gram Negatif Batang 2
D Gram Positif Batang 3
E Bakteri Anaerob 4
F Gram Positif Batang 5
G Bakteri Aerob 6
Kunci Identifikasi Gram Negatif Batang Aerob 8
1 Glukosa Fermentatif 8
2 Glukosa Oksidatif 8
3 Glukosa Non Oxidatif 8
Pemeriksaan Bakteri Enterobactericeae ( Escherichia coli) 10
A Pengantar 10
1 . Isolasi dan Identifikasi 10
2. Coliform 10
B Identifikasi Escherichia coli 12
1. Pendahuluan 12
Pemeriksaan Klebsiella Sp. 19
A Pendahuluan 19
Pemeriksaan Staphylococcus Sp 22
A Pendahuluan 22
1. Staphylococcus aureus 22
2. Staphylococcus epidermidis 24
Pemeriksaan Streptococcus Sp 27
A Pendahuluan 27
B Streptococcus Pyogenes 27
Pemeriksaan Bakteri Speudomonas aeruginosa 31
A Pendahuluan 31
B Pseudomonas aeuginosa 33
C Koloni P. aeruginosa pada agar 35
D Patogenitas 36

Bahan Ajar Bakteriologi 3 3


Pemeriksaan Bakteri Salmonella Sp. 45
A Pendahuluan 45
B Salmonellosis 45
Pemeriksaan Bakteri Shigella Sp 51
A Pendahuluan 51
Pemeriksaan Pengaruh Antimikroba 55
A Pendahuluan 55
B Resistensi Antibiotika 57
C Sifat-sifat Antimikroba 60
D Mekanisme Kerja Zat Antimikroba 61
E Metode Pengujian Daya Antimikroba 62
F Pemeriksaan Sensitifitas Metode Kirby Bauer 64
G Cara Pemeriksaan 65
Pengujian Kadar Hambatan Minimum 66
A Pendahuluan 66
Sumber Referensi …………………………………………………………………………………………. 69

Bahan Ajar Bakteriologi 3 4


TINJAUAN UMUM BAKTERIOLOGI 3

Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri pathogen Gram + & - bentuk kokkus dan basil,
Escherichia coli, Klebiella sp., Staphyloccus Sp. Steptococcus SP.,
Pseudomonas Sp., Salmonella Sp., Shigella Sp., pengaruh
antimikroba, daya hambat minimal ( minimum inhibition
consentration/ MIC).

Standar kompetensi
Mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa
tentang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri pathogen
Gram + & - bentuk kokkus dan basil, Escherichia coli, Klebiella sp.,
Staphyloccus Sp. Steptococcus SP., Pseudomonas Sp., Salmonella
Sp., Shigella Sp., pengaruh antimikroba, daya hambat minimal (
minimum inhibition consentration/ MIC).

Kompetensi dasar
Mampu memahami dan menjelaskan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri pathogen Gram + & - bentuk kokkus dan basil, bakteri
penyebab infeksi saluran urogenital, Escherichia coli, Klebiella sp.,
Staphyloccus Sp. Steptococcus SP., Pseudomonas Sp., Salmonella Sp.,
Shigella Sp., pengaruh antimikroba, daya hambat minimal ( minimum
inhibition consentration/ MIC).

Bahan Ajar Bakteriologi 3 5


BAKTERI PATOGEN
GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF
BAKTERI AEROB
A. Gram Positif Cocci
1. Catalase positif
a. Tersusun dalam kelompok, koloni besar, fermentative :
Staphylococcus
coagulase/staphylase test positif : Staphylococcus aureus
coagulase/staphylase test negative : staphylococcus lainnya
(lihat tabel)
b. Berpasangan, berempat atau kelompok kecil, oxidative/inactive :
Mannitol salt agar tumbuh : Micrococci,
Mannitol salt agar tidak tumbuh : Stomatococcus
c. Coccus besar besar, berempat-empat, kadang berkapsul :
Gaffkya/Tetrada
Coccus besar besar, berdelapan-delapan, bentuk paket : Sarcina
2. Catalase negative
a. Rantai panjang dan pendek, berpasangan.
Fermentative, menguraikan gula : Streptococcus
Beta haemolytis : S. pyogenes dan Enterococci
Alpha haemolystis : S.viridans dan Enterococci
Gamma haemolystis : S.viridans dan Enterococci
- Pyogenes group : biasanya beta haemolystis
Tidak tumbuh pada 45oC, tidak tahan suhu 60oC 30 menit
Serologi grouping : A,B,C,F,G,H,K,L,M,O.
Group A biasanya sensitive terhadap bacitracin 10 mcg
- Viridians group : alpha atau gamma haemolytis
Tidak larut oleh empedu, tidak dihambat oleh optochin, biasanya
tumbuh pada 45oC

Bahan Ajar Bakteriologi 3 6


- Enterococci Group : alpha beta atau gamma haemolytis.
Tumbuh pada kaldu NaCl 6,5 %,kaldu pH 9,6, Suhu
45oC dan tahan pemanasan 60oc 30 menit, biasanya
tumbuh di Mac Conkey agar.
b. Bentuk lancet, berpasangan, sendiri-sendiri atau membentuk rantai
pendek; larut dalam empedu, dihambat oleh optochin, alpha
haemolythis, tidak tumbuh pada 45oc,pathogen untuk tikus :
Streptococcus pneumoniae.
B.GRAM NEGATIF COCCI
Sebagian besar berpasangan
Neisseria : oxidase positif
a. Tidak tumbuh pada 22oc dan pada Nutrient Agar.
i. Membutuhkan medium penyubur , membuat asam dari dextrose
dan maltose , diaaglutinasi oleh serum meningococci : N.
meningitides
ii. Membutuhkan medium penyubur , hanya membuat asam dari
dextrose : N. gonorrhoeae
b. Tumbuh pada 22oc dan Nutrient Agar :
3. Tumbuh pada media biasa, tidak membuat asam
Dari dextrose, maltose, sucrose dan lactose : N.catarrhalis
(Branhamella catarrhalis)
4. membuat pigmen kuning, tidak membuat asam dari
Dextrose, maltose, sucrose dan lactose : N.flavescens.
5. tumbuh baik pada media biasa, membuat asam dari
Dextrose dan maltose : Pharyngeal group.
C.GRAM NEGATIF BATANG
1. Tumbuh baik pada media biasa, termasuk Mac Conkey Agar.
a. Fermentative,oxidase- dan nitrite + :
(1). Biasanya lactose diuraikan, Phenylalanine deaminase - :

Bahan Ajar Bakteriologi 3 7


(a)VP, Citrate, Urease, H2S - ; MR, Indole + :
Escherichia
(b) VP, Citrate + ; KCN + , Indole - ,Urea + lambat,
motile
Enterobacter,non motile : Klebsiella sp.
2. Isolasi pertama paling baik pada media yang complex ditambah
dengan darah, oxidase +, koloni kharacteristik pada media border
Gengou Agar : Bordetella pertussis ( R variant tumbuh di media
biasa).
MC + : B. para pertussis, B. broachiseptica.
3. Tidak tumbuh pada media biasa, membutuhkan special media (
Cystine Glucose Blood Agar ). Francisella ( Pateurella ) tullarensis.
4. Tumbuh paling baik pada media diperkaya, bentuk spiral : Spirilum.
Tidak tumbuh pada media buatan : S. minus dan S. volutans.
D. GRAM POSITIF BATANG
1. Catalase +, tidak membentuk spora, MC - .
a. Non – motile, diphteroid, pengambilan warna tidak sama,
bergranula di satu / kedua ujungnya : Corybacterium sp.
b. Motile, pendek – pendek, beta-haemolytis (zone semprit), nitrie - ,
loactose -, Listeria monocytogenes.
c. Motile, tidak menguraikan gula, indole - , nitrite - , batang
panjang, beberapa berbentuk filament atau coccoid di media cair :
Kurthia.
2. Catalase - , tidak membentuk spora.
a. Tidak bergerak , sering berbentuk filament panjang, biasanya tidak
tumbuh di dalam litmus milk, fermentative , H₂S +, tidak
bercabang : Erysipelothrix.
b. Berbentuk rantai, tumbuh baik di dalam Tomato Juice Agar, non –
motile, H₂S - : Lactobacilus.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 8


3. Tahan asam tidak bercabang, tidak berspora. Non – motile, tidak
membuat hyphae : Mycobacterium sp.
1. Membutuhkan media khusus (Kudoh), lambat tumbuh : M.
tuberculosis.
Bedakan dengan a – typical Mycobacteria dengan pembentukan
pigmen sifatnya terhadap cahaya.
2. Rapid growth : Saprophythes.
4. Non – motile, beberapa bercabang , beberapa tahan asam, hyphae + ,
tetapi conidia - , Oxidative : Nocardia sp.
5. Catalase +. Spora +, kebanyakan motile : Bacillus sp.
Satu spesies yang penting di bidang kedokteran : B. anthracis ( non –
motile, an/haemolytis, koloni spesific).
E. BACTERI ANAEROB
1. Gram positif cocci
- Berkelompok atau berpasangan : Staphylococcus.
- Berpasangan dan membentuk rantai : Steptococcus
2. Gram negative cocci :
Seperti massa tidak teratur, cocci sangat kecil : Veilonella.
3. Gram negative batang :
- Non – motile, berbagai ukuran dan bentuk, tidak berspora, kadang
berbau busuk, butyric acid - : Bacterioides
- Beberapa dengan ujung tajam, koloni memancar, polymorph, butyric
acid + : Fusobacterium ( Sphaerophorus).
4. Gram positif batang :
- Motile dan non- motile, spora + dengan Ø lebih lebar dari tubuh
bacteri, catalase - , ada yang microaerophilic : Clostridium ( bisa
gram negative ).
- Catalase -, indole -, spora - : Bifidobacterium.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 9


- Catalase +, indole +, nitrite +, glucose + g : Crynebacterium
anaerobic.
- Non – motile, tidak bercabang, lactose - : Eubacterium.
Bercabang palsu, rantai panjang, benang – benang :
Catenabacterium, Ramibacterium, motile : Cilobacterium.
5. Gram positif batang panjang :
Vegetative mycelium +, terputus – putus , bercabang , tidak tahan
asam : Actinymices.
Identifikasi : Culturil dan biochemist, catalase - , tumbuh lambat ,
kering , koloni seperti TBC, dari granula menunjukkan kelompok –
kelompokkan khas.
6. Isolasi pertama paling baik pada media yang complex ditambah
dengan darah, Oxidase +, koloni characteristic pada media Bordet
Gengou Agar : Bordetella pertussis (R variant tumbuh dimedia biasa),
MC + : B. para petrussis, B. bronchiseptica.
7. Tidak tumbuh pada media biasa, membutuhkan special media (Cystine
Glucose Blood Agar) : Francisella (Pasteurella) tullarensis.
8. Tumbuh paling baik pada media diperkaya, bentuk spiral : Spirillum.
Tidak tumbuh pada media buatan : S. minus dan S. volutans.
D. GRAM POSITIF BATANG
1. Catalase + , tidak membentuk spora, MC - ,
a. Non-motile, diphtheroid, pengambilan warna tidak sama,
bergranula disatu / kedua ujungnya : Corynebacterium.
b. Motile, pendek-pendek, beta-haemolytis (zone sempit), nitrite -
,lactose + Listeria monocytogenes
c. Motile,tidak menguraikan gula, indole - , nitrite - , batang panjang,
beberapa berbentuk filament atau coccoid dimedia cair : kurthia
2. Catalase -, tidak membentuk spora.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 10


a. Tidak bergerak, sering berbentuk filament panjang, biasanya tidak
tumbuh didalam litmus milk, fermentative, H2S +, tidak bercabang
: Erysipelothrix.
b. Berbentuk rantai, tumbuh baik didalam Tomato Juice Agar, non-
motile, H2S - : Lactobacillus.
3. Tahan asam tidak bercabang, tidak berspora. Non-motile, tidak
membuat hyphae : Mycobacterium.
1. Membutuhkan media khusus, lambat tumbuh : M. tuberculosis.
2. Rapid growth : saprophytes.
4. Non-motile, beberapa bercabang, beberapa tahan asam, hyphae + ,
tetapi conidia - , Oxidative : Nocardia.
5. Catalase + , Spora + , kebanyakan motile : Bacillus.
Satu spesies yang penting dibidang kedoktran : B. anthracis (non-
motile, an/haemolytis, koloni specific).
E. BACTERI ANAEROB
A. Gram positif cocci :
1. Berkelompok atau berpasangan : Staphylococcus.
2. Berkelompok dan membentuk rantai : Streptococcus
B. Gram negatif cocci :
Seperti massa tidak teratur, cocci sangat kecil : Veillonella.
C. Gram negatif batang :
1. Non-motile, berbagai ukuran dan bentuk, tidak berspora, kadang
berbau busuk, butyric acid - : Bacterioides.
2. Beberapa dengan ujung tajam, koloni memancar, polymorph,
butyric acid + : Fusobacterium (Sphaerophorus).
D. Gram positif batang :
1. Motile dan non-motile, spora + dengan / lebih lebar dari tubuh
bacteri, catalase - , ada yang microaerophilic ; Clostridium (bisa
gram negatif)

Bahan Ajar Bakteriologi 3 11


2. Catalase - , indole - , spora - : Bifidobacterium.
3. Catalase + , indole + , nitrite +, glucose +g : Corynebacterium
anaerobic.
4. Non-motile, tidak bercabang, lactose - : Eubacterium.
Bercabang palsu, rantai panjang, benang-benang :
Catenabacterium, Ramibacterium; motile : Cilobacterium.
E. Gram positif batang panjang :
Vegetative mycelium + , terputus-putus, bercabang tidak tahan asam
: Actinimyces.
Identifikasi : Culturil dan biochemist, catalase -, tumbuh lambat,
kering, koloni seperti TBC, praeparat hidup dari granula
menunjukkan kelompokan-kelompokan khas.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 12


KUNCI IDENTIFIKASI GRAM NEGATIF
BATANG AEROB

1. GLUCOSE FERMENTATIVE)
Mac Conkey tumbuh:
Oxidase - : Enterobacteriaceae, Y. pestis, Y. pseudotuberculosis, Y.
enterocolitica.
Oxidase + : Motile (flagella polair) : Aeromonas sp. dan Vibrio sp.
Non-motil : Pasteurella haemolytica, Actinobacillus lignieresi,
Actinobacillus aquuli.
Mac Conkey tidak tumbuh:
Oxidase - : Bacillus sp., Haemophyllus aphrophilus, H. vaginalis,
Actinobacillus actinomycetem comitans.
Oxidase + : Pasteurella multocida, P. pneumotropica, P. urea, P.
gallinarum, Cardiobacterium hominis.
2. GLUCOSE OXIDATIVE Mac Conkey tumbuh :
Oxidase - : Achromobacter (Acinetobacter) anitratus.
Oxidase + : Pseudomonas aeruginosa, Ps. Pseudomallei, Ps. Stutseri
Mac Conkey tidak tumbuh :
Oxidase - : Pseudomonas mallei
Oxidase + : Moraxella sp., Flavobacterium sp. (antara lain: F.
meningosepticum).
3. GLUCOSE NON-OXIDATIVE (INACTIVE)
Mac Conkey tumbuh :
Oxidase - : Achromobacter lwoffii, Ps. Maltophilia, Bordetella
pertussis.
Oxidase + :
Aerobic : Alcaligenes sp., Commamonas sp.
Bordetella bronchiseptica.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 13


Moraxella duplex/osloensis, M. phenylpyrouvica,
M. Nonliquifaciens.
Microaerophilic : Vibrio fetus, Vibrio sp. Lainnya
Mac Conkey tidak tumbuh:
Oxidase - : Bacillus sp., Achromobacter lwoffii sp. tertentu.
Oxidase + : Moraxella non-liquifaciens, M. lacunata, M. bovis
Brucella sp. (Oxidase lambat).

Bahan Ajar Bakteriologi 3 14


PEMERIKSAAN
ENTEROBACTERIACEAE (ESCHERICHIA COLI)

A. PENGANTAR
Bakteri kelompok Enterobacteriaceae terdiri dari beberapa galur E. coli
dan Salmonella, Shigella dan Yersinia entercolitica yang secara primer
menginfeksi saluran cerna sehingga mereka disebut kuman enterik.
Mayoritas kuman enterik yaitu Citrobacter, Enterobacter, Escherichia,
Hafnia, Morganella, Providencia dan Serratia dapat menyebabkan infeksi
oportunistik seperti septikemia, pneumonia, meningitis dan infeksi saluran
kemih atau urinary tract infection (UTI). Pemilihan antibiotik menjadi rumit
karena beragamnya organisme kelompok ini. Klebsiella pneumoniae
menyebabkan communityacquired disease berupa infeksi saluran nafas, E.
coli dan Proteus menyebabkan UTI.
1. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
Enterobacteriaceae berbentuk batang, Gram - negatif, aerob fakultatif,
tidak memiliki cytochrome oxidase sehingga reaksi oksidase negatif.
Umumnya dapat diisolasi dari feses dan dibiakan pada agar mengandung
laktosa dan indikator pH.
Koloni yang memfermentasi laktosa akan bersifart asam . E. coli
memfermentasi laktosa, Shigella, Salmonella dan Yersinia adalah non -
fermenter. Non - pathogenic E. coli dan kuman enterik laktosa-positif
lainnya lazim ditemukan dalam feses. Karena sulit dibedakan dengan
pathogenic E. coli, maka koloni laktosa-negatif sering merupakan satu-
satunya cara identifikasi dari feses. Semua Enterobacteriaceae dapat
diidentifikasi secara biokimia. Serotipe dapat dilakukan untuk membedakan
kuman berdasarkan antigen O (Lipopolisakarida ), H (Flagela) dan K
(Kapsul).
2. COLIFORM

Bahan Ajar Bakteriologi 3 15


Genus Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Citrobacter,
Proteus memiliki spesies yang banyak. Bakteri fakultatif basil Gram negatif,
semua memfermentasi laktosa kecuali Proteus, semua motil kecuali
Klebsiella. Masing-masing genus memiliki dinding sel khas Gram- negatif
yang berisi lipopolisakarida (LPS). Antigen yang dimiliki H (flagellar), K
(capsular) dan O (somatic). Kuman yang memiliki fimbriae (common pili)
untuk adhesi. Semua genus memproduksi LPS dan sebagian genus/spesies
memproduksi eksotoksin. Secara kolektif basil Gram-negatif ini kecuali
Proteus disebut coliforms karena kemiripan morfologi dan biokimia.
Mayoritas adalah flora normal manusia/hewan dan dapat menjadi patogen
oportunistik.
Penyakit yang ditimbulkan coliforms dan Proteus dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
1. Infeksi nosokomial sekitar 40% dari semua infeksi nosokomial
terutama pada saluran kemih (E. coli), luka bedah (E. coli), saluran
nafas bawah (Klebsiella) dan bakteremia (E. coli).
2. Infeksi pada pasien compromised, E. coli adalah penyebab
40% infeksi meningitis bakterial neonatal.
3. Community acquired infections: E. coli 85% pada kasus
urethrocystitis, 80% kronis prostatitis bakterial dan 90%
pyelonephritis akut. Proteus, Klebsiella dan Enterobacter dapat pula
menyebabkan infeksi saluran kemih.
Bakteri Proteus menginfeksi batu ginjal karena memproduksi enzime
urease dan menyebabkan alkalinisasi dan supersaturasi urin. Bakteri K.
pneumonia 3% pneumonia bakterial dan lebih berat dibanding pneumonia
oleh S. pneumoniae. Bakteri E. coli dapat pula menyebabkan berbagai
bentuk diare. Secara umum kelompok kuman ini termasuk patogen
opportunistik, E. coli merupakan kuman terbaik yang dipelajari. Situs infeksi
umumnya spesifik untuk tiap serotipe misalnya Klebsiella berkapsul tipe 1

Bahan Ajar Bakteriologi 3 16


dan 2 pneumonia; tipe 8, 9, 10 dan 24 infeksi saluran kemih. Temuan ini
mengindikasikan bahwa spesifitas antigen berkorelasi dengan site-specific
pathogenicity. Bakteri E. coli dengan K1 antigen neonatal meningitis.
Antigen K1 menyebabkan kuman resisten terhadap fagositosis dan aksi
komplemen. Antigen K1 bereaksi silang dengan antigen kapsul dari group B
meningococci mengisyaratkan bahwa antigen spesifik digunakan oleh kuman
untuk mengenali tempat spesifik infeksinya. Pertahanan inang terbukti tidak
efektif sehingga infeksi coliform dapat terjadi. Flora normal bersifat
antagonistik dan mencegah infeksi. Infeksi juga terjadi pada individu dengan
pemberian antibiotik jangka panjang dapat menurunkan efektivitas imun
(compromise), juga kerusakan barrier anatomis dan imunosupresi.
Penularannya dapat melalui air, tanah, makanan, makanan di rumah
sakit, peralatan medis, pakaian petugas dan petugas kesehatan itu sendiri.
Diagnosis ditegakan secara klinis tidak memungkinkan, laboratorium rutin
dapat membiakan coliforms dan Proteus. Kuman kelompok ini bersifat
oksidase negatif, mereduksi nitrat menjadi nitrit, fermentasi glucosa,
fermentasi laktosa (kecuali Proteus) dan motil (kecuali Klebsiella). Berbagai
metode identifikasi konvensional dan cepat telah tersedia. Mencuci tangan
efektif untuk menurunkan infeksi nosokomial, desinfektan tidak selalu
efektif. Vaksin atau antiserum meungkinkan dibuat tetapi belum ada yang
digunakan. Antibiotik spektrum moderat hingga luas berguna. Uji kepekaan
mungkin diperlukan untuk mengatasi resistensi.
B. IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI
1. PENDAHULUAN
E. coli adalah kuman opurtunis yang banyak ditemukan di dalam usus
besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus manusia misalnya diare pada anak
dan travelers diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi

Bahan Ajar Bakteriologi 3 17


pada jaringan tubuh lain di luar usus. Genus Escherichia terdiri dari 2
spesies yaitu : E. coli dan E. hermanii.
Berbentuk batang pendek (kokobasil), Gram negatif, ukuran 0,4-0,7
um x 1,4 um, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai
kapsul. E. coli dapat tumbuh baik pada hampir semua media yang dipakai
dilaboratorium mikrobiologi; pada media yang dipergunakan untuk isolasi
kuman enterik, sebagian besar strain E. coli tumbuh sebagai koloni yang
meragikan Laktosa. E. coli bersifat mikroaerifilik. Beberapa strain bila
ditanam pada Agar Darah menunjukkan hemolosis tipe beta.
Bakteri Escherichia adalah basil Gram-negatif, memfermentasi laktosa,
sebagian besar motil dengan flagela peritrik, dinding sel mengandung LPS,
ditemukan sekitar 170 antigen O yang sebagian bereaksi silang dengan
Shigella, Salmonella dan Klebsiella. Galur motil memiliki antigen H (flagellar)
yang dpat digunakan untuk kepentingan epidemiologi. Escherichia juga
memiliki antigen K (capsular) serupa dengan antigen Vi pada Salmonella.
Galur enterotoxigenic juga memiliki colonization factor antigens (CFA/I,
CFA/II). Genus Escherichia umumnya mengkoloni usus besar sebagai flora
normal tetapi sebagian berpotensi sebagai patogen (oportunistik). Penularan
antar orang terkait hygiene dan sanitasi dan pengolahan makanan.
Struktur antigen E. coli mempunyai Ag O, H, dan K. pada saat ini
telah ditemukan 150 tipe Ag O, 90 tipe Ag K dan 50 tipe Ag H. Antigen K
dibedakan lagi berdasarkan sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu : L, A dan B.
Antigen kapsul K 1 seringkali ditemukan pada E. coli yang diisolasi dari
pasien-pasien dengan bakteriemia serta neonatus yang menderita
meningitis. Peranan Ag K 1 adalah menghalangi proses fagositosis sel
kuman oleh leukosit.
Untuk membedakan dengan galur lain digunakan pelacak DNA. Lesi
yang ditimbulkan secara morfologi adalah destruksi mikrovili tanpa invasi
kuman (perlekatan). Gejala klinis demam, diare, mual, muntah dan BAB

Bahan Ajar Bakteriologi 3 18


tidak berdarah. Kuman E. coli membentuk 2 macam enterotoksin yang telah
berhasil diisolasi, yaitu :
a. Tosin LT (termolabil)
b. Toksin ST (termostabil)
Produksi kedua macam toksin diatur oleh plasmid yang mampu pindah
dari satu sel kuman ke sel kuman lainnya. Terdapat 2 macam plasmid yaitu
:
- 1 plasmid mengkode pembentukkan toksin LT dan ST
- 1 plasmid lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja
Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil
siklase yang terdapat didalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan
peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan
permeabilitas sel epitel usus. Sehingga terjadi akumulasi cairan di dalam
usus dan berakhir dengan diare. Toksin ST tidak merangsang aktifitas enzim
adenil siklase dan tidak reaktif terhadap tes Rabbit skin. Untuk mendeteksi
toksin ST dipakai cara tes Suckling mouse, dimana setelah 4 jam inokulasi
akan member hasil positif. Toksin ST bekerja dengan cara mengaktivasi
enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat,
menyebabkan gangguan absorpsi khlorida dan natrium, selain itu ST
menurunkan motilitas usus halus.
E. coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia :
- Enteropathogenic E. coli (EPEC), merupakan salah satu serotipe yang
paling sering berhubungan dengan diare pada bayi. Untuk
membedakan dengan galur lain digunakan pelacak DNA. Lesi yang
ditimbulkan secara morfologi adalah destruksi mikrovili tanpa invasi
kuman (perlekatan). Gejala klinis demam, diare, mual, muntah dan
BAB tidak berdarah. Jenis ini menyebabkan diare pada bayi dan anak-
anak di Negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum

Bahan Ajar Bakteriologi 3 19


jelas diketahui. Frekuensi penyakit diare yang disebabkan oleh strain
kuman ini sudah jauh berkurang.
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC), juga menyebabkan diare mirip kolera
tetapi lebih ringan. Kuman ini juga dikenal sebagai penyebab
travellers diarrhea. Dua tipe plasmid menyandi toksin yaitu: Heat
labile toxin serupa choleragen, mengaktivasi adenyl cyclase dan
meningkatkan sekresi air dan ion. Heat stable toxin mengaktivasi
guanylate cyclase sehingga menghambat pengambilan ion dari lumen
usus. Pada kedua kasus terjadi diare berair, demam dan mual.
menyebabkan Secretory Diarrhea seperti pada kolera. Strain kuman ini
mengeluarkan toksin LT dan ST. Faktor-faktor permukaan untuk
perlekatan sel kuman pada mukosa usus penting didalam
pathogenesis diare, karena sel kuman harus melekat dulu pada sel
epitel mukosa usus sebelum kuman mengeluarkan toksin.
- Enteroinvasive E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit diare seperti
disentri yang disebabkan oleh Shigella. Kuman menginvasi sel
mukosa, menimbulkan kerusakan sel dan terlepasnya lapisan mukosa.
Ciri khas diare yang disebabkan oleh Strain EIEC adalah : tinja
mengandung darah, mucus dan pus.
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) umumnya serotipe O157:H7
menyebabkan hemorrhagic colitis dengan ciri khas diare berdarah dan
mengandung sejumlah lekosit, pasien tanpa demam. Juga dapat
menyebar ke dalam darah menyebabkan sistemic hemolytic-uremic
syndrome (anemia hemolitik, trombositopenia dan gagal ginjal).
Kuman mampu memproduksi vero toxin yang disandi faga lisogenik-
yang secara biokimia mirip shiga toxin sehingga dikenal sebagai shiga-
like. Hemolysin (plasmid-encoded) juga penting dalam patogenesis.
Kolitis hemoragik disebabkan oleh E. coli serotype 0157 : H7 (EHEC)
adalah tinja bercampur banyak darah. Strain E. coli ini menghasilkan

Bahan Ajar Bakteriologi 3 20


substansi yang bersifat sitotoksik terhadap sel Vero dan Hela, identik
dengan toksin dari Shigella dysentriae. Toksin merusak sel endotel
pembuluh darah, terjadi pendarahan kemudian masuk ke dalam
kuman usus.
Seperti disebutkan bahwa keempat macam E. coli menyebabkan
penyakit yang berbeda tetapi secara diagnosis laboratorium tidak dibedakan,
terapi pun didasarkan pada gejala terutama penggantian cairan, antibiotik
hanya diberikan jika penyakit berat atau cenderung menjadi sistemik seperti
hemolytic-uremia syndrome. Perlekatan E. coli pada sel inang dibantu oleh
dua macam pili utama yaitu mannose-sensitive melekat pada manosa yang
terdapat dalam glikoprotein dan mannose-resistant melekat pada
serebrosida pada epitel. Sejumlah pertahanan inang antara lain asam
lambung, motilitas intestinum dan flora normal membantu
mengatasi/mencegah infeksi. Faktor genetik juga diduga berperan karena
ternyata fimbrae bakteri hanya bisa berikatan dengan reseptor khusus. Bayi
dapat tercegah dengan mengkonsumsi ASI karena mengandung neutralizing
(non-immunoglobulin) factor. Infeksi ditularkan antar orang dan bisa juga
infeksi nosokomial. Diagnosis klinis galur enterotoxigenic dan
enteropathogenic menyebabkan diare berair dan mual sedangkan galur
enteroinvasive dan enterohemorrhagic feses berdarah, tetapi perlu
konfirmasi laboratorium. Infeksi E. coli dicurigai jika tidak ada/ditemukan
Salmonella atau Shigella atau parasit intestinum. Kuman mudah diisolasi
dengan media rutin. Serotipe diperlukan untuk studi epidemiologi.
Pencegahan dengan sanitasi hygiene dan pengolahan makanan yang baik,
vaksin baru terhadap fimbrae mungkin bermanfaat, antibiotik tidak
direkomendasikan karena penyakit sembuh sendiri, rehidrasi terpenting.
Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh E. coli adalah :
- Infeksi saluran kemih (ISK) mulai dari sistitis sampai pielonefritis, E.
coli merupakan penyebab dari 85% kasus

Bahan Ajar Bakteriologi 3 21


- Pneumonia; di Rumah Sakit E. coli menyebabkan ± 50% dari Primary
Nosocomial Pneumoniae
- Meningitis pada bayi baru lahir
- Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen
i. Morfologi : Gram (-) batang, lurus, tidak berspora, tidak berkapsul,
bergerak aktif
ii. Bahan Pemeriksaan : Darah, faeces, sputum, urine, makanan,
minuman, air, secret vagina
iii. Identifikasi :
- Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram
- Pembiakan
- Biokimia test
iv. Media yang digunakan :
MCA, EMB agar, ENDO agar,BAP,NA, Uji biokimia (TSIA, SC, MR/VP, AP)
v. Kultur Biokimia
Tumbuh mudah pada media sederhana, menguraikan glukosa menjadi
asam dan gas, dapat/tidak memproduksi hydrogen sulfida
Table 1.1. Ciri-ciri koloni bakteri E. coli pada media perbenihan
BAP Koloni sedang abu – abu, smooth, haemolitis/tidak,
anhaemolytis
MCA Koloni sedang, merah bata/merah tua, metalic,
smooth, keping/sedikit, cembung
ENDO agar Koloni besar, smooth, cembung, bulat, merah –
merah tua, metalic
Test Positif Reduksi nitrat, test katalase, MR test, motilyti, TSI
agar : lereng (kuning), dasar (kuning), gas (+/-),
H2S (+/-), test gula (glukosa, laktosa, manit,
maltose,sakarosa )
Tes Negatif Oksodase test, VP test, urease, SC
EMB agar Koloni sedang, smooth, keping, kehijau-hijauan-
hitam, metalic

Bahan Ajar Bakteriologi 3 22


vi. Cara Kerja Pemeriksaan
Hari I specimen ditanam, pada media MCA, BAP, EMBA agar,
ENDO agar, inkubasi 37oC, 24 jam
Hari II koloni tersangka di cat Gram, jika ditemukan ditanam
pada media NA, TSI, SIM MEDIUM, Simon Citrat agar,
inkubasi 37oC,24 jam
Hari III diamati dan dicatat pertumbuhan media dan ditanam
pada media gula – gula, serta test katalase, oksidase
Hari IV hasil dicocokkan dengan ciri – ciri spescies
Escherichia coli

Bahan Ajar Bakteriologi 3 23


PEMERIKSAAN KLEBSIELLA SP.

A. PENDAHULUAN
Klebsiella Sp. termasuk ke dalam family Enterobacteriaceae dan
banyak jenisnya. Kuman ini terdapat pada saluran pencernaan manusia atau
bisa juga ditemukan di rumput, tanah, air dsb. Bias menyebabkan
peradangan pada saluran system urine (tractus urinarius), dan system
saluran pernafasan (tractus respiratorius).
Morfologi dan sifat dari Klebsiella : berbentuk batang Gram negative,
dapat memfermentasikan laktosa, membentuk kapsul baik invivo maupun
invitro, membentuk koloni yang berlendir. Kapsulnya terdiri dari antigen K,
dan antigen M (dapat menutupi antigen O). Berdasarkan antigen ini telah
diremukan kurang lebih 70 tipe yang penentuannya dilakukan dengan
Quellung test.
Beberapa spesies yang penting diantaranya
1. K. pneumonia (Friedlander) : kuman ini dapat di temukan dalam hidung,
mulut. Merupakan flora normal usus dan akan pathogen bila orang
tersebut menderita penyakit lain, misalnya penyakit paru-paru yang
kronis. Dengan infeksi gabungan ini menyebabkan penyakit pneumonia
akut dan resiko kematian yang tinggi. Mempunyai daya invasi seperti
Pneumococcus karena mempunyai antifagositis efek, juga resisten
terhadap Penisilin.
2. K. ozaena : Penyebab penyakit ozaena yaitu mukosa hidung menjadi
atropis progresif dan berlendir serta berbau amis.
3. K. rhinoseleromatis : Menyebabkan penyakit rhinoseloma, yaitu suatu
penyakit menahun berupa granula dengan tanda-tanda seleron dan
hipertropi jaringan hidung serta menyebabkan kerusakan pada hidung
dan faring.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 24


4. K. arogenes (Aerobacter aerogenes) : Kuman ini mempunyai sifat mirip
(similar) dengan E. coli. Terdapat di air, tanah, sampah dan lain-lain.
Dalam pemeriksaan air kita sering terkecoh, tetapi bias dibedakan
dengan tes IMVIC di mana E. coli reaksinya adalah + + - -, Sedangkan
K. aerogenes - - + +. Masuk kedalam tubuh secara peroral, bisa
menyebabkan infeksi pada saluran kemih biasanya setelah kateterisasi.
PATOGENESITAS:
Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, air, tanah,
makanan,sayur–sayuran. Dapat menimbulkan infective pada saluaran urine,
paru – paru, saluran pernafasan, luka – luka dan septisemia.
MORFOLOGI : Gram (-) batang, panjang, berpasangan atau berderet tidak
berspora, berkapsul
BAHAN PEMERIKSAAN : Sputum, urine, makanan, minuman, air, secret
hidung
IDENTIFIKASI
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram
2. Pembiakan
3. Biokimia test
Media yang digunakan : MCA, BAP, NA, Uji biokimia (TSIA, SC, MR/VP, AP)
Kultur dan biokimia : Tumbuh mudah pada media sederhana, dapat
membentuk koloni yang mucoid
BAP Koloni besar, abu – abu, smooth, cembung,
mucoid/tidak, anhaemolytis
MCA Koloni besar, smooth, mucoid, cembung, berwarna
merah muda-merah
batang, koloni diambil dengan ose kelihatn molor
seperti tali/benang, sifat mucoid ini akan lebih jelas
dilihat apabila ditanam pada ENDO agar plate
Sifat Fer glu : + gas / +, fer malt : +, oxydase : neg, H2S
Umum : neg

Cara Kerja Pemeriksaan :

Bahan Ajar Bakteriologi 3 25


Hari I specimen ditanam pada media MCA, BAP, inkubasi
37oC, 24 jam
Hari koloni tersangka di cat gram, jika ditemukan
II ditanam pada media NA, TSI, SIM MEDIUM, SIMON
CITRAT agar, INKUBASI 37OC, 24 jam
Hari diamati dan dicatat pertumbuhan media dan
III ditanam pada media gula – gula, serta test
katalase
Hari hasil dicocokkan dengan ciri – ciri species dari
VI Genus Klebsiella

Tabel 2.1 . Perbedaan Klebsiella Sp.


Biokimia pneumo oxytoca ozaenae rhinos Keterangan
Fer glukosa +g +g +g/+ +/+g Pneumo=Kl.pneumoniae
Fer lactosa + + -/+ - Oxytosa=Kl.oxytoasa
Fer sucrose + + + - Ozaenae =Kl.ozaenae
Indol - + - - Rhinos=Kl.rinoscleromatis
Simon + + -/+ -
Citrate
Voges + + - -
Proskouer
Methyl red -/+ +/- + +

Bahan Ajar Bakteriologi 3 26


PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCCUS SP.

A. PENDAHULUAN
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococus aureus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti
kelompok buah anggur dan coccus yang berarti benih bulat. Kuman ini
ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lender pada manusia.
Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan.
Beberapa jenis kuman ini dapat membuat enterotoksin yang dapat
menyebabkan keracunan makanan. Kuman ini diisolasi dari bahan-bahan
klinik, carriers, makanan dan dari lingkungan.
1. Staphylococcus aureus
Infeksi oleh kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada
manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang
tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman
antara 0,8-1,0 mikron. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah
terlihat sendiri, berpasangan, menggerombol dan bahkan dapat tersusun
seperti rantai pendek. Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya
ditemukan pada sediaan yang terbuat dari perbenihan padat, sedangkan
dari perbenihan cair (kaldu) biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun
sebagai rantai pendek.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 27


Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif. Hanya
kadang-kadang yang gram negatif ditemukan pada bagian tengah
gerombolan kuman, pada kuman yang telah difagositosis dan pada
biakan tua yang hamper mati.
Jenis-jenis stafilokokus di lab. tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa
pada suhu 370C. pertumbuhan terbaik dan khas ialah pada suasana
aerob. Kuman inipun bersifat fakultatif anaerob dan dapat tumbuh dalam
udara yang hanya mengandung hydrogen (H) dan pH optimum untuk
pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar koloninya berbentuk bulat,
diameter 1-2 mm,cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.
Warna khas adalah kuning keemasan, hanya intensitas warnanya dapat
bervariasi. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih besar dan
pada varietas tertentu koloninya di kleilingi zona hemolisis.
Koloni yang masih sangat muda tidak berwarna, tetapi dalam
pertumbuhannya terbentuk pigmen yang larut dalam alcohol, eter,
chloroform dan benzol. Pigmen ini termasuk dalam golongan lipokhrom
dan akan tetap dalam koloni, tidak meresap ke dalam perbenihan, tetapi
larut dalam eksudat jaringan sehingga nanah berwarna sedikit kuning
keemasan yang dapat merupakan petunjuk tentang adanya infeksi oleh
kuman ini. Atas dasar pigmen yang dibuatnya, stafilokokus dibagi dalam
beberapa spesies. Yang berwarna kuning keemasan dinamakan s. aureus,
yang putih s. albus dan yang kuning dinamakan s. citreus. Dalam
suasana aerob pada lempeng agar biasa pada suhu 37 0C tidak dibentuk
pigmen, pada lempeng agar darah pada suhu 370C pembentukan
pigmennya kurang subur. Tetapi bila koloni tersebut dipindahkan pada
agar biasa atau perbenihan Loeffler, dieram pada suhu kamar, maka
pembentukan pigmennya sangat baik. Virulensi ada hubungannya dengan
kemampuan membentuk koagulase tetapi tidak bertalian dengan warna
koloni.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 28


2. Staphylococcus epidermidis
Kuman ini merupakan penyebab infeksi kulit yang ringan yang disertai
pembentukan abses. Kuan ini juga disebut sebagai S. albus, koloninya
berwarna putih atau kuning dan bersifat fakultatif anaerob, kuman ini
tidak mempunyai protein A pada dinding selnya. Koagulase negatif,
meragi glukosa, dalam keadaan anaerob tidak meragi manitol.

Aspek S. aureus S. S.
epidermidis saprohyticus
Warna koloni Kuning- Putih Putih
putih
Hemolisis(agar darah) + ± -
Pertumbuhan(anaerob) + - ±
Koagulase + - -
Peragian glukosa + + -
Peragian manitol + - -
Endonuklease termo + - -
resisten
Protein A + - -
Novobiosin S S R
Morfologi :
Gram (+) coccus kecil, 0,8-1 mikron, berkelompok yang tidak beratur
seperti kelompok buah anggur yang biasanya disebut Staphylococcus,
tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak
Bahan pemeriksaan : Nanah, darah, liquor, hapus mata, hapus hidung,
hapus tenggorokan
Identifikasi :
a. Pemeriksaan mikroskopis gram
b. Pembiakan
c. Uji plasma koagulase
d. Uji biokimia
e. Uji resistensi
Media yang digunakan :
a. Blood agar plate/BAP/agar darah
Bahan Ajar Bakteriologi 3 29
b. Trypticase Soy Broth/TSB
c. Manitol salt agar/MSA
d. Uji biokimia (TSIA,SC,MR/VP,AP)
Kultur dan biokimia :
Tabel. 3.1 Ciri-ciri koloni bakteri Staphylococcus Sp.
BAP Koloni sedang-besar,smooth,keping,berwarna
putih-kuning,haemolytis/anhaemolytis
MSA Koloni kecil-sedang,smooth,berwarna kuning yang
dilingkari zone kuning
NA Koloni berwarna putih-kuning,smooth,keping,cukup
besar
Katalase test Positif
Oxidase test Negatif
Coagulase test Positif

Cara kerja pemeriksaan :


Hari I specimen ditanam pada media BAP dan MSA,
inkubasi 370C, 24 jam.
Hari II koloni tersangka di cat gram, jika ditemukan ditanam
pada media NA, inkubasi 370C, 24 jam, dan media uji
biokimia dan uji resistensi
Hari III diamati dan dicatat pertumbuhan media dan
dilakukan test koagulase, oxidase, katalase, dan
biokimia serta uji resistensi
Jika di BAP ditemukan koloni membentuk pigmentasi
putih susu (Staphylococcus albus), kuning emas
(Staphylococcus aureus), kuning jeruk
(Staphylococcus citerus).
Uji dari biakan dibuat suspensi dalam TSB dengan
resistensi kekeruhan standart kuman 2 milyar kuman/ml,
kemudian goreskan pada perbenihan Mueller Hilton
Agar, letakkan antibiotic disk Novobiocin, Polymixin,
Bacitricin, diinkubasi 370c, 24 jam, lihat zona yang
terbentuk.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 30


Tabel . Identifikasi Staphylococus Sp.

Staphylococcus haemolit koagu manit sucros Novo - Polimi- Bacitra


ik lase ol a biocin xin B - cin
S. epidermidis +/- - - + S R S

S. aureus + + + + S S S

S. - - + + R S R/S
saprophyticus
S. hominis +/- - - + S S S

S. + + +/- + S S R
haemolyticus
S. capitis + +/- + + S S S

S. cohnii + +/- +/- - R S R/S

Bahan Ajar Bakteriologi 3 31


PEMERIKSAAN STREPTOCOCCUS SP.

A. PENDAHULUAN
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pyogenes
Streptococcus pneumonia
Manusia termasuk salah satu makhlukyang paling rentan terhadap
infeksi streptokokus dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya
yang betul-betul kebal. Kuman ini dapat menyebabkan penyakit epidemik
antara lain scarlet fever, erysipelas, radang tenggorokan, febris purpularis,
rheumatic fever, dan bermacam-macam penyakit lainnya. Pasteur dan Koch
menemukannya dalam nanah pada luka yang terkena infeksi. Biakan murni
baru dapat dibuat pada tahun 1883.

B. STREPTOCOCCUS PYOGENES
(STREPTOCOCCUS BETA HEMOLYTICUS GROUP A)
Streptokokus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1 µm. Dalam
bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai.
Streptokokus pathogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang
cocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8 buah kokus atau
lebih.
Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah gram
positif, tetapi varietas tertentu yang diisolasi dari tinja manusia dan jaringan
binatang ada yang gram negatif. Pada perbenihan yang baru kuman ini
gram positif, bila perbenihan telah berumur beberapa hari dapat berubah
menjadi gram negatif. Tidak membentuk spora, gerak negatif.
Streptokokus pyogenes mudah tumbuh dalam enriched media. Untuk
isolasi primer harus dipakai media yang mengandung darah lengkap (whole

Bahan Ajar Bakteriologi 3 32


blood), serum atau transudat misalnya cairan asites atau pleura.
Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0,5% menigkatkan
pertumbuhannya tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap
eritrosit. Dalam lempeng agar darah yang dieram pada 370C setelah 18-24
jam akan membentuk koloni kecil keabu-abuan dan agak opalesen,
bentuknya bulat, pinggiran rata, pada permukaan media koloni Nampak
sebagai setitik cairan. Tes katalase negative untuk streptokokus, ini dapat
membedakan dengan stafilokokus dimana tes katalase positif. Juga S.
hemolyticus grup A sensitif terhadap basitrasin 0,2µg, sifat ini digunakan
untuk membedakan dengan grup lainnya yang resisten terhadap basitrasin.
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini
dibagi dalam :
a. Hemolisis tipe alfa(α-hemolysis), membentuk warna kehijau-hijauan dan
hemolisis sebagian disekeliling koloninya, bila disimpan dalam peti es
zona yang paling luar akan berubah menjadi tidak berwarna disebut
Strep. viridians
b. Hemolisis tipe beta(β-hemolysis), membentuk zona bening disekeliling
koloninya, tak ada sel draha merah yang masih utuh, zona tidak
bertambah lebar setelah disimpan dalam peti es, disebut Strep.
hemolyticus.
c. Hemolisis tipe gamma(γ-hemolysis), tidak menyebabkan hemolisis,
sering disebut Strep. anhemolyticus

Untuk mendapatkan hemolisis yang jelas sehingga mudah dibeda-


bedakan maka dipergunakan darah kuda atau kelinci dan media tidak boleh
mengandung glukosa.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 33


Morfologi : gram (+) streptococci, yaitu coccus kecil-kecil berbentuk bulat
bola/oval, berpasangan, membentuk rantai panjang,pendek, tidak berspora,
tidak bergerak, ada yang berkapsul.
Bahan pemeriksaan : Nanah, darah, sputum, secret hidung, tenggorokan.
Identifikasi :
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan gram
2. Pembiakan
3. Bacitrasin test
4. Phadebact test
Media yang digunakan : BAP, TSB, Uji biokimia (TSIA,SS,MR/VP,A
Kultur dan biokimia :
Bacitrasin test Resisten

Katalase negatif

Cara kerja pemeriksaan :


Hari I specimen ditanam pada media BAP, inkubasi 370C, 24 jam.
Hari II koloni tersangka di cat gram, jika ditemukan ditanam pada
media NA, TSB, inkubasi 370C, 24 jam, dan media uji
biokimia dan uji resistensi (bacitrasin dan phadebact).
Hari III diamati dan dicatat pertumbuhan media dan dilakukan test
koagulase, oxidase, katalase dan biokimia serta uji
resistensi. Jika pertumbuhan pada agar darah adalah bulat
halus, pingggiran rata, disekeliling koloni tampak
gelangganG/zone :
bening/hemolisis total (beta streptococcus),
jernih kehijauan/hemodigesti (alpha streptococcus),
tidak berubah sama sekali (gamma streptococcus).

Streptococcus haemolyticus grup A dihambat oleh bacitrasin


pada konsentrasi rendah (sensitive), sedangkan grup lainnya
resisten.

Bacitracin test : tanam 1 ose biakan kuman pada kaldu TSB,


eramkan 370c selama 1 hari, hapuskan biakan kuman pada
BAP, letakkan disc Bacitrasin, eramkan 370c selama 1 hari,

Bahan Ajar Bakteriologi 3 34


amati pertumbuhan kuman disekitar disc.

Test Phadebact untuk streptococcus : untuk penentuan grup


dan tipe Streptoccus haemolyticus dugunakan antiserum
spesifik antara lain dengan test phadebact untuk
streptococcus.
Cara kerja : Ambil 1 koloni kuman dari biakan murni,
disuspensikan pada kaldu TSB, eramkan 370C selama 1 hari,
reaksikan 1 tetes kuman dengan antisera, lihat
koagulasinya, jika terjadi koagulasi berarti test phadebact
positif

Tabel. Perbedaan pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus SP. pada


media

Bakteri/ S. pyogenes S. agalactiae S. equisimilis S.pneumoniae S. viridans


media

BAP Putih abu, Abu-abu, Putih abu, Alfa Alfa


beta beta beta haemolyticus, haemolytic
haemolyticus haemolyticus haemolyticus pigmen hijau us
(zona
bening)
B Test Sensitve Resisten Resisten Resisten Resisten

Cat Negatif Negatif negatif Negatif Negatif

Op test Resiten resisten resisten sensitive Resisten

Keterangan
BAP (Blood Agar Plate)
B test : Bacitracin test
Cat : Katalase test
Op test : optochin test

Bahan Ajar Bakteriologi 3 35


PEMERIKSAAN BAKTERI
PSEUDOMONAS AERUGINOSA

A. PENDAHULUAN
Pseudomonas adalah nama dari kelompok bakteri yang terdiri dari
genus Xanthomonas, genus Pseudomonas dan beberapa genus lainnya
(tidak penting secara medis). Pseudomonas lebih dikenal oleh kalangan ahli
mikrobiologi sebagai patogen tumbuhan ketimbang patogen bagi hewan dan
manusia. Kelompok bakteri ini berbentuk batang, Gram negatif, motil
dengan polar flagela, nonfermentatif aerob, dapat memanfaatkan asetat
untuk mendapat karbon dan amonium sulfat untuk mendapat nitrogen.
Kebanyakan spesies resisten terhadap garam konsentrasi tinggi, pewarna,
antiseptik berdaya lemah dan mayoritas antimikroba. Kuman kelompok ini
bersifat oksidase positif (berbeda dengan Enterobacteriaceae), dijumpai di
air, tanah dan udara.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri diantara genus
Pseudomons yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia.
Penderita dengan compromised immune sistems seperti penderita HIV/AIDS,
transplantasi dan luka bakar akan sangat rentan terinfeksi dan dengan
mortalitas yang tinggi. Penderita cystic fibrosis juga beresiko karena terjadi
perubahan epitel saluran nafas sehingga memudahkan kolonisasi dan
selanjutnya menyebabkan pneumonia. Infeksi pada penderita cystic fibrosis
terutama terjadi pada anak dengan gejala-gejala demam, batuk produktif,
perut kembung, susah bernafas dan sianosis serta kehilangan berat badan.
Pseudomonas merupakan patogen oportunistik. Infeksi nosokomial
oleh P. aeruginosa misalnya, terutama ditemukan di ruang intensive care
units (ICU). Infeksi ini akan menimbulkan pneumonia berat dengan gejala
batuk produktif, menggigil, seask nafas dan sianosis. Masalah menjadi

Bahan Ajar Bakteriologi 3 36


semakin besar karena kuman kelompok ini resisten sejak awal dengan
antimikroba yang biasa diberikan. Slime layer yang diproduksi pada
permukaan kuman memiliki efek antifagosit. Selain itu, kuman juga
memproduksi tissue-damaging toxin. Pseudomas dapat menginfeksi kulit
pada waktu mandi dalam air yang terkontaminasi dan menyebabkan gatal-
gatal yang disebut "hot tub folliculitis". Infeksi kulit ini dapat menjadi berat
dengan gejala sakit kepala, bengkak pada mata, nyeri dada, nyeri perut dan
nyeri telinga. Luka memungkinkan terjadinya infeksi pada jaringan lunak,
tulang, sendi. Kuman dapat menyebar ke aliran darah menyebabkan
bakteriemia. Manifestasi infeksi pada tulang dapat serupa dengan gangren
diabetik. Ciri khas infeksi Pseudomonas pada luka adalah berbau buah-
buahan (fruity smell) dan sekresi pyosianin (blue-green secretions).
Pseudomonas juga dapat menginfeksi saluran kemih terutama akibat
pemakaian kateter atau pembedahan, infeksi di otak menimbulkan abses
dan meningitis dan infeksi pada mata serta telinga. Infeksi pada mata dapat
mengakibatkan abrasi pada kornea, menjadi ulkus dan jika tidak diterapi
akan terjadi kerusakan yang berat dan buta. Penggunaan zat/obat atau
lensa kontak jangka panjang dapat merangsang terjadinya infeksi berulang.
Swimmer's itch adalah infeksi innocuous pada saluran telinga, jika terjadi
pada lansia dapat mengancam jiwa dan paralise otot wajah. Pseudomonas
memiliki LPS endotoksin yang merupakan ciri kuman Gram-negatif dan juga
memiliki antigen O dan H. Selain itu Pseudomonas memproduksi berbagai
eksoenzim yaitu hemolisin, leukosidin dan protease dan juga toksin yang
disebut toksin A yang sangat beracun karena dapat menyebabkan ADP-
ribosylation pada faktor translasi EF-2 menghasilkan ADP-ribosyl-EF-2.
Akibat reaksi ini, kemampuan sintesa protein inang menjadi hilang.
Mekanisme ini identik dengan mekanisme toksin difteri. Pseudomonas juga
memproduksi toksin eksoenzim S yaitu ADP-ribosyltransferase lainnya yang
berperan mentransfer ADP-ribose dari NAD ke protein lain (bukan EF-2).

Bahan Ajar Bakteriologi 3 37


Pseudomonas memiliki antiphagocytic polysaccharide slime layer. Beberapa
galur memproduksi pigmen yang sebagiannya dapat berpendar. Identifikasi
pseudomonas adalah adanya pigmen pyosianin dan fluoresen (green-
yellow, fluorescent) dan uji biokimia (uji oksidase), biakan akan
menimbulkan bau fruity smell. Karena pasien di rumah sakit sangat sering
terinfeksi maka keberadaan kuman tidak cukup disimpulkan bahwa rumah
sakit merupakan sumber infeksi. Rata-rata sekitar 3% penderita yang
masuk rumah sakit memiliki Pseudomonas dari feses, setidaknya setelah 72
jam perawatan prosentasenya menjadi 20%. Diduga terjadi penyebaran
antar pasien terjadi melalui petugas, kontaminan reservoar, alat respirasi,
makanan, sink, taps, mops dan lingkungan yang basah. Radiografi dapat
digunakan untuk mengidentifikasi infeksi pada jaringan atau tulang.
Resistansi pseudomonas terhadap berbagai antimikroba merupakan
masalah penting. Pengobatan dapat diberikan dengan cara kombinasi dua
obat secara simultan selama 6 pekan baik oral maupun intravena.
Pemberian gentamisin, tobramisin atau kombinasi gentamisin/karbenisilin
merupakan drugs of choice untuk infeksi Pseudomons serius. Infeksi pada
mata dapat diberikan antibiotik tetes. Infeksi pada jaringan dalam seperti
otak, sendi dan tulang kadang membutuhkan operasi. Amputasi mungkin
diperlukan pada infeksi organ gerak atau infeksi luka.
B. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah epitome dari patogen oportunistik.
Kuman ini hampir tidak pernah menginfeksi jaringan normal, mereka hanya
menginfeksi jaringan yang mengalami kelemahan imunitas (compromised
tissues). Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram-negatif,
aerobik, berbentuk batang termasuk famili Pseudomonadaceae, lazim
mendiami air dan tanah. Secara reguler kuman berada pada permukaan
tumbuhan dan terkadang pada permukaan tubuh hewan. Pseudomonas

Bahan Ajar Bakteriologi 3 38


aeruginosa dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih, sistem
pernafasan, kulit, jaringan lunak, bakteriemia dan beragam infeksi sistemik
terutama pada pasien dengan luka bakar berat, kanker dan AIDS/
immunosuppressed. Pseudomonas aeruginosa terkadang juga menjadi
patogen bagi tumbuhan. Pseudomonas (Burkholderia) mallei menyebabkan
penyakit pada kuda yang disebut glanders. Kuman ini adalah parasit sejati
karena tidak kecuali pada kuda. Fokus infeksi primer adalah pada paru-paru
kuda dan kadangkala dapat menular ke manusia. Pseudomonas
(Burkholderia) pseudomallei adalah kuman penyebab melioidosis, suatu
penyakit trips yang sangat fatal pada manusia dan mamalia lainnya. Kuman
ini juga merupakan patogen oportunistik yang dapat mencemari luka yang
terkena tanah atau lumpur. Terkadang sebagian kecil spesies Pseudomonas
lainnya ditemukan berhubungan dengan penyakit pada manusia terutama
pada pasien cystic fibrosis. Secara khas Pseudomonas di alam ditemukan
dalam bentuk biofilm, melekat pada berbagai permukaan atau substrat atau
dalam bentuk planktonic form, sebagai organisme unisel, bergerak aktif
dengan flgela polar tunggal. Pseudomonas aeruginosa memiliki sedikit ciri
khas berhubungan dengan noteworthy dan patogenesis. Kuman dapat
diisolasi dari tanah dan air terutama pada enrichments for denitrifying
bacteria. Karakter luar biasa dari kuman ini adalah metabolic versatility yaitu
kemampuan menggunakan berbagai jalur metabolisme untuk aktifitas dan
pertumbuhan sel. Meskipun kuman bersifat respiratif dan tidak pernah
fermentatif tetapi ternyata dapat tumbuh tanpa adanya O2 asalkan tersedia
NO3 sebagai respiratory electron acceptor. Organic growth factors tidak
diperlukan karena kuman dapat menggunakan lebih dari 30 senyawa
organik. Pseudomonas aeruginosa sering terlihat tumbuh pada air murni
(distilled water) yang mengindikasikan bahwa kuman ini hanya
membutuhkan nutrisi yang minimal untuk bertahan hidup/tumbuh.
Temperatur optimum untuk tumbuh adalah 37°C, akan tetapi tetap dapat

Bahan Ajar Bakteriologi 3 39


tumbuh hingga suhu 42°C. Kuman sangat toleran terhadap berbagai kondisi
fisik sehingga sukses menjadi patogen oportunistik. Pseudomonas
aeruginosa lebih suka (predilection) tumbuh dalam lingkungan basah yang
merefleksikan asalnya/habitat alaminya di air dan tanah. Isolat P.
aeruginosa dapat membentuk tiga macam koloni. Koloni isolat alami dari
tanah atau air berukuran kecil dan kasar. Koloni isolat klinis setidaknya
memiliki satu atau dua tipe koloni halus (smooth colony types). Satu tipe
berbentuk seperti telur ayam dadar (fried-egg) yaitu besar, halus, tepi datar
(flat) dan terlihat ada elevasi. Tipe lainnya sering didapat dari saluran nafas
dan saluran kemih tampak mukoid memproduksi alginate slime. Koloni
smooth dan mucoid diduga bersifat virulen.
C. Koloni P. aeruginosa pada agar .
Galur P. aeruginosa menghasilkan dua tipe pigmen yang larut, blue
pigment pyocyanin dan fluorescent pigment pyoverdin. Pyiverdin sangat
banyak diproduksi pada media rendah besi dan dapat berperan dalam
metabolisme besi pada kuman. Pyocyanin (pus biru) merupakan ciri infeksi
supuratif dari Pseudomonas aeruginosa. Banyak galur Pseudomonas
aeruginosa memproduksi pigmen pyocyanin yang larut Pseudomonas
aeruginosa dikatakan bersifat notorious dalam hal resisten antimikroba
karenanya kuman ini adalah patogen berbahaya. Secara alami resisten
terjadi karena adanya permeabiliity barrier oleh outer membrane LPS .
Kuman cenderung mengkoloni permukaan benda/substansi membentuk
biofilm sehigga sel impervious terhadap konsentrasi antimikroba. Transfer
determinan resistensi dari bakteri lain sangat mungkin terjadi mengingat
kuman ini hidup di tanah bersama dengan basilus, actinomycetes dan
jamur. Selain itu ternyata Pseudomonas mempertahankan faktor resistensi
(R-factors dan RTF) dalam plasmid yang dapat ditransfer secara transduksi
dan konjugasi. Hanya sedikit antimikroba yang efektif untuk Pseudomonas
yaitu fluoroquinolon, gentamisin dan imipenem dan ini pun ternyata tidak

Bahan Ajar Bakteriologi 3 40


efektif untuk semua galur. Hampir semua penderita cystic fibrosis yang
terinfeksi galur Pseudomonas resisten sangat sulit diobati dan biasanya
meninggal. Pseudomonas aeruginosa umumnya dapat diisolasi dari tanah,
air, permukaan tumbuhan dan hewan. Bakteri ini dapat ditemukan diseluruh
dunia, karenanya sering disebut cosmopolitan bacterium. Terkadang berupa
flora normal, tetapi prevalen kolonisasi pada individu sehat dari luar rumah
sakit sangat rendah (0-24% tergantung lokasi anatomi). Meski infeksi sering
didahului adanya kolonisasi seperti ini tetapi sumber pasti infeksi sulit
ditemukan karena kuman ini ada dimana-mana di lingkungan sekitar kita.
Selain itu Pseudomonas aeruginosa dapat disebut sebagai patogen
nosokomial utama. Insiden infeksi P. aeruginosa di rumah sakit di AS rata-
rata 0.4% (4 pasien per 1000), kuman merupakan bakteri keempat
tersering dari isolat rumah sakit (10.1%).
D. Patogenesis
Pada infeksi oportunistik, penyakit dimulai dengan adanya perubahan pada
sistem imunitas/pertahanan inang. Patogenesis infeksi Pseudomonas
bersifat multifaktorial sebagaimana diindikasikan oleh jumlah dan
beragamnya faktor virulen yang dimiliki bakteri tersebut. Manifestasi klinis
yang ditimbulkan pun beragam seperti septikemia, infeksi aluran kemih,
pneumonia, penyakit paru-paru kronis, endokarditis, dermatitis dan
osteokondritis. Hampir semua infeksi Pseudomonas bersifat invasif dan
toksinogenik. Tahapan infeksinya ada tiga yaitu: perlekatan dan kolonisasi,
invasi lokal dan penyebaran sistemik. Proses ini dapat berhenti pada tahap
manapun. Sindroma klinis pada tiap tahap tergantung pada faktor-faktor
virulen yang berperan. Kolonisasi terjadi karena fimbriae Pseudomonas
mampu melekat pada sel epitel misalnya pada saluran nafas atas. Protein
adhesin dari fimbrae akan melekat pada resptor spesifik berupa galaktosa,
mannosa atau asam sialat yang terdapat pada permukaan sel epitel. Untuk
dapat mencapai reseptor tersebut kuman memproduksi enzim protease

Bahan Ajar Bakteriologi 3 41


yang dapat mendegradasi fibronektin. Perlekatan P. aeruginosa ini terjadi
pada epitel yang tengah mengalami kerusakan akibat infeksi primer
misalnya karena infeksi virus influenza. Reseptor untuk fimbrae/pili
Pseudomonas pada epitel trakea adalah asam sialat (N-acetylneuraminic
acid). Galur mukoid yang mampu memproduksi eksopolisakarida (alginate)
memiliki tambahan atau alternatif adhesin yang dapat melekat pada
tracheobronchial mucin (N-acetylglucosamine). Selain pili dan mucoid
polysaccharide, kemungkinan masih ada dua adhesin permukaan lagi yang
digunakan Pseudomonas untuk mengkoloni epitel saluran nafas. Mucoid
exopolysaccharide yang diproduksi oleh P. aeruginosa berupa polimer
berulang dari manuronat dan asam glukoronat yang disebut alginat. Alginate
slime akan membentuk matriks biofilm yang menjadi jangkar bagi sel untuk
melekat di lingkungan. Biofilm ini akan melindungi bakteri dari imunitas
inang seperti limfosit, fagosit, aksi sel silia saluran nafas, antibodi dan
komplemen. Biofilm galur mukoid P. aeruginosa juga kurang peka terhadap
antibiotik dibandingkan bentuk planktonik. Galur mukoid paling sering
diisolasi dari pasien cystic fibrosis dan banyak ditemukan pada paru-paru
post mortem penderita tersebut. Kemampuan Pseudomonas aeruginosa
menginvasi jaringan dalam tergantung produksi enzim ekstraseluler dan
toksin yang dapat merusak physical barriers dan sel inang, serta daya
tahan/resistensi terhadap fagositosis dan imuniatas inang. Sebagaimana
disebutkan diatas bahwa kapsule atau slime layer efektif melindungi kuman
dari opsonisasi oleh antibodi, deposisi komplemen dan phagocyte
engulfment. Dua protease yang dikeluarkan pada tahap invasive adalah
elastase dan alkaline protease. Elastase memiliki beberapa aktivitas terkait
dengan virulensi yaitu memotong kolagen, IgG, IgA, dan komplemen,
melisis fibronektin sehingga reseptor terpapar pada ligan bakteri. Elastase
merusak epitel saluran nafas dan mengganggu fungsi silia. Alkaline protease
mengganggu pembentukan fibrin dengan cara melisisnya. Elastase dan

Bahan Ajar Bakteriologi 3 42


alkaline protease secara bersama-sama dapat merusak substansi dasar
kornea dan jaringan penyokongnya yang terbuat dari fibrin dan elastin.
Selain itu kedua enzim ini juga dapat meng-inaktivasi interferon gamma
(IFN γ) dan tumor necrosis factor (TNF). P. aeruginosa juga memproduksi
tiga soluble protein lain yang terlibat dalam invasi yaitu sitotoksin 25 kDa
dan dua hemolisin. Sitotoksin adalah poreforming protein yang aslinya
bernama leukosidin karena berefek pada netrofil, tetapi ternyata toksik
untuk hampir semua jenis sel eukariot. Dua hemolisin yaitu fosfolipase dan
lesitinase secara sinergis dapat merusak lipid dan lesitin. Sitotoksin dan
hemolisin berperan pada invasi dalam hal efek sitotoksik terhadap sel
eukariot. Salah satu pigemen Pseudomonas yang termasuk faktor virulen
adalah pyosianin. Pigmen ini dapat memperburuk fungsi normal silia sel
epitel nasal, merusak epitel saluran nafas dan sebagai pemicu efek
proinflammatory bagi fagosit. Derivat pyosianin yaitu pyoselin suatu
siderofor yang diproduksi pada saat konsentrasi besi rendah dapat
menyimpan/menggondol/mengasingkan besi dari lingkungan untuk
digunakan bagi pertumbuhan kuman. Sejauh ini virulensi pigmen lainnya
yaitu fluorescent pigment belum diketahui. Invasi pada pembuluh darah dan
penyebaran kuman dari infeksi lokal dimediasi oleh oleh zat yang sama
yaitu yang berhubungan dengan sel kuman dan produk yang berperan pada
infeksi lokal seperti tersebut di atas. Mekanisme keseluruhan tentang
penyebaran ini belum diketahui dengan. P. aeruginosa memiliki kapsul
mukoid dan LPS yang resisten terhadap fagositosis dan serum bakterisidal.
Protease akan meng-inaktifasi komplemen, memotong IgG dan meng-
inaktifasi IFN, TNF dan kemungkinan juga sitokin lainnya. Bagian lipid A dari
LPS (endotoksin) akan memediasi aspek patologis septikemia seperti
hipotensi, intravascular coagulation dsb. Eksotoksin A juga diduga memicu
beberapa aktifitas patologis selama masa penyebaran ini. P. aeruginosa
memproduksi dua toksin ekstraseluler yaitu eksoenzim S dan eksotoksin A.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 43


Eksoenzim S kemungkinan merupakan suatu eksotoksin yang memiliki ciri
khas struktur subunit berupa A-component yang memiliki aktifitas ADP-
ribosylating terhadap berbagai protein sel eukariot. Eksoenzim S diproduksi
oleh kuman pada jaringan luka bakar dan dapat dideteksi di darah sebelum
kuman dapat dideteksi di darah tersebut. Toksin ini berperan merusak fungsi
sel fagosit dalam aliran darah dan organ interna untuk mempersiapkan
invasi P. aeruginosa. Eksotoksin A memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan toksin difteri yaitu menyebabkan ADP ribosylation pada eukaryotic
elongation factor 2. Secara struktur antigen eksotoksin A berbeda dengan
antigen toksin difteri sehingga resptornya pun berbeda, akan tetapi cara
toksin masuk ke sel sama yaitu dengan aktifitas enzimatik. Produksi
eksotoksin A secara reguler ditopang oleh besi eksogen tetapi secara detil
proses regulasinya berbeda antara C. diphtheriae dengan P. aeruginosa.
Eksotoksin A memediasi proses lokal maupun sistemik. Aktifitas
nekrotiknya berperan pada tempat kolonisasi. Galur toksinogenik dapat
menyebabkan pneumonia yang lebih berat dibandingkan dengan galur yang
non toksinogenik. Secara sistemik eksotoksin A murni bersifat sangat letal
untuk hewan termasuk primata. Bukti lain bahwa pasien yang memiliki titer
antibody antitoksin A lebih tinggi akan lebih survive. Juga hewan mutan tox
negatif (tox- mutants) menunjukkan gejala penurunan virulensi.
Penyakit-penyakit yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa:
- Endokarditis. Pseudomonas aeruginosa menginfeksi katup jantung
pada pengguna obat intravena dan pada katup prostetik. Kuman
berada di endokardium dengan cara invasi langsung dari aliran darah.
- Infeksi pernafasan. Hampir semua kasus infeksi Pseudomonas
aeruginosa pada saluran nafas terjadi pada kelainan saluran nafas
bawah atau adanya kelemahan imunitas sistemik. Pneumonia primer
terjadi pada pasien penyakit paru menahun dan penyakit jantung
kongestif.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 44


- Bakteriemia pneumonia terjadi pada penderita neutropenia, penderita
kanker yang mendapat kemoterapi. Saluran nafas bawah pada pasien
cystic fibrosis dikolonisasi Pseudomonas aeruginosa galur mukoid dan
tidak dapat/sangat sulit diobati.
- Bakteriemia. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan bakteriemia
primer pada pasien immunocompromised. Kondisi predisposisi adalah
kelainan hematologi, imunodefisiensi terkait dengan AIDS,
neutropenia, diabetes mellitus dan luka bakar berat. Hampir semua
kasus bakteriemia Pseudomonas didapat di rumah sakit (sekitar 25%
dari seluruh hospital acquired Gram-negative bacteremia).
- Infeksi Saraf Pusat. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan meningitis
dan abses otak. Invasi berasal dari kontaminasi organ lain seperti
telinga dalam, sinus paranasal atau inokulasi langsung akibat trauma
kepala, pembedahan, prosedur diagnostik invasif atau metastasis dari
infeksi di tempat lain misalnya dari saluran kemih.
- Infeksi Telinga. Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen
predominan pada kasus otitis eksterna yang disebut "swimmer's ear".
Kuman sangat jarang ditemukan pada telinga normal. Infeksi pada
telinga luar terjadi karena luka, maserasi, peradangan atau karena
lembab.
- Infeksi Mata. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan infeksi
devastating pada mata. Merupakan salah satu penyebab utama
keratitis bacterial dan neonatal ophthalmia. Pseudomonas dapat
mengkoloni epitel okular dengan adanya perlekatan antara fimbrie
dengan reseptor asam sialat. Kuman dapat tumbuh dengan cepat dan
memproduksi berbagai enzim seperti elastase, alkaline protease dan
eksotoksin A yang mengakibatkan kerusakan jaringan mata.
- Infeksi Tulang dan Sendi. Infeksi pada tulang dapat berupa inokulasi
langsung atau karena penyebaran secara hematogen. Infeksi

Bahan Ajar Bakteriologi 3 45


hematogen sering pada pengguna obat intravena dan sering terjadi
bersama infeksi saluran kemih atau pelvis. Pseudomonas aeruginosa
memiliki tropisme pada sendi fibrocartilagenous pada rangka aksial.
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan chronic contiguous
osteomyelitis karena inokulasi langsung atau osteochondritis setelah
pungsi luka pada kaki.
- Infeksi Saluran Kemih. Merupakan infeksi nosokomial berkaitan
dengan kateterisasi, instrumentasi atau pembedahan. Pseudomonas
aeruginosa merupakan kuman ketiga terbanyak penyebab infeksi
saluran kemih (12%). Kuman melekat pada bladder uroepithelium.
Sebagaimana infeksi saluran kemih oleh E. coli maka infeksi dapat
terjadi secara ascending ataupun descending route. Pseudomonas
dapat menyebabkan bakteriemia dari infeksi saluran kemih (40% dari
kasus bakteriemia).
- Infeksi Gastrointestinal. Pseudomonas aeruginosa dapat menginfeksi
bagian manapun mulai dari orofaring hingga rectum pada penderita
immunocompromised. Manifestasinya berupa infeksi perirektal, diare
pada anak, typical gastroenteritis dan necrotizing enterocolitis. Saluran
GI juga merupakan salah satu portal of entry penting Pseudomonas
septikemia. Infeksi kulit dan jaringan lunak termasuk luka, pyoderma
dan dermatitis. Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan
berbagai infeksi pada kulit baik lokal maupun difus. Faktor predisposisi
adalah kerusakan integumen akibat terbakar, trauma atau dermatitis,
lembab pada telinga perenang, jari-jari atlet atau jari kaki tentara,
bokong bayi dengan popok atau pada pengguna kolam renang atau
bathtub air hangat. Individu dengan AIDS sangat mudah terinfeksi.
Juga dapat terjadi folliculitis dan jerawat yang tidak terkendali.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 46


Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah bakteri gram negatif yang
tidak meragi karbohidrat, hidup di aerob di tanah dan air, memegang
peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel
polar, dapat memakai H2 dan CO sebagai sumber karbon, katalase positif.
Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan sakit pada
manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat opotunitis pathogen,
dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan DKAB (Daya Ketahanan
Alami Badan) yang menurun. Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan
biasanya merupakan infeksi nosokomial.
Beberapa spesies penting :
1. P. aeruginosa (pyocianeus) : penyebab 10-20% infeksi nosokomial.
Sering diisolasi dari penderita dengan neoplasma, Luka dan luka bakar
yang berat. Kuman ini juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan bagian bawah, saluran kemih mata dan lain-lain. Dapat
menghasilkan pigmen piosianin yaitu suatu pigmen yang larut dalam
chloroform dan fluoresen yaitu suatu pigmen yang larut dalam air.
2. P.cepacia : sering diisolasi dari rumah sakit dan bahan klinik. Kuman ini
mempunyai hubungan dengan penyakit: endokarditis, septicemia, infeksi
luka dan infeksi saluran kemih (ISK). Kebanyakan resisten terhadap
antibiotika.
3. P. maltophilia: sering diisolasi dari orofaring dan sputum, juga dari
lingkungan RS dan menyebabkan infeksi nosokomial. Dapat menginfeksi
luka, saluran kemih dan darah. Kebanyakan resisten terhadap antibiotika.
4. P. mallei: kuman ini penyebab penyakit kelenjar pada kuda dan keledai.
Manusia mendapat infeksi karena kontak melalui goresan kulit atau
inhalasi.
5. P. pseudomallei: kuman ini merupakan penghuni biasa (MFN) dari tanah,
menyebabkan melioidosis yaitu suatu penyakit kelenjar pada manusia.
Reaksi penyakitnya dapat terjadi setelah beberapa tahun dan diberi nama

Bahan Ajar Bakteriologi 3 47


Vietnamese time bomb. Dapat diisolasi dari: sputum, urine,pus atau
darah.
6. P.fluorescens: sering diisolasi dari lingkungan RS atau produk darah.
Kuman ini tumbuh merata dalam suhu 370C. gejala pada manusia adalah
demam, karena endotoksinya.
Patogenitas :
Dapat menyebabkan infektive pada saluran pernapasan, kandung kencing,
telinga, kulit, dan pada luka – luka yang disebabkan terbakar atau luka
operasi. Bakteri dapat ditemukan di dalam sputum, urine, darah, faeces,
pus, secret telinga, juga di dalam makanan, minuman dan air.
Morfologi : Gram (-) batang, lurus, tidak bespora, tidak berkapsul, dan
bergerak aktif
Bahan pemeriksaan : Darah, faeces, sputum, urine, makanan,
minuman, air, secret vagina
Identifikasi
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram
2. Pembiakan
3. Biokimia test
Media yang digunakan : MCA, EMB agar, ENDO agar, BAP, NA, Uji
biokimia (TSIA, SC, MR/VP,AP)
Kultur dan biokimia:
1. Tumbuh mudah pada media sederhana, strenght aerob, tidak
menguraikan gula.
BAP Koloni besar, putih abu – abu, smooth,
haemoloitis/tidak, anhaemolytis, ada yang membuat
pigmen hijau biru
MCA Koloni sedang, jernih keruh, smooth, kadang sedikit
kehijau – hijauan, keping, tepi tidak rata, tidak
menguraikan gula
TSIA agar Lereng : merah, dasar : merah

Bahan Ajar Bakteriologi 3 48


CARA KERJA
Hari specimen ditanam pada media MCA, BAP, EMBA agar, ENDO
I agar, inkubasi 37oC, 24 jam
Hari koloni tersangka di cat Gram, jika ditemukan ditanam pada
II media NA, TSI, SIM MEDIUM, Simon Citrat agar, inkubasi
37oC,24 jam
Hari diamati dan dicatat pertumbuhan media dan ditanam pada
III media gula – gula, serta test katalase, oksidase
Hari hasil dicocokkan dengan ciri – ciri spescies
IV Pseudomonas aeruginosa.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 49


PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA SP.

A. PENDAHULUAN
Berdasarkan stugi genetik hanya ada satu spesies Salmonella yaitu
Salmonella enterica. Sebaliknya pada studi antibodi ditemukan lebih dari
2000 tipe antigen. Diantara ribuan ini hanya beberapa tipe yang dikenal
sebagai penyakit pada manusia yaitu S. enteritidis, S. cholerae-suis dan S.
typhi. Genus Salmonella merupakan bagian dari famili Enterobacteriaceae
berupa basil Gram negatif, facultatif aerob dan berflagela (motile). Memiliki
tiga antigen utama yaitu H atau antigen flagela , O atau somatic antigen
(bagian dari LPS) dan Vi atau antigen kapsul (dinamai K pada
Enterobacteriaceae lainnya). Salmonellae juga memiliki endotoksin LPS
yang khas bagi bakteri Gram-negatif yang tersusun dari polisakarida O (O
antigen), inti R dan endotoxic inner lipid A. Endotoksin menimbulkan
demam, mengaktivasi komplemen, kinin dan clotting factors.
B. Salmonellosis
Salmonellosis adalah infeksi salmonella oleh berbagai serotipe
(tersering S. enteritidis) ditularkan dari makanan terkontaminasi seperti
ayam dan telur, tidak memiliki reservoir manusia dan menimbulkan
gastroenteritis (nausea, muntah dan feses tak berdarah). Penyakit
umumnya sembuh sendiri dalam 2-5 hari. Seperti Shigella, kuman
menginvasi epitel dan tidak menimbulkan infeksi sistemik. Salmonellosis
umumnya tanpa komplikasi dan tidak perlu antibiotik kecuali jika terjadi
septikemia yang disebabkan oleh S. cholerae-suis. Infeksi salmonella
terberat adalah typhoid (enteric fever) yang disebabkan oleh Salmonella
typhi, terutama di negara berkembang. Kuman ditularkan dari reservoir
manusia atau dari cadangan air atau kontaminasi makanan. Awalnya invasi
pada epitel intestinum, selama fase akut timbul gejala gastrointestinal.
Dalam beberapa pekan kuman menembus dan tersebar di darah dalam

Bahan Ajar Bakteriologi 3 50


makrofag sehingga timbul gejala sistemik. Septikemia biasanya temporer
kemudian kuman menetap di kandung empedu. Kuman berkembang biak
dalam sistem reticuloendothelial kemudian masuk kembali (re-enter) ke
intestinum menyebabkan gejala gastroenteritis (termasuk diare), masa
inkubasi sekitar 10-14 hari. Organisme masuk kembali ke dalam intestinum
beberapa minggu sehingga gejala gastroenteritis (termasuk diare) muncul
lagi. Antigen Vi (kapsular) memegang peran utama dalam patogenesis.
Pasien carrier yang bekerja sebagai pengolah/penyaji makanan beresiko
menularkan. Antibiotik spektrum moderat luas sangat penting,
gastroenteritis dengan mengganti cairan yang hilang, sedangkan vaksin
tidak efektif dan tidak umum digunakan. Beberapa pertahanan inang yang
penting adalah faktor gaster yaitu asam lambung dan laju pengosongannya
yang mengurangi kuman yang berhasil masuk ke intestinum, faktor
intestinum yaitu motilitas, flora normal, jumlah muku, sekret IgA spesifik
terhadap Salmonella dan komponen antigennya mempengaruhi kolonisasi
dan penetrasi, faktor non spesifik seperti nutrisi, keberadaan iron binding
protein dan enzim lisozim juga mempegaruhi kemampuan hidup Salmonella.
Diagnosis secara klinik seringkali sulit karena mirip penyakit diare.
Identifikasi laboratorium menggunakan media standar atau identifikasi
cara cepat. Salmonellae bersifat motil, tidak memfermentasi laktosa dan
memproduksi H2S. Tes serologis digunkan untuk studi epidemi. Sanitasi
penting karena kuman tertelan dari makanan atau minuman terkontaminasi,
pengobatan hewan juga dapat mengurangi transmisi ke manusia. Hygiene
pengolah dan penyaji makanan juga penting.
Organisme yang berasal dari genus Salmonella adalah agen penyebab
bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai
dengan tifoid yang berat disertai bakteriemia. Oleh Ewing, Salmonella
diklasifikasikan dalam 3 spesies yaitu : S. choleraesuis, S. typhi, S.
enteridis.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 51


Kuman dangan tipe antigenik yang lain dimasukan kedalam serotype
dari S. paratyphi enteridis bukan sebagai spesies baru lainnya. Misalnya S.
paratyphi A sekarang diklasifikasikan sebagai S. enteridis bioserotipe
paratyphi A.
Kuman ini berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan Gram
bersifat Gram negative, ukuran 1,3-5 um x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-
rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrikh, kecuali S. pullorum dan S.
gallinarum.
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu
15-410C (suhu optimum 37,50C) dan pH pertumbuhan 6-8. Pada umumnya
isolasi kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat : gerak positif, reaksi
fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil
negative pada reaksi indol, DNase, fenilalanindeaminase, urease, Voges
Proskauer.
Kuman mati pada suhu 560C, juga pada keadaan kering. Dalam air
bisa tahan selama 4 minggu. Hidup subur pada medium yang mengandung
garam empedu, tahan terhadap zat warna Briliant green dan senyawa Na,
Tetrationat dan Na. Desoksikholat. Senyawa-senyawa ini menghambat
pertumbuhan kuman coliform sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat
digunakan dalam media untuk isolasi kuman Salmonella dari tinja.
Antigen somatik serupa dengan antigen somatik (O) kuman
Enterobacteriaceae lainnya. Ag ini tahan terhadap pemanasan 100oC,
alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk terutama IgM. Antigen flagel pada
Salmonella ditemukan dalam 2 fase; fase 1 spesifik, fase 2 tidak spesifik. Ag
H dirusak pada pemanasan di atas 60oC, alkohol dan asam. Antibodi yang
dibentuk bersifat IgG. Antigen Vi, adalah polimer dari polisakarida yang
bersifat asam, terdapat pada bagian yang paling luar dari badan kuman,
dapat dirusak dengan pemanasan 60oC selama 1 jam, pada penambahan
fenol dan asam. Kuman yang mempunyai antigen Vi ternyata lebih virulen

Bahan Ajar Bakteriologi 3 52


baik terhadap bakteriofage dan dalam lab, sangat berguna untuk diagnaosis
cepat kuman S. typhi yaitu dengan cara tes agglutination slide dengan Vi
antiserum.
Kuman Salmonella di usus halus melakukan penetrasi ke dalam epitel,
kuman terus melalui lapisan epitel masuk ke dalam jaringan sub epitel
sampai di lamina propia. Mekanisme biokimia pada saat penetrasi tidak
diketahui dengan jelas, tetapi tampak proses yang menyerupai fagositosis.
Salmonellosis adalah istilah yang menunjukan adanya infeksi oleh
kuman Salmonella. Manifestasi klinik Salmoneliosis pada manusia dapat
dibagi dalam 4 sindrom, yaitu :
1. gastroenteritis atau yang dikenal sebagai keracunan makanan
2. demam tifoid
3. bakteriemia – septicemia
4. carries yang asimtopatik
Diagnosis lab. Ada 3 metode yaitu:
- Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
- Diagnosis serologic
- Diagnosis klinik
Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik
dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positif
dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat
antibiotika, di mana hasil positif menjadi 40%. Meskipun demikian kultur
sumsum tulang tetap menunjukkan hasil yang tinggi yaitu 90% positif. Pada
minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur tinja
dan kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-turut positif pada
minggu ke 3 dan ke 4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan
selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap
mengeluarkan kuman S. typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang

Bahan Ajar Bakteriologi 3 53


lama. Dapat terjadi seorang carrier lebih banyak terjadi pada orang dewasa
dari pada anak-anak dan lebih sering mengenai wanita dari pada laki-laki.
Diagnosis serologis tergantung pada antibodi yang timbul terhadap
antigen O dan H, yang dapat dideteksi dengan reaksi aglutinasi (tes widal).
Antibodi terhadap Ag O dari grup D timbul dalam minggu pertama sakit dan
mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan keempat yang akan menurun
setelah 9 bulan sampai 1 tahun. Titer agglutinin 1/200 atau kenaikan titer
lebih dari 4 X berarti tes widal positif, hal ini menunjukkan adanya infeksi
akut S. typhi.
Antibodi tehadap antigen flagel meninggi titernya setelah minggu
pertama dan mencapai puncaknya pada minggu ke 4 sampai ke 6, dan
titernya tetap tinggi selama bertahun-tahun. Ditemukannya titer antibodi
flagel yang tinggi tidak berarti ada infeksi yang akut. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan yang mempengaruhi hasil tes Widal adalah : stadium
penyakit, vaksinasi, reaksi anamnestik, daerah yang endemis, serta
pengobatan.
Morfologi : Gram (-) batang,tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak aktif
dengan flagella peritrik
Bahan pemeriksaan : Tinja, darah, urine, makanan, minuman dan air
Identifikasi :
a. Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram
b. Pembiakan
c. Biokimia test
MEDIA YANG DIGUNAKAN :
MCA, EMBA, SSA, UJI BIOKIMIA (TSIA, SC, MR/VP,AP)

Bahan Ajar Bakteriologi 3 54


Kultur dan Biokimia :
Tumbuh mudah pada media biasa, aerob, non lactose fermentative
MCA Koloni tidak berwarna, jernih, keping, sedang, bulat, smoth
EMBA Koloni tidak berwarna, keping, sedang, bulat, smoth
SSA Koloni tidak berwarna, keping, kecil, bulat, smoth
TSI Lereng:merah/alkalis, dasar:asam/kuning, Gas:+/-, H2S:
+/-
SCA Tumbuh / tidak tumbuh
Test Neg Fermentasi lactose, sucrose, indol, VP, Oksidase
Test Post Fermentasi sorbitol, motilyti, catalase, MR

Cara Kerja Pemeriksaan :


Untuk spesimen darah (2-3 cc dimasukkan 10 cc empedu pepton)
Untuk spesimen faeces / urine bisa langsung ditanam.
Inkubasi 37°C 24 jam kecuali darah 1 -7 hari.
Hari 1 Specimen ditanam pada media MCA, EMBA, SSA, inkubasi 37°C,
selama 24 jam.
Hari 2 koloni tersangka di cat Gram, jika ditemukan ditanam pada
media TSI, SIM MEDIUM, SIMON CITRAT agar, inkubasi 37°C,
selama 24 jam.
Hari 3 diamati dan dicatat pertumbuhan media dan dilakukan test
koagulase. Oxidase, katalase, dan biokimia serta uji resistensi
Tabel . Perbedaan Bakteri Salmonella Sp.
Biokimia SPA SPB STM SPC SCS STY SET KETERANGAN
Fer. +g +g +g +g +g +g +g SPA=S.parathyphiA
Glukosa
Fer. +g +g +g +g +g +g +g SPB=S.parathyphiB
Manitol
Fer. +g +g +g +g +g +g +g STM=S.typhymurin
Maltose
Fer. (+) - - - +/- +/- + SPC=S.parathyphiC
Dulcitol
Fer. (+) + + + - - - SCS=S.cholera suis
Arabinose
Hydrogen - + + + + + + STY=S.tiphosa
sulfide
Simmon - + + + - - + SET=S.enteritidis
citrat

Bahan Ajar Bakteriologi 3 55


PEMERIKSAAN BAKTERI SHIGELLA SP.

A. PENDAHULUAN
Shigella adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal
sebagai penyebab penyakit disentri basiler. Berada dalam tribe
Esherichiaceae karena sifat genetik yang saling berhubungan, tetapi
dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigella karena gejala klinis
yang disebabkannya bersifat khas.
Kuman ini berbentuk batang, ukuran 0,5-0,7μm x 2-3 μm, pada
pewarnaan Gram bersifat negatif, tidak berflagel. Bila ditanam pada agar
SS, MC, Endo, EMB, koloni kuman bersifat kecil, halus, tidak berwarna.
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH
pertumbuhan 6,4-7,8, suhu pertumbuhan optimum 370C, kecuali S.sonnei
dapat tumbuh pada 450C. sifat biokimia yang khas adalah tidak meragi
adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk
H2S kecuali S. flexneri, negative terhadap sitrat, DNAse, lisin, fenilalanin,
sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa kecuali S. sonnei meragi laktosa
secara lambat, manitol, xylosa dan negatif pada tes motilitas.
Spesies yang penting yaitu : Sh.dysenteriae, Sh. flexneri, Sh.boydii
dan Sh. Sonnei semuanya menyebabkan desentri basiler (shigellosis)
dengan ciri BAB berdarah dan nyeri perut. Kuman menginvasi lapisan epitel
tetapi tidak menembus (penetrasi). Desentri timbul dalam 2-3 hari karena
kerusakan lapisan tersebut, sering disertai pengelepasan mukus dan darah
dan menarik lekosit ke sana (pus di dalam feses). Shiga toxin
(chromosomally-encoded) yang bersifat neurotoksik, enterotoksik dan
sitotoksik memanikan peran penting. Enterotoksisitas membuat penyakit
tampak seperti diare. Toksin menghambat sintesa protein bekerja pada
ribosom 70S dan melisis 28 S rRNA.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 56


Penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak dan menular secara
fekal-oral. Orang dewasa tertular dari anak-anak dan kontaminasi makanan
karena kebersihan tangan kurang (unwashed hand). Reservoir hanya
manusia. Shigellae patogenik terutama karena kemampuannya menginvasi
epitel intestinum. S. dysenteriae juga memproduksi heat labile exotoxin
yang bekerja sebagai neurotoksin pada gray matter saraf pusat.
Disentri adalah infeksi fekal-oral ditularkan melalui air dan makanan
terkontaminasi. Masa inkubasi 1-4 hari bakteri menembus mukosa sel epitel
menyebabkan iritasi dinding intestinum, keram dan diare berair-berdarah.
Tidak seperti Salmonellae, Shigellae bersifat acid tolerant sehingga asam
lambung tidak memberikan proteksi. Peran protektif terbesar dilakukan oleh
flora normal, sekretori IgA dan fagositosis. Secara epidemiologi shigellosis
tersebar di seluruh dunia tetapi inang terbatas hanya manusia dan primata.
Karena kuman realtif tahan asam maka sejumlah kecil saja sudah dapat
menyebabkan penyakit misalnya 10 sel dapat menyebabkan penyakit pada
10% populasi sehat sedangkan 200 sel pada 40% populasi. Makanan dan
minuman tercemar merupakan sumber infeksi utama tetapi antar orang juga
dapat terjadi karena kecilnya dosis infeksi. Sekitar 60% kasus terjadi pada
anak usia1-10 tahun. Diagnosis klinis adalah diare, demam, feses ada lendir
darah, konfirmasi dengan biakan. Sanitasi cadangan air dan buang air besar
pada tempatnya dapat mengurangi insiden, tidak ada vaksin, antibiotik
masih diperdebatkan karena penyakit dapat sembuh sendiri. Jika perludapat
diberikan ampisilin atau kombinasi trimethoprim-sulphamethoxizole. Jika
terjadi dehidrasi penggantian cairan yang hilang merupakan pengobatan
terpenting.
Penanganan pertama bila terjadi dehidrasi, diare ringan sering tidak
terdeteksi sebagai shigellosis. Pasien desentri berat umumnya peka
terhadap antibiotik misalnya ampisilin.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 57


Test biokimia untuk membedakan keempat spesies Shigella
Aspek Sh.dysenteriae Sh. flexneri Sh.boydii Sh.Sonnei.

Grup antigen O A B C D

Fermentasi manit - + + +

Jordans tertrate V - - +

Rabinosa dengan - V - V
pengeraman yang
diperpanjang

Bahan pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis etiologic shigella


adalah usap dubur atau diambil dari tukak pada mukosa usus pada saat
sedang dilakukannya pemeriksaan sigmoidoskopi. Bahan pemeriksaan
lainnya adalah tinja segar, dalam hal ini harus diperhatikan bahwa kuman
shigella hidupnya singkat sekali dan peka terhadap asam-asam yang ada di
dalam tinja, sehingga jarak waktu sejak pengambilan bahan pemeriksaan
sampel sampai penanaman di laboratorium harus sesingkat mungkin. Dalam
keadaan dimana specimen tidak dapat dikirim secepatnya, sebaiknya
digunakan medium transpor identifikasi kuman dilakukan secara biokimia
dan serologik.
Morfologi : Gram (-) batang, tidak berspora, tidak berkapsul
Bahan pemeriksan : Tinja, rectal swab, makanan, minuman
Identifikasi :
1. Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan gram
2. Pembiakan
3. Biokimia test
Media yang digunakan : MCA, EMBA, SSA, Uji biokimia (TSIA,SC,MR/VP,AP)
Kultur dan Biokimia :
Tumbuh mudah pada media biasa, aerob, non lactose fermentative,
beberapa sp dapat menguraikan glukosa menjadi asam dan gas

Bahan Ajar Bakteriologi 3 58


Tabel 7.1 Ciri-ciri pertumbuhan koloni Shigella Sp. pada media perbenihan
MCA Koloni non lactose fermentated, kecil-sedang,tidak
berwarna, jernih, keping, smooth
EMBA Koloni tidak berwarna, sedang, keping, smooth,bulat
SSA Koloni tidak berwarna, kecil, keping, smooth, bulat
TSI Lereng : merah/alkalis, dasar : asam/kuning, gas :+/-, H2S :
-
ENDOA Koloni kecil-sedang, bulat,merah muda, jernih, keping,
smooth
Test Fermentasi lactose, sucrose, indol, VP, oksidase, SC
Neg
Test Reduksi nitrat,MR
Post

Cara kerja pemeriksaan :


Hari I specimen ditanam pada media MCA, EMBA, SSA, inkubasi
370c, 24 jam
Hari II koloni tersngka di cat gram, jika ditemukan ditanam pada
media TSI, SIM, MEDIUM, SIMON CITRAT agar, inkubasi 370c,
24 jam
Hari III Diamati dan dicatat pertumbuhan media dan dilakukan,
katalase

Tabel. 7.2 Perbedaan Bakteri Shigella Sp.


Biokimia D1 D2 F.1 F.2 F.4 F.6 B.2 S.a Keterangan
b a a
Fermentasi + + + + + +g + + D=Dysentriae
glukosa
Fermentasi - - + + + + + + F=flexneri
manitol
Fermentasi - - + + + + + + B=bovdii
maltose
Fermentasi - - - - - - + - S=sonnei
sorbitol
Fermentasi - - + + + + + +
arabinose
Indol test - + + + + + + -

Catalase - + + + + + + +
test

Bahan Ajar Bakteriologi 3 59


PEMERIKSAAN PENGARUH ANTIMIKROBA
(ANTIMICROBIAL SUSCEPTIBILITY TESTING)

A. PENDAHULUAN
Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Definisi ini
harus diperluas karena zat yang bersifat antibiotik dapat pula dibentuk oleh
beberapa hewan dan tanaman tinggi. Di samping itu berdasarkan antibiotika
alam, dapat pula dibuat antibiotika baru secara sintesis parsial yang
sebagianmempunyai sifat yang lebih baik. Sejak di temukan penisilin oleh
Alexander Fleming sampai saat ini sudah beribu-ribu antibiotika yang
ditemukan, da nhanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk maksud
terapeutik. Yang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar
hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang di dapat
dicapai dalam tubuh dan tidak toksik (Mutschler,1991 :634).
Penggolongan antibiotika berdasarkan spektrum aktivitasnya dapat
dibagi dalam beberapa golongan yaitu (Djide.N, 2008 :347) :
1. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif baik terhadap bakteri
gram]positif maupun gram negatif. Contoh: turunan tetrasiklin, turunan
amfenikol, turunan aminoglikosida, turunan mikrolida, rifampisin,
beberapa turunan ampisilin (ampisilin, amoksisilin, bakampisin,
karbenisilin, hetasilin dan lainnya).
2. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram
positif. Contoh: basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin,
seperti benzyl penisilin, kloksasilin dan lainnya.
3. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram
negatif. Contoh: kolistin, polimiksin Bsulfat dan sulfomisin
4. Antibiotika yang aktivitasnya dominan pada mycobacteriacea. Contoh:
streptomisin, kanamisin, sikloserin, fimisin dan lainnya.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 60


5. Antibiotika yang aktif terhadap jamur. Contoh: griseofulvin dan
antibiotika polien (nistatin, amfoterisin B)
6. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker). Contohnya:
aktinomisin, bleomisin, mitomisin, midramisin, dan lainnya.
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat
(Jawetz,2005:159) :
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme
pathogen
3. Tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada host (sel inang)
seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal dari host seperti flora
usus dan flora kulit.
Berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotika dibagi dalam beberapa
kelompok ( Ganiswarna, 1995, 572) :
1. Dinding sel: Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri
terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopetiptida
(glikopeptida). Oleh karena itu, tekanan osmotik dalam sel kuman
lebih tinggi daripada di luar sel kuman, akan menyebabkan terjadinya
lisis yang merupakan efek dari bakterisida pada kuman yang peka.
Contoh: Ampicilin, Amoxicilin dan Cefadroxil.
2. Menghambat metabolisme sel: Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah kelompok sulfonamide, trimetomprim, asam p-aminosalisilat
(PAS) dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Contoh: Sulfametaxazol dan Cotrimoxazol.
3. Mengganggu membran sel: obat yang termasuk dalam kelompok ini
adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba

Bahan Ajar Bakteriologi 3 61


kemoterapeutik, misalnya antiseptik surface active agents. Contoh:
Polimiksin B.
4. Menghambat sintesis protein: Obat yang termasuk dalam kelompok ini
adalah golongan aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis
berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan
bantuan m-RNA dan t-RNA. Pada bakteri, ribosom terdiri dari dua sub
unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 30S dan 50S. Contoh : Tetrasiklin, Kloramfenikol, Tiamfenikol
dan Streptomisin.
5. Menghambat sintesis asam nukleat: Antimikroba yang termasuk
golongan ini adalah rifampisin, dan golongan kuinolon. Contoh:
Rifampicin, Siprofloksasin dan Ofloksasin.
B. Resistensi Antibiotika
Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap suatu
antimikroba atau antibiotika tertentu (Djide.N,2008 :367).
Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman
menjadi resisten terhadap antibiotika. Mekanisme tersebut antara lain
adalah(Ganiswarna,2005 :575):
1. Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk
kendalam sel
3. Inaktivasi obat oleh mikroba
4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang
dihambat oleh antimikroba
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.
Berdasarkan asalnya, resistensi kuman dibagi menjadi dua
kelompok(Djide.N, 2006, 273) :
1. Resitensi genetik, terdiri dari :

Bahan Ajar Bakteriologi 3 62


a) Mutasi Spontan
Dengan mutasi spontan gen mikroba berubah sehingga mikroba yang
sensitif terhadap suatu antibiotika menjadi resisten. Kejadian ini
dinamakan mutasi spontan karena terjadi pengaruh ada tidaknya
antibiotika tersebut. Dengan adanya antibiotika tersebut terjadi seleksi,
galur yang telah resisten bermultiplikasi, sedang galur yang masih
sensitif terbasmi, sehingga berakhir dengan terbentuknya populasi yang
resisten.
b) Resistensi dipindahkan
Mikroba dapat berubah menjadi resisten akibat memperoleh suatu
elemen pembawa faktor resisten. Faktor resisten yang dipindahkan
terdapat dalam dua bentuk plasmid dan episom.
2. Resistensi non genetik
Bakteri dalam keadaan istirahat (inaktivitas metabolik) biasanya tidak
dipengaruhi oleh antimikroba. Keadaan ini dikenal sebagai resistensi non
genetik. Mikroba tersebut dikenal sebagai persister.
Mikroorganisme dapat memperlihatkan resistensi terhadap suatu obat
melalui berbagai mekanisme sebagai berikut (Dwyana, 2006, 149 ) :
a) Memproduksi enzim yang melumpuhkan, diantara enzim ini termasuk
beta laktamase (penisilinase) yang menghidrolisis penisilin dan enzim
transferase yang melumpuhkan aminoglikosida.
b) Perubahan struktur reseptor atau molekul target, dalam hal ini
termasuk perubahan komponen ribosom yang diperlukan dalam
interaksi seperti, eritromisin dan aminoglikosida.
c) Perubahan permeabilitas, Tetrasiklin mampu mengakumulasi
mikroorganisme yang dapat dipengaruhi, tetapi tidak dapat untuk
mikroorganisme yang resisten. Kerjanya mirip dengan aminoglikosida
yang dapat ditransfer secara aktif ke dalam sel yang dipengaruhi,
tetapi tidak dapat ke dalam sel yang resisten.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 63


d) Mengubah jalur metabolik membentuk jalan pintas metabolik
alternative .Hal ini dapat timbul pada bakteri yang resisten terhadap
sulfonamide dan fungi yang resisten terhadap flusitosin. Beberapa
bakteri yang resisten terhadap sulfonamide dapat membentuk asam
folat seperti sel mamalia.
e) Mengubah jumlah respon obat, beberapa mikroorganisme menjadi
resisten terhadap trimetoprim dengan mensintesis sejumlah besar
enzim dehidrofolat reduktase yang merupakan tujuan dari kerja obat.
f) Menurunkan afinitas reseptor terhadap obat, resistensi terhadap
aminoglikosida mungkin berhubungan dengan hilangnya atau adanya
perubahan protein spesifik pada ribosom 30S bakteri.
g) Meningkatnya dekstruksi obat, ini merupakan mekanisme utama
resitensi terhadap penisilin,aminoglikosida, dan kloramfenikol.
h) Berkurangnya perubahan obat menjadi bentuk aktif, flusitosin adalah
suatu obat antifungi yang harus berubah dalam tubuh
mikroorganisme menjadi fluroasil, yang selanjutnya dimetabolisme
menjadi bentuk aktif dari obat tersebut. Fungi dapat menjadi lebih
resisten terhadap flusitosin dengan memindahkanaktivitas enzim
disepanjang jalur pengaktifan. Penyebab resistensi pada mikroba
dapat terjadi secara vertical (diturunkan ke generasi berikutnya) atau
sering terjadi ialah secara horizontal dari suatu sel donor.
Pengaruh antimikroba yaitu pengukuran kemampuan obat antimikroba
atau obat kimia dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri
secara invitro.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Diffusion test : Kirby bauer
obat diserapkan kedalam kertas disc, kemudian ditempelkan kepala
kultur bakteri di agar plate
2. Dilution test : MIC

Bahan Ajar Bakteriologi 3 64


Obat dilarutkan kedalam kaldu (broth dilution) atau didalam agar –
agar (agar dilution), kemudian ditanami bakteri yang akan diperiksa.
Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, zat tersebut memiliki khasiat atau kemampuan untuk
mematikan/menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitas
terhadap manusia relative kecil. Pernyataan tentang definisi antimikroba
menurut Waluyo (2004), antimikroba merupakan suatu zat-zat kimia yang
diperoleh/dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat tersebut
mempunyai daya penghambat aktifitas mikororganisme lain meskipun dalam
jumlah sedikit. Pengertian antimikroba menurut Entjang (2003) dalam
Rostinawati (2009), antimikroba adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu
mikroba yang mempunyai khasiat antimikroba.
C.Sifat-Sifat Antimikroba
Beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba menurut
Waluyo (2004) adalah sebagai berikut.
1. Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak
hospes/inang, yaitu antimikroba dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan mikroba bahkan menghentikan pertumbuhan
bakteri/membunuh namun tidak berpengaruh/merusak pada hospes.
2. Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, yaitu antimikroba
baiknya bersifat bakterisida atau bersifat menghentikan laju
pertumbuhan/membunuh mikroba bukan bakteriostatik yang hanya
menghambat laju pertumbuhan mikroba.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikorba, yaitu
antimikroba tidak akan menimbulkan kekebalan kepada mikroba
sehingga antimikorba tidak dapat digunakan untuk menghentikan
pertumbuhan mikroba patogen lagi.
4. Berspektrum luas, yaitu antimikroba efektif digunakan untuk berbagai
spesies bakteri, baik bakteri kokus, basil, dan spiral.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 65


5. Tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek samping bila
digunakan dalam jangka waktu lama, yaitu antimikroba yang digunakan
sebagai obat tidak menimbulkan efek samping kepada pemakai jika
digunakan dalam jangka waktu lama.
6. Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat,
antimikroba yang berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat
aktif dan tidak dalam keadaan berhenti tumbuh atau dormansi.
7. Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat
larut dan menyatu dalam air.
D. Mekanisme Kerja Zat Antimikroba
Berdasarkan beberapa ahli menyebutkan bahwa mekanisme kerja zat
antimikroba mengganggu bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu:
1. Antimikroba menghambat metabolisme sel Untuk bertahan hidup dan
melangsungkan kehidupan, mikroba membutuhkan asam folat. Mikroba
patogen tidak mendapatkan asam folat dari luar tubuh, sehingga
mikroba perlu mensintesis asam folat sendiri. Zat antimikroba akan
mengganggu proses pembentukkan asam folat, sehingga menghasilkan
asam folat yang nonfungsional dan metabolisme dalam sel mikroba
akan terganggu (Setiabudy, 2007).
2. Antimikroba menghambat sintesis protein Suatu sel dapat hidup
apabila molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam sel dalam
keadaan alamiahnya. Terjadinya denaturasi protein dan asam nukleat
dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan
konsentrasi pekat dari beberapa zat kimia dapat mengakibatkan
koagulasi ireversibel komponen sel yang mendukung kehidupan suatu
sel (Pelczar, 1988 dalam Rahmadani, 2015).
3. Antimikroba menghambat sintesis dinding sel Bakteri dikelilingi oleh
struktur kaku seperti dinding sel yang berfungsi untuk melindungi
membrane protoplasma yang ada dalam sel. Senyawa antimikroba

Bahan Ajar Bakteriologi 3 66


mampu merusak dan mnecegah proses sintesis dinding sel, sehingga
akan menyebabkan terbentuknya sel yang peka terhadap tekanan
osmotik (Waluyo, 2004).
4. Antimirkoba menghambat permeabilitas membrane sel. Membrane sel
berfungsi untuk penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan
pengangkutan aktif dan mengendalikan susunan dalam sel. Membran
sel mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan gizi di dalam sel
dan tempat berlangsungnya pernafasan sel serta aktivitas sel
biosintesis tertentu. Beberapa antimikorba dapat merusak salah satu
fungsi dari membrane sel sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
kehidupan sel (Waluyo, 2004).
5. Antimikroba merusak asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein
memegang pernana penting di dalam proses kehidupan sel. Sehingga
gangguan apapun yang terjadi dalam pembentukan atau pada fungsi
zat-zat tersebut dalam mengakibatkan kerusakan secara menyeluruh
pada sel (Pleczar, 1988 dalam Rahmadani, 2015).

E.Metode Pengujian Daya Antimikroba


Metode pengujian daya antimikroba bertujuan untuk menentukan
konsentrasi suatu zat antimikroba sehingga memeperoleh suatu sustem
pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat dua metode untuk menguji
daya antimikroba, yaitu dilusi dan difusi.
Menurut Pratiwi (2008) dalam Atikah (2013) metode difusi dan metode
dilusi terbagi menjadi beberapa metode, yaitu:
1. Metode Difusi adalah pengukuran dan pengamatan diameter zona
bening yang terbentuk di sekitar cakram, dilakukan pengukuran setelah
didiamkan selama 18-24 jam dan diukur menggunakan jangka sorong
(Khairani, 2009; Sari, dkk, 2013)

Bahan Ajar Bakteriologi 3 67


a. Metode disc diffusion atau metode Kirby Baure, metode ini
menggunakan kertas cakram yang berisi zat antimikroba dan
diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri uji.
b. Metode E-Test digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat
Minimum), yaitu konsentrasi minimal zat antimikroba dalam
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Metode ini menggunakan
strip plastik yang telah berisi zat antibakteri dan diletakkan pada
media agar.
c. Ditch plate technique, zat antimikroba diletakkan pada parit yang
dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada
bagian tengah secara membujur dan bakteri uji digoreskan ke arah
parit.
d. Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan metode
disc diffusion namun bedanya tidak menggunakan kertas. Pada
media agar dibuat sumur, dan pada sumur tersebut diberi zat
antimikroba.
e. Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan ditambahkan
larutan uji kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam cawan
petri dan diletakkan dalam posisi miring.
2. Metode Dilusi dibedakan mejadi dua, yaitu:
a. Metode Dilusi cair/ broth dilution test, digunakan untuk mengukur
KHM dan KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang
telah ditambahkan bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar
terkecil dan terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur ulang
pada media cair tanpa penambahan bakteri dan zat antimirkoba,
kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap cair
ditetapkan sebagai KBM.
b. Metode dilusi padat/ solid dilution test, metode ini hampir sama
dengan metode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 68


Metode dilusi padat dapat menguji beberapa macambakteri dalam satu
konsentrasi zat antimikroba.

F.Pemeriksaan sensitivitas methode Kirby Bauer


1. Muller hilton agar plate
pembuatannya sesuai dengan petunjuk pada label yang ada pada
botol media powder, yang perlu diingat ketebalan agar dibuat + 4 mm,
penyimpanan dalam lemari es selama 1 minggu, jika akan digunakan
dikeringkan dahulu dalam 37 oC selama 30 menit.
2. Disc. Obat
Bisa diperoleh dipasaran secara komersil dengan diameter dan potensi
tertentu, disc obat dapat disimpan dalam freezer – 20 oC, kalau akan
digunakan dikeluarkan dari almari es dan dan dibiarkan dalam suhu
kamar selama + 1 jam.
3. Standard kekeruhan
Dibuat dari 0,5 ml 1,175 % Barium Chloride dihydrat (BaCl 2 2H2o)
ditambahkan 99,5 ml asam sulfat 1 %. Standar ini dimasukan dalam
tabung screw cap atau tabung reaksi seperti yang dipakai untuk
membuat suspense bakteri, ditutup rapat supaya tidak terjadi
penguapan, dapat disimpan dalam ruang gelap suhu kamar selam 6
bualn, kalau akan digunakan dikocok dahulu.
4. Lidi kapas atau swab steril
5. Dibuat dari lidi yang panjang + 20 cm yang sudah dihaluskan dan
bersih, salah satu ujungnya dicelupkan kedalam putih telur, kemudian
dibalut dengan kapas secukupnya, masukan dalam kaleng atau
dibungkus dengan kertas aluminium foil dan steril dengan autoclave
atau oven.
6. Air garam phisiologis steril atau kaldu steril.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 69


G.Cara pemeriksaan
1. Pembuatan suspense bakteri :
Ambil 1 ujung ose koloni bakteri media subkultur, disuspensi didalam
air garam tabung sampai kekeruhan sama dengan standard.
2. Penanaman pada Muller Hinton Agar Plate :
Celupkan lidi kapas kedalam suspense kuman, peras dengan menekan
pada dinding tabung bagian dalam sambil diputar-putar, goreskan
pada permukaan media samapai seluruh permukaan tertutup rata,
biarkan selama 5-15 menit supaya suspense bakteri meresap kedalam
agar.
3. Penempelan disc obat :
Tempelkan disc obat pada media, atur jarak antara satu dengan yang
lainnya tidak kurang dari 15 mm.
4. Inkubasi :
Setelah penempelan disc, media diinkubasi pada 35 oC selama 16-18
jam.
5. Pembacaan / pengukuran diameter zone hambatan
diukur diamater zona hambat menggunakan penggaris atau dial
caliper, jika mempunyai zona reader. Diameter zona hambat yang
diukur adalah daerah jernih sekitar disc obat (tidak ada pertumbuhan
bakteri) diukur dari ujung yang satu ke ujung yang lain melalui tengah
– tengah disc obat.
6. Penilaian :
Hasil pengukuran diameter zona hambatan dibandingkan dengan
standard untuk memperoleh kepastian laporannya, Resisten,
Intermediet, Sensitif.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 70


PENGUJIAN KADAR HAMBATAN MINIMUM /
MINIMAL INHIBITON CONCENTRATION (MIC)

A. PENDAHULUAN
Minimal inhibiton consertration = kadar terendah antibiotika dan obat-obat
kimia yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Spesimen : Obat – Obat antimikroba dan obat – obatan.
Metode Pemeriksaan :
Diketahui ada dua cara pemeriksaan yaitu :
a. Broth Dilution :
Obatnya diencerkan dengan kaldu yang ditumbuhi bakteri yang
diperiksa. Umumnya untuk bakteri yang mudah tumbuh atau cepat
tumbuh. Sederetan obat yang berbeda untuk 1 specimen bakteri.
1. Obat yang diperiksa dilarutkan dalam pelarut dengan kadar
tertentu.
2. Diencerkan dengan kaldu steril sehingga diperoleh sederetan kadar
obat, misalnya 100, 50, 20, 10, 5, 2 mcgram atau IU/ml.
3. Tiap-tiap kadar diambil1 ml ditambah masing – masing 1 ml kultur
bakteri didalam kaldu umur 4-8 jam 37 oC.
4. Campur baik-baik masukan dalam incubator suhu 37 oC selama 18-
48 jam.
5. Pada waktu membacanya MICnya dengan mencari tabung yang
mengandung kadar obat terendah tetapi masih mampu
menghambat / mematikan bakteri (campuran kelihatan jernih).
Cara membuat pengenceran
1. Ditimbang 50 mg didalam labu erlenmeyer steril, tambahkan
pelarutnya sampai 50 ml, ini menjadi larutan obat yang kadarnya
1000 mcg/ml.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 71


2. Didalam tabung steril dimasukan 2 ml larutan obat itu ditambah 8
ml kaldu steril, diperoleh larutan dengan kadar 20mcg/ml.
3. Selanjutnya dibuat larutan sebagai berikut :
Tabung Larutan 200 Kaldu Kadar mcg / ml
Steril mcg / ml
1 1 ml 1 ml 100 ml
2 1 ml 3 ml 50 ml
3 0,5 ml 4,5 20 ml
ml
4 0,5 ml 9,5 10 ml
ml
5 0,1 ml 3,9 5 ml
ml
6 0,1 ml 9,9 2 ml
ml

4. Kadar akhir setelah ditambahkan kultur bakteri sama banyaknya


menjadi setengah.
b.Agar Dilution
Obatnya diencerkan dengan agar – agar yang dapat ditumbuhi bakteri
yang diperiksa. Umumnya untuk bakteri yang sukar atau lambat
tumbuh. Satu kadar obat untuk beberapa bakteri yang sejenis.
1. Obat yang diperiksa dilarutkan dengan pelarut sampai diperoleh
kadar obat tertentu misalnya 200 mcg / ml.
2. Kemudian dibuat pengenceran obat dengan agar – agar sehingga
diperolah media plate dengan kadar obat yang berbeda.
3. Deretan media plate yang yeng berbeda kadar obatnya ditetesi
suspense bakteri pekat yang diperiksa dari kultur umu 24 – 48 jam
37 oC, masukan diinkubator selama 24 jam.
4. Pada waktu dibaca ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada bekas
tetesan dan dicari agar plate yang menunjukkan kadar obat
terendah yang bakterinya tidak tumbuh.
cara pembuatan pengenceran :

Bahan Ajar Bakteriologi 3 72


1. Satu jenis obat yang digunakan dibuat larutan dengan pelarutnya
sehingga diperoleh kadar tertentu misalnya 100 mcg / ml.
2. Disediakan beberapa masing – masing dkitambahkan larutan obat
tersebut dengan volume yang berbeda – beda, campuran ini
dituang didalam petridisch steril.

Contoh perbandingan agar – agar dan obat :


Obat 100 mcg / ml Media agar – agar Kadar akhir obat
1 ml 199 ml 0,5 mcg / ml
1 ml 99 ml 1 mcg / ml
2 ml 98 ml 2 mcg / ml
5 ml 95 ml 5 mcg / ml
10 ml 90 ml 10 mcg / ml

Bahan Ajar Bakteriologi 3 73


SUMBER REFERENSI

Achmad, H., 2001. Kimia Larutan. Citra Aditya Jawetz, Melnick&Adelberg,


2008, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC
Cappuccino James,2013”Manual Laboratorium Mikrobiologi’’Edisi 8 ,Penerbit
Buku Kedokteran,EGC
Dr.Indan Entjang , “Mikrobiologi dan Parasitologi”,Citra Aditya
Bakti,Bandung.
DR. Maksum Radji, M.Biomed .”Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa
Farmasi dan Kedokteran “,Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
David T Kingsburry, “Mikrobiologi disertai contoh kasus klinik”, Universitas
Indonesia, Binarupa Aksara Publisher, Jakarta
Jawetz,Melnick&Adelberg,2008,”Mikrobiologi Kedokteran”, Edisi 23,Penerbit
Buku Kedokteran,EGC
Staf Pengajar FK Universitas Indonesia, “Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran”, Universitas Indonesia, Binarupa Aksara Publisher,
Jakarta.
R. A. V. Benn, “ Buku Saku Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi” , Universitas
Indonesia, Binarupa Aksara Publisher, Jakarta. Universitas Indonesia,
Binarupa Aksara Publisher, Jakarta.
Toy, DeBord, Wanger, et all, “ case files Mikrobiologi”, Universitas Indonesia,
Binarupa Aksara Publisher, Jakarta.

Bahan Ajar Bakteriologi 3 74


Bahan Ajar Bakteriologi 3 75

Anda mungkin juga menyukai