Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhamad Asad Gani

Prodi : Teknik Sipil

Solusi Banjir Secara Ekologis dan Humanis


Banjir sering terjadi di kota-kota besar, namun kejadian seperti ini sudah klasik
yang terus berulang, namun selalu dipandang tidak serius dan ditangani secara
parsial oleh pemerintah. Pemerintah masih gagap dan tidak mempunyai pola
pencegahan dan mitigasi bencana banjir yang mumpuni. Padahal bencana semakin
sering terjadi di Tanah Air dan semestinya pemerintah pemerintah belajar dari
pengalaman yang telah lalu. Terlebih banjir adalah kategori bencana yang di
dominasi oleh faktor kelalaian dan kesalahan manusia, sehingga semestinya bisa
diminimalkan dampaknya.
Persoalan banjir di daerah-daerah yang rawan akan banjir tidak bisa ditangani
secara sepihak dan parsial, namun harus dengan pendekatan sistem ekologis
(ekosistem) dan humanis. Pendekatan itu bisa teraplikasi dengan membangun
kesepahaman dan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah.
Pendekatan ekosistem berarti melihat sebab dan akibat banjir dalam satu kesatuan
ruang ekologi dengan menghilangkan sekat administrasi, politik, sosial dan
ekonomi.
Persoalan kerusakan lingkungan akibat dari tuntutan ekonomi yang dilegitimasi
oleh keputusan politik untuk menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah. Era
otonomi mendorong semua pemerintahan di daerah untuk berlomba-lomba
menggenjot pendapatan setinggi mungkin dengan mengabaikan keseimbangan
ekologi. Padahal daerah-daerah tersebut mempunyai fungsi ekologis yang sangat
penting. Wacana untuk menerapkan kebijakan insentif-disinsentif dan kompensasi
dari daerah-daerah menjadi sangat relevan untuk segera diterapkan.
Kebijakan insentif bertujuan untuk merangsang pihak tertentu untuk melakukan
sesuatu yang diinginkan dan disinsentif adalah kebalikannya, yaitu menjauhkan
perilaku yang tidak diinginkan. Disinsentif dapat berupa denda, sanksi, maupun
hukuman yang bisa menimbulkan efek jera bagi perusak lingkungan, sedangkan
kompensasi adalah besaran moneter maupun nonmoneter yang di berikan pada
pihak yang telah melestarikan lingkungan sehingga memberikan dampak positif
bagi sebagian besar masyarakat.
Jika daerah-daerah tersebut bersedia atau diharuskan untuk untuk mengalokasi
sekian persen daerahnya sebagai wilayah ekologis, yang berarti akan mengontrol
secara ketat pembangunan ekonominya sehingga berdampak pada pendapatan.
Insentif dan kompensasi ini harus setara dengan pengorbanan ekonomi dan sosial
yang telah dilakukan oleh daerah tertentu agar memenuhi kebutuhan dasar bagi
masyarakatnya.
Pendekatan ekosistem harus sejalan dengan pendekatan humanis. Kebijakan
insentif dan kompensasi adalah juga salah satu manifestasi dari pendekatan yang
humanis. Insentif dan kompensasi adalah upaya untuk membuat kesejahteraan
masyarakat di hulu meningkat dengan tidak melihat upaya melestarikan
lingkungan sebagai sebuah paksaan.
Isu lain, masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dianggap sebagai salah satu
penyebab meluapnya air karena terjadi penyempitan alur sungai. Mereka yang
tinggal di bantaran bukanlah sebuah pilihan, namun karena kemiskinan. Relokasi
mereka dari bantaran sungai harus diikuti dengan pemberian alternatif
permukiman yang permanen, murah dan sehat. Hal ini juga terkaitdengan isu
ketidakadilan, dimana mereka yang kaya dapat dengan mudah menguasai tanah
dan mengubah tata ruang, sedangkan yang miskin selalu disalahkan oleh
pemerintah.
Pendekatan humanis juga akan mendorong partisipasi publik dalam kebijakan
penanganan banjir tidak mengenal strata sosial, ekonomi,dan politik. Kejadian
banjir kali ini menegaskan bahwa semua kalangan menjadikan banjir sebagai
ancaman bersama dan melestarikan lingkungan adalah sebuah tuntutan yang tidak
bisa ditunda-tunda lagi.

Anda mungkin juga menyukai