Anda di halaman 1dari 3

Suviana Suwoto Mulyosudarmo_072011233056_DHIK Kelas B_Week 9

Tahapan Pelaksanaan Integrasi Kawasan di Amerika Selatan

Seusai Perang Dingin, Amerika Latin berada dalam tahapan yang sulit bagi suatu negara untuk bertahan.
Jumlah atas suatu produksi barang dan jasa tahunan di Amerika Latin hanya bertumbuh sebesar 1,3 persen.
Tentu pertambahan ini tidak berimbang dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 persen per tahun. Peristiwa
ini mengakibatkan bertumbuhnya tingkat penduduk di bawah garis kemiskinan sebanyak 71 juta dalam kurun
sepulh tahun. Akibatnya, pada masa itu Amerika Latin merupakan kawasan yang paling banyak berhutang di
dunia. Setelah itu, Amerika Latin mulai beradaptasi dengan tuujuan guna melunasi hutang-hutang. Adapun
bentuk penyesuaian yang dilakukan antara lain adalah, mengekspor modal bersih, dan transfer dalam bentuk
ratusan miliar tanpa menambah utang yang ada (Heine, 1999). Perluasan jaringan selalu diupayakan guna
mencapai kesejahteraan bagi masyarakat (Bauman, 2008). Batasan yang menjadi abu-abu pasca Perang Dingin
mendorong Amerika Latin untuk menggunakan kesempatan untuk melakukan regionalisasi.

Pendirian MERCOSUR (Mercado Comun del Sur) pada tahun 1991 merupakan langkah penting untuk
membangun koneksi di kawasan Amerika Selatan. Koneksi dibangun antara integrasi regional dan pelestarian
demokrasi. dari sudut pandang Pengembangan Kelembagaan, Deklarasi Presiden Las Reñas 1992, Deklarasi
Presiden 1996 tentang Kewajiban Demokratis MERCOSUR, Ushuaia protokol 1998 dan Protokol Montevideo
2011. Evolusi Mercosur sejak didirikan pada tahun 1991 melalui perjanjian Asuncion dianalisis dengan teori
integrasi regional, terjadi karena Perkembangannya terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama
(intergovernmentalism) 1991-1999 dan fase kedua (post fungsionalism) 2000-2018. Pada awalnya hingga tahun
1999 Mercosur merupakan blok perdagangan terbesar antar pemerintah. Mercosur telah menjadi jalan penting
untuk berpartisipasi dalam perdagangan dunia. Melalui perspektif politik, Argentina dan Brasil ingin
meningkatkan daya tawar mereka dengan menciptakan blok regional yang akan memiliki kehadiran yang lebih
kuat di pasar global, dengan tingkat otonomi yang lebih besar (Philips, 2002). Sesungguhnya blok kekuatan
dunia merupakan sebuah hambatan bagi negara di Amerika Latin. Perang Dingin yang terjadi antara Ameika
Serikat dan Uni Soviet merupakan suatu bentuk beban bagi Amerika Latin.

Proses Integrasi di kawasan Amerika pada dasarnya berfokus pada perluasan wilayah integrasi di seluruh negara
bagian. Regionalisme di kawasan Amerika Selatan bertujuan untuk meningkatkan kondisi stabilitas setiap
negara. Kerjasama yang bersinergi antara lembaga politik, ekonomi dan sosial membangun negara yang kuat.
Free Trade Area of Americas (FTAA) sebagai konsep pasar bebas dalam negara di benua Amerika yang
didirikan pada tahun 1994, memberikan beberapa dampak bagi evolusi sub-regionalisme. FTAA memberikan
pembentukan pola rancangan sistem regionalisme bagi ekonomi dan politik (Philips, 2003). Proposal FTAA di
dasari oleh Enterprise for the Americas Initiative yang diprakarsai oleh Presiden George Bush pada tahun 1990.
Suviana Suwoto Mulyosudarmo_072011233056_DHIK Kelas B_Week 9

FTTA dijalankan berdasarkan struktur serta pola yang telah di atur, negosiasi awal antara tahun 1998 hingga
2002 menghasilkan ketentuang tentang akses pasar, investasi Tindakan kekayaan intelektual, penyelesaian
sengketa, pengadaan pemerintah, serta jasa. Konsep regionalisme menciptakan kondisi saling ketergantungan
intraregional yang melibatkan institusi maupun negara. Pembentukan FTTA merupakan suatu kerangka kerja
konseptual yang dapat melawan tantangan intelektual baru. Pada dasarnya, proyek regionalisme merupakan
bagian dari strategi liberalisasi ekonomi dan penyesuai proses globalisasi.

Melalui pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa integrasi di kawasan Amerika Latin terjadi
akibat dorongan krisis pasca Perang Dingin. Terpuruknya kawasan Amerika Latin membuat pemerintahan
mencari cara yang solutif untuk bangkit. Kesalahan strategi yang masih terjadi di awal, selalu di evaluasi untuk
hasil yang lebih baik. Situasi pasca Perang Dingin yang lebih ramah atas globalisasi digunakan oleh Amerika
Latin untuk bangkit membangun relasi. Kawasan Amerika Latin percaya bahwa peningkatan relasi akan
memudahkan proses berjalannya pemerintahan. Melalui situasi ini penulis melihat sebuah kelebihan dari
Amerika Latin yang selalu menggunakan kekuatan pola pikir serta strategi untuk membangkitkan
perekonomian. Amerika Latin mulai beradaptasi dengan tuujuan guna melunasi hutang-hutang. Adapun bentuk
penyesuaian yang dilakukan antara lain adalah, mengekspor modal bersih, dan transfer dalam bentuk ratusan
miliar tanpa menambah utang yang ada. Selain itu, integrasi di kawasan Amerika Latin juga melewati hambatan
tertentu dalam tingkat institusionalisasi. Blok kekuatan dunia merupakan sebuah hambatan bagi negara di
Amerika Latin. Perang Dingin yang terjadi antara Ameika Serikat dan Uni Soviet merupakan suatu bentuk
beban bagi Amerika Latin. Lingkungan luar yang terjadi berperan penting pada kondisi kawasan Amerika Latin.

Referensi:

Bauman, Renato. (2008). “Integration in Latin America: Trends and Challenges” dalam Economic
Commission for Latin America and the Caribbean.

Heine, Jorge. (1999). “Latin America: Collective Response to New Realities” in The Third World beyond the
Cold War: Continuity and Change, by Louise Fawcett and Yezid Sayigh (eds). Oxford: Oxford University
Press.
Suviana Suwoto Mulyosudarmo_072011233056_DHIK Kelas B_Week 9

Phillips, Nicola. (2003). “Hemispheric Integration and Subregionalism in the Americas”. International Affairs
79(2): 327-349.

Phillips, Nicola. (2002). “Governance after Financial Crisis: South American Perspectives on the Reformulation
of Regionalism” in New Regionalisms in the Global Political Economy, by Shaun Breslin, Christopher W.
Hughes, Nicola Phillips and Ben Rosamond (eds). London: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai