PENYUSUN :
20051010057 - BARA JUNIZAR DEAN R.
20051010064 - KRESNANDA KIYOSHIRO B.P.
20051010091 - ZAKKY FUAD ABDA IBRIL
20051010102 - FAIRUZ BAGUS FEBRIYANTO
20051010105 - FRIZQIE AKBAR D.
DOSEN PEMBIMBING :
Ir. NINIEK ANGGRIANI, MT.
FAIRUZ MUTIA, ST., M.T
BAB I
PENDAHULUAN
(sumber:google)
BAB II
KAJIAN KOTA
2.1 Path
1. Path adalah saluran pergerakan di mana kota dapat dikandung seperti gang, jalanan, rel
kereta api, jalan raya, kanal, dan sejenisnya.
2. Path juga bisa dimaknai dengan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk
bergerak atau berpindah tempat.
3. Path pada suatu kota adalah elemen yang dapat dirasakan secara langsung oleh manusia
ketika melewati suatu kota atau kawasan.
(sumber:google)
Jalan ini memiliki lebar sekitar 10 meter dan merupakan salah satu jalan utama
serta jalan masuk dari arah selatan menuju kawasan PTC. Dimana jalan ini sendiri
dalam 1 jalur, terdiri dari 3 lajur. Jalan ini cenderung lurus dengan pemandangan pada
arah kiri dan kanannya adalah bangunan gedung tinggi dengan dipisahkan oleh trotoar
dan berem jalan/bahu jalan. Setelah jalur lurus Mayjend Jonosewojo ini, akan
dilanjutkan oleh Jalan Bukit Darmo Boulevard
(sumber:google)
(sumber:google)
Jalan Bukit Darmo Boulevard ini adalah jalan terusan dari jalan Mayjend
Jonosewojo. Dimana jalan ini memiliki lebar yang sama yaitu sekitar 10 meter dan juga
3 lajur per jalurnya. Pada jalan ini, terdapat hal yang cukup identik dan memiliki
identitas, yaitu softscape/taman/sejenisnya yang berada untuk memisahkan dua jalur
yang ada.
(sumber:google)
Jika kita terus menuju arah utara dari jalan Bukit Darmo Boulevard dan jalan
Mayjend Jonosewojo ini, akan bisa terlihat bundaran yang juga cukup menjadi
identitas dari path kawasan PTC ini. Tetapi jika kita berbelok dan menuju arah
selatan, kita akan menuju jalan perumahan, yaitu jalan Pakuwon Indah.
Gambar 6. Jalan Bukit Darmo Boulevard.
(sumber:google)
(sumber:google)
(sumber:google)
(sumber:google)
Jika kita terus menuju arah selatan dari jalan Pakuwon Indah, maka kita akan
bertemu dengan jalan Pakuwon Indah Lontar Barat. Dimana jalan ini sama halnya
dengan jalan Pakuwon Indah, dimana memiliki lebar jalan sekitar 7 meter dan dalam
satu jalurnya memiliki 2 lajur. Sama juga dengan halnya jalan Pakuwon Indah, jalan ini
juga masih merupakan jalan perumahan. Yang mana sama-sama memiliki keunikan
jalan yang berbukit dan landscape yang naik turun. Yang mana hal ini jarang terjadi
pada jalan-jalan perkotaan lainnya.
Gambar 10. Jalan Pakuwon Indah Lontar Barat.
(sumber:google)
Selain itu, pada kawasan PTC ini, dalam hal Path juga terdapat hal yang
mempunyai keunikan dan identitas tersendiri. Dimana pada kawasan PTC ini
memiliki bundaran yang bisa dibilang cukup unik dan memiliki identitasnya sendiri.
(sumber:google)
Dimana bundaran ini memiliki luas yang cukup besar dan luas, serta bercabang.
Yang mana hal ini juga bisa menjadi pembeda antara citra kawasan ini dengan kawasan
lainnya.
Gambar 12. Bundaran PTC.
(sumber:google)
2.2 Landmark
Seiring berjalannya waktu perkembangan dan pembangunan kota semakin maju dan
berubah. Hal ini membuat munculnya krisis identitas kota. Melihat dari permasalahan tersebut
maka sangat membutuhkan peran rancangan dan perencanaan kota agar terciptanya identitas
kota yang membedakan dengan kota lainnya. Selain itu, isu-isu yang terjadi yaitu masyarakat
merasa ada sesuatu yang kurang apabila kota tidak memiliki simbol khusus sebagai titik
orientasi atau titik awal. Oleh karena itu, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan Landmark untuk menjadi patokan di daerah tersebut.
Landmark merupakan salah satu bentuk fisik yang dapat memberikan informasi bagi
pengamat dari suatu jarak, jadi pengamat berada diluar lingkup objek (lynch, Kevin, The image
Of city, The M.I.T. Press,1960) .Dari pengertian tersebut maka dapat diperoleh 3 unsur penting
dalam landmark, yaitu :
1. Tanda fisik
Landmark objek fisik yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan secara mudah.
2. Informasi & jarak
Landmark memberikan gambaran dengan cepat & pasti tentang suatu tempat kepada
pengamat, sehingga membentuk image fisik & non fisik lokasi landmark dan
sekitarnya.
3. Jarak
Landmark harus dapat dikenali dari suatu jarak jadi pengamat berada diluar lingkup
bangunan.
Dalam menjadi objek landmark suatu kota, maka dibutuhkan kriteria – kriteria sebagai
berikut, yaitu:
Menurut Lynch (1960), untuk dapat memahami identitas sebuah kota terlebih dahulu
memahami citranya. Citra kota yang mudah dibayangkan (mempunyai imageability) dan
mudah mendatangkan kesan (mempunyai legibilitas) akan dapat dengan mudah dikenali
identitasnya. Identitas kota dapat berbentuk fisik dan non fisik (Suwarno, 1989). Kemampuan
menangkap identitas kota sangat subjektif, tergantung si pengamat, yang menarik secara visual/
imageable (jelas, terbaca, atau terlihat) dan mudah diingat serta memiliki keunikan untuk
dijadikan sebagai identitas kawasan.
\
(sumber:google)
(sumber:google)
Landmark pada kawasan PTC yaitu ada pada tulisan “Pakuwon Trade Center” yang
tertera pada gedung pusat perbelanjaan. Kawasan ini merupakan salah satu pusat
perbelanjaan terbesar di Indonesia yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bangunan
PTC ini termasuk salah satu landmark yang terkenal di Kota Surabaya karena memberikan
ciri khas tertentu pada wilayah Surabaya Barat, sehingga mudah dikenal dan diingat oleh
masyarakat sekitar dan juga memberikan orientasi bagi orang maupun kendaraan yang
melewatinya.
Selain itu, penempatan bangunan PTC sebagai salah satu landmark Kota Surabaya
juga menjadi poin utama dalam pembentukan dari citra kota. Dimana gedung PTC ini dapat
terlihat dari jarak yang lumayan cukup jauh namun masih dapat diketahui oleh masyarakat.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa suatu landmark bangunan PTC dapat mencapai suatu
dominasi wilayah atau wilayah yang menonjol terhadap suatu ruangan apabila landmark
tersebut dapat dilihat dari berbagai lokasi, atau memiliki kekontrasan dengan elemen sekitar
baik dari segi variasi bentuk bangunan maupun ketinggian bangunan di sekitar lingkungan.
2.3 District
Kawasan ini berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan ekonomi. Daerah
ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan.
Hal ini ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan sebagian penduduk kota
masih tinggal pada bagian dalam kota-kotanya (intersections). Proses perubahan yang cepat
terjadi pada kawasan ini dapat mengancam rumah-rumah masyarakat ekonomi rendah. Pada
daerah-daerah yang berbatasan dengan kawasan ini masih banyak tempat yang agak longgar
dan banyak digunakan untuk kegiatan ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah
pertokoan untuk golongan ekonomi rendah dan sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal.
District merupakan kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan district
memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, di
mana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat
sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan
posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang
lain).(Markus Zahnd, 1999, p.158)
Karakteristik-karakteristik fisik yang menentukan district adalah kontinuitas tematik
yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada ujungnya: yaitu tekstur, ruang, bentuk,
detail, simbol, jenis bangunan, penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat pemeliharaan,
topografi.
1. Tekstur
Gambar 15. Landmark Pakuwon Mall
(sumber:google)
7. Penghuni
Penghuni kawasan ini tergolong ke dalam masyarakat ekonomi menengah ke
atas. Untuk masyarakat menengah ke bawah sedikit menjauh dari kawasan ini. Hal ini
akan menjadi kesenjangan sosial antar keduanya.
Berdasarkan hasil analisis, bagian pada kawasan PTC yang teridentifikasi sebagai edge
yaitu aliran Kali “Rolak” Gunungsari, aliran Kali Brantas, Bundaran PTC, Universitas Negeri
Surabaya yang semuanya menjadi batas kawasan PTC.
(sumber:pribadi)
(sumber:google)
2. Kali Brantas
Sungai ini merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa, setelah Bengawan Solo.
Di Surabaya juga terkena aliran Sungai Brantas juga yang berasal dari Kota Mojokerto
dan akan menjadi dua cabang yang salah satunya akan menjadi Kali Mas. Sungai ini
juga menjadi salah satu pembatas wilayah ini karena terletak di Kecamatan Wiyung.
Gambar 22. Peta aliran Kali Brantas yang ada di Surabaya.
(sumber:pribadi)
(sumber:google)
3. Bundaran PTC
Bundaran PTC menjadi penanda dimana masuk ke kawasan komersil PTC dimana yang
ditandai dengan banyak gedung-gedung tinggi dan pertokoan. Dimana bundaran ini
memiliki luas yang cukup besar, serta bercabang. Yang mana hal ini menjadi penanda
atau batas wilayah PTC yang menjadi pembeda pembeda antara citra kawasan ini
dengan kawasan lainnya.
Gambar 10. Bundaran PTC.
(sumber:google)
(sumber:google)
Gambar 25. Universitas Negeri Surabaya.
(sumber:google)
2.5 Nodes
Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat bisa
masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan. Nodes bisa merupakan
persimpangan jalan, tempat break (berhenti sejenak) dari jalur, persilangan atau pertemuan
path, ruang terbuka atau titik perbedaan dari suatu bangunan ke bangunan lain.
Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul simpul kota
yang kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus, nodes bisa juga
ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu tempat yang cukup
strategis, karena bersifat sebagai tempat bertemunya beberapa kegiatan/aktivitas yang
membentuk suatu ruang dalam kota. Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda,
tergantung dengan pola aktivitas yang terjadi didalamnya.
Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitasnya lain, misalnya persimpangan lalu
lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar,
pasar, taman, square, dan sebagainya. Tidak setiap persimpangan jalan adalah sebuah nodes,
yang menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah satu tempat dimana orang
mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama. Nodes mempunyai
identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah
diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk).
Persimpangan jalan atau tempat berhenti sejenak dalam perjalanan sangat penting bagi
pengamat kota. Karena keputusan harus dibuat di persimpangan jalan-persimpangan jalan,
masyarakat meningkatkan perhatian mereka di tempat tempat tersebut dan melihat unsur-unsur
terdekat dengan lebih jelas. Kecenderungan ini dikonfirmasi dengan begitu berulang kali
sehingga unsur unsur yang berada pada persimpangan otomatis dapat diasumsikan mengambil
kelebihan khusus dari lokasinya. Pentingnya persepsi lokasi tersebut menunjukkan cara lain
juga, ketika masyarakat ditanya dimana kebiasaan mereka pertama kali di kota, banyak yang
memilih titik perhentian transportasi sebagai tempat kunci.
Stasiun-stasiun kereta utama adalah hampir selalu menjadi node-node kota penting,
sama halnya bandara udara. Dalam teori, persimpangan jalan biasa adalah node-node, tetapi
umumnya mereka tidak mempunyai cukup keunggulan untuk dibayangkan lebih dari sekedar
simpang empat, karena tidak dapat memuat banyak pusat nodes.
Pada kawasan Pakuwon Trade Center ini, terdapat cukup banyak simpulan-simpulan
yang menandakan adanya sebuah aktivitas maupun keramaian masyarakat.
1. Taman Angsa
(sumber:google)
Taman Angsa merupakan taman yang terletak di dalam Komplek Perumahan
Pakuwon Indah. Taman ini merupakan gabungan dari beberapa fasilitas, seperti Taman
Angsa, Taman Pakuwon, serta Amphitheater Pakuwon. Taman ini menjadi salah satu
nodes karena menjadi tempat berkumpul warga yang ada disini, dengan berbagai
aktivitas seperti berjalan pagi, olahraga, kolam, dan juga amphitheater. Meski, tempat
ini tergolong kurang ramai karena letaknya yang ada di dalam perumahan sehingga sulit
dijangkau untuk kalangan yang lebih luas.
(sumber:google)
(sumber:google)
Di bagian selatan, terdapat sebuah persimpangan yang sangat ramai,
terlebih pada sore dan malam hari. Persimpangan tersebut adalah persimpangan
danau UNESA. Persimpangan ini termasuk kedalam nodes karena tempat ini
menimbulkan kesan “masuk” pada kawasan pakuwon. Persimpangan ini
menjadi tempat berkumpul masyarakat yang sekedar lalu lalang atau
berolahraga. Selain karena danau UNESA yang menjadi daya tarik, beberapa
stand yang berjualan di daerah ini juga semakin menghidupkan persimpangan
ini karena mengundang keramaian masyarakat.
(sumber:google)
(sumber:google)
Bundaran PTC juga menjadi tempat yang sangat ramai, terlebih pada
saat sore dan juga malam hari. Bundaran ini menjadi salah satu nodes utama
dalam kawasan ini karena bundaran ini merupakan titik bertemunya 5 paths dari
beragam asal. Oleh karena itu, bundaran ini juga menjadi salah satu penanda/ciri
khas bahwa pengunjung sudah memasuki komplek PTC. Keramain ini juga
berasal dari beberapa tempat komersil, seperti tempat parkir sepeda motor,
beberapa cafe, dan juga warung kopi yang selalu ramai.
(sumber:google)
(sumber:google)
2.6 Level ketinggian bangunan
(sumber:Pribadi)
Pada area tengah kawasan ini tergolong kedalam tinggi bangunan level 4 dan 5
sedangkan untuk area pemukiman tergolong kedalam tinggi bangunan level 1 dan untuk level
2 dan 3 adalah bangunan pertokoan dan juga sekolah.
(sumber:Pribadi)
2.7 Zoning
(sumber:Pribadi)
BAB III
GAGASAN IDE
3.1 LANDUSE
Kawasan PTC ini masih memiliki lahan-lahan atau persil-persil yang nantinya akan digunakan
untuk proyek-proyek atau akan dibangun gedung perkantoran maupun perumahan mewah, dan
setiap persil-persil di kawasan ini sudah ditata oleh pengelola kawasan ini, sesuai dengan
peruntukannya masing-masing.
(sumber:Pribadi)
(sumber:google)
(sumber:google)
3.5 OPEN SPACE
Ruang Terbuka (Open Space) di kawasan PTC ini hanya ada taman Angsa dan
selebihnya hanya berupa lahan kosong yang ditumbuhi banyak pohon-pohon dan rumput, hal
ini dikarenakan padatnya kawasan tersebut. Open space ini dibantu dengan adanya lapangan
Bukit Darmo Golf dan Lapangan Golf Graha Famili.
Gambar 37. Taman Angsa
(sumber:pinterest)
(sumber:bukitdarmogolf.com)
(sumber:intiland.com)
(sumber:google )
3.8 CONSERVATION
Di kawasan Pakuwon Trade Center ini tidak ditemukan bangunan tua hal ini disebabkan
oleh kawasan PTC dikembangkan dari lahan kosong, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan
ini tidak memiliki preservasi atau perlindungan terhadap fungsi dan keberadaan gedung-
gedung tua atau bersejarah. Namun akan dilihat kembali keberadaan bangunan-bangunan tua
yang memiliki nilai sejarah berdirinya kawasan ini dan bangunan yang menjadi ikonik atau
identitas dari kawasan ini yang nantinya akan dilakukan preservasi di kemudian hari
3.9 GAGASAN
Jika dilihat dari semua aspek teori Hamid Shirvani (1985), perlu adanya sebuah open
space yang bisa benar-benar menggambarkan sebuah image bisnis dalam kawasan ini. Hal ini
disebabkan karena aktivitas berbisnis pada kawasan ini banyak terjadi dalam sebuah ruangan
dan gedung. Dimana dengan penambahan open space yang berbau bisnis ini, bisa saja
membuat image bisnis pada kawasan ini semakin meningkat dan menguat. Selain itu, hal ini
juga didukung dengan kurangnya open space yang ada.
Selain itu, perlu dibenahi aspek-aspek yang mendukung kegiatan ini. Seperti halnya
pembenahan sirkulasi yang ada. Baik dari segi fisik maupun non fisik. Seperti bisa
memperbanyak akses angkutan umum atau kota pada kawasan ini, agar masyarakat bisa
menggunakannya dan memperkecil permasalahan kemacetan dalam kawasan ini.
Lalu, masalah fasilitas parkir yang ada juga harus diselesaikan dengan berbagai cara.
Mungkin juga bisa diberi lahan yang cukup untuk parkir, agar tidak banyak parkir-parkir liar
yang mana juga akan mengganggu sirkulasi yang ada (kemacetan).
Selain itu, pada pedestrian ways juga bisa diberi fasilitas penunjang yang ada seperti
tempat duduk, tempat sampah, jalur disabilitas, dll. Yang mana dengan bagusnya dan
efektifnya pedestrian ways ini akan berdampak juga kepada sirkulasi dari kawasan ini dan
juga image bisnis pada kawasan ini.
Penempatan signage pada kawasan ini juga perlu dibenahi, seperti penempatan yang
bisa terlihat dari berbagai sisi, ukuran, dll. Dimana lagi-lagi dengan penyelesaian ini gagasan
utama dan juga image bisnis yang sudah dimiliki kawasan ini bisa terjaga dan meningkat
lebih baik.
Dengan gagasan utama ini dan penyelesaian “atribut-atribut” lainnya, maka image
atau citra kawasan ini akan jauh meningkat daripada sebelumnya. Dimana orang-orang akan
lebih mengenal jauh kawasan ini sebagai kawasan ber-image bisnis dan bercitra bisnis.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pengembangan suatu kota, citra kota berperan sebagai pembentuk identitas kota
dan sebagai penambah daya tarik kota.Oleh karena itu, citra kota yang jelas dan kuat akan
memperkuat identitas dan wajah kota sehingga membuat kota tersebut menarik dan memiliki
daya tarik. Kawasan PTC ini merupakan pusat komersial dan perkantoran yang ada di kota
surabaya. Kawasan ini memiliki banyak perkantoran, mall, cafe, dan lain-lain, banyak
perkantoran yang ada di kawasan tersebut membuat banyak kawasan perbelanjaan di Surabaya
yang menjadi tempat refreshing bagi pekerja kantoran dan nongkrong bagi anak-anak muda
Surabaya.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik garis kesimpulan bahwa apabila kawasan yang
mempunyai sejarah pertumbuhan yang didasarkan atas pengaruh aktivitas kehidupan
masyarakat yang bergantung satu sistem nilai yang berkembang sesuai perjalanan sejarah
dengan beberapa kelebihan dan keunikannya yang tidak pernah berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Rafsyanjani, Muhammad Akbar. & Purwantiasning, Ari Widyati. (2019). Study Of The Five
Elements Of City Image Theory Concept Of The Kota Lama Semarang. Jurnal
Arsir Universitas Muhammadiyah Palembang.
Mulyandari, H., & Andi, P. (1960). Pengertian Citra Kota. Jurnal Universitas Atma Jaya.