Pengendalian Aliran: 1. Tujuan
Pengendalian Aliran: 1. Tujuan
PENGENDALIAN ALIRAN
1. TUJUAN
2. LANDASAN TEORI
Dalam praktikum ini sebagai sensor laju alir adalah jenis turbin. Putaran turbin
berbanding lurus dengan laju alir. Sinyal listrik sensor turbin berupa
gelombang balok. Oleh konverter, gelombang balok diubah menjadi sinyal
tegangan 1-5 V (0-100%). Sinyal ini dikirim ke pengendali (komputer). Aksi
pengendali berjenis berkebalikan (reverse acting). Artinya jika laju alir
bertambah besar, sinyal kendali berkurang dan katup kendali lebih menutup
untuk mengurangi laju alir.
Sinyal kendali dari pengendali (komputer) berupa sinyal tegangan 1-5 V,
yang selanjutnya diubah menjadi sinyal arus 4-20 mA. Oleh konverter sinyal
arus diubah menjadi sinyal pneumatik 0,2-1 bar (3-15 psi). Control valve (unit
kendali akhir) adalah jenis pneumatik yang mendapat sinyal pneumatik
tersebut.
Dalam pengendalian aliran ini sebagai PV adalah laju alir, MV adalah aliran
air masuk, SP adalah laju alir yang diinginkan, gangguan adalah laju alir keluar
sistem. Pengendalian laju alir memiliki sifat cepat dan banyak noise khusunya
untuk aliran turbulen.
2
FC
Pengendali aliran
FT
Transmiter aliran
sulit dilakukan dan memakan waktu lama. Cara yang lebih cepat adalah
membuat nilai bias secara otomatis (mode auto) dengan bantuan pengendali PI.
Setelah PV sama dengan SP, maka dihasilkan nilai bias dari hasil integrasi.
3. PERALATAN PERCOBAAN
a) Control Valve
Fungsi :
Mengatur laju aliran air atas perintah pengendali melalui sinyal kendali
(controller output)
Aksi :
Aksi control valve adalah reverse acting air-to-open atau fail-closed
(FC). Arti reverse acting di sini adalah, jika sinyal kendali atau tekanan
udara pneumatic bertambah besar, maka stem (poros) masuk ke dalam.
Arti air-to-open adalah tekanan udara pnemuatik dipakai untuk membuka
valve. Dengan kata lain, jika udara pneumuatik bertambah besar maka
valve membuka.
Konvensi:
Jika stem ke atas maka valve membuka. Dan sebaliknya. Lihat penunjuk
bukaan valve di tangkai (stem).
b) I/P Transducer
Fungsi :
Mengubah sinyal arus (I) menjadi sinyal tekanan udara pneumatik (P).
Aksi :
Aksi I/P Transducer adalah direct acting. Artinya, hubungan antara
sinyal dan tekanan udara adalah berbanding langsung. Dengan kata lain,
jika sinyal kendali bertambah besar, maka sinyal tekanan udara
pneumatic bertambah besar juga.
h) Katup Solenoida
Fungsi :
Membuka dan menutup aliran gangguan dengan memakai tenaga listrik.
Katup ini hanya ada dua posisi, buka dan tutup penuh.
3. PROSEDUR PERCOBAAN
6) Buka penuh kedua katup buang (12A) dan gangguan (12B). Katup 12A dibuka
secara manual dengan memutar ke kiri. Katup 12B dibuka dengan cara klik
katup berwarna merah di layar monitor
7) Tekan tombol START sehingga sistem mulai berjalan dan data tercatat.
9) Tutup katup buang 12B dan atur katup buang (12A) sehingga laju alir (PV)
bernilai 100 L/h atau sesuai tugas dari pembimbing.
10) Tekan tombol PAUSE.
7
Persiapan
1) Pilih Tipe Pengendali P.
Dalam pilihan ini, waktu integral tak berhingga dan waktu derivatif
bernilai nol. Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari Pembimbing.
Bila Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus gunakan nilai yang
PB = 400% (Kc = 0,25) atau berdasar hasil identifikasi sistem proses
dengan memilih salah satu metode.
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 400% (Kc = 0,25). Bila dengan nilai
PB ini terjadi fluktuasi besar pada level, perbesar nilai PB.
2) Pastikan SP (berwarna merah) pada 50 L/h, PV (berwarna hijau) sudah
sama dengan SP dan stabil. Mungkin PV berfluktuasi kecil dan teratur di
sekitar SP. Hal ini karena gangguan pada sistem.
3) Tekan tombol PAUSE.
3) Amati nilai laju alir (PV), apakah bisa mengikuti SP. Perhatikan juga
adakah osilasi nilai laju alir (PV). Bila terjadi fluktuasi terus menerus di
sekitar SP berarti sistem memang tidak bisa mencapai kondisi mantap.
4) Kembalikan setpoint (SP) ke 50 L/h, dan tunggu sampai nilai PV stabil
dan konstan (mungkin ada fluktuasi terus menerus).
5) Tekan tombol STOP. Data percobaan agar diekspor ke EXCEL.
6) Ulangi langkah (1-5) dengan nilai PB sebesar setengah kali PB semula.
Misal semula 400% (Kc = 0,25) ubah menjadi 200% (Kc = 0,25) atau
ditentukan pembimbing
7) Ulangi langkah (1-5) dengan nilai PB sebesar dua kali PB semula. Misal
semula 400% (Kc = 0,25) ubah menjadi 800% (Kc = 0,125).
8) Ulangi langkah (1-5) dengan nilai PB sebesar setengah kali PB semula.
Misal semula 400% (Kc = 0,25) ubah menjadi 800% (Kc = 0,125).
Persiapan
1) Pilih Tipe Pengendali PI.
Dalam pilihan ini, isian proporsional dan integral akan aktif dan derivatif
tidak aktif (bernilai nol). Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari
Pembimbing. Bila Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus
gunakan nilai hasil identifikasi sistem proses dengan memilih salah satu
metode yang ada.
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 400% (Kc = 0,25) dan waktu
integral (Ti) 0,02 menit. Bila dengan nilai ini terjadi fluktuasi besar pada
level, perbesar dua kalinya untuk nolai PB dan TI tetai perkecil
setengahnya untuk nilai Td.
2) Pastikan SP (berwarna merah) pada 50 L/h, PV (berwarna hijau) sudah
sama dengan SP dan stabil. Mungkin PV berfluktuasi kecil dan teratur di
sekitar SP. Hal ini karena gangguan pada sistem.
3) Tekan tombol PAUSE.
10
Persiapan
1) Pilih tipe pengendali PID
Dalam pilihan ini, isian proporsional, integral dan derivatif akan aktif.
Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari Pembimbing. Bila
Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus gunakan nilai PB dan T i
terbaik dari percobaan sebelumnya dan nilai Td setengah dari nilai Ti.
Bisa juga berdasar hasil identifikasi sistem proses yang telah dilakukan.
Pilih salah satu metode Ziegler-Nichols, Cohen-Coon atau IAE. Anda
bebas memilih, kecuali ditentukan oleh Pembimbing.
Bila pembimbing tidak memberi tugas khusus dan juga tidak dilakukan
identifikasi sistem gunakan nilai PB = 400% (Kc = 0,25), waktu integral
(Ti) 0,02 menit dan waktu derivatif (Td) 0,01 menitt Bila dengan nilai ini
11
terjadi fluktuasi besar pada level, perbesar dua kalinya untuk nolai PB
dan TI tetai perkecil setengahnya untuk nilai Td.
2) Pastikan SP (setpoint) pada 50 L/h
3) Tekan tombol START
4) Tunggu sampai PV sama dengan SP dan sudah stabil
3.9 Penyelesaian
1) Matikan peralatan seluruhnya dari sumber listrik.
2) Buka katup buang tangki sehingga kosong.
3) Bersihkan tempat kerja sehingga tidak ada sampah, kertas atau barang
lain berserakan di sekitar peralatan.
4. KESELAMATAN KERJA
Data pengamatan yang diperoleh adalah tabel data selama percobaan yang
tersimpan dalam format EXCEL. Dari percobaan ini beri penjelasan
mengenai respons variabel proses. Berikut yang perlu diperhatikan:
Bagaimana bentuk respons variable proses terhadap perubahan
setpoint, apakah berupa respons: sangat teredam, redaman kritik,
teredam, osilasi kontinyu, atau tak stabil.
Bilamana terjadi respons teredam, berapa nilai overshoot, decay
ratio dan settling-time?
Bagaimana pengaruh parameter pengendali (PB, Ti dan Td) terhadap
respons variabel proses?
5 DAFTAR PUSTAKA