Anda di halaman 1dari 55

MINIMNYA MINAT PENGGUNAAN BAHASA WEMALE DI

KALANGAN GENERASI MUDA NEGERI KAMARIAN KABUPATEN

SERAM BAGIAN BARAT

SKRIPSI

OLEH

FRENGKY KAINAMA

NIM : 2018 – 31 – 054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
LEMBAR PENGESAHAN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebudayaan ................................................................... 5

B. Konsep Bahasa ........................................................................... 10

C. Konsep Pewarisan ...................................................................... 13

D. Kemerosotan Budaya ................................................................. 14

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

A. Metode Penelitian ....................................................................... 16

B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 16

C. Sumber Data ............................................................................... 16

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 16

E. Validasi Data .............................................................................. 18

F. Teknik Analisa Data ................................................................... 18

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 21


1. Letak Geografis .................................................................... 21

iii
2. Keadaan demografi .............................................................. 21
3. Tingkat Pendidikan .............................................................. 22
4. Sosial ekonomi ..................................................................... 23
5. Sistem kepercayaan .............................................................. 25
6. Sejarah Negeri Kamarian ..................................................... 25
7. Sistim Pemerintahan ............................................................. 28
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 29
C. Pembahasan .............................................................................. 38

1. Asal usul bahasa tanah di Negeri kamarian ......................... 38

2. Penggunaan bahasa Wemale di kalangan generasi muda

di Negeri Kamarian .............................................................. 41

3. Upaya meningkatkan minat berbahasa Wemale di kalangan

generasi muda ....................................................................... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 46

B. Saran ........................................................................................... 47

Daftar Pustaka ...................................................................................... 48

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri atas ratusan etnik yang berbeda-beda. Masing-masing

etnik memiliki karakter yang berbeda pula. Perbedaan etnik tersebut berdampak

pada kebervariasian/keberagaman bahasa yang digunakan oleh masing-masing

etnik. Kebervariasian bahasa tersebut tidak hanya terjadi pada penggunaan bahasa

daerah (bahasa ibu) tetapi juga terjadi pada pemakaian bahasa Indonesia. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa etnis yang beragam tersebut menjadi salah satu factor

terjadinya keanekaragaman bahasa di Indonesia. (Yohanis,2018;55).

Kepulauan Maluku sendiri terdiri dari berbagai pulau yang memiliki masing-

masing corak budaya dan Bahasa sendiri-sendiri setiap interaksi antara satu

individu dengan yang lain mempergunakan bahasa daerah. Akan tetapi ada juga

yang tidak mempergunakan bahasa daerah malah menggunakan Bahasa Melayu

Ambon. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan dalma berkomunikasi

sehari-hari di rumah dan sebagai membentuk perlilaku serta jati diri dan juga

menjadi jembatan untuk memahami ekspresi nilai, aturan, adat kebiasaan, dan

kearifan lokal menjaga lingkungan. Bahasa merupakan salah satu identitas budaya

yang ada pada masyarakat dari masing-masing daerah. Bahasa juga merupakan

alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang lain juga sebagai alat

berfikir. Maka, bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk berkomonikasi

dan sekaligus sebagai Pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa juga

termasuk dalam tujuh unsur kebudayaan; 1. Bahasa, 2. Sistem teknologi, 3. Sistem

1
2

mata pencaharian, 4. Organisasi sosial, 5. Sistem pengetahuan, 6. Religi, 7.

Kesenian. (Koenjaraningrat dalam Esti Ismawati 2018:8).

Bahasa memegang peranan utama dalam perkembangan kebudayaan manusia,

bahasa pada hakekatnya merupakan wahana utama untuk meneruskan adat istiadat

dan generasi yang satu ke generasi berikutnya. Sebagaimana dikatakan oleh (Van

peursen dalam buku Tumanggor 2010;20). Bahwasannya budaya semestinya

diperlukan sebagai kata kerja, bukan sebagai kata benda. Sebab suatu budaya

dalam masyarakat terus menerus berubah, bahkan meskipun itu adalah sebuah

tradisi dan biasanya proses pengalihan atau perubahan budaya divasilitasi oleh

adanya kontak komunikasi melalui bahasa. Tanpa bahasa, proses pengalihan

kebudayaan tidak akan terjadi.

Sejak abad XVI dan XVII setelah terjadi pertemuan kebudayaan antara

masyarakat Maluku dan kebudayaan asing terutama kebudayaan orang-orang

barat. Bahkan pada abad sebelumnya pengaruh kebudayaan Islam pun telah

masuk di tengah-tengah pergaulan masyarakat. Akibat dari pertemuan tersebut,

telah terjadi perubahan-perubahan sosial-kultural. Perubahan-perubahan sosial

kultural jelas terlihat dalam Lembaga-lembaga pemerintahan, keagamaan, bahasa

dan ekonomi dari masyarakat adat (Pattikayhatu:77-78)

Dewasa ini, kondisi bahasa daerah di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal

ini disebabkan oleh menurunnya penutur setiap bahasa daerah tersebut.

Masyarakat tidak lagi bangga menggunakan bahasa daerah sebagai identitasnya.

Hampir semua bahasa daerah sudah tergerus oleh perkembangan teknologi. Tidak

terkecuali bahasa daerah yang ada di Provinsi Maluku, salah satunya adalah

bahasa Wemale. Bahasa Wemale merupakan salah satu bahasa daerah di Provinsi
3

Maluku yang masih digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh penuturnya

untuk kalangan tertentu. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Wemale

merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur yang besar

jika dibandingkan dengan bahasa daerah lain yang ada di Maluku. Penutur asli

bahasa Wemale berada di sebagian wilayah Kabupaten Maluku Tengah,

Kabupaten Seram Bagian Barat, dan sebagian Seram Bagian Timur di Pulau

Seram, Maluku. (Erniati,2020).

Di Pulau Seram terdapat beberapa Rumpun Bahasa yaitu Wemale dan Alune

sehingga untuk mengidentifikasi penduduk asli masyarakat pulau seram maka

bahasa menjadi salah satu barometer di antara lainya. Salah satu kelompok

masyarakat yang menggunakan bahasa wemale dalam komunikasi sejak dahulu

adalah desa Kamarian yang terletak dibagian pesisir pulau seram tepatnya di

Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

Dalam kehidupan setiap hari masyarakat Kamarian pada saat ini hanya tersisa

sepuluh penutur yang bisa berbahasa Wemale. Namun khususnya generasi muda

saat ini tidak lagi berkomunikasi satu dengan yang lain menggunakan bahasa

wemale akan tetapi meraka lebih mengunakan bahasa melayu ambon.

Mengacu pada permasalahan di atas maka penulis tertarik untul melakukan

penelitian dengan judul: “Minimnya Minat Penggunaan Bahasa Wemale

Dikalanggan Generasi Muda Negeri Kamarian Kabupaten Seram Bagian Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana minat penggunaan bahasa wemale dikalangan

generasi muda ?
4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana minat

penggunaan bahasa wemale di kalangan generasi muda.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari penulisan ini adalah:

1. Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu budaya tentang pengunaan bahasa wemale di

kalangan generasi muda Negeri kamarian.

2. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

kepada:

a. Masyarakat Negeri Kamarian agar dapat mengetahui dan melestarikan

bahasa wemale agar tidak hilang atau punah.

b. Pemerintah Negeri Kamarian agar dapat mensosialisasikan

penggunaan bahasa wemale kepada masyarakat terutama pada generasi

mudah.

c. Kepada peneliti-peneliti sejarah dan budaya lokal agar lebih

memperdalam kegiatan-kegiatan tentang bahasa wemale terutama yang

ada di Negeri Kamarian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebudayaan

Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk

jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan

dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari

budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa (Ary H.

Gunawan,2000;16)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi,

hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia

sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.

Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda

budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya

itu dipelajari (KBBI, 2000;169).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

sekumpulan anggota masyarakat (Soerjono, 2009;150-15). Merumuskan sebagai

semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan

5
6

teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material

culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar

kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat (Selo

Soemardjan,dkk 1964;115)

Geertz dalam bukunya “Mojokuto; Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa”,

mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun

dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan

perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola makna yang

ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk- bentuk simbolik melalui

sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan

mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem

simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan. (Tasmuji,

2011;154)

Seorang antropolog Inggris Edward B. Taylor (1832-1917) mengatakan

bahwa kultur adalah keseluruhan yang kompleks termasuk di dalamnya

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan segala kemampuan

dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat

(William A, 1985;332). Ralph Linton yang memberikan definisi kebudayaan yang

berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan

adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai

sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan

(Tasmuji, 2011;151)

Salah seorang guru besar antropologi Indonesia Koentjaraningrat berpendapat

bahwa “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak dari
7

buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan dapat

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga yang

berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi daya yang artinya

daya dari budi atau kekuatan dari akal. Koenjtaraningrat berpendapat bahwa unsur

kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan,

nilai-nilai normanorma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas

kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga

benda-benda hasil karya manusia ( Koentjaraningrat,1993;5,9).

Menurut Koentjaraningrat istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur

kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua

bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia (Tasmuji, 2011;160-165)

Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah:

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam

ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah

antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam

membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena

sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada

generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian,

bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem

peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak


8

dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas

batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur

yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak

dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada

musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,

manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan

teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat

tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan

tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada

di sekitarnya.

3. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan

usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk

masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat

tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan

aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di

mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling

dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan

kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam

tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial

dalam kehidupannya.

4. Sistem Peralatan

Hidup dan Teknologi Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan

hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-


9

benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami

kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu

masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup

dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian,

bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup

dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus

kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata

pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok

masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya.

6. Sistem Religi

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya

pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib

atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan

mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan

mencari hubunganhubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural

tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang

menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial

berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa diluar Eropa adalah sisa dari

bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada

zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.


10

7. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi

mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang

dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau

artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan.

Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia

lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni

tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti

perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu

masyarakat.

Berdasarkan beberapa teori diatas maka dapat simpulkan bahwa kebudayaan

adalah hasil karya manusia pada suatu masa yang memilki nilai tertentu dan juga

memberikan pengaruh terhadap proses kehidpan manusia yang melakukan dan

menikmati kebudayaan tersebut.

B. Konsep Bahasa

Kebudayaan merupakan salah satu unsur yang di miliki oleh suatu

masyarakat, melalui kebudayaan dapat terlihat jelas ciri khas tiap bangsa. Tujuh

unsur kebudayaan yang kita ketahui mempunyai hubungan penting dalam

masyarakat salah satu dari ketuju unsur itu adalah bahasa. Bahasa dapat di bagi

menjadi dua yaitu bentuk lisan dan tulisan, tetapi bahasa juga dapat dibagi

menjadi dua yaitu “bahasa daerah dan bahasa nusantara” bahasa daerah tidak lagi

di anggap cocok dan sebaiknya dipakai bahasa nusantara dengan pengertian

bawah bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa nusantara dengan fungsi

berbeda. Kami tetap mengunakan “bahasa daerah” dengan makna, bahwa istilah
11

itu mengacu pada suatu daerah geografis tertentu dimana bahasah itu digunakan.

Suwatu ciri yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia, (Masinambow,2002:53).

Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang

terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar, yang

digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam satu komunitas

geografis atau budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya

untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi

orang-orang lain untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan juga sebagai alat

untuk berpikir. Maka, bahasa berfungsi sebagai satu mekanisme untuk

berkomonikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial.

Bahasa mempengaruhi presepsi, menyalurkan, dan turut bembentuk pikiran.

Bahasa adalah alat yang sangat penting untuk mempelajari dan pewarisan

kebudayaan. Bahasa mengandung simbol-simbol untuk mengkomunisasikan

gagasan, ide, pemikiran dan perasaan, (Syarbaini, 2009:103).

Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok orang

yang angota-angotanya secara relatif memperlihatkan frekunsi interaksi yang

lebih tinggi di antara mereka dibandingkan dengan mereka yang tidak bertutur

dalam bahasa daerah tersebut. Oleh karena frekuensi intersksi yang tinggi itu

diwujutkan oleh ikatan-ikatan institusional, seperti ikatan kekerabatan, upacara-

upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup masing-masing warga, maka

bahasa daerah dapat pula digunakan sebagai kriteria pengidentifikasian dari suku

bangsa atau kelompok etnis sehinga bahasa daerah dinamakan juga bahasa suku

bangsa; atau sebaliknya suku bangsa dapatlah dinamakan sebagai kelompok

etnolinguistik. Selain masalah yang berkaitan dengan penamaan bahasa daerah,


12

terdapat pula soal penamaan yang berasosiasi dengan politik, yaitu bahwa

penamaan itu dilakukan untuk memberdayakannya dari bahasa nasional,

(masinambow, 2002:53).

Di daerah maluku yang terkenal dengan sebutan daerah seribu pulau yang

masyaraktnya mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat

masing-masing menyebutkannya bahasa tanah. Selanjutnya dalam atlas bahasa

tanah maluku pada tahun 1996 di daerah maluku terdapat bahasa daerah yang

terdiri atas:

1. Maluku utara : 21 bahasa daerah

2. Maluku tengah : 9 bahasa daerah

3. Seram bagian barat : 6 bahasa daerah

4. Seram bagian tengah : 12 bahasa daerah

5. Seram bagian timur : 5 bahasa daerah

6. Maluku tenggara : 8 bahasa daerah

7. Kepulawan aru : 10 bahasa daerah

8. Pulau-pulau tenggara jauh : 9 bahasa daerah

9. Kepulawan babar : 3 bahasa daerah

Dari ke-83 buah bahasa daerah itu terdapat bahasa daerah wemale yang di

pakai oleh masyarakat kamarian. Bahasa itu di pakai sebagai alat komunikasi

masyarakat pada masa lampau contonya (makan: aa, minum: ninu mari: mae,

bapa : ama, mama: ina, adik: warin, kakak :iwa ai).

Bahasa Wemale merupakan bahasa yang terbagi menjadi dua dialek yaitu

dialek utara dan selatan dan memiliki varian Horale, Kasieh, Uwenpantai,

Honitetu, dan Kawe. Dialek utara dituturkan oleh kurang lebih 5.000 orang dan
13

dialek selatan dituturkan oleh kurang lebih 3.700 orang. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa bahasa Wemale juga merupakan nama salah satu etnis di

Maluku di Pulau Seram. Etnis Wemale adalah kelompok etnis di Pulau Seram,

Indonesia. Mereka berjumlah 7.500 dan menempati 39 negeri yang tersebar di

Pulau Seram. Budaya etnis Wemale telah banyak berubah pada dekade-dekade

terakhir karena konsumerisme merusak nilai tradisional. (Erniati, 2020).

C. Konsep Pewarisan

Pewarisan budaya mengandung makna sebagai suatu proses peralihan

pendukung-pendukung kebudayaan dari suatu generasi kepada generasi

berikutnya. Dalam kaitan ini tentu terdapat perbedaan pandangan antara generasi

terdahulu dengan generasi berikutnya. Artinya, hasil budaya yang oleh generasi

berikutnya belum tentu dianggap demikian. Betapapun lengkap dan sempurnanya

hasil-hasil budaya dari suatu generasi apabila nanti diwariskan tentu akan

mengalami penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut agar dapat memenuhi

kebutuhan generasi berikut yang makin kompleks. Peningkatan kemampuan dan

cara berpikir yang makin maju dari generasi penerima warisan memungkinkan

terjadinya proses penyempurnaan.

Seperti telah diketahui, masyarakat merupakan wadah kebudayaan. Unit

terkecil dari masyarakat adalah keluarga. Dengan demikian, keluarga merupakan

wadah kebudayaan. Hanya isi kebudayaan di dalam keluarga tentu saja tidak

sebanyak dan sekompleks seperti isi kebudayaan dalam masyarakat. Seorang

individu memulai proses enkulturasi dan sosialisasinya dari keluarganya. Ini

berarti bahwa keluarga merupakan sarana pertama dalam proses pewarisan budaya

bagi seorang individu. Enkulturasi adalah proses mempelajari dan menyesuaikan


14

alam pikiran serta sikap individu dengan system norma, adat, dan peraturan-

peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil,

mulai dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar

(masyarakat). Misalnya, anak kecil menyesuaikan diri dengan waktu makan dan

waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan anggota-anggota

keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya, dan

seterusnya sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat,

serta hasil-hasil budaya masyarakatnya. Sedangkan sosialisasi adalah proses

pemasyarakatan yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-

kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan

diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat, (Siti Waridah : 2000: 218-

220).

D. Kemorosotan budaya

Tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Setiap individu, dan setiap generasi

melakukan penyususan-penyusunan dengan semua desain kemampuan sesuai

dengan kepribadian mereka dan sesuai dengan tentutan zamannya. Terkadang di

perlukan banyak penyusuaian, dan banyak tradisi lampau ditinggalkan karena

tidak sesuai dangan tentuan zaman baru. Generasi baru tidak hanya mewarisi

suatu edisi kebudayaan baru, melainkan satu versi kebudayaan yang di direvisi.

Kebudayaan pun mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh

beberapa factor. Pertama, perubahan disebabkan oleh perubahan dalam

lingkungan alam, misalnya perubahan iklim, berkurangnya jumlah penduduk.

Semua ini memaksa orang untuk beradaptasi. Tidak dapat mempertahankan cara

hidup lama, tetapi harus meyesuaikan diri dengan situasi dan tantangan baru.
15

Kedua, perubahan disebabkan oleh adanya kontak dengan suatu kelompok

masyarakat yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan teknologi yang berbeda.

Kontak kebudayaan bisa terjadi secara damai, bisa juga tida,bisa dengan sukarela,

bisa juga dengan terpaksa, bisa bersifat timbal-balik, (hubungan perdagangan atau

program pertukaran pelajar dan mahasiswa).

Ketiga perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan) dan invention

(penciptaan bentuk baru). Discovery adalah suatu bentuk penemuan baru yang

berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat hubungan antara dua

gejala atu lebih Invebntion adalah penciptaan bentuk baru dengan

mengkombinasikan kembali pengetahuan dan materi-materi yang ada.

Keempat perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau suaatu bangsa

mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh

bangsa lain di tempat lain. Pengadopsian elemen-elemen kebudayaan yang

bersangkutan dimungkinkan oleh apa yang disebut difusi, yakni proses persebaran

unsur-unsur kebudayaan dari masyarakat dari masyarkat satu kemasyarakat

lainnya.

Kelima, perubahan yang terjadi karena suatu bangasa momodifikasi cara

hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atu kepercayaan baru, atau

kerena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.

Perubahan ini biyasanya berkaitan dengan munculnya pemikiran ataupun konsep

baru dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama, (Rafael maran,

2000:50-52).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, S dalam Puput (2009:2) Penelitian

Kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskrptif

berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang – orang yang diamati. Pendekatan

kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang

ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari satu individu,

kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam satu setting konteks

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif dan holistik.

Penelitian menghasilkan data kualitatif dengan uraian tentang ucapan melalui

wawancara dengan sumber penelitian, serta dokumentasi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 juli sampai dengan tanggal 11

agustus 2022 di Negeri Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram

Bagian Barat, Maluku.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:


1. Informan/Narasumber
Informan atau narasumber yang di wawancarai adalah tokoh adat, anak
sekolah, pemuda, dan pemerintah di Negeri Kamarian
2. Observasi
Yang di amati oleh penulis ialah proses interaksi masyarakat pada Negeri
Kamarian
3. Dokumentasi

16
17

Hasil dokumentasinya adalah foto bersama dengan narasumber dan contoh


penulisan bahasa wemale yang masih di gunakan di Negeri kamarian
4. Studi Kepustakaan

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui langkah – langkah sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai (Puput

2009:6). Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara secara langsung

dengan sumber penelitian tentang minimnya penggunaan bahasa wemale

di kalangan generasi muda di Negeri Kamarian.

2. Observasi merupakan metode penguumpulan data yang menggunakan

pengamatan secara langsung (Riyanto 2010:96). Dalam hal ini peneliti

turun langsung ke lapangan untuk mengobservasi terkait dengan

penggunaan bahasa wemale di kalangan generasi muda di negeri

kamarian.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015 : 329), adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,

arsip, dokumen, tulisan, angka, dan gambar yang berupa laporan serta
18

keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan

untuk mengumpulkan data kemudiaan ditelaah.

4. Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku- buku, literature, catatan- catatan, dan

laporan – laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang

dipecahkan (Nazir 1988:111).

E. Validasi Data

Guna menjamin data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder

dapat dijamin kebenaranya, maka dalam penelitian ini menggunakan cara yang

disebut triaggulasi data. Trianggulasi data yaitu untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa

sumber atau informan. Proses trianggulasi data dilakukan dengan menguji

pemahaman peneliti dan pemahaman informan tentang hal – hal yang

diinformasikan kepada peneliti sebagai berikut :

1. Trianggulai teori, yang mana dalam trianggulasi ini peneliti dapat

mengambil teori lain untuk memperkuat teori yang peneliti rangkai melalui

teori lainnya yang peneliti dapatkan.

2. Trianggulasi peneliti, yang mana dalam pengujian data dalam trianggulasi

ini, peneliti dapat melakukan pengecekan dengan cara wawancara, dan

teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda.

Maka dari itu penulis menggunakan trianggulasi data dan teori untuk

menverifikasikan semua data untuk menjamin kebenaran dan keakuratan data

tersebut. (Agustinus Ufie,2013).


19

F. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul

kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode kualitatif

yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses

penelitian. Miles dan Huberman (1992) dalam Ahmad Rijali (2018:83)

mengungkapkan bahwa, dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap

reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berikut adalah gambar tahap –

tahap analisis data:

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Reduksi Data Kesimpulan –


kesimpulan :
Gambar/verifikasi
(Gambar 1. Bagan Model Analisis Interaktif dari Miles dan Huberman)

1. Reduksi data

Setelah melakukan penelitian di lapangan, data yang diperoleh jumlahnya

cukup banyak, kompleks dan rumit, maka perlu dicatat secara rincih dan teliti.

Mereduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal - hal yang penting. Data yang telah direduksi tersebut memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data atau penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk

matriks. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 256) Display data ialah
20

menyajikan data dalam bentuk matriks, network, chart, atau grafik dan

sebagainya.

3. Penarikan kesimpulan

Tahap akhir analisis data adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Setelah semua data tersaji permasalahan yang menjadi objek

penelitian dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil
BAB IV

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Secara administratif Negeri Kamarian termasuk dalam wilayah Kecamatan

Kairatu, terletak diarah Pantai Selatan Pesisir Pantai Kabupaten Seram

Bagian Barat. Jarak Negeri Kamarian ke Kota Kecamatan sekitar 12 km,

sedangkan jarak antara Negeri ke Kota Kabupaten sekitar 55 km. Waktu

tempuh dari Negeri Kamarian ke Kota Kecamatan sekitar 25 menit dengan

menggunakan kendaraan roda dua, sedangkan waktu tempuh dari Negeri

Kamarian ke kota Kabupaten ditempuh sekitar 2 jam. Batas-batas Wilayah

Negeri Kamarian sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Hunitetu

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Rumahkay dan Negeri

Tihulale

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Seram

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Negeri Kairatu

2. Keadaan Demografi

Masyarakat Negeri Kamarian terdiri dari dua suku yaitu suku Alifuru yang

mendiami pulau Seram sejak dahulu kala (sebelum masehi) sekitar 98%

dan suku Buton termasuk masyarakat pendatang dan sub suku campuran

sekitar 2% dari total jumlah penduduk tersebar pada 6 Dusun, dusun itu

adalah:

21
22

a. Dusun Tomoruwey ( Kampung Kusu-kusu) : 4 RT

b. Dusun Pasaruwey (Kampung Tengah) : 3 RT

c. Dusun Hitaurwey (Kampung Baru Atas) : 3 RT

d. Dusun Naiuwey (Kampung Baru Bawah) : 3 RT

e. Dusun Marponeuwey (Kampung Marpone) : 5 RT

f. Dusun Waralohi : 2 RT

g. Dengan jumlah penduduk 5.920 jiwa atau 1.209 kepala keluarga (KK), dengan

penduduk laki-laki 2.673 orang dan 3.246 perempuan. Komposisi penduduk

menurut umur dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Komposisi Penduduk menurut Umur

Kelompok umur Laki Laki Perempuan


No Jumlah
(tahun) (orang) (orang)
1 0-5 216 252 468
2 6-15 265 441 706
3 16-24 306 474 780
4 25-50 956 1.059 2.015
5 50 tahun keatas 930 1.021 1.951
Total 2.673 3.247 5920
Sumber data: Data statistik Negeri Kamarian tahun 2021

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan jembatan bagi manusia untuk meraih masa depan

yang lebih baik, yang dapat diperoleh melalui perjuangan dari berbagai

jenjang pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk membentuk kepribadian

manusia yang bermoral, karakter dan pengetahuan yang dapat digunakan

untuk pembangunan
23

Disamping itu melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan

dirinya, masyarakat bahkan bahkan lingkungan yang lebih besar, dengan

keahlian yang dimilikinya. Berikut ini data tingkat pendidikan penduduk

desa Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat dan

dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1. Belum bersekolah 857
2. Tidak tamat SD 304
3. SD 1.354
4. SMP 1.034
5. SMA 1.280
6. SMK 251
7. Deploma 575
8. Sarjana 265
Total 5.920
Sumber data: Data statistik Negeri Kamarian tahun 2021

Komposisi pendidikan seperti pada Tabel 2 di atas, memperlihatkan latar

belakang pendidikan yang sekaligus menjadi corak tingkat kemajuan di

Negeri Kamarian.

4. Sosial Ekonomi

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, maka salah satu faktor yang

mempengaruhi yaitu pekerjaan atau mata pencaharian penduduk. Semakin

tinggi tingkat pekerjaan atau mata pencaharian penduduk maka semakin tinggi

juga kebutuhan manusia dalam hidupnya. Disamping itu pekerjaan juga

merupakan sumber pendapatan masyarakat dalam kehidupan. Penduduk Desa


24

Kamarian dari segi mata pencaharian juga sangat berfariasi hal ini dapat dilihat

pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah


1 Tidak Bekerja 1.701
2 PNS 556
3 Industri Kecil 50
4 Karyawan 186
5 Pedagang 180
6 Pengusaha 171
7 Petani 2.074
8 Nelayan 373
9 Peternak 20
10 Pensiun 360
11 Penjahit 55
12 TNI/PolRi 22
13 Tukang Batu 25
14 Tukang Kayu 87
15 Perangkat Desa 60
Total 5.920
Sumber data: Data statistik Negeri Kamarian tahun 2021

Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Desa Kamarian

mempunyai klasifikasi mata pencaharian berbeda-beda dan dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar masyarakat Desa Kamarian bermata pencaharian sebagai

petani.

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah Pertanian, Perkebunan dan

Kelautan. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa

masyarakat adalah berasal dari wilayah pegunungan yang turun bergabung


25

diwilayah pesisir dan membentuk sebuah Negeri yang sekarang kita kenal

dengan Negeri Kamarian. Selain itu masyarakat Negeri Kamarian juga

sebagian besar adalah petani dan nelayan karena minimnya tingkat pendidikan

menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya menjadi

petani dan nelayan. Hasil pertanian yang diproduksi sebagian besar hanya

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, disamping itu juga ada usaha tanaman

umur panjang seperti cengkih. Selain usaha dibidang pertanian, masyarakat

Kamarian ada yang melakukan usaha dibidang kelautan (nelayan). Hasil laut

yang sering diproduksi adalah ikan, teripang, dan lain-lain. Dari usaha kelautan

tersebut merupakan pendapatan bagi masyarakat untuk membantu

meningkatkan kesejahtraan dan pembiayaan pendidikan anak.

5. Sistem Kepercayaan

Pada awalnya masyarakat Negeri Kamarian, menganut agama suku atau

agama asli yaitu Otokhotn, yaitu agama yang berasal dan bertumbuh dari bumi

sendiri. Dalam agama asli ini mereka percaya bahwa ada satu kuasa yang lebih

tinggi, yang mengatur hidup manusia yaitu Upu Lanite. Upu Lanite di pandang

sebagai Tuhan yang berkuasa atas langit. Tuhan melindungi dan memberkati

bagi manusia.

Masyarakat Desa Kamarian adalah pemeluk agama Kristen Protestan

97,93% dan warga masyarakat yang memeluk agama Islam 2,6% dari total

jumlah penduduk Negeri Kamarian.

6. Sejarah Negeri Kamarian

Mengenal budaya adat dan sejarah merupakan manifestasi penjabaran

nilai-nilai luhur, yang hidup dalam peradaban modern. Sejarah Negeri


26

Kamarian (Amalohy) dalam perkembangan dan budayanya merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari sejarah peradaban orang Maluku, dengan Nunusaku

sebagai awal peradaban.

Setelah terjadi perang saudara atau risa siwa lima yang menyebabkan

muryale atau kebangsaan yang pertama terpecah menjadi henaja atau banyak

Negeri, maka disinilah proses terjadilah Negeri Amalohy (Kamarian) pada saat

itu, kelompok masyarakat atau keluarga-keluarga keluar meninggalkan

Nunusaku dan Talamenasiwa mencari tempat perteduhan yang baru.

Kelompok-kelompok atau kelurga-keluarga moyang Amalohy pun demikian

meninggalkan tanah Nunusaku dan Talamenasiwa menuju suatu tempat

perteduhan atau kediaman yang berada lebih kurang 4 km sebelah utara Negeri

Kamarian, sekarang diatas sebelah bukit yang bernama Solohua, sekaligus

merupakan embrio terbentuknya Negeri Kamarian.

Keadaan ini diceritakan melalui beberapa tahap atau fase yang dilalui

oleh orang-orang Amalohy hingga berada seperti sekarang ini. Adapaun fase

berjalan Negeri Amalohy melalui beberapa fase yaitu, fase pertama dimana

moyang-moyang Amalohy hidup bersama moyang-moyang kampung lainnya di

Nunusaku yang hadir dalam dua masa yaitu siwa dan lima. Fase kedua dimana

timbul perpecahan, kelompok-kelompok masyarakat keluar meninggalkan

tanah Nunusaku dan mencari daerah yang aman untuk didiami. Kelompok kecil

keluarga Amalohy kemudian mendiami tempat yang bernama Talamenasiwa.

Fase ketiga adalah dimana kelompok Amalohy mendiami suatu tempat di

pesisir selatan pulau seram (Nusa Ina) bagian barat yang sekarang dikenal

dengan Negeri Lama (Kamaria) yang jaraknya kira-kira 4 km dari Negeri


27

Kamarian sekarang, yang dalam sejarahnya tetap mempertahankan eksistensi

daerah ini dari serangan kelompok-kelompok yang lain. Fase keempat dimana

kelompok Amalohy yang diam di Negeri lama (Kamaria) turun ketepi pantai

pada lokasi Kamarian seperti sekarang ini kira-kira abad 15-16 masehi.

Semua penduduk menempati tempat itu dan mulai mendirikan Negeri

baru yang diberi nama Samarien, kemudian Camarien dan akhirnya menjadi

Negeri Kamarian sampai pada sekarang ini. Perkembangan dan peradabannya

pada masa penjajahan Portugis maupun masuknya agama Kristen hingga

menjadi sebuah Negeri yang besar dimana telah melahirkan anak-anak yang

telah terpencar kemana-mana. Dengan demikian, penelusuran tentang sistim

pemerintahan dan perkembangan Amalohi (Kamarian). Sebagai sebuah Negeri

maka perlu dikemukakan bahwa sepanjang sejarah Negeri Kamarian sampai

sekarang, sudah terjadi 8 kali pergantian kepala Negeri atau raja, antara lain:

1. Raja pertama adalah Kakeber Pocerattu (1942-1982)

2. Raja kedua adalah Patti Yacob Tomatala (1982-1987)

3. Raja ketiga adalah Yustianus Pocerattu (1987-1992)

4. Raja keempat Yohanis Kainama (1992-1997)

5. Raja kelima Yustianus Pocerattu (1997-2002)

6. Raja keenam Dominggus Kainama (2002-2007)

7. Raja ketujuh Yunus Pariama (2007-2013)

8. Raja kedelapan Jhonatan Pieter Kainama (2013-2018)

9. Penjabat Kepala Desa Marthenci Putirulan (2019-2020)

10. Penjabat Kepala Desa Marlis Siwalette (2020-2021)

11. Raja Kesembilan Jance Tuhehay (2021 sampai sekarang)


28

7. Sistem Pemerintahan

Negeri Kamarian dipimpin oleh seorang raja yang dipilih berdasarkan

mata rumah perintah. Raja dibantu oleh Kepala Soa, Kapitan (panglima),

Kepala Adat (Mauweng), dan badan saniri-saniri Negeri. Saniri dalah wakil-

wakil rakyat dan mengatur semua hal yang berkaitan dengan Negeri. Selain

pemerintahan di Kamarian masih mengikuti UU No.5 Tahun 1979 tentang

sistem pemerintahan desa. Struktur pemerintahan desa sebagai berikut:

Sumber : Kantor Negeri Kamarian.


29

Kepala Desa dikenal sebagai pemimpin masyarakat dengan sebutan,

sebagian besar masyarakat dengan istilah Raja. Kepala Desa dipilih

berdasarkan suatu pemilihan yang demokrasi. Sekretaris Negri, berfungsi

sebagai perangkat negeri yang membantu kepala desa dalam menjalankan hak,

wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintah Desa. Kepala-kepala urusan,

dan kepala-kepala seksi adalah perangkat negeri yang bersama-sama dengan

sekretaris Negeri menjalankan tugas dan wewenang Kepala Desa sehari-hari.

Kepala Dusun, adalah unsur pelaksanaan tugas kepala Desa dalam wilayah

tertentu. Lembaga Musyawarah Daerah adalah lembaga permusyawaratan/

pemufakatan, yang keanggotaannya terdiri dari kepala-kepala dusun, pemimpin

lembaga kemasyarakatan, pemuka-pemuka masyarakat di Desa.

B. Hasil Penelitian

Sebagaimana dikemukakan pada Bab I tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui minimnya minat berbahasa Wemale dan upaya meningkatkan

minat bahasa Wemale di kalangan generasi muda. Untuk itu, pada bagian ini

peneliti akan memaparkan/menyajikan sesuai data-data yang diperoleh.

Analisis dilakukan secara sistematis terhadap hasil wawancara sebagai

yang terbagi dalam kelompok orang tua, tokoh pemuda, pelajar dan

pemerintah yang disusun sesuai urutan pertanyaannya berikut:

a. Informan orang tua

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan pertanyaan yang ditanyakan tentang

bahasa tanah atau bahasa adat kamarian tergolong dalam bahasa? :

No Waktu Informan Hasil Penelitian Penjelasan


1. 21 juli M.S Kalu katong di kalau kami di negeri
30

2022 kamariang pung Kamarian ini punya


bahasa ni turunan dar bahasa itu turunana dari
bahasa nunusaku nunusaku yaitu bahasa
yaitu bahasa wemale. Wemale.
2. 25 juli S.K Katong ini pake bahasa Kami orang Kamarian ini
2022 wemale yang dating dar pakai bahasa Wemale itu
nunusaku. dating dari nunusaku.
3. 26 juli H.T Bahasa tanah yang Bahsa tanah yang kami
2022 katong di kamariang di negeri Kamarian
pake itu dar bahasa gunakan yaitu bahasa
wemale wemale.

Berdasarkan informasi yang di peroleh dari beberapa informan di atas

terkait dengan bahasa tanah yang digunakan oleh masyarakat negari

Kamarian adalah bahasa Wemale.

2. Berdarkan hasil wawancara dengan pertanyaan yang ditanyakan adalah

sejak kapan bahasa tanah di negeri Kamarian di gunakan ? .

Informasi yang diterima bahwa:

Informan
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
(Orang tua)
1. 21 juli M.S Sejak zaman Bahasa Tanah yang
2022 leluhur pasca di gunakan oleh
prang nunusaku masyarakat negeri
yang menyebabkan kamarian yaitu sejak
terbaginya dua zaman leluhur pasca
suku yaitu wemale perang nunusaku.
dan alune. Dan Dimana terbagi
leluhur kamariang menjadi Wemale dan
tergolong dalam Alune dank arena
kelompok wemale leluhur negeri
31

makanya orang kamarian tergolong


kamariang pake dalam kelompok
bahasa wemale. wemale sehingga
bahasa yang
digunakan yaitu
bahasa Wemale.
2. 25 juli S.K Katong pung Bahasa kamarian ini
2022 bahasa ni su ada sudah ada sejak
dari zaman tete orang tua zaman
nene moyang dolo dahulu, dan di
sampe sakarang gunakan oleh kami
tapi sakarang ini hingga saat ini tapi
katong jua su seng sekarang ini sudah
talalu pake lai. jarang untuk di
gunakan
3. 26 juli H.T Bahasa tanah di Bahasa Tanah di
2022 negri ni su ada negeri Kamarian
dari orang tatua sudah ada dan di
zaman dolo. gunakan dari zaman
leluhur dahulu.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaa bahasa

tanah (Wemale) di Negeri Kamarian telah di gunakan sejak zaman leluhur pasca

perang nunusaku.

3. Hasil wawancara dengan pertanyaan, apakah bahasa wemale masih di

gunakan sampai dengan saat ini ?. Informasi yang diperoleh adalah:

No Waktu Informan Hasil Penelitian Penjelasan


1. 21 juli M.S Kalu katong orang Kalau kita orang tua,
2022 tatua ni masi pake. kami masih
Apalai kalu ada menggunakan bahasa
acara atau ritual wemale. Apalagi ada
32

adat dalam negeri acara – acara adat di


itu wajib katong dalam negeri, itu
pake. wajib kami bicara
pakai bahasa.
2. 25 juli S.K Kalu untuk bicara Kalau untuk
2022 kadang katong berbicara sehari hari
pake mar kalu par terkadang kita orang
tiap saat su jarang tua masih gunakan
amper jua su seng namun untuk setiap
lai. saat apalagi dengan
anak anak sudah
tidak lagi.
3. 26 juli H.T Dolo masi pake Dulu masih
2022 mar sakarang ni digunakan tapi
amper su seng ada sekarang ini kalau
akang lai kalu untuk bicara setiap
dalam bahasa har hari sudah tidak lagi.
hari.

Dari beberapa pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa

Masyarakat Negeri Kamarian hanya menggunakan bahasa kamarian

(wemale) pada saat acara – acara adat, namun untuk kehidupan sehari – hari

masayarakat sudah menggunakan bahasa Indonesia.

4. Berikut adalah pernyataan dan informasi yang diperoleh dari informan :

terkait pertanyaan sebutkan beberapa kata/kalimat yang masih di gunakan

atau di ketahui sampai saat ini yaitu:

No Waktu Informa Hasil Penelitian Penjelasan


33

n
1. 21 juli M.S - repa maksud nomae - sampaikan maksud
2022 (bilang maksud anda
kamari)
-mahina sehi nane - Siapa perempuan
( parampuang sapa itu
itu) - Siapa laki-laki itu
- malona sehi nane
(laki-laki sapa itu)
2. 25 juli S.K - upu u suwe ite - Tuhan beserta kita
2022 (tuhan beserta kita) - makan
- makan (aa) - bagaimana bapak
-Haone ama
( bagimana bapa)
3. 26 juli H.T - matai (mata) - mata
2022 -mulut (soui) - mulut
-ombak (omba) - ombak
-ramatai (matahari) - matahari
Berdasarkan data dari ketiga informan di atas terkait beberapa kata atau

kalimat yang masi diketahui, maka dikalangan orang tua sendiri masi cukup

banyak yang dikuasai oleh mereka mulai dari kata bahkan sampai kalimat seperti

yang telah disebut dalam table diatas.

b. Informan Tokoh Pemuda.

1. Apakah anda termasuk dalam kelompok yang berinteraksi dengan

bahasa negeri kamarian?

Informa
No Waktu n (Tokoh Hasil Penelitian Penjelasan
Pemuda)
34

1. 22 juli J.P Su seng lai, soalnya Sudah tidak lagi


2022 katong cuman dengar- kami hanya
dengar palingan macam mendengar bahasa
di acar-acara adat sa, itu di acara-acara
tapai kalu mw bicara adat, namun jika
akang katong zg lancer. untuk berbicara
kami tidak lancar
2. 22 juli M.P Untuk bahasa hari-hari Untuk bahasa
2022 sejak jaman katong su sesehari, sejak
seng pake lai, samua su generasi kami,
bicara deng bahasa sudah tidak lagi
melayu, palingan katong dipakai, kami
cuman tau kata-kata sudah
sapanggal yang sering menggunakan
katong dengar saja bahasa melayu,
hanya saja kami
tahu sedikit kata-
kata yang sering
kami dengar

2. Berikan alasan apa yang menyebabkan anda tidak mengetahui bahasa

adat kamarian?

Informa
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
n (Tokoh
Pemuda)
1. 22 juli J.P Orang tutua dong jua kami tidak
seng ajar katong par diajarkan oleh
2022 bicara dari kacil. orang tua sejak
kecil.
2. 22 juli M.P Orang tutua jarang Orang tua kami
berkomunikasi deng jarang
2022 katong pake bahasa itu, berkomunikas,
bahkan dari jaman menggunakan
katong pung mama deng bahasa itu, bahkan
35

papa itu su mulai seng hal ini sejak orang


ada tua kami masi
muda,

3. Sebutkan sekurangnya dua kata atau kalimat yang anda ketahui dari

bahasa daerah kamarian.

No Waktu Informa Hasil Penelitian Penjelasan


n
1. 22 juli J.P - Malam bae ( Slamat - Selamat malam
malam) - Ian
2022 - ikan - Asu
- anjing
2. 22 juli M.P - Neurisin ( Minya - Minyak Kelapa
Kalapa) - Bagaimana
2022 - Haone (Bagimana)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari informan di atas (tokoh pemuda) dapat

disimpulkan bahwa pada generasi mereka, sudah tidak lagi mempergunakan

bahasa daerah kamarian dalam berkomunikasi, namun mereka masih mengetahui

beberapa kata atau kalimat yang sering didengar seperti pada table di atas.

c. Informan Pelajar

1. Menurut anda apakah negeri kamarian memiliki bahasa tanah?

Informan
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
(Tokoh
Pemuda)
1. 27 juli 2022 K.K Iya tau ada bahasa Iya tahu, memiliki
daerah bahasa daerah
2. 27 juli 2022 D.H Iya negeri kamarian Iya. Negeri
punya bahasa kamarian
tanah. memeiliki bahasa
daerah
3. 27 juli 2022 H.P Kamarian ada kamarian memiliki
bahasa tanah bahasa daerah
36

2. Disaat mana, anda dapat melihat atau mendengar penggunaan bahasa

daerah kamarian?

Informa
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
n (Tokoh
Pemuda)
1. 27 juli K.K ada di gapura, deng Ada di gapura, dan
2022 acara putar kaki acara putar kaki

2. 27 juli D.H Acara bawa harta, Acara adat bawa


2022 acara putar kaki harta dan acara
putar kaki
3 27 juli H.P Beta seng tau Saya tidak tahu
2022
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketiga informan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa, gererasi muda ( Pelajar) kurang memiliki sumber

informasi tentang bahasa daerah kamarian atau dapat disebut sangat terbatas,

bahkan ada yang tidak tahu.

d. Informan Pemerintah

1. Apakah di Negeri kamarian masih menggunakan bahasa tanah dalam

interaksi?

Informan
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
(Tokoh
pemerintah)
1. 31 juli J.T Untuk interaksi setiap Untuk interaksi
hari, memang su seng seharihari, kami
2022 lai, cuman katong masi sudah tidak lagi
tetap berusaha untuk menggunakan
di acara adat wajib bahasa daerah,
harus tetap katong namun untuk
pake. acara adat kami
tetap
menggunakan
bahasa daerah.
37

2. Apakah selama ini pemerintah memeiliki upaya untuk

melestarikan bahasa daerah yang dimiliki?

Informan
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
(Tokoh
pemerintah)
1. 31 juli J.T Ada, pemerintah dan Ada, pemerintah
pihak sekolah serta tua dan pihak sekolah
2022 adat, pernah membuat serta tua adat,
satu terobosan yaitu, pernah membuat
menjadikan bahasa satu terobosan
daerah sebagai satu yaitu, menjadikan
mata pelajaran bahasa daerah
muatan lokal di sebagai satu mata
jenjang pendidikan, pelajaran muatan
dan sekarang kami lokal di jenjang
berupaya untuk pendidikan, dan
aktifitas pemerintah sekarang kami
yaitu TABAOS atau berupaya untuk
penyampaian aktifitas
informasi wajib pemerintah yaitu
menggunakan bahasa TABAOS atau
daerah. penyampaian
informasi wajib
menggunakan
bahasa daerah.

3. Apa saja yang menjadi masalah dan penyebab minimnya

penggunaan bahasa pada generasi milenial di Negeri Kamarian

Informan
No Waktu Hasil Penelitian Penjelasan
(Tokoh
pemerintah)
1. 31 juli J.T Perkembangan Perkembangan
teknologi, deng juga teknologi, dan
2022 kesadaran dari juga tidak adanya
masyarakat seng ada kesadaran
dan mungkun juga masyarakat serta
orang tua-tua seng orang tua juga
perbiasakan bicara tidak
deng anak-anak di memperbiasakan
rumah pake bahasa interaksi dengan
daerah anak-anak
38

menggunakan
bahasa daerah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tokoh pemerintah yaitu bapak raja

Negeri Kamarian, dengan tiga pertanyaan yang disampaikan , maka kesimpulan

yang diperoleh adalah, penggunaan bahasa daerah di negeri kamarian sudah tidak

digunakan lagi sebagai media interaksi setiap hari, namun ada upaya yang

dilakukan pemerintah melalui jalur pendidikan yaitu memasukan bahasadaerah ke

dalam MULOK (Muatan lokal), serta proses TABAOS menggunakan bahasa

daerah kamarian pada saat ini.

C. Pembahasan

Setelah membahas deskrpisi hasil penelitian, penulis melanjutkan dengan

mengolah dan menganalisisnya. Berikut ini merupakan hasil analisis dan

pembahasan terhadap permasalahan yang menjelaskan tentang minimnya minat

berbahasa Wemale di kalangan generasi muda di Negeri Kamarian.

1. Asal Usul Bahasa Tanah di Negeri Kamarian

Kebudayaan yang suatu daerah meliputi bahasa tanah tidak terlepas

dari sejarah. Seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman membuat

banyak orang lupa akan sejarah. Bahasa tanah Negeri Kamarian berada

sejak zaman dulu sejak para leluhur mereka berada di Negeri lama. Sejak itu

leluhur masih menggunakan bahasa tanah sebagai bahasa pengganti dalam

berkomunikasi dan belum menggunakan bahasa melayu Ambon. Bahasa

tanah Kamarian merupakan bahasa yang tergolong dalam bahasa Wemale

(bahasa bagi suku seram yang berada di daerah pesisir atau daerah di dataran
39

rendah yakni pantai). Bahasa ini digunakan oleh Negeri-negeri seperti

Rumahkay, Seriawan, Tihulale.

Bahasa tanah Negeri Kamarian sudah ada sejak nenek moyang

mereka keluar dari Nunusaku. Sejak itu mereka memutuskan untuk keluar

dari Nunusaku sejak terjadi peperangan dalam kerajaan Nunusaku. Leluhur

mereka turun menuju daerah-daerah di pegunungan Kamarian dengan

kelompok marga-marga masing-masing misalnya Tuaputimain, Pariama,

Tomatala, Pocerattu. Namun berjalannya waktu mereka dikumpulkan dan

menjadi satu masyarakat yakni masyarakat Kamaria (Kamaria adalah Negeri

lama Kamarian yang jaraknya 500 m dari Negeri Kamarian sekarang).

Bahasa tanah Negeri Kamarian menjadi bahasa pemersatu mereka.

Bahasa tanah Kamarian sejak abad ke-20-21 mulai hilang. Sejak

sekitar tahun 1940-1950an bahasa tanah Negeri Kamarian mulai pudar.

Masyarakat mulai menggunakan bahasa melayu Ambon. Beriring dengan

silih bergantinya beberapa dekade terakhir ini, bahasa tanah mulai hilang.

Bahasa tanah Kamarian hanya dikuasai oleh sebagaian orang tua.

Bahasa tanah Kamarian telah ada dan digunakan oleh masyarakat

sejak mereka masih tinggal di Nunusaku. Bahasa tanah menjadi bahasa khas

sejak leluhur mereka sewaktu meninggalkan Nunusaku pada saat terjadi

peperangan di Nunusaku. Leluhur mereka bergabung di Negeri Kamaria,

Negeri mereka yang pertama, di situ bahasa tanah Kamarian menjadi bahasa

asli orang Kamarian. Setelah masyarakat Kamarian turun ke Negeri yang

baru yaitu Negeri Kamarian bahasa tanah ini masih menjadi bahasa pribumi

orang Kamarian. Namun diperkirakan pada sekitar awal abad 20 bahasa ini
40

tidak dipakai lagi sebagai bahasa pengantar dalam berkomunikasi.

Masyarakat mulai cenderung memakai bahasa melayu Ambon sebagai

bahasa harian mereka.

Bahasa tanah Kamarian sudah ada sejak adanya kelompok manusia

yang menamakan dirinya orang Kamarian. Namun bahasa ini mulai tidak di

pergunakan lagi pada zaman penjajahan karena adanya larangan penggunaan

bahasa tanah dan mulai punah sejak beberapa tahun terakhir ini. Bahasa

tanah hanya terdengar pada saat acara-acara adat yang terjadi di Negeri

Kamarian. Bahasa tanah adalah aset dan kekayaan budaya Negeri Kamarian,

akan tetapi bahasa tanah ini mulai hilang di tahun ini sejak zaman modern,

karena sudah tidak pernah digunakan lagi sebagai media komunikasi.

Berdasarkan data yang disampaikan terdahulu maka penulis dapat

menguraikan bahwa bahasa tanah adalah bahasa pribumi masyarakat

Kamarian. Bahasa tanah Kamarian dipakai sejak zaman dahulu kala. Zaman

di mana masyarakat Kamarian beralih tempat dari kerajaan Nunusaku

menuju Negeri Kamaria (Negeri lama). Kalah itu bahasa tanah menjadi rana

komunikasi dalam berdialog bahasa tanah sangat populer. Berjalannya

waktu, masyarakat pun turun dari Negeri lama menuju Negeri baru yakni

Kamarian Amalohi bahasa tanah ini masih dipakai. Kebiasaan yang dulu

dengan memakai bahasa tanah lambat laun mulai hilang karena masyarakat

lebih tertarik dengan bahasa asing dari pada bahasa Negeri sendiri. Bahasa

tanah yang adalah tata bahasa yang memperkaya budaya Kamarian perlu

dikembalikan dan diajarkan lagi bagi generasi muda.


41

2. Penggunaan Bahasa Wemale di Kalangan Generasi Muda Negeri

Kamarian.

Penggunaan bahasa daerah bagi masyarakat kamarian saat ini hanya

digunakan oleh tokoh adat pada saat upacara-upacara adat seperti bawa

harta, minta bini (meminang istri), dan upacara pelantikan Raja, putar kaki,

dan mengganti atap baileo. Pada kenyataan saat ini generasi Muda Kamarian

sudah tidak lagi mempergunakan bahasa daerah mereka, melainkan lebih

mempergunakan bahasa melayu Ambon. Penggunaan kosa kata dasar seperti

saya, kamu dan kosa kata lain yang sering digunakan dalam keseharian pun

tidak mereka ketahui dalam bahasa wemale.

Hilangnya bahasa daerah di Negeri Kamarian disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

1) Masuknya budaya luar membuat masyarakat Kamarian tidak lagi

berkomunikasi menggunakan bahasa tanah melainkan menggunakan

bahasa melayu Ambon, seperti contohnya terjadi perkawinan antara anak

negeri kamarian dengan orang di luar negeri kamarian, anak negeri

kamarian pergi keluar dari negeri kamarian untuk mencari masa depan

dengan demikian mereka telah mengadopsi bahasa dari luar negeri

kamarian dan tetap terbawa hingga mereka kembali ke negeri kamarian.

Kondisi masyarakat yang tertarik dengan bahasa asing, membuat

masyarakat lupa akan bahasa sendiri. Salah satu contoh pengaruh budaya

luar di Negeri Kamarian sehingga bergesernya bahasa daerah Kamarian

ialah perkawinan yang berbeda daerah atau Negeri, Seorang Laki-laki

dari Negeri Kamarian menikah dengan seorang perempuan dari daerah


42

lain misalnya Jawa dan menetap di Negeri Kamarian. Pernikahan yang

berlangsung antara kedua pasangan suami istri tentunya memiliki

perbedaan budaya. Perkawinan pasangan tersebut menghasilkan

keturunan. Ketika anak yang tumbuh dengan budaya orang tua yang

berbeda kemungkinan anak akan mempelajari budaya dari ibu juga. Hal

ini sangat berpengaruh terhadap budaya ayah tersebut. Budaya ayah

salah satunya adalah bahasa tanah. Anak akan diajarkan oleh ibu tentang

bahasa jawa dengan demikian bahasa tanah Kamarian akan terkikis

dengan berjalannya waktu.

2). Adanya pelarangan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada zaman dulu

untuk tidak menggunakan bahas tanah, dan pada saat itu jika para orang

tua kedapatan anak-anak mereka sedang berkomunikasi menggunakan

bahasa tanah maka mulut-mulut mereka akan di tempelkan

menggunakan papeda. Di karenakan sangsi tersebut maka mereka tidak

berani lagi untuk menggunakan bahasa tanah pada saat itu. Hal ini

menyebabkan bahasa tanah tidak lagi dipergunakan pada saat

berkomunikasi sehari-hari sampai saat ini. Pada waktu dulu masyarakat

Kamarian dilarang memakai bahasa tanah dan harus memakai bahasa

melayu Ambon agar Kolonial Belanda mengerti bahasa mereka dan juga

adanya Sekolah Rakyat (SR) yang di terapkan oleh Kolonial Belanda.

3). Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah tempat di mana individu berada dan

bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya.

Lingkungan keluarga dapat memberi dampak dan pengaruh bagi


43

individu atau generasi sekarang dalam memahami bahasa tanah.

Hilangnya bahasa tanah di Negeri Kamarian dalam generasi muda pada

era sekarang dipengaruhi oleh keluarga, di mana dalam berdialog orang

tua tidak menggunakan bahasa tanah sebagai rana komunikasi. Hal

inilah yang membuat generasi sekarang tidak memakai bahasa tanah

dalam berkomunikasi dengan sesama. Orang tua yang adalah kepala

keluarga tidak menyadari pentingnya bahasa tanah sebagai cirri khas

budaya mereka sendiri.

4). Pendidikan

Pendidikan dapat digolongkan dalam beberapa rana yaitu pendidikan

formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan

nonformal (masyarakat). Proses pemebelajaran bahasa tanah belum

diajarkan kepada anak sehingga mereka tidak memahami tentang bahasa

tanah, misalnya di sekolah belum menjadikan bahasa tanah sebagai

bagian dari muatan lokal. Dengan demikian bahasa tanah lambat laut

akan hilang di Negeri Kamarian.

5). Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya

sangat memberi dampak yang positif dalam perkembangannya. Manusia

lebih modern dalam berprestasi, seiring berjalannya waktu. Namun

disayangkan di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

pula dapat memberi dampak yang negatif pula bagi perkembangan

budaya. Masyarakat lebih memakai bahasa asing dari pada memakai

bahasa mereka sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


44

membuat masyarakat lupa akan jati diri dan budaya mereka sendiri.

Contoh khusus perkembangan IPTEK yang memberi dampak negatif

terhadap perkembangan budaya. Adanya perkembangan IPTEK salah

satunya internet, sekarang banyak orang cenderung untuk bermain game

online, menyibukan diri dengan media social sehingga masyarakat lupa

akan budaya dan nilai-nilai didalamnya. Budaya hidup yang bersosial

dengan komunitas tempat tinggalnya. Khususnya pada kalangan anak

dan remaja yang cenderung lebih menyibukan diri dengan internet, HP

dari pada mencari informasi atau belajar tentang budaya sendiri. Anak

dan remaja pula lebih senang dengan menonton sinetron dari pada

belajar bahasa tanah dari orangtua yang paham dan tahu tentang bahasa

tanahnya. Salah satu contoh ini memberikan dampak negatif terhadap

lunturnya suatu budaya. Masyarakat lebih fokus pada pengembangan

budaya-budaya modern seperti media sosial dari pada budaya tradisional

seperti bahasa tanah. Negeri Kamarian adalah Negeri yang terdiri dari

beberapa kekayaan alam dan budaya. Setiap kekayaan budaya memberi

nilai tambah bagi Negeri ini

3. Upaya Meningkatkan Minat Penggunaan Bahasa Wemale Dikalangan

Generasi Muda.

Minimnya berbahasa wemale di kalangan generasi muda perlu

membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak. Selanjutnya peneliti akan

memaparkan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat

penggunaan bahasa wemale di kalangan generasi muda Negeri Kamarian.

1. Pendidikan
45

Upaya yang dapat di lakukan dalam bidang pendidikan adalah

memasukan mata pelajaran bahasa daerah pada proses pembelajaran.

2. Religi

Upaya yang dapat di lakukan dalam bidang religi adalah pihak gereja

menerapkan bahasa daerah dalam peribadatan di gereja contohnya pada

minggu etnis.

3. Pemerintah

Upaya yang dapat di lakukan dalam bidang pemerintah adalah

menerapkan bahasa daerah dalam penyebaran informasi pada

masyarakat kamarian yang dikenal dengan istilah Tabaos.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya menyangkut

minimnya minat berbahasa Wemale di kalangan generasi muda Negeri Kamarian

kabupaten seram bagian barat maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Bahasa wemale telah ada dan digunakan oleh masyarakat sejak mereka

masih tinggal di Nunusaku dan menjadi bahasa khas sejak leluhur mereka

sewaktu meninggalkan Nunusaku pada saat terjadi peperangan. Leluhur

mereka bergabung di Negeri Kamarian, yaitu Negeri mereka yang pertama

di situ bahasa tanah Kamarian menjadi bahasa asli orang Kamarian.

2. Bahasa wemale saat ini hanya digunakan oleh masyarakat pada upacara-

upacara adat tertentu misalnya: pada upacara bawa harta, minta bini

(meminang istri), dan pelantikan raja. Selain itu juga digunakan oleh

pembicaraan-pembicaraan rahasia.

3. Faktor - faktor hilangnya bahasa tanah di Negeri Kamarian adalah:

masuknya budaya luar, adanya pelarangan oleh Pemerintah Kolonial

Belanda, lingkungan keluarga, pendidikan, dan perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

4. Untuk meningkatkan minat berbahasa wemale pada generasi muda Negeri

Kamarian perlu adanya suatu model pembelajaran khusus yang sesuai

dengan perkembangan zaman yang dapat menarik perhatian generasi muda

46
47

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah Negeri dan tokoh-tokoh adat Negeri Kamarian agar

dapat membuat program seperti: sosialisasi yang berkaitan dengan

kebudayaan terutama tentang penggunaan bahasa tanah.

2. Kepada semua masyarakat Kamarian - Amalohi agar tetap melestarikan

penggunaan bahasa wemale terutama dalam berkomunikasi agar tidak

hilang karena itu merupakan jati diri sebagai anak negeri kamarian.
48
DAFTAR PUSTAKA

Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai

Problem Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 16.

Agustinus Ufie, 2013. Kearifan Lokal (local Wisdom) Budaya Ain Ni Ain

Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi

ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 169.

Erniati dan Yohanis Sanjoko. (2020). Deskripsi Pola Suku Kata Bahasa Wemale.

Jurnal Lingko: Jurnal Kebahasaan Dan Kesastraan.

Edward B. Tylor,Primitive Culture; Research into the Development of

Mythology, Philosophy,Religion, Language, Art and Custom (1874), dalam

Koenjtaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta : UI Press, 1987), hal.

48.

Ismawati Esti. 2012. Ilmu sosial budaya dasar, Yogyakarta:Penerbit Ombak.

Koenjtaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga.

Jakarta:Gramedia. hal.5

Maninambowo. Paul. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Mark Taber,B.A. 1996. Atlas Bahasa Tanah Maluku, Ambon.

Moleong J Lexy, 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung; PT

Remaja Rosdakarya, hal

Moleong J Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung; PT

Remaja Rosdakarya, hal

49
50

Mulyana Dedy. Jalaludin. 2001. Komunikasi Antar Budaya, Bandung: Penerbit

PT Remaja Rosdakaraya.

Pattikayhatu, J.A. and Kasihuw, J and Tetelepta, H.B and Sitanala,

J.E and Uneputty, Th . 1984. Ungkapan tradisional sebagai sumber

informasi kebudayaan daerah Maluku. Direktorat Jenderal Kebudayaan,

Jakarta.

Rafael Raga Maran. 1995. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 50.

Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.

150-151

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta:

Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964), h. 115.

Setyawan Aan. 2011. Bahasa Daerah dalam Prespektif Kebudayaan dan

Sosiolingustrik: Peran dan Pengaruhnya dalam Pegerseran dan

Pemeratahanan Bahasa. ISSN.2088-6799.

Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grapindo

Persada.

Syarbaini, Rusdyanta. 2009. Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta: Graha Ilmu

Taufik Abdillah, 2010. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta;Jalan Sutra,

hal.134

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,

(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hal 151

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,

(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 160-165. Lihat pula Jacobus
51

Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2006), hal. 20-23.

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,

(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hal. 154.

Tumanggor Rusmin.dkk. 2010. Ilmu sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:

Kencanan.

Usman Husaini. Purnomo, 1998. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara

Yohanis Hukubun. 2018. Pergeseran Dan Pemertahanan Bahasa Alune Desa

Murnaten Kecamatan Taniwel Kabupatenseram Bagian Barat Ambon. Urnal

Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pembelajarannya. Volume 2 Nomor 1.

William A. Haviland, Antropologi, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1985), hal. 332.

Anda mungkin juga menyukai