Anda di halaman 1dari 3

Fasilitator Tak Hanya Sekedar Di Ranah Perkaderan

Mendengar Kata Fasilitator tentu bukan hal asing lagi di kalangan umum khususnya di Ikatan
Pelajar Muhammadiyah. Dalam perkaderan fasilitator menjadi salah satu kunci utama.
Adapun seperti panitia dan peserta itu merupakan unsur pendukung yang tentunya tidak boleh
ketinggalan.
Kenapa kemudian penulis menyampaikan Fasilitator menjadi kunci utama?
Karena rancangan perkaderan dari pra, pelatihan dan pasca itu semuanya yang merancang
dan mengkonsep adalah Fasilitator, Sedikit berbeda ya kalau di muhammadiyah dan ortom
menggunakan istilah kata Instruktur akan tetapi, pada intinya Fasilitator dan Instruktur secara
garis besar sama-sama untuk mengelola Perkaderan.
Nah kali ini penulis akan menyampaikan 3 point penting terkait fasilitator :

Fasilitator Sebagai Roda Penggerak Keilmuan


Sekarang kita masuk ke point pertama, sebenarnya pada poin ini suatu keharusan yang harus
di miliki semua kader IPM. Tapi Kalau berbicara Fasilitator tentu keilmuan harus lebih di
kedepankan dalam jadi diri fasilitator. Fasilitator harus belajar banyak hal terutama keilmuan-
keilmuan yang berkaitan perkaderan akan tetapi perlu juga memperhatikan keilmuan yang
lainnya. Sudah semestinya fasilitator di IPM mempelajari buku panduan yaitu Sistem
Perkaderan IPM yang biasa kita sebut dengan SPI Kuning atau Berkemajuan.
Nah, pertanyaan sudahkah anda sebagai fasilitator di IPM sampek hari ini membedah buku
tersebut ataupun membacanya saja sampek selesai?
Saya kira rekan-rekan semua sudah ada yang melakukan tetapi belum secara kontinu.
Kemudian juga Fasilitator tak sekedar hanya menghadirkan keilmuan kepada dirinya sendiri
akan tetapi harus bisa menjadi roda penggerak keilmuan kepada para peserta. Dalam segala
lini dan khususnya arena perkaderan fasilitator harus menghadirkan ruang-ruang kelimuan
bagi peserta yang nantinya ruang tersebut itu menjadi wadah kompetisi berdiskusi, tentunya
fasilitator harus menjadi komponen utamanya.
Perlu di garis bawahi dalam Kompetisi berdiskusi tentu sudah mulai perlahan-lahan
mempelajari dan membaca keilmuan-keilmuan yang bermanfaat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11).
Fasilitator Sebagai Fasilitas Kebutuhan Peserta
Terkait dengan kata fasilitas ternyata kalo kita buka lebih general, maknanya tak hanya
sekedar menyiapkan perlengkapan ataupun alat-alat yang berupa barang. Makna fasilitas
diatas yang penulis maksud adalah fasilitas kebutuhan peserta. Ternyata menjadi fasilitator
harus bisa menghadirkan dirinya untuk menjadi fasilitas kebutuhan peserta. Peserta tidak
hanya sekedar membutuhkan ATK ataupun makan dan minum.Namun pada hakekatnya
peserta membutuhkan bagaimana dirinya nanti bisa mengerti dan mengikuti arena perkaderan
secara komprehensif.
So, fasilitator harus terus meriset kebutuhan peserta setiap saat dan dibuat draft ataupun
semacam diagram kebutuhan peserta.
Bagaimana cara riset kebutuhannya?
Maka rekan-rekan fasilitator harus belajar metode analisis seperti Ansos, AI, SOAR atau
boleh juga belajar terkait ilmu psikologi observasi dan ilmu yang berkaitan lainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka
ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”(QS. Ali ‘Imran 3:
Ayat 110).

Fasilitator Sebagai Islam Rahmatan Lil’alamin


Oke, sekarang kita masuk point terakhir yaitu Islam Rahmatan Lil’alamin
Kalo diperhatikan kata-kata tersebut agak sakral ya gaes.
Dalam website muhammadiyah.or.id dalam tulisan yang berjudul “Muhammadiyah
Menerjemahkan Makna Rahmatan Lil Alamin Lewat Amal Usaha”
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir tidak ingin Muhammadiyah mewacanakan
nilai-nilai Islam dalam retorika semata.
“Kenapa Muhammadiyah punya pandangan bahwa ajaran Islam itu harus meliputi dalam
kehidupan? Karena rahmatan lil alamin itu itu kan merupakan area di mana Islam hadir
menjadi sumber kebaikan yang itu tidak di mana-mana, tetapi di alam semesta ini, bukan di
alam gaib, bukan di langit tetapi di alam semesta,” kata Haedar.
“Dan Muhammadiyah sebagai organisasi dan pergerakan Islam tidak ingin bahwa risalah
Islam itu berhenti pada ajaran semata-mata tetapi ajaran ini harus mewujud di dalam
kehidupan,” tambahnya sembari mengingatkan bahwa Allah memberikan tugas pada manusia
untuk menjadi khalifah (pengelola).
Maka penulis menyampaikan bahwa Fasilitator harus menjadi sebagai Islam Rahmatan
Lil’alamin yang berarti Islam Rahmat bagi seluruh semesta alam.
Sesuai dengan judul yang penulis angkat yakni fasilitator tak hanya sekedar di ranah
perkaderan.
Kenapa penulis mengangkat judul ini?
Ternyata seringkali kita menemukan setiap perkaderan fasilitator hanya berfungsi pada ranah
perkaderan saja. Setelah perkaderan berakhir, fasilitator seakan-akan tak punya tugas lagi
terhadap peserta.
Ada hal yang perlu yang di garis bawahi ya terkait Fasilitator tentu harus terus berproses
untuk menjadi islam rahmat bagi seluruh kehidupan alam semesta.
Maka tak hanya sekedar pada ranah perkaderan saja, akan tetapi fasilitator bisa menghadirkan
dirinya untuk bermanfaat bagi segala lini kehidupan yaitu seluruh alam semesta baik dalam
bermasyarakat maupun melestarikan alam.
Nah ini menjadi evaluasi kita bersama-sama khususnya rekan-rekan IPM untuk memajukan
perkaderan menuju lebih baik.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam.”(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)
Closing statement dari penulis adalah semua yang di torehkan hanya segilintir pemikiran
yang kiranya bisa bermanfaat untuk rekan-rekan IPM dalam ranah perkaderan. Adapun
kiranya tidak sepakat ya No Problem.
Pada intinya mari kita terus berfikir bagaimana kita bisa melangsungkan dan memajukan
perkaderan untuk terus berdinamis sesuai dengan tagline muhammadiyah yaitu Unggul dan
Berkemajuan.

Penulis : Noval Sahnitri


(Kader IPM Lampung)

Anda mungkin juga menyukai