BIDANG KEGIATAN :
Di usulkan oleh :
Muhammad Irfan Maulana; C100210256; (2021)
Briliant Ananda Putra; C100210280; (2021) Nur
Aisyah Pungky Rahmawati; C100200354; (2020)
Menyetujui
Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana Kegiatan
Irfan Maulana
C100210256
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan keinginan dalam
hukum agar menjadi kenyataan dan ditaati oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia semakin
hari makin mendambakan tegaknya hukum yang berwibawa, untuk memenuhi rasa keadilan
dan ketenteraman yang menyejukkan hati. Penegakan hukum dapat di rumuskan sebagai usaha
melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar tidak terjadi
pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan hukum yang di langgar itu supaya di
tegakkan kembali. Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya
perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and
freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang Berhubungan dengan kesejahteraan
anak. (Waluyadi, 2009: 1) Menurut Soejono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yng terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap
tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. Untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum terhadap kejahatan di
Indonesia merujuk pada pendekatan norma hukum yang bersifat menghukum sehingga
memberikan efek jera.
Tanpa perasaan tentram maka hasil-hasil pembangunan negara yang menyangkut
berbagai permasalahan akan terasa ada hambatan untuk mencapai kemajuan yang maksimal
karena itu untuk menegakkan hukum dan menjaga ketenteramannya diperlukan organ yang
disebut Penegak Hukum. Penegak Hukum sangat diharapkan untuk menegakkan hukum
dengan setegak-tegaknya meski di luar ketentuan yang telah di atur di dalam pasal-pasal
hukum pidana. Maka dari itu untuk memberikan perlindungan hukum khususnya terhadap anak
dari berbagai bentuk kekerasan seksual dibutuhkan penegak hukum yang berani mendobrak
positivisme hukum dan cara berpikir yang dogmatis.
Sangat penting untuk diketahui, bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap anak
memiliki cakupan yang sangat luas, antara lain : perkosaan, sodomi, seks oral, sexual gesture
(serangan seksual secara visual termasuk eksibisionlisme), sexual remark (serangan seksual
secara verbal), pelecehan seksual, pelacuran anak dan sunat klentit pada anak perempuan.
4
Dengan demikian, penegak hukum, sebagai representasi dari negara, harus jeli benar
memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap anak yang secara de facto ada di
kehidupan masyarakat. Kejelian para penegak hukum dalam memahami bentuk-bentuk
kekerasan seksual terhadap anak sangat dibutuhkan demi kepentingan memberikan
perlindungan anak dari kekerasan seksual secara menyeluruh dan maksimal.1 Sehubungan
dengan hal tersebut maka sudah seyogianya masyarakat Indonesia mendapatkan pelindungan
terhadap keselamatan dan keamanan yang secara nyata dalam aspek kehidupan.
Masalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa di Indonesia , khususnya
terhadap anak perlu mendapat perhatian lebih intensif dan serius lagi. Hal ini mengingat,
terdapat kecenderungan bahwa korban anak sering terabaikan oleh lembaga-lembaga kompeten
dalam sistem peradilan pidana, yang seharusnya memberikan perhatian dan perlindungan yang
cukup berdasarkan hukum. Hal tersebut tidak seharusnya terjadi, sebab bagaimanapun korban
tetap punya hak untuk diperlakukan adil, dan dilindungi hak-haknya.2 Kekerasan seksual yang
dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dapat terjadi dimana saja, bisa di dalam rumah,
bisa terjadi diluar rumah, bisa di jalan dan bisa di sekolah. Dengan kata lain, kekerasan seksual,
hari ini, mengintai anak di mana pun anak berada. Anak dalam keadaan bahaya.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka hal yang muncul di benak setiap orang tua
adalah bagaimana caranya melindungi anak dari ancaman kekerasan seksual, darimana asal
datangnya ancaman, apa tindakan yang seharusnya diambil apabila anak menjadi korban
kekerasan seksual. Sesuai dengan Pasal 20 Undang-Undang No.23 Tahun 2002 yaitu “Negara,
Pemerintah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap perlindungan terhadap anak.” Perkataan ini tentunya ditujukan agar adanya kontrol
kolektif dalam keterlibatan setiap pihak dalam memberikan perlindungan terhadap anak hal ini
seharusnya bisa mencegah munculnya kekerasan seksual terhadap anak. Namun nyatanya
meski telah 12 tahun Undang-Undang diberlakukan masih saja marak kekerasan seksual
terhadap anak. Anak seharusnya mendapatkan perlindungan dan rasa aman dari orang-orang
dewasa disekitarnya bukan malah menjadi korban keganasan nafsu dari orang dewasa.
Dalam hal ini seharusnya memelihara kelangsungan hidup anak adalah tanggung jawab
utama dari orang tua, yang tidak boleh diabaikan, orang tua wajib memelihara dan mendidik
anak-anak yang belum dewasa sampai anak-anak yang bersangkutan dewasa atau dapat berdiri
sendiri. Orangtua merupakan yang pertamatama bertanggung jawab atas terwujudnya
5
kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani dan sosial. Karena pada hakikatnya anak tidak
dapat melindungi dirinya sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian
mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Anak harus dibantu
oleh orang lain dalam menjalani kehidupannya.
Anak sudah sepatutnya mendapat perlindungan dari orang-orang dewasa di sekitarnya
bukan malah menjadi korban dari tindak kejahatan orang dewasa. Salah satu perbuatan yang
dilarang oleh Hukum pidana adalah pencabulan. Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP)
menggolongkan tindak pidana pencabulan ke dalam tindak pidana kesusilaan. KUHP belum
mendefenisikan dengan jelas maksud dari pencabulan itu sendiri dan terkesan mencampur
adukkan pengertiannya dengan perkosaan atau persetubuhan.
Pencabulan merupakan salah satu dari kejahatan seksual yang diakibatkan dari adanya
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat kita. Pencabulan adalah jenis kejahatan yang
berdampak sangat buruk terutama pada korbannya, sebab percabulan akan melanggar hak asasi
manusia serta dapat merusak martabat kemanusiaan, khususnya terhadap jiwa, akal, dan
keturunan. Kasus-kasus tindak pidana pencabulan saat ini marak terdengar terjadi di Indonesia,
korban dalam kejahatan ini sering kali adalah anak-anak
1.5 Luaran
Luaran yang diharapkan dari PKM – RSH ini yaitu agar terbit jurnal yang
6
terakreditasitingkat nasional dan dapat dipresentasikan di seminar nasional yang membahas
tentang penegakan hukum terhadap anak usia dini di Indonesia
7
BAB 2
TINJAUAN
2. Penelitian kedua dilakukan oleh Ratna Artha Windari (2011), yang berjudul
“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA”.
Penelitian ini mengkaji tentang perlindungan anak terhadap hukum. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, mengkaji tentang penegakan hukum
anak usia dini dalam perspektif hukum pidana.
8
2.2 Kajian Teori
1. Pengertian Penegakan Hukum
9
c. Masyarakat memerlukan pula perlindungan terhadap penyalahgunaan sanksi atau
reaksi dari penegak hukum maupun warga masyarakat pada umumnya. Wajar pula
apabila penegakan hukum pidana harus mencegah terjadinya perlakuan atau tindakan
yang sewenang-wenang di luar hukum.
2. Tindak Pidana
Istilah Tindak Tidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”, di dalam KUHP
tidak terdapat penjelasan mengenai apa yang sebenarnya dimaksud dengan strafbaar feit.
Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni
kata delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut : “Delik
adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran
terhadap undang-undang tindak pidana”. Istilah perbuatan pidana diambil dari frasa
criminal act dalam bahasa inggris. Dalam bahasa Belanda selain digunakan istilah delict,
digunakan juga istilah strafbaar feit. Sementara itu, istilah yang digunakan dalam bahasa
inggris adalah crime atau offence.
Secara literlijk, kata “straf” artinya pidana, “baar” artinya dapat atau boleh dan feit
secara utuh, ternyata straf diterjemahkan juga dengan kata hukum. Padahal sudah lazim
hukum itu adalah terjemahan dari kata recht, seolah-olah arti straf sama dengan recht,
yang sebenarnya tidak demikian halnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tindak
pidana adalah dirumuskan dalam undang-undang, antara lain KUHP.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
10
Menurut Sutterland, Cressey: Criminology is the body of knowledge regarding crime
as a social phenomenom. Dalam hal ini, kriminologi merupakan batang tubuh ilmu
pengetahuan yang mengandung pengertian kejahatan sebagai suatu fenomena sosial.
Fenomena ini tergambar di dalam penegakan hukum yang dilakukan oleh aparatur
penegak hukum di mana dalam praktek masih rendahnya komitmen aparatur penegak
2.Syarat untuk menjatuhkan pidana atau kapan atau dalam hal apa seseorang
yang telah melakukan perbuatan yang dilarang dapat dipidana
3. Ketentuan tentang pidana
b. Hukum Pidana Formil, merupakan hukum acara pidana atau suatu proses atau
prosedur untuk melakukan segala tindakan manakala hukum pidana materiil
akan, sedang dan atau sudah dilanggar.
11
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisa diskriptif.
Secara sederhana, penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran yang mendalam
dengancara menafsirkan fenomena.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif terhadap norma hukum
positif berupa peraturan perundang - undangan.
12
9) Keputusan presiden RI Nomor 36 Tahun 1990 tentang
pengesahan
Convention On The Right of The Child (Konvensi Hak-Hak Anak)
10) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun
2016 Tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindunga Anak yang telah dirubah dan ditetapkan menjadi Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2016
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku,catatan,bukti yang telah
ada,atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara
umum. Data sekunder merupakan data utama dalam penelitian Pustaka.
13
memberantasnya merupakan persoalan yang tiada hentinya diperdebatkan untuk
mendapatkan jalan keluarnya. Korban kejahatan tidak hanya terjadi kepada orang
dewasa tetapi dapat juga terjadi kepada anak dibawah umur
14
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Anggaran Biaya
Tabel 4.1.1 Rancangan Anggaran Biaya
Besaran
No. Jenis Pengeluaran Sumber Dana
Dana (Rp)
Belmawa 500.000
Perguruan Tinggi 500.000
1. Perlengkapan yang diperlukan
Instansi lain (jika -
ada)
Belmawa 1.000.000
Bahan habis pakai Perguruan Tinggi 500.000
2
Instansi Lain (jika -
ada)
Belmawa 1.000.000
Perjalanan Perguruan Tinggi 500.000
3
Instansi Lain (jika -
ada)
Belmawa 1.500.000
Lain – Lain Perguruan Tinggi 500.000
4
Instansi Lain (jika -
ada)
JUMLAH 4.000.000
Belmawa 4.000.000
Perguruan Tinggi 2.000.000
Rekap Sumber Dana Instansi Lain (jika -
ada)
JUMLAH 6.000.000
15
Jadwal Kegiatan
Tabel 4.1.2 Jadwal Kegiatan
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Penanggung
No. Jenis
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Jawab
1. Kegiatan 1
TAHAP PERSIAPAN
Muhammad
PENYUSUNAN LAPORAN
Irfan
MENYUSUN INSTRUMEN Maulana
2. Kegiatan 2
TAHAP PELAKSANAAN
PENGUMPULAN DATA Brilliant
ANALISIS DATA Ananda
PERUMUSAN HASIL PENELITIAN Putra
3. Kegiatan 3
TAHAP PENYELESAIAN
PENYELESAIAN KERANGKA
LAPORAN Nur Aisyah
Pungky
PENULISAN LAPORAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Didik Endro Purwoleksono. 2016. Hukum Pidana. Surabaya: Airlangga University Press
(AUP)
Artikel dan Jurnal :
Hartati, S. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.
International Law Making. (2006). Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Jurnal Hukum
Internasional, 4(1).
Nashriana. (2005). Perlindungan Hukum bagi Anak di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nihayah, E. S., & Legowo, M. (2016). Ekploitasi Anak Jalanan (Studi Kasus pada Anak Jalanan di
Surabaya). Paradigma, 4(1). Prints, D. (1997). Hukum Anak Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Said, M. F. (2018). Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Perspektif Hak Asasi Manusia.
JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), 141. Sudrajat, T. (2011). Perlindungan Hukum terhadap Hak
Anak sebagai Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia. Kanun:
Jurnal Ilmu Hukum, 13(54), 111–132.
Sukamti, E. R., & dkk. (2010). Bermain dan Kreativitas sebagai Fondasi bagi Tumbuh Kembang
Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIK UNY. Usman, H., & Nacorowi, N. D. (2004). Pekerjaan Anak di
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Wahid, A., & Irfan, M. (2001). Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Seksual. Bandung: PT.
Refika Aditama
Makalah :
Fajar Triyono. 2008. “ Pelecehan Seksual Antar Anak Dalam Perspektif Hukum Pidana
Indonesia“. Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Renal M Sinaga. 2016 “ Tindak Pidana Pelecehan Seksual Yang Dilakukan Oleh Anak
DalamPerspektif Kriminologi “
17
Peraturan PerUndang – Undangan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
KUHP, UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan UU No. 23 Tahun 2002
TentangPerlindungan Anak.
18
LAMPIRAN – LAMPIRAN
A. Identitas Diri
C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir ( dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1.
2.
3.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secaara hukum. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan saya sanggup menerima sanksi.
A. Identitas Diri
C. penghargaan dalam 10 tahun terakhir ( dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1.
2.
3.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secaara hukum. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya
buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu persyarakatan dalam pengajuan proposal
PKM penelitian.
20
A. Identitas Diri
6. E-mail
7. No Telpon
C. penghargaan dalam 10 tahun terakhir ( dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secaara hukum. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya
buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu persyarakatan dalam pengajuan proposal
PKM penelitian.
Surakarta, Juni 2022
Anggota
21
Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap
2. Jenis Kelamin
3. Program Studi
4. Nim
5. Tempat, Tanggal Lahir
6. E-mail
7. No Telpon
C. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir ( dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No. Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
1.
2.
3.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secaara hukum. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya
buat dengan sebenarnnya untuk memenuhi salah satu persyarakatan dalam pengajuan proposal
PKM penelitian.
Surakarta, Juni 2022
Dosen Pendamping
Lampiran 2. Justifikasi anggaran
23
Lampiran 3. susunan organisasi tim dan pembagian tugas
24
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM – RSH saya dengan judul “PROBLEMATIKA
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANAK USIA DINI DI INDONESIA”
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2022 adalah asli karya kami dan belum pernah dibiayai
oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh
biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar – benarnya.
Irfan Maulana
C100210245
25