Anda di halaman 1dari 3

AWAL PEPERANGAN PERANG 2

Invasi Italia ke Ethiopia (1935)

Artikel utama: Perang Italia-Abisinia Kedua

Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935
sampai Mei 1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno
d'Italia) dan angkatan bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini
berakhir dengan pendudukan militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur
Italia (Africa Orientale Italiana, atau AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga
Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah
negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa ketika negara pertama jelas-jelas
melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.[29]

Perang Saudara Spanyol (1936-39)

Reruntuhan Guernica setelah dibom.


Artikel utama: Perang Saudara Spanyol

Jerman dan Italia memberi dukungan kepada para pemberontak Nasionalis yang dipimpin
Jenderal Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri,
Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet
memakai perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka.
Pengeboman Guernica yang disengaja oleh Legiun Condor Jerman pada April 1937
berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan
bom teror besar-besaran terhadap warga sipil.[30][31]

Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)

Artikel utama: Perang Tiongkok-Jepang Kedua


Sarang senjata mesin Tiongkok pada Pertempuran Shanghai, 1937.

Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Tiongkok Beijing setelah
memulai Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk
menjajah seluruh wilayah Tiongkok.[32] Uni Soviet segera menandatangani pakta non-agresi
dengan Tiongkok untuk memberi dukungan material yang secara efektif mengakhiri kerja
sama Tiongkok dengan Jerman sebelumnya. Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan
pasukan terbaiknya untuk mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur,
Shanghai jatuh. Jepang terus menekan pasukan Tiongkok, mencaplok ibu kota Nanking pada
Desember 1937 dan melakukan Pembantaian Nanking.

Pada bulan Juni 1938, pasukan Tiongkok menghentikan serbuan Jepang dengan membanjiri
Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Tiongkok untuk mempersiapkan
pertahanan di Wuhan, namun kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.[33] Kemenangan
militer Jepang gagal menghentikan pemberontakan Tiongkok yang menjadi tujuan Jepang.
Pemerintahan Tiongkok pindah ke pedalaman di Chongqing dan melanjutkan perang.[34]

Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)

Lihat pula: Nanshin-ron dan Konflik perbatasan Soviet–Jepang

Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di Pertempuran Danau
Khasan. Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri dan
buntu, dan pada tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan perbatasan Jepang-
Mongolia sampai Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan
awal, serangan Jepang di Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan
kekalahan besar pertama Angkatan Darat Kwantung Jepang.[35][36]

Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus
berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang
melawan Tiongkok dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan
Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet
berpengalaman seperti Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam
mempertahankan Moskwa.[37]

Pendudukan Eropa dan perjanjian

Informasi lebih lanjut: Anschluss, Penenangan, Perjanjian Munich, Pendudukan Jerman di


Cekoslowakia dan Pakta Molotov-Ribbentrop
Dari kiri ke kanan (depan): Chamberlain, Daladier, Hitler, Mussolini, dan Ciano sebelum
menandatangani Perjanjian Munich.

Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi
Austria, lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[38]
Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland, wilayah
Cekoslowakia yang didominasi oleh etnis Jerman; dan Prancis dan Britania segera
memberikan wilayah ini ke Jerman melalui Perjanjian Munich, yang dibuat melawan
keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.[39]
Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah
tambahan ke Hongaria dan Polandia.[40] Pada bulan Maret 1939, Jerman menyerbu sisa
Cekoslowakia dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia dan Moravia Jerman dan
negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.[41]

Terkejut, ditambah Hitler menuntut Danzig, Prancis dan Britania Raya menjamin dukungan
mereka terhadap kemerdekaan Polandia; ketika Italia menguasai Albania pada bulan April
1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani.[42] Tidak lama setelah janji
Prancis-Britania kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri
melalui Pakta Baja.[43]

Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop,[44]
sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya
satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan politik," terhadap "cakupan pengaruh"
(antara Polandia dan Lituania untuk Jerman, dan Polandia timur, Finlandia, Estonia, Latvia,
dan Bessarabia untuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang
keberlangsungan kemerdekaan Polandia.[45]

Anda mungkin juga menyukai