Anda di halaman 1dari 4

BAB IPENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang

berkarakteristikan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, ataupun keduanya. Di sebagian negara barat, lebih dari 90%

DM terutama pada anak dan remaja adalah DM tipe 1. DM tipe 1 disebabkan

oleh kerusakan sel B pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik

sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Komplikasi yang paling

sering terjadi adalah ketoasidosis diabetikum (KAD). Ketoasidosis

diabetikum terjadi akibat defisiensi insulin yang beredar dan kombinasi

peningkatan hormon-hormon kontra regulator yaitu katekolamin, glukagon,

kortisol, dan hormon pertumbuhan (Riduan dan Mustofa, 2017).

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan

oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air,

kalium, amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia,

ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan

pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai

koma. KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan

membutuhkan pengelolaan gawat darurat (Tarwoto,2012).

1
2

Pasien dengan KAD sering di jumpai dengan penurunan kesadaran,

bahkan koma (10% kasus). Beberapa faktor yang dapat berperan dalam

terjadinya KAD yaitu diabetes mellitus yang tidak terkontrol, infeksi dan

riwayat stroke (Tarwoto, 2012).

Penatalaksanaan KAD bersifat multi faktorial sehingga memerlukan

pendekatan terstruktur oleh dokter dan paramedis yang bertugas. Terdapat

banyak sekali pedoman pelaksanaan KAD pada literatur kedokteran dan

hendaknya semua itu tidak diikuti secara ketat sekali disesuaikan dengan

kondisi pasien. Dalam pelaksanaan KAD setiap rumah sakit hendaknya

memiliki pedoman atau disebut sebagai integrated care pathway. Pedoman

ini harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam rangka mencapai tujuan

terapi. Studi akhir menunjukkan sebuah integrated care pathway dapat

memperbaiki hasil akhir penatalaksanaan KAD secara signifikan (ADA,

2018).

Terapi insulin merupakan salah satu penatalaksanaan pada kegawatan

KAD. Insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD dan

rehidrasi yang memadai (Soewondo, 2006). Pemberian insulin akan

menurunkan kadar hormon glukagon, sehingga menekan produksi benda

keton di hati, pelepasan asam lemak bebas dari jaringan otot meningkat

utisasi glukosa oleh jaringan (Wisman, 2007).

Keberhasilan penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksi dehidrasi,

hiperglikemia, asidosis dan kelainan elektrolit, identifikasi faktor presipitasi


3

komorbid, dan yang penting adalah pemantauan adanya perubahan

hemodinamika tubuh pasien secara terus menerus (ADA, 2018)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan pasien DM dengan Ketoasidosis Metabolik di IGD RSUD

Tugurejo Semarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan rumusan masalah yang

diangkat adalah “Bagaimana pengelolaan pasien DM dengan Ketoasidosis di

IGD RSUD Tugurejo Semarang?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menggambarkan penatalaksanaan kegawatan pada pasien DM

dengan Ketoasidosis Metabolik di IGD RSUD Tugurejo Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien DM dengan kegawatan

Ketoasidosis Metabolik

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien DM dengan

Kegawatan Ketoasidosis Metabolik

c. Memaparkan hasil intervensi pada pasien DM dengan Ketoasidosis

Metabolik
4

d. Memaparkan hasil implementasi pada pasien DM dengan

Ketoasidosis Metabolik

e. Memaparkan penatalaksanaan manajemen kegawatan pada pasien DM

dengan Ketoasidosis Metabolik

f. Memaparkan hasil evaluasi pada pasien DM dengan Ketoasidosis

Metabolik

D. Manfaat

1. Bagi Responden

Terlaksananya penatalaksaan kegawatan pada ketoasidosis metabolik

sesuai ilmu pengetahuan dan kondisi responden

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khusunya perawat

dalam melakukan monitoring pada pasien dengan kegawatan

Ketoasidosis Metabolik

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah pengetahuan dan informasi ilmiah mengenai

penatalaksanaan kegawatan pada pasien Ketoasidosi Metabolik

Anda mungkin juga menyukai