SKRIPSI
OLEH
JELITA AMANDA HARGIANTI PUTRI
NIM 180543635504
SKRIPSI
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Tata Boga
Oleh
JELITA AMANDA HARGIANTI PUTRI
NIM 180543635504
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Jelita Amanda Hargianti Putri ini telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 27 Desember 2022
Dewan Penguji
Mengesahkan, Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Ketua Departemen Teknologi Industri
Prof. Dr. Andoko, S.T., M.T. Lismi Animatul Chisbiyah, S.Pd., M.Pd., Ph.D.
NIP 19650812 199103 1 005 NIP 19730625200604 2 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
RINGKASAN
Putri, Jelita Amanda Hargianti.2022. Pengaruh Penambahan Karagenan dalam
Pembuatan Puding Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers). Skripsi,
Departemen Teknologi Industri, FakultasaTeknik, UniversitasaNegeri
Malang. Pembimbing (I) Dr. Dra. Titi MutiaraaKiranawati, M.P. (II) Prof.
Dr. Rina Rifqiei Mariana M.P.
Kata kunci : daun cincau hijau, puding, karagenan.
v
SUMMARY
Putri, Jelita Amanda Hargianti. 2022. The Effect of Carrageenan Addition in The
Making of Green Grass Jelly Pudding (Cyclea barbata Miers). Thesis,
Universitas Negeri Malang, Faculty of Engineering, Universitas Negeri
Malang. Advisor (I) Dr. Dra. Titi Mutiara Kiranawati, M.P. (II) Prof. Dr.
Rina Rifqie Mariana M.P.
Keywords: green grass jelly leaves, pudding, carrageenan.
vi
KATA PENGANTAR
vii
viii
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iv
RINGKASAN..........................................................................................................v
SUMMARY............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan Penelitian...........................................................................3
C. Kegunaan Penelitian......................................................................4
D. Definisi Operasional......................................................................4
ix
x
1. Rancangan Penelitian...................................................................20
2. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................20
3. Alat dan Bahan.............................................................................21
4. Prosedur Penelitian......................................................................21
5. Pengumpulan Data.......................................................................22
6. Analisis Data................................................................................25
BAB V PEMBAHASAN...............................................................................41
A. Sifat Fisik Puding Daun Cincau Hijau.........................................41
B. Sifat Kimia Puding Daun Cincau Hijau.......................................43
C. Sifat Hedonik Puding Daun Cincau Hijau...................................44
BAB VI PENUTUP.........................................................................................47
A. KESIMPULAN............................................................................47
B. SARAN........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
LAMPIRAN...........................................................................................................55
RIWAYAT HIDUP................................................................................................77
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cincau hijau termasuk tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia.
Salah satu jenis yang banyak dimanfaatkan yaitu cincau hijau rambat (Cyclea
barbata Miers). Dalam pembudidayaannya tanaman tersebut tidak memerlukan
penanganan khusus. Cincau hijau mengandung komponen bioaktif antara lain
flavonoid, etanol, klorofil, terpenoid, alkaloid, fenolik, saponin, tannin, serta
mineral dan vitamin antara lain kalsium, fosfor, serta vitamin A dan B
(Permanasari et al., 2016). Menurut Pitojo (2005) nutrisi pada daun cincau yaitu
kalori sebanyak 122 kal, protein 6.gr, kalsium sejumlah 100 milligram, fat 1.
gram , phospor 100 milligram, iron 3,3.milligram, vitamin A i107,5 UI, vitamin
B1 80 isebanyak milligram, vitamin C 17igram, serta airi66 gram. Selain
mengandung karbohidrat, lemak serta protein, cincau hijau juga mengandung
mineral , kalsium, vitamin, dan beberapa senyawa bioaktif yaitu flavonoid,
klorofil, dan polifenol (Susilawati et al., 2006).
Cincau hijau biasanya hanya digunakan untuk hidangan cincau yang
dibuat dengan mengahancurkan daun sehingga menjadi gel segar tanpa
penambahan bahan lain. Cincau yang telah menjadi gel dihidangkan dengan
tambahan santan dan gula jawa menjadi es cincau. Daun cincau hijau umunya
diolah dengan cara tradisional dengan mengekstrak daun hanya dengan air
sehingga menghasilkan gel yang rasanya masih tawar dan tidak bertahan lama
(Noorrohman, 2018). Di Indonesia masyarakat mengenal cincau sesuai warnanya,
cincau hijau dan hitam yang keduanya memilikiiperbedaan dari cita rasa, bahan
baku dan pengolahannya. Terdapat berbagai jenis tumbuhan cincau yaitu cincau
hijau rambat, cincau minyak, cincau hijau perdu, dan cincau hitam. Namun
sebagian besar masyarakat lebih menyukai cincau yang tidak langu dan mudah
pengolahnnya yaitu cincau hijau (Sabilla & Soleha, 2016)
Gel cincau hijau pada umumnya tidak diberikan bahan tambahan lain,
namun dalam penelitian ini cincau hijau diolah menjadi puding dengan
1
2
penambahan bahan lain sehingga gel cincau hijau tidak tawar. Puding bukan lagi
hidangan yang asing bagi masyarakat Indonesia, asal kata dari puding adalah
pudding dalam bahasa Inggris yang berarti hidangan penutup yang tidak
dihidangkan dalam keadaan dingin saja tetapi juga dalam keadaan panas dan
hangat (Kho, 2016). Puding panas diolah menggunakan teknik dikukus atau
dipanggang sedangkan puding dingin diolah menggunakan teknik merebus.
Menurut Kirana (2013) puding merupakan hidangan yang bisa dinikmati setelah
menyantap hidangan utama sebagai hidangan manis atau hidangan penutup, di
Indonesia puding merujuk pada olahan yang kenyal terbuat dari jelly atau agar-
agar. Puding dingin sangat cocok dihidangkan sebagai makanan penutup yang
segar di iklim tropis Indonesia. Puding pada umumnya terbuat dari agar-agar yang
ditambahkan air dan gula sehingga membentuk gel dengan tekstur yang lembut.
Cincau hijau memiliki komponen pembentuk gel. Komponen tersebut
adalah pektin bermetoksi rendah (low methoxyl pectin) yang merupakan
polisakarida. Menurut Fakhrizal et al. (2015) pektin biasa digunakan dalam
pembuatan jelly dan jam sebagai pembentuk gel tetapi memiliki kelemahan yaitu
mudah mengalami sineresis atau keluarnya air dari ekstrak cincau tersebut. Hal
tersebut terjadi karena air yang terkandung di dalam ekstrak memiliki sifat bebas
yang bisa dikeluarkan, hal tersebut menunjukkan bahwa air hanya termobilisasi
secara mekanis (Prangdimurti et al., 2014). Karena pembuatan cincau hijau lebih
sederhana serta tidak menggunakan bahan tambahan untuk memperkokoh tekstur
menyebabkan gel cincau hijau lebih mudah mengalami sineresis dibandingkan
cincau hitam (Widiana, 2019). Perlu dilakukan modifikasi agar dapat
menghambat sineresis pada cincau hijau salah satu caranya adalah dengan
menambahkan hidrokoloid. Berdasarkan karakteristiknya hidrokoloid
dimanfaatkan sebagai pengental, pembentuk lapisanifilm, pembentuk gel,
perekat, penstabil, dan emulsifier (Herawati, 2018). Salah satu jenis bahan yang
dapat membentuk gel dan biasa digunakan pada makanan ialah karagenan
(Widawati & Hardiyanto, 2016). Karagenan yang dimanfaatkan sebagai
hidrokoloid pada umumnya tidak dimanfaatkan dari kandungan nutrisinya
melainkan karena memiliki sifat fungsional yaitu waktuipembentukan gel,
kekuatan geli(gel strength), suhu pelelehan gel, serta suhu pembentukan gel
3
(Distantina et al., 2013). Sebagaimana penelitian formula cincau jelly drink yang
dilakukan Khoiriyah & Amalia (2014) menjelaskan penambahan cincau pada
minuman cincau jelly drink sebagai pangan fungsional sumber antioksidan
menghasilkan tekstur cincau hijau yang lebih disukai panelis adalah dengan
penambahan karagenan sebesar 0,3%. Penelitian oleh Sari et al., (2018) juga
memanfaatkan kappa karagenan untuk membuat jelly drink manggaipakel yang
memperoleh hasil variasi pengguaan kappa karagenan berpengaruh nyata pada
sineresis, kadarivitamin c, viskositas, PH,idan uji mutu hedonik (tekstur,iaroma,
rasa). Dari penjelasan tersebut belum ada penelitian mengenai modifikasi dalam
pembuatan puding daun cincau hijau rambat sehingga penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruhipenambahan karagenan dalam pembuatan puding
cincau hijau (Cycleaibarbata Miers).
Dalam pembuatan puding daun cincau dilakukan dengan memformulasi-
kan daun cincau hijau, gula bubuk, susu bubuk, dan penambahan karagenan
sebagai hidrokoloid. Perlu dilakukan penelitian penambahan karagenan
sebagaiihidrokoloid yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari puding
cincau hijau rambat dengan kualitas yang optimal.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap kekuatan gel puding cincau hijau.
2. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap tekstur puding cincau hijau.
3. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap sineresis puding cincau hijau.
4. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap kadar air puding cincau hijau.
5. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap kadar serat puding cincau hijau.
6. Menganalisis pengaruh penambahan karagenan sebesar 0,2%, 0,3%,dan
0,4%iterhadap sifat hedonik puding cincau hijau.
4
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh penambahan
karagenan dalam pembuatan puding daun cincau hijau meliputi sifat fisik
kekuatan gel, tekstur, dan sineresis. Mengetahui sifat kimia penambahan
karagenan pada puding daun cincau hijau meliputi kadar air dan kadar serat serta
uji hedonik kesukaan terhadap warna, rasa, tekstur, dan aroma. Memperoleh serta
menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan daun cincau hijau
rambat (Cycleaibarbata Miers) sebagai inovasi produk puding daun cincau hijau.
2. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dalam
pembuatan puding daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers). Selain itu sebagai
pengembangan ilmu khususnya dibidang Tata Boga Universitas Negeri Malang
dan sumber rujukan dalam membuat penelitian lanjutan.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bahwa daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata
Miers) dapat dikembangkan sebagai produk puding daun cincau hijau dengan
penambahan karagenan untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai.
D. Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Daun cincau hijau
Daun cincau hijau yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun cincau
hijau rambat (Cycleaibarbata Miers) yang segar, bentuk fisik sempurna tidak
memiliki cacat, berwarna hijau tua, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
2. Karagenan
Karagenan yang ditambahkan dalam penelitian ialah jenis kappa
karagenan yang berfungsi sebagai gel agent. Kappa karagenan termasuk jenis
hidrokoloid yang diekstrak dari rumput laut jenis Kappaphycus alverizii yang
5
6
7
B. Karagenan
Karagenan ialah polisakarida yang diekstraksi dengan air atau larutan
alkali dari beberapa spesies rumput laut atau alga merah dari kelas rhodophyceae.
Karagenan mempunyai sifat fungsional fisik baik yaitu dapat berperan sebagai
pengental dan mempunyai kemampuan sebagai pembentuk gel dan stabilizer
(Campo et al., 2009). Struktur dasar karagenan terdiri dari tiga tipe yaitu kappa,
iota dan lamda karagenan (Banadib & Khoiruman, 2009). Karagenan larut pada
suhu 50 hingga 800C (tergantung pada kation pembentuk gelnya). Adanya kation
logam seperti kalsium, potasium, kalium, dan ammonium menyebabkan
karagenan membentuk gel yang kaku dan termoreversible, baik pada suhu panas
maupun dingin (Pujimulyani, 2009).
Kappa karagenan (Eucheuma cottonii) larut pada suhu 60oC dan dalam
larutan gula pekat pada keadaan panas, terhidrasi cepat pada pH rendah,
membentuk larutan kental, dan mudah larut air (Imeson, 2011). Karagenan yang
dimanfaatkan sebagai hidrokoloid pada umumnya tidak dimanfaatkan dari
kandungan nutrisinya melainkan karena memiliki sifat fungsional yaitu
waktuipembentukan gel, kekuatan geli(gel strength), suhu pelelehan gel, serta
suhu pembentukan gel (Distantina et al., 2013). Karagenan sangat penting
peranannya sebagai stabilizer (penstabil, pembentuk gel, thicker (bahan
8
C. Puding
Puding merupakan salah satu hidangan penutup yang biasanya disajikan
sebagai dessert di akhir jamuan makan yang umumnya terbuat dari bahan yang
direbus, dipanggang, atau dikukus (Arini, 2015). Menurut Kirana (2013) puding
merupakan hidangan yang bisa dinikmati setelah menyantap hidangan utama
sebagai hidangan manis atau hidangan penutup, di Indonesia puding merujuk pada
olahan yang kenyal terbuat dari jelly atau agar-agar. Puding dingin sangat cocok
dihidangkan sebagai makanan penutup yang segar di iklim tropis Indonesia.
Puding pada umumnya terbuat dari agar-agar yang ditambahkan air dan gula
sehinggga membentuk gel dengan tekstur yang lembut.
Asal kata dari puding adalah pudding dalam bahasa Inggris yang berarti
hidangan penutup yang tidak dihidangkan dalam keadaan dingin saja tetapi juga
dalam keadaan panas dan hangat (Kho, 2016). Pada abad pertengahan istilah
puding digunakan di Eropa untuk menggambarkan hidangan dari daging yang
dibungkus. Istilah pudding di Britania Raya sering digunakan untuk hidangan
penutup dari telur dan tepung yang dimasak dengan cara direbus atau dikukus.
Puding panas diolah menggunakan teknik dikukus atau dipanggang sedangkan
puding dingin diolah menggunakan teknik merebus. Terdapat Jenis puding yang
tidak terbuat dari agar-agar yaitu terbuat dari pati dan telur. Puding yang dibuat
dengan teknik merebus menggunakan bahan pengental seperti agar-agar, gelatin,
maizena, atau karagenan. Sedangkan puding dengan bahan telur dan tepung terigu
atau tepung beras dimasak dengan teknik memanggang, merebus, atau mengukus.
Menurut Darmawan et al. (2014) faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan puding adalah rasa dan teksturnya, puding diminati masyarakat
sebagai hidangan penutup karena memiliki rasa yang manis dan tekstur yang
lembut.
9
Semakin mudah gel melepaskan air menunjukkan nilai sineresis yang besar dan
dalam perdagangann hal tersebut kurang disuka.
Menurut Subaryono et al., (2017) sifat kekuatan gel yang tinggi dan
sineresis rendah sangat diperlukan produk gel seperti puding dan jelly yang
penyimpananya memerlukan suhu rendah. Sineresis gel yang tinggi dapat
membuat gel menjadi kering atau mengkerut selama proses penyimpanan.
dikarenakan umumnya satu gram serat kasar setara dengan 2 – 3 gram serat
pangan (Tejasari, 2019). Komponen serat pangan total memberikan karakteristik
fungsional pada serat yaitu kapasitas untuk mengembang, mengadsorpsi minyak,
kemampuan daya ikat air, meningkatkan densitas kamba, membentuk gel dengan
viskositas yang berbeda-beda, pertukaran kation, serta memberikan warna dan
flavor (Muchtadi, 2001)
G. Sifat Organoleptik
A. PenelitianaPendahuluan
Penelitianapendahuluan dilakukan untuk menemukan persentase
penambahan karagenan agar menghasilkan formulasi puding daun cincau hijau
yang memiliki rentang yang cukup baik sehingga dapat dilakukan penelitian
utama yaitu uji fisik, ujiikimia dan ujiiorganoleptik.
14
15
b. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan puding daun cincau hijau dapat
dilihat pada tabel berikut :
16
Pensortiran
Penimbangan Bahan
Analisis Fisik
1. Pensortiran
17
Tahap
Uji Perlakuan Hasil
Coba
Warna hijau tua sedikit keruh
Metode penghancuran daun :
Rasa manis sedikit pahit
diblender
Aroma sangat langu
Penggunaan daun : daun segar
Tekstur lembut sangat mudah berair
I
Warna hijau tua
Metode penghancuran daun :
Rasa manis
diremas
Aroma langu
Penggunaan daun : daun segar
Tekstur lembut sangat mudah berair
II Metode penghancuran daun : Warna hijau tua
diremas Rasa manis
Penggunaan daun : daun segar Aroma sedikit langu
19
Keterangan :
Hasil pada tekstur (terjadinya sineresis atau keluarnya air) diamati setelah proses pendinginan
puding daun cincau hijau selama 8-12 jam.
B. PenelitianaUtama
1. Rancangan-Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
tertentu terhadap faktor yang lain pada kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2017).
Rancangan percobaanayang digunakan dalam peneitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan persentase
penambahanakaragenan dalam pembuatan puding daun cincau hijau. Penelitian
dilakukan dengan tiga formulasi dan duaakali pengulangan.
Tabel 3. 5 RancanganiiPenelitian
Pengulangan Konsentrasi
B1 B2 B3
P1 P1B1 P1B2 P1B3
P2 P2B1 P2B2 P2B3
Keterangan : P1 : Pengulangan 1
P2 : Pengulangan 2
B1 : Puding dengan penambahan karagenan sebanyak 0,2 %
B2 : Puding dengan penambahan karagenan sebanyak 0,3 %
B3 : Puding dengan penambahan karagenan sebanyak 0,4 %
Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2022. Uji kimia dan fisik di
Laboratorium Analisis Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan uji
hedonik kesukaan bertempat di LaboratoriumaIndustri, Program Studi Pendidikan
Tata Boga, Departemen Teknologi Indutri, Fakultas Teknik, UniversitasiNegeri
Malang.
21
3. Alat danibahan
Bahan dan alat yang dipergunakan dalamapenelitian utama yang dilakukan
dengan analisis sifat fisik, sifat kimia, dan sifat organoleptik. Formulasi puding
cincau hijau dapat dilihat pada berikut :
Formulasi
No Bahan
0% 0,2 % 0,3 % 0,4 %
1 Daun cincau 25 g 25 g 25 g 25 g
2 Air 250 ml 250 ml 250 ml 250 ml
3 Gula halus 30 g 30 g 30 g 30 g
4 Susu bubuk 12,5 g 12,5 g 12,5 g 12,5 g
5 Karagenan - 0,63 g 0,95 g 1,27 g
Bahan dan alat yangadigunakan untuk analisis sifat fisik dan sifat kimia
pada penelitian utama dapat dilihat padaatabel berikut:
4. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam pembuatan puding daun cincau hijau dapat dilihat pada
gambar berikut.
22
Analisis Fisik
a. Kekuatan gel
b. Tekstur
Puding daun cincau hijau dengan c. Sineresis
penambahan karagenan 0,2%,
0,3%, dan 0,4%. Analisis Kimia
d. Kadar air
e. Kadar serat
Analisis Hedonik
f. Warna
g. Rasa
h. Tekstur
i. aroma
5. Pengumpulan Data
yang diinginkan pada software texture analyzer lalu sampel diletakkan di bawah
probe, menyetel alat sesuai kebutuhan kemudian data analisis dicetak.
X
Sineresis Gel= x 100 %
Y
Keterangan
X = berat awal
Y = berat akhir
B−C
Kadar Air = x 100 %
A
Keterangan:
A= berat awal sampel (g)
B= berat awal sampel (g) + berat cawan sebelum di panaskan dengan oven (g)
C= berat awal sampel (g) + berat cawan setelah dipanaskan dengan oven (g)
C− A
Serat Kasar %= X 100 %
B
Keterangan:
A= berat kertas saring sebelum di panaskan dengan oven (g)
B= berat sampel (g)
C= berat kertas saring = sampel setelah dipanaskan dengan oven (g)
6. Analisis Data
Hasil data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
analisis sidik ragam atau ANOVA yang digunakan untuk menganalisis sifat fisik
meliputi kekuatan gel, tekstur, dan sineresis, sifat kimia yaitu kadar air dan kadar
serat, serta analisis organoleptik terkait rasa, aroma, tekstur, dan warna puding
cincau hijau untuk mengetahui perbedaan signifikan rerata antar sampel. Apabila
menunjukkan adanya perbedaan nyata pada sampel akan dilanjutkan dengan uji
lanjutan Duncan’siMultiple RangeiTest (DMRT).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis fisik kekuatan gel puding daun cincau hijau dianalisis
dengan metode Texture Profile Analyzer. Kekuatan gel dapat diartikan sebagai
gaya maksimum yang dibutuhkan untuk memecahkan matriks polimer pada
daerah yang ditekan (Fitrah, 2013). Hasil rerata kekuatan gel puding daun cincau
hijau dapat dilihat pada tabel berikut.
Kekuatan gel
Sampel Rerata (g cm)
P1 P2
Konsentrasi karagenan 0,2% 445,77 482,40 464,09
Konsentrasi karagenan 0,3% 569,93 596,89 583,41
Konsentrasi karagenan 0,4% 646,06 630,75 638,40
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 rerata kekuatan gel
puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2%
sebesar 464,09 g cm. Rerata kekuatan gel puding daun cincau hijau dengan
penambahan konsentrasi karagenan 0,3% sebesar 583,41 g cm. Rerata kekuatan
gel puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,4%
26
27
Hasil analisis ANOVA kekuatan gel ketiga formulasi puding daun cincau
hijau ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji ANOVA Kekuatan Gel Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4. 3 Hasil Uji DMRT Kekuatan Gel Puding Daun Cincau Hijau
Hasil analisis sifat fisik tekstur puding daun cincau hijau dengan metode
Texture Profile Analyzer hasil rerata tekstur puding daun cincau hijau dapat
dilihat pada tabel berikut.
Kekuatan gel
Sampel Rerata (N)
P1 P2
Konsentrasi karagenan 0,2% 1,893 2,016 1,955
Konsentrasi karagenan 0,3% 2,292 2,475 2,384
Konsentrasi karagenan 0,4% 3,088 2,941 3,015
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 rerata tekstur puding daun
cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% sebesar 1,955 N.
Rerata tekstur puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi
karagenan 0,3% sebesar 2,384 N. Rerata tekstur puding daun cincau hijau dengan
penambahan konsentrasi karagenan 0,4% sebesar 3,015 N. Data selanjutnya
dianalisis menggunakan ANOVA untuk melihat apakah terdapat perbedaan
tekstur pada ketiga formula.
Hasil analisis ANOVA tekstur ketiga formulasi puding daun cincau hijau
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji ANOVA Tekstur Puding Daun Cincau Hijau
perbedaan tekstur antar formula puding daun cincau hijau dengan penambahan
karagenan dengan konsentrasi yang berbeda.
Tabel 4.6 Hasil Uji DMRT Tekstur Puding Daun Cincau Hijau
Hasil analisis sifat fisik sineresis puding daun cincau dianalisis dengan
metode gravimetri hasil rerata sineresis puding daun cincau hijau dapat dilihat
pada berikut.
Sineresis
Sampel Rerata (%)
P1 P2
Konsentrasi karagenan 0,2% 0,996 1,097 1,046
Konsentrasi karagenan 0,3% 0,697 0,791 0,744
Konsentrasi karagenan 0,4% 0,598 0,495 0,547
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 rerata sineresis puding
daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% sebesar
30
Hasil analisis ANOVA sineresis ketiga formulasi puding daun cincau hijau
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji ANOVA Sineresis Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.9 Hasil Uji DMRT Sineresis Puding Daun Cincau Hijau
dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% dan 0,4%. Puding daun cincau
hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,4% berbeda nyata dengan
puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% dan
0,3%.
Hasil analisis kimia kadar air puding daun cincau hijau dianalisis dengan
metode Thermogravimetri. Hasil rerata kadar air puding daun cincau hijau dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Rerata Kadar air Puding Daun Cincau Hijau
Kekuatan gel
Sampel Rerata (%)
P1 P2
Konsentrasi karagenan 0,2% 74,290 73,346 73,818
Konsentrasi karagenan 0,3% 72,406 71,372 71,889
Konsentrasi karagenan 0,4% 68,389 69,292 68,841
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 rerata kadar air
puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2%
sebesar 73,818%. Rerata kadar air puding daun cincau hijau dengan penambahan
konsentrasi karagenan 0,3% sebesar 71,889%. Rerata kadar air puding daun
cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,4% sebesar 68,841%.
Data selanjutnya dianalisis menggunakan ANOVA untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kadar air pada ketiga formula.
Hasil analisis ANOVA kadar air ketiga formulasi puding daun cincau
hijau ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji ANOVA Kadar air Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.12 Hasil Uji DMRT Kadar Air Puding Daun Cincau Hijau
Hasil analisis kimia kadar serat puding daun cincau hijau dianalisis dengan
metode Acid and Alkali Digestion. Hasil rerata kadar serat puding daun cincau
hijau dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Rerata Kadar serat Puding Daun Cincau Hijau
Kekuatan gel
Sampel Rerata (%)
P1 P2
Konsentrasi karagenan 0,2% 0,299 0,374 0,337
Konsentrasi karagenan 0,3% 0,498 0,623 0,560
Konsentrasi karagenan 0,4% 0,748 0,796 0,772
33
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.13 rerata kadar serat
puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2%
sebesar 0,337%. Rerata kadar serat puding daun cincau hijau dengan penambahan
konsentrasi karagenan 0,3% sebesar 0,560%. Rerata kadar serat puding daun
cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,4% sebesar 0,772%.
Data selanjutnya dianalisis menggunakan ANOVA untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kadar serat pada ketiga formula.
Hasil analisis ANOVA kadar serat ketiga formulasi puding daun cincau
hijau ditunjukkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Hasil Uji ANOVA Kadar Serat Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.15 Hasil Uji DMRT Kadar Serat Puding Daun Cincau Hijau
karagenan 0,3% dan 0,4%. Puding daun cincau hijau dengan penambahan
konsentrasi karagenan 0,3% berbeda nyata dengan puding daun cincau hijau
dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% dan 0,4%. Puding daun cincau
hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,4% berbeda nyata dengan
puding daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% dan
0,3%.
Gambar rerata hasil uji hedonik terhadap rasa puding daun cincau hijau
dengan konsentrasi karagenan 0,2%, 0.3%, dan 0,4%. Dapat dilihat pada Gambar
4.1 berikut.
4 3.97
3.95
3.9
3.85 3.82
3.8
3.75
3.7
3.65
0.20% 0.30% 0.40%
Konsentrasi Karagenan
Rerata tingkat kesukaan rasa puding daun cincau hijau dengan konsentrasi
karagenan 0,2% yaitu 3,97 (agak suka), kemudian rerata kesukaan rasa puding
daun cincau hijau dengan konsentrasi karagenan 0,3% yaitu 4,08 (suka). Rerata
35
tingkat kesukaan rasa puding daun cincau hijau dengan konsentrasi karagenan
0,4% yaitu 3,82 (agak suka).
Data yang diperoleh dari tingkat kesukaan rasa dari puding daun cincau
hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
selanjutnya dianalisis dengan ANOVA. Hasil uji ANOVA hedonik puding daun
cincau hijau dengan penamabahan karagenan dengan konsentrasi berbeda dilihat
pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Tabel Hasil Uji ANOVA Hedonik Rasa Puding Daun Cincau Hijau
Gambar 4.2 Rerata Skor Hedonik Aroma Puding Daun Cincau Hijau
Data yang diperoleh dari tingkat kesukaan aroma dari puding daun cincau
hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
selanjutnya dianalisis dengan ANOVA. Hasil uji ANOVA hedonik puding daun
cincau hijau dengan penamabahan karagenan dengan konsentrasi berbeda dilihat
pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Tabel Hasil Uji ANOVA Hedonik Aroma Puding Daun Cincau Hijau
Gambar rerata hasil uji hedonik terhadap warna puding daun cincau hijau
dengan konsentrasi karagenan 0,2%, 0.3%, dan 0,4%. Dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut.
4.2
4.1
4 3.91
3.9 3.8
3.8
3.7
3.6
3.5
0.20% 0.30% 0.40%
Konsentrasi Karagenan
Rerata tingkat kesukaan warna puding daun cincau hijau dengan konsentrasi
karagenan 0,2% yaitu 4,28 (suka), kemudian rerata kesukaan warna puding daun
cincau hijau dengan konsentrasi karagenan 0,3% yaitu 3,91 (agak suka). Rerata
tingkat kesukaan warna puding daun cincau hijau dengan konsentrasi karagenan
0,4% yaitu 3,80 (agak suka).
Data yang diperoleh dari tingkat kesukaan warna dari puding daun cincau
hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
selanjutnya dianalisis dengan ANOVA. Hasil uji ANOVA hedonik puding daun
cincau hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda dilihat
pada Tabel 4.18.
38
Tabel 4.18 Tabel Hasil Uji ANOVA Hedonik Warna Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.19 Tabel Hasil DMRT Hedonik Warna Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.19 menunjukan tingkat kesukaan warna puding daun cincau hijau
dengan penambahan karagenan konsentrasi 0,2%, 0,3%, dan 0,4%. Warna
konsentrasi karagenan 0,2% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,3% dan 0,4%.
Warna konsentrasi karagenan 0,3% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,2% dan
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi karagenan 0,4%. Warna konsentrasi
karagenan 0,4% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,2% dan tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi karagenan 0,3%.
Gambar rerata hasil uji hedonik terhadap tekstur puding daun cincau hijau
dengan konsentrasi karagenan 0,2%, 0.3%, dan 0,4%. Dapat dilihat pada Gambar
4.4 berikut.
39
Data yang diperoleh dari tingkat kesukaan tekstur dari puding daun cincau
hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi yang berbeda
selanjutnya dianalisis dengan ANOVA. Hasil uji ANOVA hedonik puding daun
cincau hijau dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda dilihat
pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Tabel Hasil Uji ANOVA Hedonik Tekstur Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.21 Tabel Hasil DMRT Hedonik Tekstur Puding Daun Cincau Hijau
Tabel 4.21 menunjukan tingkat kesukaan tekstur puding daun cincau hijau
dengan penambahan karagenan konsentrasi 0,2%, 0,3%, dan 0,4%. Tekstur
konsentrasi karagenan 0,2% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,3% dan 0,4%.
Tekstur konsentrasi karagenan 0,3% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,2% dan
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi karagenan 0,4%. Tekstur konsentrasi
karagenan 0,4% berbeda nyata dengan konsentrasi 0,2% dan tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi karagenan 0,3%.
BAB V
PEMBAHASAN
Puding daun cincau hijau dalam penelitian ini merupakan makanan yang
menggunakan karagenan sebagai gel agent. Sifat fungsional dari karagenan
sebagai pembentuk gel dapat dinilai dari kekuatan gel yang terbentuk. Kekuatan
gel pada puding dapat mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen (Darmawan
et al., 2014). Kekuatan gel komersial yaitu 400 g cm. Rerata kekuatan gel puding
daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasi karagenan 0,2% sebesar
464,09 g cm, 0,3% sebesar 583,41 g cm, dan 0,4% sebesar 638,40 g cm.
Kekuatan gel terbesar pada puding daun cincau hijau yaitu pada persentase
karagenan 0,4%.
41
42
Sineresis dalam suatu gel terlihat dari banyaknya air yang dilepaskan gel
pada saat penyimpanan (Darmawan et al., 2014). Semakin besar nilai sineresis,
maka gel semakin mudah melepaskan air dan biasanya kurang disukai dalam
perdagangan. Rerata hasil penambahan konsentrasi karegenan pada puding daun
cincau hijau menunjukkan hasil yang semakin menurun. Sineresis pada puding
daun cincauihijau dengan penambahanikaragenan sebanyak 0,2 % sebesar
1,046%, konsentrasi karagenan 0,3% sebesar 0,744%, sedangkan konsentrasi
karagenan 0,4% sebesar 0,547%.
Peningkatan konsentrasi penambahan karagenan menunjukkan penurunan
nilai sineresis. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi
karagenan yang ditambahkan menyebabkan semakin kuat pula struktur double
helix yang terbentuk sehingga air yang dapat ditangkap dan diikat juga semakin
banyak (Atmaka et al., 2021). Menurut Wardani et al (2018) karagenan dapat
membantu penggabungan dan pengikatan polimer dalam pembentukan jala tiga
dimensi bersambungan yang berfungsi menangkap air dan menciptakan struktur
yang kuat. Sama halnya dengan penelitian mengenai jelly drink yang dilakukan
43
membentuk gel dan merupakan senyawa polisakarida dari jenis rumput laut
Euchema cottoni (Anggadiredja et al., 2011). Kadar serat serat kasar pada
E.cottonii berkisar pada 22,18% (Nosa et al., 2020). Oleh karena itu semakin
besar konsentrasi kappa karagenan yang ditambahkan menyebabkan kadar serat
kasar juga semakin meningkat. Seperti pada penelitian Sidi et al. (2014) yang
menunjukkan peningkatan kadariserat pada fruit lether disebabkan oleh
konsentrasi karagenan yang tinggi. Begitu pula peningkatan kadar serat kasar
pada penelitian bakso ayam yang disebabkan karena semakin tinggi jumlah
penambahan karagenan pada produk tersebut (Kurniawan et al., 2012).
cerah dari konsentrasi 0,3% dan 0,4%. Hal tersebut menunjukkan responden
cenderung lebih menyukai makanan yang berwarna cerah sesuai dengan
pernyataan Devangga et al. (2019) bahwa warna salah satu parameter yang
berpengaruh terhadap tingkat kesukaan dan panelis cenderung menyukai produk
yang cerah.
A. KESIMPULANi
Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Penambahan Karagenan dalam
Pembuatan Puding Daun Cincau Hijau (Cycleaibarbata Miers)” dapat
disimpulkan bahwa:
47
48
8. Terdapat perbedaan nyata pada uji hedonik (uji kesukaan) warna puding daun
cincau hijau dengan penambahan konsentrasiikaragenan 0,2%, 0,3%, dan
0,4%. i
9. Terdapat perbedaan nyata pada uji hedonik (uji kesukaan) tekstur puding
daun cincau hijau dengan penambahan konsentrasiikaragenan 0,2%, 0,3%,
dan 0,4%. i
B. SARAN
Berdasarkanihasil penelitian penelitian “Pengaruh Penambahan Karagenan
dalam Pembuatan Puding Daun Cincau Hijau (Cycleaibarbata Miers)” saran
untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul R.H., K., Feti, F., & Audy D., W. (2018). Kandungan Serat Kasar Dari
Bakasang Ikan Tuna ( Thunnus Sp .) Pada Berbagai Kadar Garam, Suhu dan
Waktu Fermentasi. Jurnal Ilmiah Sains, 18.
Agustin, F., & Putri, W. D. R. (2013). Making of Jelly Drink Averrhoa Blimbi L
(Study About Belimbing Wuluh Proportion : The Water and Carrageenan
Concentration). Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(3), 1–9.
https://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/46
Alam, A. . (2011). Kualitas Karaginan Rumput Laut Jenis Eucheuma Spinosum di
Perairan Desa Punaga kabupaten Talakar. Universitas Hasanudin.
Anggadiredja, J. T., Anggadiredja, J. T., Purwoto, H., & Istini, S. (2011). Rumput
laut. Penebar Swadaya.
Arini, W. (2015). Kadar Antioksidan dan Uji Organoleptik Puding Kulit Buah
Manggis dengan Penambahan Buah Kurma Sebagai Perasa manis Alami.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Atmaka, W., Af’idatusholikhah, A., Prabawa, S., & Yudhistira, B. (2021).
Pengaruh Variasi Konsentrasi Kappa Karagenan terhadap Karakteristik Fisik
dan Kimia Gel Cincau Hijau (Cyclea barbata L. Miers). Warta Industri Hasil
Pertanian, 38(1), undefined-undefined.
https://doi.org/10.32765/WARTAIHP.V38I1.6093
Badan Standarisasi Nasional. (2015). Standar Nasional Indonesia. SNI
2802:2015. https://akses-sni.bsn.go.id/viewsni/baca/6157
Banadib, A., & Khoiruman, K. (2009). Optimasi Pengeringan pada Pembuatan
Karaginan dengan Proses Ekstraksi dari Rumput Laut Jenis Eucheuma
Cottonii.
Campo, V. L., Kawano, D. F., da Silva Jr, D. B., & Carvalho, I. (2009).
Carrageenans: Biological properties, chemical modifications and structural
analysis–A review. Carbohydrate Polymers, 77(2), 167–180.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.1016/j.carbpol.2009.01.020
Choi, S., & Regenstein, J. M. (2000). Physicochemical and sensory characteristics
of fish gelatin. Journal of Food Science, 65(2), 194–199.
49
50
https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1365-2621.2000.tb15978.x
Darmawan, M., Peranginangin, R., Syarief, R., Kusumaningrum, I., & Fransiska,
D. (2014). Pengaruh Penambahan Karaginan Untuk Formulasi Tepung
Puding Instan. Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan
Perikanan, 9(1), 83. https://doi.org/10.15578/jpbkp.v9i1.102
DeMan, M. J. (1997). Kimia Makanan. ITB.
Devangga, F., Dwiloka, B., & Nurwantoro, N. (2019). Optimasi Persentase
Penggunaan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Poir) pada Yoghurt
Berdasarkan Parameter Aktivitas Antioksidan, Derajat Keasaman. Jurnal
Teknologi Pangan, 3(1), 26–35.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/tekpangan/article/view/21755
Dewi, F. K., Neneng, S., & Yudi, G. (2016). Pembuatan Cookies dengan
Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Berbagai Suhu
Pemanggangan. Institutional Repositoris & Scientific Journals.
http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12084
Distantina, S., Rochmadi, R., Wiratni, W., & Fahrurrozi, M. (2013). Mekanisme
Proses Tahap Ekstraksi Karagenan Dari Eucheuma cottonii Menggunakan
Pelarut Alkali (The Mechanism of Carrageenan Extraction from Eucheuma
cottonii Using Alkaline Solvent). Agritech: Jurnal Fakultas Teknologi
Pertanian UGM, 32(4), 93907.
Estiningtyas, D., & Rustanti, N. (2014). Kandungan Gizi Sosis Substitusi Tepung
Tempe dengan Bahan Pengisi Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomoea Batatas)
dan Bahan Penstabil Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) untuk Pmt
Ibu Hamil. Journal of Nutrition College, 3(2), 1–36.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jnc.v3i2.5118
Fakhrizal, F., Fauzi, R., & Ristianingsih, Y. (2015). Pengaruh Konsentrasi Pelarut
HCL pada Ektraksi Pektin dari Kulit Pisang Ambon. Konversi, 4(2), 36–40.
https://doi.org/https://doi.org/10.20527/k.v4i2.264
Fardiaz, D. (1989). Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Fitrah, A. N. (2013). Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan
Karagenan dan Glukomanan Dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan
51
Kenanga.
Harijono, Kusnadi, J., & Mustikasari, S. A. (2001). Pengaruh Kadar Karaginan
Dan Total Padatan Terlarut Sari Buah Apel Muda Terhadap Aspek Kualitas
Permen Jelly. Jurnal Teknologi Pertanian, 2(2), 110–116.
Harismah, K., Fatmawati, L., Yusoh, I., Septianto, C. H., Sofyan, A., Fuadi, A.
M., Studi, P., Kimia, T., Surakarta, U. M., Studi, P., Kimia, T., Alam, B., &
Surakarta, U. M. (2015). Modifikasi Agar-agar dengan Ubi Jalar Ungu dan
Substitusi Pemanis Alami Daun Stevia. 673–676.
Hellyer, J. (2004). Quality Testing with Instrumental Texture Analysis in Food
Manufactering. Middleboro, MA: LPI.[Google Scholar].
Herawati, H. (2018). Potensi Hidrokoloid Sebagai Bahan Tambahan Pada Produk
Pangan Dan Nonpangan Bermutu. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian, 37(1), 17. https://doi.org/10.21082/jp3.v37n1.2018.p17-25
Imeson, A. (2011). Food Stabilisers, Thickeners and Gelling Agents. John Wiley
& Sons.
Kartika, B., Hastuti, P., & Supartono, W. (1988). Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. In Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI press,
Jakarta.
Khoiriyah, N., & Amalia, L. (2014). Formulasi Cincau Jelly Drink (Premna
oblongifolia L Merr) sebagai Pangan Fungsional Sumber Antioksidan.
Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(2).
Kirana, D. (2013). 100 Resep Puding lapis. Gramedia Pustaka Utama.
https://books.google.co.id/books?id=o6peDwAAQBAJ
Kurniawan, A. B., Al-Baarri, A. N., & Kusrahayu. (2012). Kadar Serat Kasar,
Daya Ikat Air, dan Rendemen Bakso Ayam dengan Penambahan Karaginan.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2), 23–27.
Kusumaningrum, I. (2012). Pemanfaatan Karaginan dalam Formulasi Tepung
Puding Instan dan Panduga Umur Simpannya. Institut Pertanian Bogor.
Leviana, W., & Paramita, V. (2017). Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air dan
Aktivitas Air dalam Bahan pada Kunyit (Curcuma longa) dengan Alat
Pengering Electrical Oven. METANA, 13, 37–44.
52
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.14710/metana.v13i2.18012
Muchtadi, D. (2001). Timbulnya Penyakit Degeneratif ( Vegetables as Sources of
Dietary Fiber to Prevent Degenerative Diseases ). Jurnal Teknologi Dan
Industri Pangan, X(1).
Noorrohman, A. (2018). Formulasi Ekstrak Daun Cincau Hijau ( Premna
oblongifolia Merr ) dan Rumput Laut ( Eucheuma cottonii ) Terhadap Mutu
Cincau Hijau Bubuk. Universitas Tanjungpura.
Nosa, S. P., Karnila, R., & Diharmi, A. (2020). Potensi Kappa Karaginan Rumput
Laut (Eucheuma Cottonii) Sebagai Antioksidan Dan Inhibitor Enzim α -
Glukosidase The Potential Of Kappa Carrageenan Seaweed (Eucheuma
Cottonii) as an Antioxidant and α -Glucosidase Enzyme Inhibitor. Berkala
Perikanan Terubuk, 48(2), 1–10.
Nurlela, J. (2015). The effect of leaf green grass jelly extract (cyclea l. barbata
miers) to motility in mice balb/c male that exposed smoke. Jurnal Majority,
4(4).
Permanasari, D. A., Sakinah, E. N., & Santosa, A. (2016). Aktivitas ekstrak etanol
daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) sebagai penghambat pembentukan
biofilm bakteri Salmonella typhi. Journal of Agromedicine an Medical
Sciences, 2(2). https://doi.org/https://doi.org/10.19184/ams.v2i2.2779
Pitojo, S. (2005). Cincau: cara pembuatan & variasi olahannya. AgroMedia.
Pradani, A. (2017). Pemanfaatan Serbuk Daun Torbangun (Coleus amboinicus
Lour) dalam Pengembangan Produk Puding Instan Torbangun sebagai
Pangan Fungsional. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952. Institut Pertanian Bogor.
Prangdimurti, E., Herawati, D., & Briantoto, R. D. (2014). Perubahan Mutu Fisik
dan Mikrobiologi Gel Cincau Hijau Kemasan selama Penyimpanan. Jurnal
Mutu Pangan: Indonesian Journal of Food Quality, 1(2), 118–123.
Pujimulyani, D. (2009). Teknologi pengolahan sayur-sayuran dan buah-buahan.
Graha Ilmu.
Sabilla, C. T., & Soleha, T. U. (2016). Manfaat Ekstrak Daun Cincau Hijau
(Cyclea Barbata L. Miers) sebagai Alternatif Terapi Hipertensi. Jurnal
Majority, 5(4), 44–49.
53
Sari, V. M., Haryati, S., & Putri, A. S. (2018). Variasi Konsentrasi Karagenan
Pada Pembuatan Jelly Drink Mangga Pakel (Mangifera Foetida) Terhadap
Sifat Fisikokimia Dan Uji Organoleptik. Universitas Semarang.
Sidi, N. C., Widowati, E., & Nursiwi, A. (2014). Pengaruh Penambahan
Karagenan pada Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather Nanas
(Ananas Comosus L. Merr.) dan Wortel (Daucus Carota). Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 3(4), 122–127.
Siregar, J. A., Nainggolan, R. J., & Nurminah, M. (2017). Pengaruh Jumlah
Karagenan dan Lama Pengeringan. Jurnal Rekayasa Pangan Dan Pertanian,
5(1), 89–95. https://doi.org/https://doi.org/10.30596/agrintech.v1i1.1667
Soekarto, S. T. (1990). Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan.
Bogor: PAU Pangan Dan Gizi, IPB.
Subaryono, S., Utomo, B. S. B., WIkanta, T., & Satriyana, N. (2017). Pengaruh
Penambahan Iotakaraginan pada Ekstraksi Agarosa dari Agar-agar
Menggunakan Cetyl Piridinium Klorida. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 9(5), 1–9. https://doi.org/https://doi.org/10.15578/jppi.9.5.2003.1-
9
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Susilawati, Nurdin, S. U., & Assadi. (2006). Karakterisasi Pektin dari Daun
Cincau Hijau (Premna oblongifolia L. Miers.). Jurnal Sains Dan Teknologi,
12, 125–129.
Susiwi, S. (2009). Handout Penilaian Organoleptik. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tejasari. (2019). Nilai Gizi Pangan (Edisi 2). Pustaka Panasea.
Wardani, N. A. K., Indriani, P. T., & Sarinastiti, D. I. (2018). Karakteristik Fisik
dan Kimia Cincau Tiruan dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak, 13(2), 98–107.
https://doi.org/10.21776/ub.jitek.2018.013.02.4
Widawati, L., & Hardiyanto, H. (2016). Pengaruh Konsentrasi Karagenan
terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Minuman Jeli Nanas (Ananas
comosusL. Merr ). AGRITEPA, II(2), 157–178.
https://doi.org/https://doi.org/10.37676/agritepa.v3i1.298
54
55
56
No Nama Email
.
Mutia Raditya Ashar mutia.raditya.1805436@students.um.ac.i
1 d
2 Yunita Dwi Yanti nitayu78@gmail.com
3 Nabila Ummu ummunabila31@gmail.com
4 Chofifah Nur chofifah.nur.1805436@students.um.ac.id
Ikbar Mahardika ikhbar.mahardika.1805436@students.um.
5 ac.id
6 Belqis Quroatul Ain belqisain1810@gmail.com
7 Lesmono Budi Raharjo didilesmono.dl@gmail.com
8 Alva Reza Wahyu Mustika alva9551@gmail.com
9 Luluk Dzuriati Lilikdzuriati24@gmail.com
10 Annisa Estu Mukti annisa.estu.1805436@students.um.ac.id
11 Bella Nafila bella.nafilaa@gmail.com
12 Haris Cahyono hariscahyo187@gmail.com
13 Nur Amaliah Safitri nuramaliahsafitri@gmail.com
14 Fina Kalba Tufaila fina.kalba.1805436@students.um.ac.id
15 Fevi Andriani feviandriani23@gmail.com
Hesty Wulandari hesty.wulandari.1805436@students.um.a
16 c.id
17 Ade Putri ade.putri.1805436@students.um.ac.id
18 Millenia Elmaz Fitriani millenia710@gmail.com
19 Puput Meganing Tiyas puputmegan@gmail.com
20 Nunuk Lismonika nunuk.lismonika@gmail.com
58
Lampiran 4 Proses Pembuatan Puding Daun Cincau Hijau Dengan Penambahan Karagenan
0,2%, 0,3%, dan 0,4%
Lampiran 5 Hasil Uji Fisik dan Kimia Puding Daun Cincau Hijau
62
63
Nama :
Usia :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Rasa
Skala Numerik
Skala Hedonik
732 918 465
Suka
Agak Suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Saran :
………………………………………………………………………………
.
2. Aroma
Skala Numerik
Skala Hedonik
732 918 465
Suka
Agak Suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
64
Saran :
………………………………………………………………………………
…
3. Warna
Skala Numerik
Skala Hedonik
732 918 465
Suka
Agak Suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Saran :
………………………………………………………………………………
…..
4. Tekstur
Skala Numerik
Skala Hedonik
732 918 465
Suka
Agak Suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Saran :
………………………………………………………………………………
……
65
Lampiran 8 Data Mentah Penilaian Uji Hedonik Rasa, Aroma, Warna, dan Tekstur
Ulangan 1 Ulangan 2
732 465 918 732 465 918
1 5 3 4 5 4 3
2 5 5 5 5 4 3
3 5 5 5 3 3 5
4 4 4 4 3 5 3
5 5 3 4 5 3 2
6 5 5 5 3 3 3
7 3 3 3 5 5 5
8 3 3 5 5 5 5
9 5 3 4 3 4 3
10 5 4 3 4 3 2
11 5 3 4 3 3 4
12 4 3 5 3 4 3
13 4 4 4 5 3 2
14 4 5 4 2 5 3
15 5 4 4 4 4 3
16 5 5 5 5 3 4
17 5 3 3 5 5 5
18 5 4 4 5 5 5
19 5 5 5 4 4 4
20 5 5 4 5 3 4
21 5 4 3 5 5 5
22 5 4 3 3 3 3
23 3 3 5 3 3 5
24 3 5 3 5 3 4
25 5 3 2 5 4 3
26 3 3 3 5 3 4
27 5 5 5 4 3 5
28 5 5 5 4 4 4
29 3 4 3 4 5 4
30 4 3 2 5 4 4
31 3 3 4 5 5 5
32 3 4 3 5 3 3
33 5 3 2 5 4 4
34 2 5 3 5 5 5
35 4 4 3 5 5 4
Minimum Maximum
F1 431,77 489,41
F2 565,95 597,47
Kekuatan Gel
F3 627,65 648,96
Total 431,77 648,96
F1 1,86 2,03
F2 2,28 2,49
Tekstur
F3 2,92 3,10
Total 1,86 3,10
71
F1 ,99 1,10
F2 ,70 ,79
Sineresis
F3 ,49 ,60
Total ,49 1,10
F1 73,25 74,35
F2 71,34 72,53
Kadar air
F3 68,30 69,35
Total 68,30 74,35
F1 ,25 ,40
F2 ,50 ,65
Kadar serat
F3 ,75 ,80
Total ,25 ,80
ANOVA
Kekuatan.Gel
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 63533,084 2 31766,542 99,902 ,000
Within Groups 2861,789 9 317,977
Total 66394,872 11
ANOVA
Tekstur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,275 2 1,137 136,570 ,000
Within Groups ,075 9 ,008
Total 2,349 11
ANOVA
Sineresis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,506 2 ,253 76,007 ,000
Within Groups ,030 9 ,003
Total ,536 11
72
ANOVA
Kadar.Air
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 50,381 2 25,191 79,277 ,000
Within Groups 2,860 9 ,318
Total 53,241 11
ANOVA
Kadar Serat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,379 2 ,189 55,372 ,000
Within Groups ,031 9 ,003
Total ,410 11
Kekuatan.Gel
Duncana
F2 4 583,4138
F3 4 638,4085
Tekstur
Duncana
F2 4 2,3835
F3 4 3,0148
Sineresis
Duncana
F2 4 ,7443
F1 4 1,0463
Kadar.Air
Duncana
F2 4 71,8890
F1 4 73,8180
Serat
Duncana
F2 4 ,5605
F3 4 ,7720
Warna
Duncan a,b
Subset
Sampel N 1 2
perlakuan B3 0,4% 70 3,80
perlakuan B2 0,3% 70 3,91
perlakuan B1 0,2% 70 4,29
Sig. ,396 1,000
Tekstur
Duncana,b
Subset
Sampel N 1 2
perlakuan B3 0,4% 70 3,77
perlakuan B2 0,3% 70 3,83
perlakuan B1 0,2% 70 4,23
Sig. ,731 1,000
76
Jelita Amanda Hargianti Putri yang kerap dipanggil Jelita lahir di Blitar
pada tanggal 10 September 1999. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan bapak Lusgianto dan ibu Suharti. Mengenyam pendidikan Sekolah
Menengah Atas pada tahun 2015 dan melanjutkan pendidikan Prodi S1
Pendidikan Tata Boga di Universitas Negeri Malang pada tahun 2018. Selama
menjadi mahasiswa penulis pernah melaksanakan Praktik Industri di Hotel
Golden Tulip Holland Resort Batu selama 3 bulan dan Kajian Prakatik Lapangan
yang dilanjutkan Asistensi Mengajar MBKM di SMK 3 Blitar dengan total waktu
selama 4 bulan. Penulis juga pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa
Sanggar Minat serta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa semen,
Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada tahun 2021.
77