Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU


KELAS IV PADA PEMBELAJARAN HYBRID SD
LABSCHOOL UNNES

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Penelitian

Oleh:
Sri Yuliastuti
1401421568

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
A. JUDUL PENELITIAN
Implementasi Kompetensi pedagogik guru kelas IV pada pembelajaran hybrid SD
Labschool UNNES
B. PENDAHULUAN
1) Latar Belakang Masalah
Guru merupakan tenaga pendidikan yang memiliki tugas utama untuk
mendidik, mengajar, melatih, serta mengarahkan peserta didik agar mempunyai
bekal dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Oleh karena itu
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangat penting dalam terwujudnya
visi dan misi dalam pembelajaran. Untuk menjadi guru yang profesional harus
memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi guru meliputi kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional , dan kompetensi
sosial. Semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru dalam
melakukan kegiatan mengajar di sekolah. Seorang guru yang memiliki
kompetensi kepribadian yang baik maka guru tersebut juga akan memberikan
teladan yang baik bagi para peserta didiknya. Begitu juga dengan kompetensi
sosial, seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan yang baik dalam
berinteraksi sosial dengan peserta didik, orangtua peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah dan lingkungan di luar sekolah. Lalu guru juga harus memiliki
kompetensi pedagogik, dimana seorang guru hendaknya memiliki kemampuan
dalam melakukan pembelajaran dengan peserta didik, baik dalam mengelola,
melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Sampai saat ini kasus covid 19 di Indonesia masih berlangsung, namun
sudah tidak sebanyak dan separah saat awal terjadi masa pandemic covid 19. Saat
ini covid 19 sudah berganti dari masa pandemic covid 19 menjadi masa endemi
covid 19. Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika
Serikat CDC, endemi adalah penyakit yang menjangkit suatu daerah atau
populasi masyarakat tertentu. Saat ini Indonesia masuk pada masa endemi covid
19. Kemunculan covid 19 dapat dikatakan sebagai endemic di Indonesia, karena
sudah terjadi secara konsisten dan memang biasa terjadi di dalam suatu wilayah
Indonesia secara menyeluruh. Artinya endemi covid 19 akan selalu ada di
wilayah tertentu dan hidup berdampingan bersama masyarakat.
Perubahan dari masa pandemi ke masa endemi juga berpengaruh terhadap
proses Pendidikan di Indonesia yang sejak terjadi pandemi covid 19 benar-benar
daring, sekarang menjadi luring dikombinasi daring atau yang biasa disebut
hybrid. Menurut O‟Byrne dan Pytash (2015:137), hybrid learning adalah
pendekatan pedagogis yang menggabungkan instruksi tatap muka dengan
instruksi yang diperantarai komputer berbasis daring. Hybrid learning adalah
model pembelajaran yang mengitegrasikan inovasi dan kemajuan teknologi
melalui sistem pembelajaran yang dapat dilakukan secara daring dengan interaksi
dan partisipasi dari model pembelajaran tradisional seperti tatap muka (Kaye
Thorne, Kogan Page, 2003:14). Dapat dikatakan bahwa hybrid learning adalah
perpaduan antara pembelajaran konvensional dimana guru bertemu langsung
dengan siswa dalam kegiatan tatap muka di kelas dengan pembelajaran daring di
rumah.
Perpaduan pembelajaran ini dikarenakan siswa tidak bisa sepenuhnya
tatap muka. Tetap ada beberapa siswa yang tidak bisa pembelajaran tatap muka
dikarenakan alasan-alasan tertentu, terlebih lagi sampai saat ini covid 19 masih
berlangsung di Indonesia. Hal ini berdampak pada pendidik Indonesia khususnya
guru SD harus memberikan pembelajaran kepada peserta didik melalui secara
tatap muka di kelas dan juga memberikan pembelajaran secara daring, dimana
hal ini merupakan hal yang baru dan tantangan bagi guru. Seorang guru harus
dapat memahami wawasan atau landasan kependidikan, memahami peserta didik,
mengembangkan kurikulum atau silabus, melakukan perencanaan pembelajaran,
melakukan evaluasi hasil belajar, dan melakukan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa yang belajar baik
secara daring maupun luring. Kompetensi yang dimiliki guru tersebut disebut
kompetensi pedagogic seorang guru.
Jejen Musfah (2015:30) mengatakan yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik ialah Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi : (a)
pemahaman wawasan atau landasan atas kependidikan; (b) pemahaman mengenai
peserta didik; (c) pengembangan atas kurikulum dan silabus: (d) perencanaan
pada pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f)
evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki atau dikuasai guru. Kemampuan pedagogik meliputi penguasaan
karakteristik peserta didik, penguasaan teori dan prinsip-prinsip pembelajaran,
pengembangan kurikulum pembelajaran, mengadakan evaluasi dan penilaian
hasil belajar peserta didik.
Tentunya dalam masa Endemi Covid-19 ini dimana pembelajaran
dilakukan secara hybrid ini membuat guru memiliki tantangan yang baru dalam
menerapkan kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Guru harus tetap
menggunakan jaringan dan tetap mengajar di kelas secara hybrid. Banyak faktor
yang menjadi penghambat untuk guru dalam mengimplementasikan kompetensi
pedagogik seorang guru saat pembelajaran hybrid. Hasil permasalahan ini
ditemukan berdasarkan observasi dan wawancara di SD Labschool UNNES Kota
Semarang. SD Labschool UNNES sudah menerapkan pembelajaran tatap muka
mulai dari hari senin sampai jumat. Namun sekolah tidak mewajibkan untuk
seluruh siswa melakukan Pembelajaran Tatap Muka. Bagi orangtua siswa yang
tidak setuju anaknya tatap muka dengan alasan mendesak tertentu diperbolehkan
untuk mengikuti pembelajaran daring di rumah pada waktu siswa lain
Pembelajaran Tatap Muka Sekolah. Salah satunya yaitu di kelas IV. Menurut
hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas IV dimana pembelajaran
hybrid ini mempengaruhi guru dalam mengimplementasikan kompetensi
pedagogik guru. Beberapa faktor yang menjadi penghambat untuk guru
mengimplementasikan kompetensi pedagogik guru pada pembelajaran hybrid
yaitu beberapa pendidik masih mengalami kesulitan dalam melakukan
pembelajaran secara hybrid baik itu dari segi pemahaman mengenai peserta didik;
pengembangan atas kurikulum dan silabus; perencanaan pada pembelajaran;
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; evaluasi hasil belajar; dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya baik secara luring maupun daring. Seorang guru harus fokus
memberikan pembelajaran di kelas dan juga bagi siswa yang masih daring di
rumah. Seorang guru harus melakukan pembelajaran secara hybrid dengan baik
dikarenakan setiap siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang sama meskipun
kondisi nya yang berbeda. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi
pedagogik seorang guru dalam mengajar.
Dalam kondisi pembelajaran hybrid, para pendidik di SD Labschool
UNNES tetap berusaha dengan baik untuk menyampaikan pembelajaran dengan
kompetensi-kompetensi guru yang harus diterapkan saat pembelajaran, termasuk
salah satunya kompetensi pedagogik. Guru juga memiliki kompetensi
Pembelajaran menggunakan PPT yang diperlihatkan bagi siswa yang ada di kelas
dan juga di sharescreen bagi siswa yang melakukan zoom meeting di rumah.
Namun kondisi pembelajaran secara hybrid ini juga menimbulkan beberapa
permasalahan. Selain seorang guru harus bisa menjalani dua peran mengajar di
kelas dan mengajar secara daring, guru harus bisa dituntut untuk melakukan
pembelajaran yang bobot nya sama kepada seluruh siswa. Selain itu guru juga
dihadapi tantangan melakukan penilaian secara otentik di kelas dan bagi siswa
daring baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Adanya permasalahan ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Implementasi Kompetensi Pedaogik guru kelas IV pada
pembelajaran hybrid di SD Labschool UNNES”

2) IDENTIFIKASI MASALAH
1) Pembelajaran dilakukan dalam kondisi berbeda bagi siswa yaitu ada yang
pembelajaran Tatap Muka di kelas dan Daring di rumah
2) Pendidik masih mengalami kesulitan melakukan pembelajaran secara hybrid
3) Perlunya Kompetensi Guru dalam memahami peserta didik, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut, dan memaksimalkan potensi peserta didik
dalam pembelajaran hybrid.
4) Penilaian secara otentik di kelas dan bagi siswa daring baik dari segi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

3) PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah diatas peneliti memfokuskan masalah yaitu
masalah yang berkaitan dengan Perlunya Kompetensi Guru dalam memahami
peserta didik, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut, dan
memaksimalkan potensi peserta didik dalam pembelajaran hybrid. Dalam hal ini
yaitu kompetensi pedagogik.

4) RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fokus masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedadodik guru kelas IV
pada pembelajaran hybrid di SD Labschool UNNES?
2. Bagaimana implementasi kompetensi pedagogik guru yang dimiliki guru kelas
IV pada pembelajaran hybrid di SD Labschool UNNES?

5) Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan penerapan Kompetensi pedagogik Guru yang dimiliki
guru kelas IV pada pembelajaran hybrid di SD Labschool UNNES.
2. Untuk mendeskripsikan faktor yang berpengaruh pada Implementasi
Kompetensi pedagogik Guru yang dimiliki guru kelas IV pada pembelajaran
hybrid di SD Labschool UNNES.

6) Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian akan didapatkan secara teoritis dan praktis, jika tujuan
penelitian telah tercapai. Manfaat penelitian secara teoritis berguna untuk dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan. Manfaat penelitian secara praktis dapat
dirasakan oleh berbagai pihak untuk memperbaiki kinerjanya. Uraian
selengkapnya sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bisa memberikan kontribusi pada khazanah ilmu
pengetahuan terkhusus dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru
dalam pembelajaran hybrid.
b. Manfaat Praktis
1. Peserta didik
Penelitian ini memberikan manfaat bagi peserta didik, yaitu:
a. Mampu meningkatkan hasil belajar.
b. Mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2. Guru
Mampu meningkatkan kemampuan pedagogic guru kelas IV dalam
pembelajaran hybrid di SD Labschool UNNES
3. Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi sekolah yaitu
dalam penyelesaian permasalahan pembelajaran hybrid untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan sekolah
untuk terus meningkatkan Kompetensi pedagogik guru.
4. Peneliti
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapan ilmu
pengetahuan selama perkuliahan.
C. KAJIAN PUSTAKA
1) Kajian teoritis
a. Guru
Menurut Nurfuadi (2012:106) Guru adalah tempat yang strategis untuk
perkembangan suatu pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin dapat
digantikan dengan unsur mana pun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses
belajar mengajar di sekolah. Tugas guru juga tidak hanya mengajar, tetapi juga
melatih, mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik serta
memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Menurut Sanjaya (2008:24) mengatakan fungsi-fungsi guru secara
umum yaitu merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan berbagai
sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, memberikan motivasi,
mendorong, dan memberi stimulus pada peserta didik, dan juga mengawasi
segala sesuatu yang berkaitan dengan tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
seorang guru. Janawi (2019:23) Kompetensi yaitu suatu tugas yang memadai,
atau pemilikan suatu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut
oleh jabatan seseorang (Roestiyah 1986:4).
Kompetensi yang harus dimiliki ada empat yaitu kompetensi pedagogic,
kompetensi professional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial. Dalam
Undang-Undang Nomer 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
menyebutkan bahwa Kompetensi pedagogik merupakan “kemampuan
mengelola pemmbelajaran peserta didik.” Kompetensi ini dapat dilihat dari
kemampuan seorang guru dalam merencanaka program belajar mengajar,
kemampuan melakukan penilaian, dan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar. (Rina,2019:9)
Jejen Musfah (2015:30) mengatakan yang dimaksud dengan kompetensi
pedagogik ialah Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi :
(a) pemahaman wawasan atau landasan atas kependidikan; (b) pemahaman
mengenai peserta didik; (c) pengembangan atas kurikulum dan silabus: (d)
perencanaan pada pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Berasarkan pernyaataan mengenai kompetensi pedagogik tersebut dapat
disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan salah satu kemampuan
yang harus dimiliki atau dikuasai guru. Kemampuan pedagogik meliputi
penguasaan karakteristik peserta didik, penguasaan teori dan prinsip-prinsip
pembelajaran, pengembangan kurikulum pembelajaran, mengadakan evaluasi
dan penilaian hasil belajar peserta didik.
c. Pembelajaran Hybrid
Menurut O‟Byrne dan Pytash (2015:137), hybrid learning adalah
pendekatan pedagogis yang menggabungkan instruksi tatap muka dengan
instruksi yang diperantarai komputer berbasis daring. Hybrid learning adalah
model pembelajaran yang mengitegrasikan inovasi dan kemajuan teknologi
melalui sistem pembelajaran yang dapat dilakukan secara daring dengan
interaksi dan partisipasi dari model pembelajaran tradisional seperti tatap
muka (Kaye Thorne, Kogan Page, 2003:14).
Dapat dikatakan bahwa hybrid learning adalah perpaduan antara
pembelajaran konvensional dimana guru bertemu langsung dengan siswa
dalam kegiatan tatap muka di kelas dengan pembelajaran daring di rumah.
2) Kajian Empiris (urutkan dari tahun tertua)
Hasil penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian ini dan digunakan
sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh:
a. Benedicta Monica, Mudzanatun, dan Anggun Dwi S.P (2020) dari Universitas
PGRI Semarang dengan judul Aanalisis Kompetensi Pedagogik guru dalam
Pelaksanaan Keterampilan Dasar Mengajar Pada Pembelajaran Tematik di
SDN Pandeanlamper 01 Semarang. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa
analisis kompetensi pedagogik guru pada pembelajaran tematik kelas V
ditunjukan dengan keterampilan untuk membuka dan menutup pembelajaran,
keterampilan untuk bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan
memberi variasi,
b. Jayanti Mandasari, Edi Waluyo dan Eva Harist (2020) dari IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung dengan judul Implmentasi Kompetensi
Pedagogik Guru Dalam mengelola Pembelajaran di SDN 2 Fajar Indah
Kabupaten Bangka Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi
Kompetensi Pedagogik di SDN 2 Fajar Indah belum terlaksana dengan baik.
Hal ini berdasarkan adanya indikator dari Kompetensi Pedagogik yang belum
terlaksana dengan baik oleh guru kelas. Diantaranya seperti kurangnya
pemahaman guru ketika melakukan pengaturan kelas dengan melihat
karakteristik siswa, guru belum melaksanakan aktivitas pembelajaran secara
bervariasi dan kurang memanfaatkan alat bantu mengajar untuk menunjang
pembelajaran.
c. Winarni Jhon, Ali Mustadi, dan Enny Zubaidah (2020) dari Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul Online Learning during Covid-19 Pandemic in
Developing Countries:Does it run well?. Hasil Penelitian ini menunjukkan
Guru pada umumnya menghadapi tantangan ketika melakukan perencanaan,
pelaksanaan, serta evaluasi pada saat pembelajaran online. Sementara itu,
tantangan yang berkaitan dengan teknologi menjadi tantangan yang paling
utama yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Online di negara
berkembang saat masa pandemi Covid-19.
d. Ni Nyoman Perni (2019) dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar dengan
Judul Kompetensi Pedagogik sebagai indikator Guru Profesional. Kesimpulan
dari penelitian ini. Kompetensi Pedagogik memiliki indikator seperti (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang
peserta didik; (c) pengembangan kurikulum atau silabus: (d) perencanaan
pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f)
evaluasi hasil belajar. Kompetensi Pedagogik sangat dibutuhkan guru
khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar. Tugas guru tidak
hanya mengajar, tetapi jugaa menyampaikan atau mentransformasikan
pengetahuan kepada para anak di sekolah. Guru juga mengemban tugas untuk
mengembangkan kepribadian anak didiknya, sikap mental anak,
mengembangkan hati nurani
e. Wati Purnawati, dan Awang Kustiawan (2018) dari Pascasarjana Universitas
Galuh Jawa Barat dengan judul Implementasi Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Peserta Didik.
Hasil Penelitian menunjukan imlementasi kompetensi Pedagogik dan
kompetensi profesional di SMP KHZ. Musthafa Kabupaten Tasikmalaya
sudah baik. SMP KHZ. Musthafa melaksanakan program rutin yang diadakan
setiap memasuki tahun ajaran baru yaitu IHT (In Housee Training) Hambatan
yang di temui dalam implementasi kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional guru dalam meningkatkan prestasi siswa adalah, sarana dan
prasarana sekolahan yang belum sepenuhnya mendukung, motivasi guru
masih rendah, dan kurang inovaatif dalam meenggunakan metode dan media
saat pembelajaran.
f. Rina Wahyuni, dan Teti Berliani (2018) dari Universitas Palangka Raya,
Kampus UPR Tunjung Nyaho dengan judul Pelaksanaan Kompetensi
Pedagogik Guru di Sekolah Dasar. Hasil Penelitian menyebutkan, masih ada
guru yang belum bisa merencanakan pembelajaran sehingga masih melakukan
copy paste, guru belum sepenuhnya melakukan pembbelajaran berbasis
PAIKEM karena masih mengacu paa paradigma lama yaitu ceramah. Guru
kurang optiimal dalam memberikan penilaian pembelaajaran yang hanya
berfokus pada sisi kognitif saja.
g. Muhammad Ridwan Kalu, dkk. (2016) dari Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Tadulako dengan judul Kompetensi Pedagogik dan Profesional
Guru Sekolah Dasar Yang Tersertifikasi Pada Pembelajaran Sains. Hasil
Penelitian menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik guru SD yang telah
tersertifiksi dalam pembelajaran Sains masuk dalam kategori cukup baik.
h. Khofiatun, Sa’dun Akbar dan M.Ramli (2016) dari Pendidikan dasar
Pascasarjana Universitas Negeri Malang dengan judul Peran Kompetensi
Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Kompetensi
yang dipunyai guru Kelas IV dan guru kelas V di SDN Paguyangan 2 berbeda-
beda. Dapat dilihat dari latar belakang dan pengalaman yang dimiliki guru
dalaam mengajar serta nilai Ujian Kompetensi Guru yang telah diperoleh.
Kompetensi Pedagogiik memiliki peran yang penting dalam pembelajaran
tematik di kelasnya. Guru yang memiliki kompetensi peddagogik yang rendah
biasanya tidak berhasil dalam pembelajaran tematik.
i. Herlini Melianasari, dan Dhiniaty Gudarso (2015) dari Program Studi
Pendidikan Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI
Yogyakarta dengan judul Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Implementasi
Kurikulum 2013 Sd Se-Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil
penelitian ini Menyebutkan bahwa Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru
SD kelas I,II,IV, dan V di Kecamatan Kasihan dalam implementasi kurikulum
2013 dapat disimpulkan pada kategori mampu. Data keseluruhan menunjukan
79% masuk pada kategori mampu, 13% kategori sangat mampu, 8% cukup
mampu, dan 0% dalam kategori yang kurang mampu.
j. Wildan Nuril Ahmad Fauzi dan Yuli Setiawati (2021) dari UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan judul Hybrid Learning: Model Pembelajaran
Tatap Muka Terbatas Di SDIT Luqman Al Hakim Sleman. Hasil penelitian ini
menyebutkan penerapan hybrid learning di SDIT Luqman Al Hakim Sleman:
Pertama, mempersiapkan kurikulum. Kedua, setiap pararel mulai dari kelas
satu sampai enam telah dibuatkan jadwal untuk melaksanakan pembelajaran
Tatap Muka di sekolah. Ketiga, social distanding seperti mengatur jarak
tempat duduk peserta didik minimal 1 meter. Keempat, selalu memakai
masker dan atau faceshield. Kelima, pembelajaran ini hanya dilaksanakan di
dalam ruangan. Keenam, siswa satu dengan siswa lainnya tidak boleh saling
bersentuhan. Ketujuh, Sekolah memberikan tempat untuk mencuci tangan
beserta sabunnya dengan air yang mengalir di setiap penjuru ruang dan dalam
jumlah yang cukup.
k. Ayu Sri Wahyuni (2021) dengan judul Penerapan Model Hybrid Learning
Dalam Ptm Terbatas Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa.
Hasil penelitian menyebutkan n bahwa: 1) penerapan model hybrid learning di
SMP PGRI 2 Denpasar dilakukan melalui tahap persiapan meliputi tahap rapat
koordinasi, sosialisasi, persiapan sarana-prasarana, penyesuaian kurikulum,
tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi; 2) penerapan model hybrid learning di
SMP PGRI 2 Denpasar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan
perubahan rata-rata skor motivasi dan tes hasil belajar siswa.
l. Hilma Rusyada dan Muhammad Nasir (2022) dari Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an RAKHA Amuntai. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa-siswi dapat dikategorikan berhasil dalam
mencapai tujuan-tujuan interaksional, siswa-siswi dapat dikategorikan aktif
dalam aktivitas pembelajaran, dan juga siswa-siswi dapat dikategorikan
lengkap dalam sarana-sarana yang menunjang dalam pembelajaran. Secara
keseluruhan, efektivitas penerapaan hybrid learning di Sekolah Dasar Negeri
Kebun Sari 1 Amuntai dikategorikan dengan kriteria efektif.
m. Paulus Ganovia, Sherly, dan Herman (2022) dengan judul Efektivitas Hybrid
Learning dalam Proses Pembelajaran untuk Siswa Kelas XI SMA Kalam
Kudus Pematangsiantar. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan hybrid learning memiliki kendala-
kendala. Dengan melihat kendala yang dialami diharapkan guru maupun
penyelenggara pembelajaran yang efektif dan dapat memperbaikinya,
sehinggapembelajaran dapat lebih bermakna, interaktif, dan menyenangkan
bagi pesertadidik dalam masa pandemi ini.
n. Rayung Wulan, Suranto Saputra, dan Yogi Bachtiar (2021) dengan judul
Formulasi Hybrid Model Pembelajaran Virtual Dalam Masa Transisi Menuju
New Normal Pandemi Covid 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hybrid
model pembelajaran diterapkan di SMPN 101 Jakarta Barat dengan
menggunakan formulasi hybrid model , yaitu penggabungan model
pembelajaran virtual dan tatap muka. Formulasi hybrid model pembelajaran
ini diterapkan sebagai salah satu bentuk transisi menuju new normal dengan
menggabungkan model pembelajaran secara virtual dan tatap muka.
o. T. Ramdhani, I. G. P. Suharta, I. G. P. Sudiarta (2020) dari Jurusan
Matematika Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul Pengaruh Model
Pembelajaran Hybrid Learning Berbantuan Schoology Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Sman 2 Singaraja. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skor kelompok eksperimen adalah
82,03 dan rata-rata pada kelompok kontrol adalah 68,55. Selain itu, dilihat
dari hasil uji hipotesis untuk post test siswa diperoleh nilai hitung t sebesar
5,938 dan tabel t sebesar 2,000, artinya siswa yang belajar menggunakan
model hybrid learningmempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model konvensional.
p. Umi Farkhatun (2021) dari Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Purwokerto
dengan judul Model Pembelajaran Hybrid Pada Masa Pandemi Covid-19 Di
Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah Bantarsoka. Hasil Penelitian menunjukkan
Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah Bantarsoka melaksanakan pembelajaran
hybrid yang berpedoman pada kurikulum darurat. Pendekatan pembelajaran
hybrid yang digunakan adalah student center. Metode dan media pembelajaran
yang digunakan cukup beragam dan disesuaikan dengan materi pembelajaran
tematik. Masing-masing terdiri dari metode dan media untuk pembelajaran
daring dan luring. Siswa juga aktif melakukan berbagai kegiatan untuk
menciptakan pengalaman belajar mereka baik di rumah maupun di tempat
belajar luring.
3) Kerangka Berpikir
Uma Sekaran, dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan
bahwa, kerangka berpikir adalah konsep gambaran tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting (Sugiyono,2016a:91).
Kompetensi Guru merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap
pendidik dalam mengemban profesi seorang guru. Menjadi guru yang profesional
harus memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam pasal
10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengatakan bahwa Guru Mutlak memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Peneliti melakukan
penelitian terkait dengan Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru dalam
pembelajaran Hybrid meliputi Perencanaan Pembelajaran Hybrid, Pelaksanaan
Pembelajaran Hybrid, Evaluasi dan tindak lanjut dalam Pembelajaran Hybrid
dengan pengimlementasian Kompetensi Pedagogik Guru, sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Peneliti akan melakukan wawancara dengan informan mengenai
Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru pada saat Pembelajaran Hybrid ketika
yaitu Kepala Sekolah sebagai pemimpin Institusi, dan guru kelas IVA sebagai
pengelola kelas, dan siswa. Selain melakukan wawancara peneliti akan melakukan
pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara hybrid. Peneliti juga
akan mengambil dokumentasi saat melaksankan pengamatan, serta dokumen
pendukung terkait dengan Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru pada
pembelajaran Hybrid.

D. Metode Penelitian
1) Desain Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Desain yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu desain
penelitian Kualitatif. penelitian Kualitatif menurut Sugiyono (2016a:1)
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisaasi.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif sehingga temuan
penelitian dideskrisikan secara naratif. Saat berada di lapangan, peneliti
melaksanakan penyelidikan, pengamatan, dan proses wawancara terkait
Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru pada saat pembelajaran hybrid di
SD Labschool UNNES. Kemudian peneliti melakukan pemahaman secara
menyeluruh dan dituangkan secara deskriptif melalui pemilihan bahasa dalam
laporan penelitian.
b. Jenis penelitian
Pada Penelitian ini, Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan
gambaran terhadap sifat, karakteristik individu, keadaan lapangan, dan
memaparkan situasi sosial dan peristiwa yang sedang terjadi di suatu
lingkungan. Penelitian ini digunakan untuk memberikan suatu gambaran
terhadap proses sesuatu yang sedang diteliti. Penelitian deskriptif juga
memiliki tujuan untuk menentukan hasil transmisi dari suatu gejala kepada
gejala lain serta melihat hubungan antar gejala satu dengan gejala lainnya.
Peneliti memberikan gambaran dan mendeskripsikan situasi dan kondisi
di lapangan saat melakukan penelitian, kemudian peneliti memaparkan data
setelah peneliti melakukan analisis data. Proses penelitian lebih difokuskan
untuk melakukan pengamatan terhadap gejala yang ada dengan lainnya
selanjutnya dilihat hubungan antar gejala yang ada dengan gejala lainnya lalu
selanjutnya dideskripsikan.
2) Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SD Labschool UNNES Kota Semarang, Kecamatan
Gajahmungkur, Kelurahan Sampangan. Lokasi penelitian tersebut dipilih
berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti melalui wawancara
dan observasi dengan kepala sekolah dan guru kelas IV yang menjadi narasumber
utama dalam proses pelaksanaan implementasi Kompetensi Pedagogik Guru di
SD Labschool UNNES.
3) Prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga fase yaitu :
(1) Fase Perencanaan
Fase Perencanaan meliputi pengajuan topik, penyusunan proposal
penelitian, seminar proposal, penyusunan instrumen penelitian, dan pengurusan
administrasi penelitian seperti surat izin penelitian.
(2) Fase Pelaksanaan
Fase Pelaksanaan meliputi pengumpulan data dengan teknik berupa
observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi hingga data yang
didapatkan jenuh. Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap
sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
(3) Fase Penyelesaian
Peneliti melaksanakan fase penyelesaian berupa uji keabsahan data, analisis
data, dan penyusunan laporan penelitian secara lengkap.
4) Data dan sumber data
Data merupakan sumber informasi yang disampaikan oleh manusia yang
menjadi subjek penelitian. Data juga dapat diperoleh dari hasil observasi, fakta,
dokumen yang sesuai dengan fokus penelitian. Data penelitian ini dikumpulkan
melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari keterangan, tindakan, kegiatan,
perilaku dan catatan lapangan yang nantinya dapat dijadikan bahan dasar kajian
yang berhubungan dengan Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru di SD
Labschool UNNES Kota Semarang.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Labschool
UNNES sejumlah 20 siswa dan guru kelas IV A SD Labschool UNNES.
5) Teknik pengumpulan data
Menurut Sugiyono (2016a:59) bahwa dalam penelitian kualitatif, yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian
kualitatif, kualitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan
validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan
dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data.
a. Observasi
Arikunto (2013:199) meneyebutkan bahwa observasi meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indra. Dalam penelitian ini peneliti melalukan observasi di Kelas IV A SD
Labschool UNNES.
b. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2013:274) Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil data dokumentasi berupa daftar nilai
Kelas IV A SD Labschool UNNES, foto, dan video saat pembelajaran.
c. Wawancara
Arikunto (2013:198) menjelaskan bahwa wawancara merupakan dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Peneliti membuat pedoman wawancara sesuai dengan kebutuhan peneliti yang
hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara
dilakukan langsung di SD Labschool UNNES yang dijadikan lokasi penelitian
dengan mewawancarai guru dan beberapa siswa di kelas IV.
d. Catatan Lapangan
Selanjutnya menurut UIfatin (2015:227) catatan lapangan yaitu hasil catatan
dari observasi ataupun wawancara dengan format tertentu. Hasil wawancara
dan hasil observasi yang telah didapat harus segera mungkin dituliskan dalam
catatan lapangan. Catatan lapangan yang dituliskan berdasarkan apa yang telah
didengar, dilihat, dialami, dan yang terpikirkan saat melakukan pengumpulan
data.
6) Teknik Analisis Data
a. Analisis sebelum di lapangan
Pada penelitian ini analisis pendahuluan sebelum di lapangan sudah
dilaksanakan oleh peneliti di SD Labschool UNNES Kota Semarang. Peneliti
melaksanakan identifikasi permasalahan yang ada di SD Labschool UNNES
untuk tahap awal dan proses pengumpulan informasi sebelum melaksanakan
penelitian. Hal ini dilaksanakan peneliti agar memudahkan dalam menemukan
fokus penelitian serta proses pengambilan data yang akan dilakukan.
b. Analisis data selama di lapangan
1. Pengumpulan data. Proses Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan melakukan
triangulasi atau penggabungan dari ketiganya (Sugiyono, 2016b:193).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan
wawancara terhadap kepala sekolah dan guru kelas IVA SD Labschool
UNNES Kota Semarang. Proses Wawancara didokumentasikan melalui
video dan foto. Penelitian ini selain menggunakan wawancara peneliti juga
menggunakan teknik observasi lingkungan yang diteliti, serta pelaksanaan
Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru pada pembelajaran hybrid.
2. Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
membutuhkan kecerdasan dan keluasan serta wawasan yang tinggi
(Sugiyono, 2016a:93). Data yang sudah direduksi memberikan pandangan
yang jelas dan memudahkan peneliti ketika mencari data tambahan jika
diperlukan. Peneliti menggunakan hasil data yang diperoleh ketika
melakukan penelitian dengan mereduksi hal yang penting. Dalam hal ini
peneliti mengambil fokus penelitian disetiap indikator kompetensi guru
sesuai dengan Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru pada
pembelajaran hybrid masa pandemi covid-19 di SD Labschool UNNES
Kota Semarang. Peneliti mengelompokkan data sesuai masalah yang
diteliti dari hasil pengumpulan data saat penelitian.
3. Penyajian Data. Dalam Penelitian Kualitatif penyajian data dapat
dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan lainnya (Sugiyono, 2016a:95). Peneliti menyajikan data
dengan menyusun hasil wawancara dengan tiga informan yaitu Kepala
Sekolah dan dua guru Kelas IV, hasil observasi, dokumentasi dan catatan
lapangan yang telah dikumpulkan saat penelitian di SD Labschool
UNNES.
4. Penarikan Simpulan. Simpulan dalam suatu penelitian kualitatif adalah
temuan berbentuk deskripsi ataupun gambaran objek yang masih kurang
jelas menjadi jelas (Sugiyono,2018:142). Peneliti pada penelitian ini
mendeskripsikan simpulan tentang Implementasi Kompetensi Pedagogik
Guru ketika Pembelajaran hybrid yang berlokasi di SD Labschool UNNES
Kota Semarang.
E. Daftar Pustaka (urutkan sesuai huruf depan penulis, tidak menggunakan nomor
urut) awali dengan nama belakang penulis missal : Yuli Setyawati ditulis
Setyawati , Y
1) Fauzi, Wildan Nuril Ahmad dan Yuli Setiawati. (2021). Hybrid Learning: Model
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di SDIT Luqman Al Hakim Sleman. Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 4 (2) : 175-185
2) Wahyuni, Ayu Sri. (2021). Penerapan Model Hybrid Learning Dalam Ptm
Terbatas Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa. Indonesian
Journal of Educational Development 2 (3) :472-481
3) Hilma Rusyada dan Muhammad Nasir. (2022). Efektivitas Penerapan Hybrid
Learning Pasca Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu 6 (2)
1714:1723
4) Paulus Ganovia, dkk. (2022). Efektivitas Hybrid Learning dalam Proses
Pembelajaran untuk Siswa Kelas XI SMA Kalam Kudus Pematangsiantar. Jurnal
Pendidikan Tambusai 6 (1) : 1478-1481
5) Rayung Wulan, dkk. (2021). Formulasi Hybrid Model Pembelajaran Virtual
Dalam Masa Transisi Menuju New Normal Pandemi Covid 19. Jurnal PKM:
Pengabdian kepada Masyarakat 4 (6) : 594-601
6) T. Ramdhani, dkk. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Hybrid Learning
Berbantuan Schoology Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas Xi Sman 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan Matematika Undiksha 11 (2) : 62-
68
7) Farkhatun, Umi. (2021) Model Pembelajaran Hybrid Pada Masa Pandemi Covid-
19 Di Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah Bantarsoka. Purwokerto : Universitas
Islam negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri
8) Monica, Benedica dkk. (2020). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Dalam
Pelaksanaan Keterampilan Dasar Mengajar Pada Pembelajaran Tematik.
Indonesian Journal Of Educational Research and Review, 3(1): 136-143.
9) Mandasari, Jayatri dkk. (2020). Implementasi Kompetensi Pedagogik Guru
Dalam Mengelola Pembelajaran Di SD Negeri 2 Fajar Indah Kabupaten Bangka
Selatan. Learning and Teaching Journal, 1(2): 23-30.
10) Perni, Ni Nyoman dkk. (2019). Kompetensi Pedagogik sebagai indikator Guru
Profesional. Adi Widya Jurnal Pendidikan Dasar, 4(2): 175-183
11) Purnawati, Wati & Awang Kustiawan. (2018). Implementasi Kompetensi
Pedagogik dan Profesional Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Peserta
Didik. Indonesian Journal of Education Management and Administration Review,
2(2): 300-307.
12) Rina Wahyuni, dan Teti Berliani (2018) dari Universitas Palangka Raya, Kampus
UPR Tunjung Nyaho dengan judul Pelaksanaan Kompetensi Pedagogik Guru di
Sekolah Dasar. Wahyuni, Rina & Teti Berliani. (2018). Pelaksanaan Kompetensi
Pedagogik Guru di Sekolah Dasar. JournalUM, 2(2):108-115
13) Kalu, Muhammad Ridwan dkk. (2016). Kompetensi Pedagogik dan Profesional
Guru Sekolah Dasar Yang Tersertifikasi Pada Pembelajaran Sains. Jurnal Sains
dan Teknologi Tadulako, 5(3):85-94
14) Khofiatun, dkk. (2016). Peran Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pembelajaran
Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 1(5):984-988
15) Herlini Melianasari, dan Dhiniaty Gudarso (2015) dari Program Studi Pendidikan
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
dengan judul Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013
Sd Se-Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai