0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas solusi banjir secara ekologis dan humanis dengan menggunakan pendekatan sistem ekologi dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Pendekatan ekologi melihat masalah banjir sebagai satu kesatuan ruang dengan mempertimbangkan faktor lingkungan. Pendekatan humanis mendorong partisipasi masyarakat dan memberikan alternatif permukiman bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai.
Dokumen tersebut membahas solusi banjir secara ekologis dan humanis dengan menggunakan pendekatan sistem ekologi dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Pendekatan ekologi melihat masalah banjir sebagai satu kesatuan ruang dengan mempertimbangkan faktor lingkungan. Pendekatan humanis mendorong partisipasi masyarakat dan memberikan alternatif permukiman bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai.
Dokumen tersebut membahas solusi banjir secara ekologis dan humanis dengan menggunakan pendekatan sistem ekologi dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Pendekatan ekologi melihat masalah banjir sebagai satu kesatuan ruang dengan mempertimbangkan faktor lingkungan. Pendekatan humanis mendorong partisipasi masyarakat dan memberikan alternatif permukiman bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai.
Banjir sering terjadi di kota-kota besar, namun kejadian seperti ini sudah klasik yang terus berulang, namun selalu dipandang tidak serius dan ditangani secara parsial oleh pemerintah. Pemerintah masih gagap dan tidak mempunyai pola pencegahan dan mitigasi bencana banjir yang mumpuni. Padahal bencana semakin sering terjadi di Tanah Air dan semestinya pemerintah pemerintah belajar dari pengalaman yang telah lalu. Terlebih banjir adalah kategori bencana yang di dominasi oleh faktor kelalaian dan kesalahan manusia, sehingga semestinya bisa diminimalkan dampaknya. Persoalan banjir di daerah-daerah yang rawan akan banjir tidak bisa ditangani secara sepihak dan parsial, namun harus dengan pendekatan sistem ekologis (ekosistem) dan humanis. Pendekatan itu bisa teraplikasi dengan membangun kesepahaman dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Pendekatan ekosistem berarti melihat sebab dan akibat banjir dalam satu kesatuan ruang ekologi dengan menghilangkan sekat administrasi, politik, sosial dan ekonomi. Persoalan kerusakan lingkungan akibat dari tuntutan ekonomi yang dilegitimasi oleh keputusan politik untuk menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah. Era otonomi mendorong semua pemerintahan di daerah untuk berlomba-lomba menggenjot pendapatan setinggi mungkin dengan mengabaikan keseimbangan ekologi. Padahal daerah-daerah tersebut mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting. Wacana untuk menerapkan kebijakan insentif-disinsentif dan kompensasi dari daerah-daerah menjadi sangat relevan untuk segera diterapkan. Kebijakan insentif bertujuan untuk merangsang pihak tertentu untuk melakukan sesuatu yang diinginkan dan disinsentif adalah kebalikannya, yaitu menjauhkan perilaku yang tidak diinginkan. Disinsentif dapat berupa denda, sanksi, maupun hukuman yang bisa menimbulkan efek jera bagi perusak lingkungan, sedangkan kompensasi adalah besaran moneter maupun nonmoneter yang di berikan pada pihak yang telah melestarikan lingkungan sehingga memberikan dampak positif bagi sebagian besar masyarakat. Jika daerah-daerah tersebut bersedia atau diharuskan untuk untuk mengalokasi sekian persen daerahnya sebagai wilayah ekologis, yang berarti akan mengontrol secara ketat pembangunan ekonominya sehingga berdampak pada pendapatan. Insentif dan kompensasi ini harus setara dengan pengorbanan ekonomi dan sosial yang telah dilakukan oleh daerah tertentu agar memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakatnya. Pendekatan ekosistem harus sejalan dengan pendekatan humanis. Kebijakan insentif dan kompensasi adalah juga salah satu manifestasi dari pendekatan yang humanis. Insentif dan kompensasi adalah upaya untuk membuat kesejahteraan masyarakat di hulu meningkat dengan tidak melihat upaya melestarikan lingkungan sebagai sebuah paksaan. Isu lain, masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dianggap sebagai salah satu penyebab meluapnya air karena terjadi penyempitan alur sungai. Mereka yang tinggal di bantaran bukanlah sebuah pilihan, namun karena kemiskinan. Relokasi mereka dari bantaran sungai harus diikuti dengan pemberian alternatif permukiman yang permanen, murah dan sehat. Hal ini juga terkaitdengan isu ketidakadilan, dimana mereka yang kaya dapat dengan mudah menguasai tanah dan mengubah tata ruang, sedangkan yang miskin selalu disalahkan oleh pemerintah. Pendekatan humanis juga akan mendorong partisipasi publik dalam kebijakan penanganan banjir tidak mengenal strata sosial, ekonomi,dan politik. Kejadian banjir kali ini menegaskan bahwa semua kalangan menjadikan banjir sebagai ancaman bersama dan melestarikan lingkungan adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.