Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PEMBUATAN SIMPLISIA DARI DAUN SEMANGGI


( Marsilea crenata )

Disusun oleh:

FAIZAL RAMADHANI

VI B / 01017062

SEKOLAH TINGGI FARMASI YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL CIREBON

Jl. Perjuangan, Karyamulya, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131, Indonesia
PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA

I. PENDAHULUAN
A. Tujuan Percobaan
Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat berkhasiat tidak
mengalami kerusakan dan dapat disimpan (tahan lama).
B. Dasar Teori

Semanggi adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea


yang di Indonesia mudah ditemukan di pematang sawah atau tepi saluran irigasi.
Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya  yang menyerupai
payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk
daunnya ini, nama "semanggi" dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang
bersusunan daun serupa, seperti klover. Semua anggotanya heterospor : memiliki
dua tipe spora  yang berbeda kelamin. Daun  tumbuhan ini (biasanya M. crenata)
biasa dijadikan bahan makanan yang dikenal sebagaipecel semanggi, khas dari
daerah Surabaya. Organ penyimpan spora (sporokarp) M. drummondii juga
dimanfaatkan oleh penduduk asli Australia (aborigin) sebagai bahan makanan.
Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen  tumbuhan)
yang berpotensi mencegah osteoporesis. Tumbuhan ini juga berpotensi sebagai
tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat  Cd  dan Pb .
Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan
makanan, terutama bila daunnya diambil dari lahan tercemar logam berat. Habitat:
Tumbuh pada tempat yang terkena sinar matahari atau agak rindang pada dataran
rendah hingga ketinggian 3000 m dpl. Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh
bagian tumbuhan. Kandungan kimia: Minyak atsiri; Saponin; Zat samak.
Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat pengecilan hati dengan busung (Liver
cirrhosis dan ascites), batu empedu, infeksi saluran kencing, batuk dan sesak nafas,
sariawan, radang tenggorok, infeksi amandel, infeksi telinga tengah (Tagawa,
1989).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida  
Ordo : Salviniales
Famili : Marsileaceae 
Genus            : Marsilea          
Spesies : Marsilea crenata Presl
Sekitar 35 spesies, diantaranya adalah  M. crenata, M. quadrifolia, M.
drummondli, M. macrocarpa, M. exarata (Singh, 2010).
Deskripsi
Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl. adalah
tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku
flora adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau dalam berkas, menjari
berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang 2-30 cm, anak daun
menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul,
dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk kipas, pada
air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan di sawah, selokan dan
genangan air dangkal. Tanaman semanggi ini terkadang di konsumsi oleh sebagian
orang sebagai lalapan.Adapun beberapa ciri-ciri morfologisnya secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk kecambah. Semanggi merah yang baru tumbuh memiliki bentuk
kotiledon seperti spatula yang panjangnya 6-7 mm dan tidak memiliki serabut.
2. Akar
Semanggi merah memiliki jenis akar tunggang, dengan serabut-serabut akar
yang berada di sekitar akar tunggang tersebut.
3. Batang
Bentuk batangnya agak lemah, tetapi tingginya 8-20 inchi. Cabang batangnya
berwarna kemerah-merahan mengkilat dengan dikelilingi serabut yang berwarna
keputih-putihan.
(Singh, 2010)
Khasiat Semanggi sebagai obat herbal  diantaranya adalah sebagai berikut:
• sebagai penurun panas
• sembuhkan darah tinggi
• sesak nafas dan juga obat untuk tidur mendengkur, serta
• untuk sakit gigi, dapat dijadikan sebagai obat kumur.
Daun semanggi juga memberikan khasiat lebih untuk kesehatan wanita,
karena mengandung isoflavon. Isoflavon merupakan zat aktif yang mengandung
hormone esterogen dari bahan tanaman yang bika dikonsumsi teratur, daun
semanggi akan mengurangi gejala klinis yang muncul sebelum dan saat masuk
tahap menopause serta meningkatkan kualitas tulang hingga terhindar dari
Osteoporosis (Soni, 2010).
Tahap-tahap pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian
tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika
penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yang
dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik
apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa
aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada
saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar. Senyawa aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau
tanaman pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan
umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia
dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari (Wallis,
1960). Semanggi yang sudah diambil dari daerah sawah atau daerah lain
kemudian dikumpulkan dan daun semanggi dipisahkan dari batangnya.

Bagian Cara pengumpulan Kadar Air


Tanaman Simplisia
Kulit Batang Batang utama dan cabang dikelupas < 10%
dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu; untuk kulit batang yang
mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol digunakan alat
pengupas bukan dari logam
Batang Cabang dengan diameter tertentu < 10%
dipotong-potong dengan panjang
tertentu
Kayu Batang atau cabang, dipotong kecil < 10%
setelah kulit dikelupas
Daun Pucuk yang sudah tua atau muda dipetik < 5%
dengan menggunakan tangan satu per
satu
Bunga Kuncup atau bunga mekar, mahkota < 5%
bunga atau daun bunga dipetik dengan
tangan
Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan < 8%
(mengandung daun muda dan bunga)
Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong < 10%
dengan ukuran tertentu
Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong < 8%
melintang dengan ketebalan tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan < 8%
tangan
Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya < 10%
menggunakan tangan, pisau atau
digilasi, biji dikumpulkan dan dicuci
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan < 8%
dicuci
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari < 8%
daun dan akar dengan memotongnya,
kemudian dicuci

(Agoes, 2007).
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus
dibuang (Laksana, 2010). Penyortiran segera dilakukan setelah bahan selesai
dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera
dipisahkan yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen. Dalam proses
sortasi basah, setelah daun semanggi dipisahkan dari batangnya, kotoran-
kotoran seperti tanah yang menempel kemudian dipisahkan.
3. Pencucian
Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih. Pencucian
bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang
menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam
simplisia. Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air,
sumur atau PAM (Laksana, 2010). Penggunaan air perlu diperhatikan. Beberapa
mikroba yang lazim terdapat di air yaitu Pseudomonas, Proteus, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan E.Coli pada simplisia akar, batang,
atau buah. Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil
disikat menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama
karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga
mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari
rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu
dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak
pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama (Agoes,
2007). Setelah proses sortasi basah, dilakukan pencucian pada daun semanggi
dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang masih
menempel.
4. Perajangan
Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas
permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih.
Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat
dari bahan steinles (Laksana, 2010). Dalam perajangan atau pemotongan daun
semanggi dilakukan tanpa pisau, dapat dengan tangan yaitu dengan cara helaian
daun dipetik-petik.
5. Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban
udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu
pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan
dapat dilakukan antara suhu 300-900 C. Pengeringan dilakukan untuk
mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan
sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur.
Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu
dibalik agar panas merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga
praktis, namun juga ada kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat
terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantung
cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan
menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan
reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau
pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat
maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain
memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah
lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada
bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana, 2010). Terdapat
beberapa metode pengeringan yaitu:
 Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak
sensitif terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari
sangat umum untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian tanaman
yang mengandung flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta
beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh cahaya, umumnya tidak
boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung. Kadangkala suatu
simplisia dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi sebagian besar kadar air,
baru kemudian dikeringkan dengan panas atau digantung di dalam ruangan.
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung memiliki
keuntungan yaitu ekonomis. Namun lama pengeringan sangat bergantung
pada kondisi cuaca (Agoes, 2007).
 Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun tidak
lembab
Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap
cahaya matahari. Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan
sirkulasi udara dari ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang proses
pengeringan yang optimal. Pengeringan dengan cara ini memiliki
keuntungan yaitu ekonomis, serta untuk bahan yang tidak tahan panas atau
cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun demikian, pengeringan
dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak
dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan tumbuhnya kapang (Agoes,
2007).
 Pengeringan dengan menggunakan oven
Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan
suhu antara 30°-90°C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada
sumber panas. Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki keuntungan
berupa: waktu yang diperlukan relatif cepat, panas yang diberikan relatif
konstan. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya yang cukup mahal (Agoes,
2007).
 Pengeringan dengan menggunakan oven vakum.
Pengeringan dengan menggunakan oven vakum merupakan cara
pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu yang tinggi
sehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dapat bertahan. Namun
cara ini merupakan cara paling mahal dibandingkan dengan cara pengeringan
yang lain (Agoes, 2007).
 Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini
bagus untuk mempertahankan bentuk bunga atau daun serta menjaga warna
simplisia. Pengeringan dengan cara ini dilakukan dengan mengapit bahan
simplisia dengan menggunakan kertas atau kanvas. Pengeringan ini relatif
ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus, namun untuk kapasitas
produksi skala besar tidak ekonomis (Agoes, 2007).
Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang dilakukan,
proses pengeringan juga harus memperhatikan ketebalan dari simplisia yang
dikeringkan (Agoes, 2007). Proses pengeringan bertujuan untuk
menghilangkan sisa air yang ada pada daun semanggi. Pengeringan dapat
dilakukan dengan cara didiamkan, diangin-anginkan, ataupun dijemur di
bawah sinar matahari.
6. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Laksana,
2010). Proses sortasi kering dilakukan dengan menggunakan oven, daun
semanggi yang telah dikeringkan kemudian dilakukan sortasi hingga benar-
benar kering agar sisa kotoran hilang dan kadar air pada daun semanggi
berkurang atau tidak ada.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Setelah bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan
yang tidak beracun atau tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada
kemasan dicantumkan nama bahan dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan
pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak
rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun
dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar
dari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa
plastik, kertas maupun karung goni. Bahan cair menggunakan botol kaca, atau
guci porselen. Bahan beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau
kertas timah (Laksana, 2010). Setelah melewati semua proses di atas, daun
semanggi yang sudah kering kemudian dikemas dengan menggunakan kantong
kertas atau plastik kemudian disimpan ditempat yang kering.
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan
simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara
lain:
 Cahaya matahari
 Oksigen atau udara
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga
 Kapang
Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan penyimpanan adalah
suhu dan kelembapan udara. Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah
suhu kamar (15° - 30°C). Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat
disimpan pada suhu (5 - 15°C) atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu
dingin (0° - 5°C) (Agoes, 2007).

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau


pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima
harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia
seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope
Indonesia ataupum Materia Medika Indonesia Edisi terakhir (Anonim,1985).

II. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alumunium foil,
tampah, plastik, label/etiket, kertas, timbangan, baskom, saringan, oven, nampan
(loyang alumunium).
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun semanggi,
dan air.

III. PROSEDUR KERJA

BAHAN BAKU

 Dilakukan pengumpulan yang sudah disiapkan


 Ditimbang seksama sebanyak ± 50 gram
 Dicatat beratnya
 Ditempatkan diatas tempat yang terbuat dari bambu
yang datar (tampah atau nampan)

SORTASI BASAH

 Dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-


rumputan, bahan tanaman lain atau bagian tanaman
lain, bagian tanaman yang rusak

SIMPLISIA
 Dilakukan pencucian
 Dilakukan pengubahan bentuk meliputi perajangan
atau pemotongan pada daun semanggi
 Ditempatkan dalam nampan
 Dikeringkan dengan cara yang sesuai berdasarkan
jenis bagian tanaman dan kandungan zat aktifnya
SORTASI KERING

 ditimbang lagi dengan seksama


 Dicatat beratnya
 Dilakukan pengepakan
 Dimasukkan dalam kertas dan ditempat kering
 Ditutup rapat-rapat
 Dibuat laporan hasil kerja praktikum
HASIL

Makroskopik tanaman : Organoleptis : permukaan daun berbulu , berwarna hijau

Daun : bulat membentuk kelopak

Warna : hijau tua

Rasa : pahit

Bau : khas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pencucian Pengeringan

Sortasi kering dengan menggunakan oven

Hasil simplisia semanggi

1. Berat bahan baku awal : 100 gram


2. Suhu yang dibutuhkan pada saat pengeringan : 66,5 0C
3. Waktu yang dibutuhkan pada saat pengeringan : 2 jam 23 menit
4. Berat akhir simplisia kering : 12,5 gram
bobot akhir
Rendemen Daun Semanggi = x 100 %
bobot awal

12,5 gram
= x 100 %
100 gram

= 12,5 %

Hasil makroskopik :

Rasa : tidak berasa

Bau : khas

Bentuk : bentuk daun yang sudah dirajang

Warna : cokelat

V. KESIMPULAN
1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan.
2. Simplisia dibedakan menjadi : simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia
pelikan (mineral).
3. Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pengolahan bahan baku, Sortasi basah, Pencucian, Perajangan, Pengeringan,
Sortasi kering, Pengepakan dan penyimpanan. Kadar air di dalam simplisia
dianjurkan kurang dari 10%.
4. Rendemen simplisia daun semanggi yang diperoleh dalam praktikum adalah
sebesar 15,36 %.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Agoes, Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Laksana, Toga, dkk, 2010, Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia,


UGM, Yogyakarta.

Singh, Pande, dan Jain, 2010, Text Book Of Botany Diversity Of Microbes And
Cryptogams, Gangotri, India.

Soni N K, Soni Vandana, 2010, Fundamentals of Botany, McGraw Hill, New


delhi.
Tagawa .M, Iwatsuki .K, 1989, Flora of Thailand, Tem Smitinand. Flora of
Thailand, Bangkok.

Wallis, T. E. 1960, Textbook of Pharmacognosy 4th Edition, J & A. Churcill,


London.

Anda mungkin juga menyukai