TEORI
KOMUNIKASI
10
Ilmu Komunikasi Penyiaran MK A. Sulhardi, S. Sos, M,Si
Abstract Kompetensi
Budaya organisasi atau budaya perusahaan Mengembangkan pemahaman
adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan terhadap bagaimana suatu budaya
asumsi yang merupakan bentuk bagaimana komunikasi dalam suatu organisasi
orang-orang dalam organisasi berperilaku mempengaruhi kinerja suatu
dan melakukan sesuatu hal yang bisa organisasi.
dilakukan. anda, kapan kita membiarkan adanya
perbedaan, dan persatuan dan bagaimana
komunikasi dalam sebuah hubungan Teori
hubungan membantu kita untuk menghadirkan
diri secara autentik dalam sebuah hubungan,
sehingga orang lain berlaku sama pada anda,
kapan kita membiarkan adanya perbedaan, dan
persatuan dan bagaimana komunikasi dalam
sebuah hubunganhubungan membantu kita
untuk menghadirkan diri secara autentik dalam
sebuah hubungan, sehingga orang lain berlaku
sama pada anda, kapan kita membiarkan adanya
perbedaan, dan persatuan dan bagaimana
TEORI BUDAYA ORGANISASI
Apa pentingnya mempelajari budaya organisasi? Ada beberapa alasan. Salah satunya
adalah budaya yang lebih luas memberikan pengaruh kuat pada struktur dan fungsi
organisasi. Para peneliti organisasi sudah lama melihat setiap organisasi memiliki budaya
yang berbeda satu dengan lainnya meskipun mereka menjalankan fungsi yang sama.
Satu organisasi dibandingkan organisasi lainnya bisa saja lebih otoritarian atau demokratis;
sangat terikat peraturan atau informal; inovatif atau menolak perubahan; bisa menerima
keragaman atau anti-keragaman; atau bisa membawa atmosfer yang bersahabat atau tidak
bersahabat.
Amitai Etzioni melihat budaya organisasi dari teknik kontrol. Beberapa organisasi, seperti
penjara dan rumah sakit jiwa misalnya, menggunakan sanksi fisik atau pemaksaan untuk
mengontrol anggotanya. Sebagian organisasi lainnya, misalnya organisasi bisnis,
menggunakan material atau asas manfaat sebagai insentif untuk membujuk atau
mendorong anggotanya berperilaku sesuai keinginan organisasi itu. Organisasi lainnya,
seperti gereja atau partai politik, menggunakan kontrol normatif atau berdasarkan norma-
norma, seperti idealisme tinggi.
William Ouchi belajar dari pengalaman Jepang menyimpulkan lebih murah mengontrol orang
melalui pergaulan dan norma-norma daripada insentif materi atau peraturan ketat birokratis.
Perspektif perbedaan melihat tidak ada konsensus di tingkat organisasi, yang ada hanya
konsensus di tingkat subkultur dan pandangan ini cenderung menekankan bagaimana
kelompok bawahan melihat organisasi untuk membedakan dengan pandangan integrasi.
Perspektif ini sering digunakan untuk meneliti konflik dan keengganan yang tidak muncul
dalam retorika manajemen atau penelitian organisasi yang menekankan kerja tim, harmoni,
dan kerja sama.
Kultur organisasi bisa terdiri dari sub-kultur. Kultur di bagian keuangan berbeda dengan
kultur di bagian penjualan, misalnya. Bagian keuangan biasa bekerja dari pukul 09.00
sampai 17.00 sore dan akan sangat jarang sekali keluar kantor. Bagian penjualan akan lebih
banyak ke luar kantor dan waktu kerjanya tidak harus 9 s/d 5.
Budaya dan/atau kebudayaan yang hanya terdapat dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial dan/atau makhluk budaya. Dengan kata lain kebudayaan hanya terdapat
dalam kehidupan sosial atau kehidupan bersama dalam kebersamaan yang disebut
masyarakat. Dalam kenya-taannya tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada
kebudayaan diluar sebuah masyarakat. Sehubungan dengan itu Edgar Schein dalam Fred
Luthans (2006:124) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah: Pola asumsi dasar
diciptakan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat mereka menyesuaikan diri
dengan masalah-masalah eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja cukup baik
serta dianggap berharga, dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang
benar untuk menyadari, berpikir dan merasakan hubungan dengan masalah tersebut.
Pengertian di atas menekankan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan aspek subjektif
dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi. Hal ini dapat
memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi semua kegiatan
bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Namun, kebudayaan dapat menjadi pengaruh
yang signifikan pada perilaku seseorang. Berikut adalah beberapa pengertian dari budaya
organisasi:
1. Budaya organisasi mengacu pada hubungan yang unik dari norma-norma, nilai-nilai,
kepercayaan dan cara berperilaku yang menjadi ciri bagaimana kelompok dan
individu dalam menyelesaikan sesuatu.
2. Budaya merupakan sistem aturan informal yang menjelaskan bagaimana seseorang
berperilaku dalam sebagian besar waktunya.
3. Budaya Organisasi adalah sebuah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan
atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan dalam
berperilaku dalam organisasi. Dimana akan diturunkan kepada anggota baru sebagai
cara bagaimana melihat, berpikir, dan merasa dalam organisasi.
4. Budaya adalah keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dipegang dan ada dalam sebuah
organisasi.
Budaya itu sulit untuk didefinisikan karena memiliki struktur yang multidimensi dengan
komponen yang berbeda pada setiap tingkat. Budaya juga bersifat dinamis dan selalu
berubah dan menjadi relatif stabil pada jangka waktu yang singkat. Perlu waktu dalam
merubah suatu budaya terutama dalam budaya organisasi.
Budaya merupakan alat perekat sosial dan menghasilkan kedekatan, sehingga dapat
memperkecil diferensiasi dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi juga memberikan
makna bersama sebagai dasar dalam berkomunikasi dan memberikan rasa saling
pengertian. Jika fungsi budaya ini tidak dilakukan dengan baik, maka budaya secara
signifikan dapat mengurangi efisiensi organisasi.
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi yaitu:
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi perilaku
yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau bahkan konflik.
Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada
awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk
membedakan budaya organisasi, menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer
yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:
3. Orientasi hasil
4. Orientasi Orang.
5. Orientasi Tim.
6. Keagresifan.
7. Kemantapan.
Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi,
yang meliputi:
Aturan-aturan perilaku
Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.
Norma
Adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh
di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial, norma adat, dll.
Nilai-nilai dominan
Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota,
misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan
efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
Filosofi
Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan dan
pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
Peraturan-peraturanAdalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
Iklim Organisasi
Adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota
berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri dalam
berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
Maskulin vs feminim
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi,
kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan
kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
Individu vs kebersamaan
Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu dianjurkan
untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti kecenderungan dimana
individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya melindungi mereka
sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
Jarak kekuasaan
Adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam
lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Nilai
Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati
secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara
dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis
kandungan artefak seperti dokumen.
Dari uraian di atas dapat dikatan bahwa budaya perusahaan pada dasarnya mewakili
norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang
berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih didominasi oleh pendiri,
misalnya, maka budayanya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan-
harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh
seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini
budaya juga akan berperan untuk mengkomunikasikan harapan-harapan manajer senior itu.
Peran penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah sebagai berikut:
Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja. Dapat dipakai untuk
mengembangkan ikatan pribadi dengan perusahaan. Membantu stabilisasi perusahaan
sebagai suatu sistem sosial. Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma
perilaku yang sudah terbentuk. Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya
organisasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan
kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri. Kelompok inti memulai
serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan
jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan. Orang-orang lain dibawa ke dalam
organisasi untuk berkarya bersama- sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai
Sumber internet
http://weblogask.blogspot.com/2012/06/pengertian-budaya-organisasi.html#ixzz22AZq34vs
http://mshohib.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Budaya-Organisasi.pdf