Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM KEBIDANAN

PENGGUNAAN ALAT PENGUKUR CERDAS IBU DAN BALITA (ALUR CERITA )

DISUSUN OLEH :

DYAH AYU RESTUWATI


NIM : P07124321047
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELAS ALIH JENJANG B

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Angka kematian Ibu (AKI ) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 KH pada tahun 2007
(SDKI,2007).Namun demikian masih diperlukan upaya untuk mencapai target RPJMN tahun
2005-2025 dan target MDG’s yaitu 102/100.000 KH pada tahun 2025.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.Penyebab langsung kematian ibu
adalah faktor yang berhubungan langsung dengan komplikasi kehamilan,persalinan dan nifas
seperti perdarahan,pre eklamsia/eklamsia,infeksi,persalinan macet dan Abortus.Penyebab tidak
langsung adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU(
Terlalu muda,terlalu tua,terlalu sering melahirkan,terlalu dekat jarak kelahiran maupun yang
mempersulit proses kedaruratan kehamilan,persalinan dan nifas.Permasalahan yang berkaitan
erat dengan masalah Kesehatan ibu salah satunya Kekurangan gizi pada ibu hamil yang perlu
mendapatkan perhatian khusus.Kurang asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil
dapat menyebabkan anemia yang akan menambah resiko perdarahan dan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.Masalah gizi yang lain adalah Kurang energi Kronik (KEK).
(Kemenkes RI, 2018)

Penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya perlu diupayakan


peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan.Masalah Stunting di Indonesia juga tidak lepas
dari masalah kesehatan sejak dari dalam kandungan.Upaya peningkatan status gizi masyarakat
termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan yang
tercantum dalam sasaran pokok RPJMN tahun 2005-2025 yang mendorong investasi untuk
perbaikan gizi. (Rahayu, 2018)

Permasalahan stunting di Indonesia disebabkan akibat faktor multi dimensi diantaranya


yaitu praktek pengasuhan yang tidak baik,kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi
terbatasnya layanan ante natal care ,menurunnnya tingkat kehadiran balita di posyandu dan
masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan erat dengan masalah stunting. (Aria.Yudhistira,
2017)

Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembangunan kesehatan masyarakat dan


menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia supaya lebih produktif dan efisien di
perlukan teknologi.Pengenalan teknologi yang telah berkembang di masyarakat adalah teknologi
yang telah dikembangkan secara tradisional atau yang dikenal dengan “teknologi tepat guna”

.atau teknologi sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan
dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu. (fitriani, 2019)

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan tingkat isolasi
dan keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
tersebut. Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan lingkungan geografis atau propesi kehidupan
masyarakat yang bersangkutan. Teknologi yang demikian itu merupakan barang baru bagi
masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan
kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud
agar masyarakat yang bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses
pembangunan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Optimalisasi Pelayanan kesehatan Ibu ,bayi dan balita terutama pada penggunaan saat
pemeriksaan ibu hamil atau ANC dan pengukuran Antropometri bayi dan balita dapat dibantu
dengan menggunakan alat sederhana tetapi efisien penggunaannya dan akurat.untuk itu penulis
tertarik untuk menciptakan inovasi teknologi tepat guna dalam bidang pelayanan kebidanan yaitu
membuat alat pengukur Antropometri pada ibu hamil,bayi dan balita sampai usia 2
tahun.Mengembangkan alat yang sudah ada dan biasa dipakai yaitu pita LILA atau metline
menjadi berfungsi lebih informatif dan membantu petugas kesehatan untuk lebih mudah dalam
melakukan pelayanan kepada klien.Penulis memberi nama inovasi teknologi tepat guna Alat
pengukur cerdas ibu hamil dan balita “ALURCERITA”.

Tujuan
Teknologi tepat guna dalam bidang kebidanan biasanya menggunakan alat-alat yang
sudah mulai modern,tetapi jika petugas kesehatan tidak dapat menggunakan alat modern tersebut
di tempat tertentu maka diperlukan alat cadangan atau pengganti yang tradisional dan sesuai
dengan fungsinya.
Manfaat
1. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan klien/Ibu
hamil dan balita.
2. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga
kesehatan,kader kesehatan dan klien.
3. Masyarakat mampu mempelajari,menerapkan,memelihara teknologi tepat guna tersebut
4. Masyarakat/klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan
5. Hasil diagnosa akan lebih akurat,cepat dan tepat

Dampak Positif dari teknologi tepat guna yang diciptakan ini petugas dan masyarakat
akan mendapatkan kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan
efektif ,Teknologi yang ada akan lebih sederhana dan mudah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Taksiran berat Janin ( TBJ )


Definisi

Taksiran berat janin adalah salah satu cara menafsir berat janin
ketika masih di dalam uterus. Berta badan janin mempunyai arti yang
sangat penting dalam pemberian asuhan kebidanan, khususnya asuhan
persalinan. Apabila mengetahui berat badan janin yang akan dilahirkan,
maka bidan dapat menentukan saat rujukan, sehingga tidak terjadi
keterlambatan penanganan. Berat badan bayi yang sangat kecil atau sangat
besar berhubungan dengan meningkatnya komplikasi selama masa
persalinan dan nifas. Selain itu, dengan mengetahui taksiran berat janin,
penolong persalinan dapat memutuskan rencana persalinan pervaginam
secara spontan atau tidak. (Kusmiyati, 2020)

Tujuan

Taksiran berat janin berguna untuk memantau pertumbuhan janin


dalam rahim, sehingga diharapkan dapat mendeteksi dini kemungkinan
terjadinya pertumbuhan janin yang abnormal (Kusmiyati, 2008). Selain
itu, taksiran berat janin mempunyai arti yang sangat penting. Berat bayi
yang sangat kecil atau sangat besar berhubungan dengan meningkatnya
komplikasi selama masa persalinan dan nifas. Hal yang paling sering
terjadi pada janin dengan berat lahir besar (makrosomia) salah satunya
adalah distosia bahu. Sedangkan pada ibu dapat terjadi perlukaan jalan
lahir, trauma pada otot-otot dasar panggul dan perdarahan pasca
persalinan. Pada bayi dengan berat lahir rendah dapat terjadi respiratory
distress syndrom atau hipoglikemi.. (Wiknjosastro, 2005)
Cara mengukur taksiran berat Janin
Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin.
Namun yang paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan
ultrasonografi, dan pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang
berpengarauh terhadap pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat
dikoreksi dalam penaksiran berat badan janin ialah seperti tumor rahim,
polihidramnion, plasenta previa, kehamilan ganda dikeluarkan dari
penelitian, sedangkan obesitas, paritas, kondisi selaput ketuban, penurunan
bagian terbawah janin .. (Bioeman, 2005)

a. Pemeriksaan Ultra sonografi


Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan
menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan
fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang
uktrasonik dan dipantulkan oleh organ (Prawirohardjo, 2009).
Penentuan berat badan janin dengan USG menggunakan beberapa
parameter, seperti Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL),
Abdominal Circumferefnce (AC), Cross Sectional Area of Thigh (CSAT).
Saat ini, penggunaan USG oleh para penyedia pelayanan
kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau tumbuh kembang
dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi
kesejahteraan janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana
pelayanan. Pemeriksaan ultrasonografi masih terbatas pada PMB
tertentu. Alat ini diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
janin, termasuk memantau suatu cara alternatif untuk memantau
pertumbuhan berat janin. Dengan demikian diperlukan suatu cara
alternatif untuk memantau pertumbuhan berat badan janin dimana
fasilitas USG tidak tersedia. Pada prinsipnya pengguna USG baik 2D,
3D bahkan 4D, tidak menimbulkan efek samping pada kehamilan.
Pemakaian alat USG baik 2D, 3D dan 4D pada pemakai (user) yang
mengerti dan paham akan membawa arah diagnosis ke suatu kelainan
janin atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi USG yang dilakukan
hanya untuk koleksi perkembangan janin. (Morse, 1990)
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari
10T yaitu kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka
kematian ibu, dimana pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat
kesejahteraan ibu dan janin. Tinggi fundus uteri (TFU) dapat
digunakan untuk menentukan usia kehamilan atau menentukan taksiran
berat badan janin (TBJ). TFU diukur dengan methelin dari fundus ke
simfisis pubis. Cara pengukurannya dengan menggunakan methelin, dengan ttitik nol diletakkan
diatas simfisis pubis lalu ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil.. (Kamariyah, 2014)

Rumus Taksiran Berat Janin

Penentuan taksiran berat badan bayi berdasarkan TFU adalah pemeriksaan yang
sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan yang belum tersedia
pemeriksaan Ultrasonografi.Berikut rumus untuk menentukan taksiran berat janin adalah:
a. Rumus Johnson Tausack
Johnson dan Tausack (1954) menggunakan suatu metode untuk
menaksirkan berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
(TFU), yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis
sampai puncak fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus,
memakai pita pengukur dalam centimeter dikurangi 11, 12, atau 13
hasilnya dikalikan 155, didapatkan berat badan bayi dalam gram.
Pengurangan 11, 12, atau 13 tergantung dari posisi kepala bayi. Jika
kepala sudah melewati tonjolan tulang (spinaischiadika) maka
dikurangi 12, jika belum melewati tonjolan tulang (spinaischiadika)
dikurangi 11. (Varney, 2007) Rumus Johnson adalah sebagai berikut :
TBJ = (TFU – N) x 155

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat janin
TFU = Tinggi fundus uteri
N = 13 bila kepala belum masuk PAP
12 bila kepala masih berada di atas Spina Ischiadica
11 bila kepala berada di bawah Spina Ischiadica

b. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda untuk
taksiran berat janin
Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai berikut :

TBJ = TFU -13 x 453,6


3

Keterangan :

TBJ = Taksiran berat janin

TFU = Tinggi Fundus Uteri

c. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi
rumus tersebut tidak digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari, 2019).
Rumus Risanto ditemukan oleh Risanto
Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan tinggi fundus uteri berupa
persamaan garis regresi linier.

Rumus Risanto adalah sebagai berikut :

TBJ = 127.6 x TFU – 931,5


Keterangan :

TBJ = Taksiran Berat janin

TFU = Tinggi Fundus Uteri

d. Formula Dare

Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan


Ginekologi “Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu
Banaras, menyatakan bahwa TFU dan pengukuran lingkar perut akan
berkorelasi dengan berat badan bayi baru lahir . (Kartawijaya, 2021)
Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu formula yang
lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu
perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa
pengukuran lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan
dengan ukuran fundus uteri dalam centimeter, maka akan didapat
taksiran berat janin . (Irianti, 2015).
Rumus Formula Dare adalah sebagai berikut :

TBJ = TFU x LP

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut

Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan


dan memiliki nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi
symphysial-fundal. Penelitian yang dilakukan Mohanty, Das dan
Misra didapatkan bahwa metode abdominal birth memiliki nilai prediktif yang baik untuk
bayi berat lahir rendah. (Mohanty, 2000)

Tinggi Fundus Uteri (TFU )


Perubahan Uterus di Masa Kehamilan

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan


melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang.
Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter
bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.. (prawiroharjo,
2014)

Selama kehamilan serat otot uterus menjadi regang dan bertambah


besar atau hyperplasia. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kerja hormon
dan tumbuh kembang janin. Pertumbuhan uterus yang terutama terjadi
pada trimester kedua adalah proses hypertrofi atau pembesaran ukuran
uterus, hal ini terjadi karena adanya berbagai rangsangan pada uterus
untuk melakukan pembesaran ukuran. Pertumbuhan janin membuat uterus
meregang sehingga menstimulasi sintesis protein pada bagian myometrium Uterus (elisabeth,
2013)

Pada minggu-minggu pertama kehamilan, uterus masih seperti


bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan
kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi
bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan
bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk
oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti
korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak
yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada akhir kehamilan kehamilan 12
minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring
perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong
usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati (prawiroharjo, 2014)

Pengukuran Tinngi Fundus Uteri

Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode


pengukuran yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga,
dengan cara mengukur perut ibu dari simfisis pubis hungga fundus uteri
menggunakan pita ukur. Pengukuran TFU dengan menggunakan pita ukur
ini pertama kali diperkenalkan di Amerika oleh Mc. Donald pada tahun
1906-1910, sehingga dikenal juga dengan sebutan ‘pengukuran Mc.
Donald’. Selain metode ini, ada juga pengukuran lain yaitu teknik
pengukuran Caliper. Teknik ini menggunakan jangka lengkung (Caliper),
Pengukuran dilakukan dengan meletakkan salah satu ujung Caliper di
vagina ibu, sedangkan ujung yang lainnya di fundus. Karena pemeriksaan
ini menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu dan berisiko terjadinya
infeksi, maka jarang digunakan. (Irianti, 2015).
The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan The Public Health
Service Expert Panel (1989) melakukan advokasi
untuk merekomendasikan pengukuran TFU dengan menggunakan pita
ukur ini menjadi pemeriksaan rutin pada kunjungan prenatal. Pengukuran
TFU ini didasarkan pada perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama
kehamilan, fundus menjadi nampak jelas di abdominal dan dapat diukur.
Sehingga pertumbuhan uterus dapat dijadikan variabel penanda
pertumbuhan janin. (Irianti, 2015). Beberapa rumus yang pernah
digunakan dan dipertimbangkan adalah penggunaan rumus Johnson
Tausack dan rumus Niswander. Namun dalam penggunaan klinis sehari-
hari, metode yang sering dan mudah digunakan adalah Johnson Tausack,
selain itu keakuratannya dapat dipertimbangkan. Rumus tersebut hanya
dapat digunakan pada presentasi kepala, dimana pemeriksa sebelumnya
melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, turunnya kepala dan
dimasukkan kedalam rumus. (Damayanti, 2016)

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri menurut Mc. Donald (dalam tafsiran usia
kehamilan)

Umur Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu ½ simfisis – pusat
20 minggu 3 jari dibawah simfisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu ½ pusat – processus xifoideus
36 minggu Setinggi processus xifoideus
40 minggu 28 jari dibawah processus xifoideus
Sumber : Prawirohardjo (2009)

 Jika tinggi fundus belum melewati pusat : UK (minggu) = hasil ukur + 4


 Jika tinggi fundus sudah melewati pusat : UK (minggu) = hasil ukur + 6

Hasil pengukuran TFU pasien adalah 26 cm pada usia kehamilan


31 minggu. Seharusnya usia gestasi 31 minggu, TFU nya adalah 30 cm.
hal ini berarti bahwa TFU pasien tidak normal.

Gambar 2.1 TFU menurut tuanya kehamilan dalam minggu


https://3.bp.blogspot.com/-pkyDtTr5XRY.jpg
Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari
simfisis, maka diperoleh :

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri menurut Leopold (dalam cm)

Umur Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (cm)


22-28 minggu 24-25 cm diatas simfisis
28 minggu 26,7 cm diatas simfisis
30 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
34 minggu 31 cm diatas simfisis
36 minggu 32 cm diatas simfisis
38 minggu 33 cm diatas simfisis
40 minggu 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : Sari, Anggita dkk. (2015).

Teknik Pengukuran Tinngi Fundus Uteri

a. Teknik Mc Donald

1. Definisi Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald Pengukuran tinggi fundus uteri
dengan teknik Mc Donald adalah
cara mengukur tinggi fundus uteri menggunakan alat ukur panjang
mulai dari tepi atas simfisis pubis sampai fundus uteri atau
sebaliknya (Mandriwati, 2007)
2. Waktu Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald Pemeriksaan dilaksanakan
setelah melakukan pemeriksaan inspeksi pada abdomen dan jika umur kehamilan ibu
sudah mencapai 22 minngu (Mandriwati, 2007)
3. Cara Pengukuran TFU dengan Teknik Mc Donald
Berikut tata cara pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan
teknik Mc Donald:
a) Menyiapkan alat:
(1) Alat ukur yang tidak elastis.
(2) Kalender kehamilan.
(3) Alat – alat ditata pada tempat yang telah disediakan saat
mempersiapkan alat untuk pemeriksaan inspeksi.
b) Menyiapkan ibu (dilaksanakan bersamaan dengan persiapan
inspeksi):
(1) Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
(2) Mengatur posisi ibu berbaring setengah duduk dengan
mengganjal bantal di bagian punggung bawah untuk
kenyamanan ibu dan kedua kaki diluruskan
c) Melaksanakan pemeriksaan

(1) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu dan dekatkan


meteran sehingga mudah mengambil waktu pemeriksaan.

(2) Tangan kiri dan tangan kanan menentukan bagian fundus


uteri dan memosisikan supaya fundus uteri berada tepat di
tengah abdomen.

(3) Setelah fundus uteri diposisikan tepat di tengah abdomen, tangan kiri menahan
fundus uteri, tangan kanan
menempelkan meteran yang dibalik tepat di tengah, mulai
dari fundus uteri sampai tepi atas tulang simfisis pubis, atau
mulai dari tepi atas tulang simfisis pubis sampai fundus
uteri.

(4) Mengangkat meteran dan membalik, kemudian membaca


hasil pengukuran.

(5) Menggulung pita meteran dengan rapi dan menempatkan


pada tempatnya.

(6) Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu

.
b. Teknik Palpasi Abdominal
1) Definisi Palpasi Abdominal Palpasi abdominal adalah suatu tindakan pemeriksaan yang
dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian perut dengan
menggunakan jari atau tangan.
2) Fungsi Palpasi Abdominal
Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,adanya
getaran,pergerakan,bentuk,konsistensi dan ukuran
3) Waktu Palpasi Abdominal
Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan, setelah pembesaran uterus
yang dapat membedakan bagian-bagian
janin (Mufdlilah, 2009)
4) Cara Palpasi Abdominal

Teknik pelaksanaan palpasi menggunakan Manuver Leopold


dengan tujuan untuk menentukan posisi janin melalui palpasi
abdomen secara sistematis. Palpasi ini menjadi lebih jelas setelah
minggu ke-22. Untuk pemeriksaan palpasi Leopold ini, dinding
perut harus lemas, tidak sedang berkontraksi. Suhu tangan
pemeriksa sebaiknya disesuaikan dengan suhu perut ibu, dengan
maksud supaya dinding perut ibu tidak menjadi kontraksi tiba-tiba.
Caranya dengan menggosokkan kedua tangan terlebih dahulu.

Cara Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Untuk dapat mengukur tinggi fundus uteri dengan keseragaman


teknik pengukuran (uniformity technique) adalah dengan memposisikan
ibu terlentang, mematikan kandung kemih harus dalam keadaan kosong,
dan pita ukur dalam keadaan tebalik. Secara umum pengukuran TFU
dilakukan dengan menggunakan pita ukur yang tidak elastis, dari tepi atas
simfisis pubis menuju midline fundus uteri. Pastikan bahwa batas fundus
adalah bagian yang tertinggi dari pembesaran uterus (Carles 2013 dalam
(Irianti, 2015) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur tinggi fundus uteri
adalah :
a. Pita pengukur hendaknya terbuat dari bahan yang tidak bisa
mengendur (meteran/methelin).
b. Kandung kemih hendaknya kosong.
c. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada
tepi atas simfisis pubis sampai fundus uteri dengan tetap menjaga pita
ukur menempel pada dinding abdomen (Mandriwati, 2007)

Berikut adalah tabel Rumus Johnson-Toshack


Rumus Johnson-Toshack
TBJ (Taksiran berat janin) = (Tinggi fundus uteri (cm) – N ) x 155 gram

Keterangan :

N = 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul


N = 12 bila kepala masih berada di atas Spina Ischiadica
N = 11 bila Kepala masih berada di bawah Spina ischiadica

Tinggi fundus Kepala belum Kepala masih Kepala masih


uteri (cm) melewati pintu berada di atas spina berada di bawah
atas panggu iskiadika spina iskiadika
24 1705 1860 2015
25 1860 2015 2170
26 2015 2170 2325
27 2170 2325 2480
28 2325 2480 2635
29 2480 2635 2790
30 2635 2790 2945
31 2790 2945 3100
32 2945 3100 3255
33 3100 3255 3410
34 3255 3410 3565
35 3410 3565 3720
36 3565 3720 3875
37 3720 3875 4030
38 3875 4030 4185
39 4030 4185 4340
40 4185 4340 4495
Menentukan Usia kehamilan dan periode kehamilan
1. HPHT (Hari pertama Haid terakhir)
2. Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasakan janin hidup “feeling life” (Quickening)
3. Spiegelberg : Mengukur Tinggi fundus uteri
4. Mac Donald : Modifikasi Spiegelberg TFU (cm) : 3,5 =UK(bulan)
5. Ahlfeld : Ukuran kepala bokong =0,5 panjang anak sebenarnya
6. Rumus Johnson-Tausack :
TBJ = (TFU-12)x155 (belum masuk panggul)
TBJ = (TFU-11)x155 (sudah masuk panggul)
Singkatan :
PAP = Pintu atas panggul
TBJ = Taksiran berat janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
UK = Umur Kehamilan
TP = taksiran Persalinan
RUMUS
1. UK = tanggal kunjungan-HPHT x4= Minggu
2. TP = HPHT =7-3+1 atau +7+9+0
3. TBJ = ( TFU-12)x 155 = Gram
Tabel umur Kehamilan berdasarkan Spiegelberg
TFU (CM) UK (MINGGU
24-25 cm 22-28 mgg
26,7 cm 28 mgg
29,5-30 cm 30 mgg
29,5-30 cm 32 mgg
31 cm 34 mgg
32 cm 36 mgg
33 cm 38 mgg
37,7 cm 40 mgg
Pengukuran Antopometri
1.Pengertian
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti tubuh dan methros
yang berarti ukuran. Secara sempit, antropometri dapat didefinisikan sebagai
ukuran dari tubuh. Dilihat dari sudut pandang ilmu gizi, antropometri
didefinisikan sebagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Contoh dari dimensi tubuh antara lain
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tebal lemak di bawah kulit, dan
rentang tangan.

Kegunaan Antropometri

Antropometri memiliki manfaat yang luas dalam berbagai bidang, antara


lain dalam bidang ilmu gizi, ilmu forensik, dan ilmu desain. Antropometri dapat
digunakan untuk individu tertentu maupun untuk kepentingan suatu populasi.
Antropometri terutama digunakan untuk menentukan kebutuhan gizi atau enentukan intervensi
yang tepat bagi seseorang pada tingkat individu. Penilaian
status gizi secara individual juga dilakukan untuk mengetahui respon suatu
intervensi. Pengukuran ini juga dapat dijadikan dasar untuk menghentikan suatu
intervensi apabila intervensi ini dinilai gagal. Pengukuran antropometri paling
baik apabila dilakukan pada suatu periode waktu tertentu, bukan hanya pada suatu
waktu tertentu. Antropometri juga dapat digunakan untuk menentukan intervensi dan
respon terhadap intervensi pada tingkat populasi. Penentuan intervensi ini tentu
saja tidak se-akurat pada tingkat individu dan pada kenyataannya pengukuran
antropometri pada tingkat populasi jarang dilakukan untuk maksud ini, namun hal
ini dapat dilakukan pada keadaan-keadaan khusus, seperti pada suatu populasi
yang sedang mengalami krisis pangan. Kegunaan lainnya dari antropometri pada
tingkat populasi adalah untuk penentuan kebijakan nasional dan perencanaan
program. (kemenkes.Antropometri.Anak.Standar, 2020)
2. Keunggulan dan kelemahan Antropometri

Pengukuran status gizi melalui antropometri mempunyai beberapa


keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari antropometri yaitu:
1) Prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan pada jumlah sampel yang
besar.

2) Tidak perlu dilakukan oleh tenaga ahli. Cukup dilakukan oleh seseorang
yang sudah menjalani pelatihan singkat mengenai pengukuran
antropometri.

3) Alat yang diperlukan murah, mudah dibawa, tahan lama, dan mudah
didapat. Hanya alat tertentu seperti skin fold caliper yang susah didapat
karena penggunaannya yang spesifik sehingga ketersediannya terbatas.

4) Metode tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

5) Dapat menggambarkan riwayat gizi di masa lalu.

6) Dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas.

7) Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.

8) Dapat digunakan untuk skrining kelompok yang rawan.

Kelemahan antropometri yaitu:

a) Tidak dapat mendeteksi status gizi dalam kurun waktu singka


b) Tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu
c) Faktor di luar gizi seperti penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi dapat menurunkan sensitifitas dan spesifisitas.

Kesalahan dalam Antropometri

Kesalahan dalam antropometri dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan


validitas pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dapat mengakibatkan dampak
yang cukup fatal. Apabila terjadi kesalahan pengukuran, maka data dan
interpretasi yang didapatkan juga akan keliru. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan diagnosis dan akhirnya terapi atau intervensi gizi yang diberikan tidak
tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Kesalahan ini umumnya terjadi karena
pengukuran yang keliru, perubahan hasil pengukuran, dan analisis dan asumsi yang keliru.
Sumber kesalahan biasanya ada pada pelatihan petugas yang tidak
cukup, alat yang tidak ditera, dan adanya kesulitan pengukuran.

Parameter antropometri
Parameter dalam antropometri adalah ukuran tunggal yang diukur untuk
mendapatkan data antropometri. Parameter ini misalnya, umur, tinggi badan, berat
badan, rentang tangan, dan lain-lain. Parameter yang sudah diukur dalam
pengukuran antropometri ini kemudian diolah dan dikombinasikan dengan
parameter lain sehingga menghasilkan indeks antropometri. Indeks antropometri
misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan masih banyak lagi. Indeks antropometri inilah yang kemudian akan
dicocokkan dengan standar yang ada dan memiliki makna secara klinis.
1. Umur
Umur merupakan parameter yang penting dalam antropometri.Tanpa
adanya parameter ini, maka parameter berat badan dan tinggi badan menjadi tidak
berarti. Banyak orang tua di pedesaan yang tidak mengingat tanggal kelahiran
anaknya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini, antara
lain:
1) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat oleh
orang tua, apabila tidak ada coba minta catatan pada pamong desa.
2) Jika tetap tidak diketahui, coba tanyakan waktu kelahiran anak dengan
patokan kejadian-kejadian penting, seperti saat lebaran, tahun baru, puasa,
pemilihan kepala desa, gunung meletus, banjir, dan lain-lain
3) Membandingkan anak tersebut dengan anak kerabat atau tetangga yang
sudah diketahui umurnya (beberapa bulan lebih muda atau lebih tua)
4) Jika tanggal lahir tidak diketahui dengan tepat, tetapi bulan dan tahunnya
diketahui, anak tersebut dianggap lahir pada tanggal 15.
Tahun 1966, Jelliffe memperkenalkan adanya indeks antropometri berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Penemuan ini mempermudah pemeriksa untuk
mendapatkan data yang akurat saat parameter umur tidak diketahui.
5) Tinggi badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki.
Parameter ini merupakan parameter yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal dan tidak sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada waktu yang
singkat. Panjang badan diukur dengan infantometer length board untuk anak usia
0-2 tahun. Anak diposisikan tidur terlentang saat pengukuran. Pengukuran ini
membutuhkan 2 orang pengukur. Pengukuran dapat dilakukan dengan stadiometer
dengan menambahkan 0,7 pada hasil pengukuran untuk faktor koreksi apabila
anak sudah dapat berdiri dengan tegak. Berikut ini adalah cara pengukuran
menggunakan infantometer:
a) Alas kaki dilepaskan
b) Anak diposisikan tidur terlentang dengan kepala diletakkan pada puncak papan dan
kaki lurus.
c) Pengukur digeser hingga rapat pada ujung kaki
d) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm.
Untuk anak usia di atas 2 tahun, tinggi badan diukur dengan stadiometer. Berikut
adalah cara pengukuran menggunakan stadiometer:
a) Alas kaki dilepaskan
b) Anak diposisikan berdiri tegak kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan
kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan muka
menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
c) Menurunkan pengukur sampai rapat pada kepala bagian atas.
d) Pembacaan pada stadiometer dilakukan saat anak inspirasi dengan
ketelitian 0,1 cm.
Gambar Pengukuran tinggi badan

Parameter tinggi badan mempunyai banyak kegunaan, yaitu dalam penilaian


status gizi, penentuan kebutuhan energi basal, penghitungan dosis obat, dan
prediksi dari fungsi fisiologis seperti volume paru, kekuatan otot, dan kecepatan
filtrasi glomerulus.

Berat badan
Berat badan mencerminkan keadaan nutrisi sekarang dan dapat menjadi
indikator yang sensitif terhadap malnutrisi. Seseorang dapat dikatakan mengalami
malnutrisi apabila:
1) Berat badan kurang dari 80% dari berat badan ideal, atau
2) Mengalami penurunan berat badan sebesar:
a. 1%-2% dalam satu minggu, atau
b. 5% dalam satu bulan, atau
c. 7,5% dalam tiga bulan, atau
d. 10% dalam enam bulan

Pengukuran berat badan paling baik dilakukan dengan alat beam balance scale.
Alat ini perlu dikalibrasi secara rutin untuk mendapatkan hasil yang akurat
menggunakan berat badan yang sudah diketahui. Disarankan anak memakai
pakaian yang tipis dan melepas sepatu saat pengukuran. Adanya penyakit yang
dapat mempengaruhi berat badan seperti ascites, edema, dan splenomegali perlu
diperhatikan agar tidak menyebabkan kesalahan pada interpretasi data.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah pengukuran yang dilakukan pada bayi dan anak-
anak. Parameter ini menggambarkan berat dan volume otak dan tidak sensitif
terhadap adanya malnutrisi.Hal ini disebabkan karena otak adalah organ yang
paling terakhir terpengaruh ketika terjadi malnutrisi.Pengukuran lingkar kepala
sebaiknya dilakukan setiap minggu mulai dari 3-5 hari setelah lahir.
Alat pengukur lingkar kepala yang digunakan tidak boleh dapat
mengalami peregangan.Alat yang baik digunakan untuk pengukuran ini misalnya
metal measuring tape. Pengukuran dilakukan dari bagian occipital kepala hingga
bagian anterior dari os frontal. Pengukuran ini tidak dapat dilakukan pada anak
dengan hidrocephalus dan edema pada kulit kepala.
Rentang Tangan
Rentang tangan adalah jarak horisontal dari ujung jari tengah lengan satu
ke lengan lainnya pada saat kedua lengan ekstensi sejajar dengan bahu.30
Pengukuran dapat dilakukan menggunakan penggaris panjang yang terkalibrasi
atau stadiometer. Keuntungan dari rentang tangan adalah mudah dan cepat, tidak
invasif, dan murah. Hal ini sulit dilakukan pada orang yang sulit mengektensikan
tangannya atau mengabduksikan lengannya, misalnya pada orang yang
mengalami trauma atau arthritis. Pengukuran ini tidak bisa dilakukan pada orang
yang mengalami deformitas pada lengan, tangan, atau jari tangan karena dapat
mempengaruhi akurasi hasil.
Rentang tangan dapat digunakan untuk memprediksi tinggi badan pada
orang dengan skoliosis dan pada orang-orang yang menggunakan kursi roda.
Hubungan rentang tangan dan tinggi badan juga dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti misalnya sindroma Marfan dimana
rentang tangan dan tinggi badan tidak proporsional. Rentang tangan juga dapat
digunakan untuk menghitung kehilangan tinggi badan. Kehilangan tinggi badan
dapat terjadi karena penuaan, kifoskoliosis kongenital, arthritis, osteoarthritis, dan
fraktur vertebra karena osteoporosis. Panjang rentang tangan tetap meskipun tinggi badan
menurun sehingga rasio rentang tangan dengan tinggi badan akan
meningkat pada orang dengan penyakit tersebut. Menurut Simko, Cowell, dan
Gilbride, konsep awal dari pemikiran bahwa rentang tangan dapat menjadi
prediktor tinggi badan adalah lukisan Leonardo da Vinci, dimana manusia di
dalam lukisan tersebut digambarkan proporsional di dalam persegi dan
lingkaran.
Rasio rentang tangan dan tinggi badan pada laki-laki menjadi lebih besar
dibandingkan pada perempuan saat pubertas sehingga dapat disimpulkan bahwa
rasio rentang tangan dan tinggi badan berbeda menurut jenis kelamin dan usia.
Meskipun begitu, penelitian lain menunjukkan bahwa hubungan antara tinggi
badan dan rentang tangan bervariasi menurut ras. Rentang tangan
merupakan prediktor tinggi badan yang paling akurat dibanding prediktor tinggi
badan lainnya, seperti misalnya tinggi lutut, panjang ulna, panjang telapak kaki,
panjang lengan, panjang columna vertebra, dan panjang scapula.

Gambar rentang Tangan

Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan gabungan dari beberapa parameter


antropometri. Indeks antropometri yang paling sering digunakan adalah BB/U,
TB/U, dan BB/TB.Indeks TB/U hanya dapat digunakan untuk memberikan
gambaran status gizi di masa lampau. Hal ini dikarenakan tidak sensitifnya
paramater tinggi badan terhadap perubahan status gizi dalam kurun waktu singkat. (Rahadiyanti,
2020)

Indeks ini berkaitan dengan status sosial ekonomi keluarga pasien. Adapun
keuntungan dari indeks ini adalah parameter tinggi badan merupakan parameter
yang mudah diukur, namun sayangnya parameter umur terkadang sulit
didapatkan, terutama di daerah dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kenaikan tinggi badan
pada pertumbuhan normal seharusnya juga diikuti
dengan kenaikan berat badan. Indeks BB/TB dapat digunakan untuk menilai
status gizi sekarang. Indeks ini juga tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah didapatkan di pedesaan, sehingga data yang didapatkan lebih akurat apabila
tidak ada catatan umur. Digunakan penghitungan persentil atau standar deviasi
unit untuk interpretasi, kemudian dicocokkan dengan ambang batas yang sudah
ditentukan. Standar deviasi atau disebut juga Z-skor dihitung dengan rumus
berikut:

Nilai individu subyek—nilai median baku rujukan


Z—skor =
Nilai simpang baku rujukan
Tabel Status gizi berdasarkan Indeks antropometri pada umut 0-60 bulan

indeks Kategori status gizi Ambang Batas(Z-score)


BB/U Gizi Buruk < - 3SD
Gizi kurang -3SD samapi dengan <-SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi lebih >2 SD
PB/U Sangat pendek <--3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2SD
Tinggi >2 SD
BB/PB Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normsl -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
IMT/U Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD

Penggunaan baku Rujukan

Baku rujukan atau reference diperlukan untuk menginterpretasikan data


indeks antropometri menjadi sesuatu yang mempunyai makna secara klinis. Di
dunia terdapat berbagai macam baku rujukan, antara lain Harvard, WHO-2006,
Tanner, dan Kanada. Baku rujukan yang digunakan untuk anak-anak di Indonesia
adalah WHO-2006 (Sylvia_CS)
BAB III

Pembahasan

Penggunaan Teknologi Tepat guna dalam pelayanan Kebidanan “ALURCERITA”

Pengertian

Alat Ukur Cerdas Ibu hamil dan Balita atau disebut ALURCERITA adalah sebuah
rancangan alat pengukur serbaguna yang digunakan untuk mengukur Antropometri pada Ibu
hamil dan balita usia 0 sampai 24 bulan.Alat ini digunakan untuk mengukur LiLA ibu
hamil,Tinggi Fundus Uteri,Menentukan Taksiran berat janin,mengukur lingkar kepala bayi dan
balita,LiLA,Lingkar Kepala,Lingkar dada,Panjang Badan.

Rancangan alat ini adalah modifikasi dari alat –alat sebelumnya dan yang lazim dipakai
oleh para Tenaga kesehatan seperti Bidan,perawat dan kader Posyandu yaitu Medline,Alat
pengukur LiLA ibu dan Balita.Alat ini menggabungkan fungsi dari beberapa alat ukur yang
dipakai sehingga lebih praktis,memudahkan Bidan dalam menghitung dan menentukan
TBJ,TFU,LiLA,Lingkar Kepala,Lingkar dada dan panjang badan.Alat ini juga bisa di gunakan
oleh orang non medis atau masyarakat umum seperti Kader Posyandu.

Tujuan

Teknologi sederhana ini bertujuan untuk mempermudah dan mempersingkat waktu


pekerjaan tenaga kesehatan dan klien.Biaya yang digunakan pun relatif murah,aman
dipakai ,dapat mengukur Antopometri ibu hamil,bayi dan balita kurang dari 2 tahun dalam satu
alat saja.Dapat digunakan oleh siapapun dan dimanapun dengan hasil ukurnya
Reliabel.Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemeriksaan ibu dan balita dalam pengukuran
Antropometri,Dapat mendeteksi dini resiko ibu dan balita terhadap kasus Malnutrisi seperti
Kurang energi kronis (KEK),Berat bayi lahir Rendah (BBLR),Stunting (pendek/gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dalam kandungan.

Manfaat

1. Tersedianya alat ukur yang akurat,efektif dan efisien


2. Tersedianya alat ukur yang memudahkan layanan dan pemeriksaan dalam rangka
melakukan deteksi dini komplikasi ibu dan balita kurang dari 2 tahun
3. Meningkatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang berkualitas dan pelayanan
Stimulasi,Deteksi,Intervensi Dini Tumbuh kembang balita untuk memantau aspek
tumbuh kembang anak.
4. Meningkatkan pengetahuan Kader posyandu dan masyarakat pada umumnya dalam
menjaga dan meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi kehamilan dan tumbuh
kembang balita
5. Menurunkan kejadian kasus Resiko Stunting sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi mewujudkan MDG’s.

Rancangan alat ukur ALURCERITA

6. Berbentuk seperti pita,memakai dua sisi


7. Panjang : 100cm,Lebar 6cm
8. Bahan : tidak lentur tapi ergonomis dan fleksibel,tahan air
9. Sasaran : ibu hamil trimester 2dan 3,bayi dan balita sampai usia 24bulan

Jenis Antropometri yangdiukur


Ibu Hamil :
1. Tinggi Fundus Uteri
2. Lingkar lengan
3. Taksiran berat janin

Bayi :

1. Lingkar Kepala bayi


2. Lingkar dada
3. Lingkar lengan
4. Panjang badan
Balita :
1. Lingkar kepala balita
2. Lingkar Dada
3. Lingkar lengan
4. Panjang badan

Desain Alat :
Berbentuk Pita dengan panjang 100 cm dan lebar 6 centimeter,bisa
digulung,mempunyai dua sisi yaitu sisi Maternal dan sisi Bayi/Balita.menggunakan
ukuran centimeter dengan batas normal dan tidak normal menggunakan batas warna
yang berbeda.
Bagian sisi Ibu : pita ukur panjang 100 cm.Batas Normal Lila berwarna putih,ukuran
tidak normal lila berwarna Merah.batas normalitas Lila di angka 23,5
cm.Perbandingan dan standar normal Tinggi Fundus Uteri/TFU dalam ukuran Cm
dengan Usia kehamilan dalam minggu menggunakan rumus Spiegelberg.Perkiraan
TFU dengan Taksiran berat Janin (TBJ) menggunakan tabel Rumus Johnson and
Tausack menggunakan ukuran gram. Dan Cm terdiri dari 4 kolom,yaitu TFU dalam
kolom usia kandungan 24-40 minggu,kolom N = 13 (Kepala belum melewati
PAP),Kolom N = 12 (kepala di atas Spina Ischiadika),kolom N = 11 ( Kepala
dibawah spina Ischiadika.
Bagian sisi Anak Bayi dan Balita : Lingkar Kepala normal anak laki-laki dan anak
perempuan usia 0 bulan sampai 24 bulan.untuk nilai normal angka diberi warna
merah untuk ukuran minimal dan warna biru tua untuk ukuran maksimal.Lingkar
lengan bayi dan balita menggunakan warna merah untuk batas tidak normal dan
warna hijau untuk batas Normal.

Gambar rancangan desain Alat pengukur cerdas ibu hamil dan anak balita.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Teknologi tepat guma merupakan teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional
dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan sosial ekonomi
masyarakat.Teknologi tepat guna yang di inovasikan dalam bentuk alat ukur untuk membantu
petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Dengan adanya alat sederhana ini
diharapkan penggunaan dari alat tersebut bermanfaat bagi masyarakat,yaitu dapat memenuhi
kebutuhan individu dan masyarakat pada umumnya karena kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat.Diharapkan dengan adanya alat ini
masyarakat dapat mengerti dan memanfaatkan alat ini dengan sebaik mungkin.Diharapkan
dengan terciptanya alat ini dapat membantu pemerintah dalam mewujutkan tujuan RPJMN dan
mewujutkan keberhasilan MDG,s.

Saran

Teknologi tepat guna apabila dimanfaatkan dengan baik akan memperoleh hasil yang
baik dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Di dalam rancangan alat ini masih
banyak kekurangan dari aspek desain alat sehingga diharapkan akan ada lagi inovasi alat
pengukur yang sejenis yang lebih inovatif,lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
kemenkes.Antropometri.Anak.Standar. (2020). Retrieved from www.peraturan.go.id.

Aria.Yudhistira. (2017, 12 25). katadata.co.id. Retrieved 8 12, 2021, from www.kemkes.go.id.

Bioeman. (2005). Ilmu kebidanan. Malang.

Damayanti. (2016). Buku ajar asuhan kebidanan.

elisabeth, L. (2013). Asuahn kebidanan Kehamilan. Jakarta: In Media.

fitriani, l. (2019, april 28). Makalah teknologi kebidanan. p. 1.

Irianti. (2015). Taksiarn berat Janin .

kamariyah. (n.d.).

Kamariyah. (2014). Ilmu Kebidanan.

Kamriyah. (2014).

Kartawijaya, S. (2021). Formula dare. Retrieved from adoc.pub.

Kemenkes RI, R. (2018). Laporan Nasionas Riskesdas 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Kusmiyati, Y. (2020). stunting. Hubungan pola asuh dan pendapatan keluarga.

Mandriwati. (2007). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil . EGC.

Mohanty. (2000). SAGE Journals.

Morse. (1990). Ultrasonic diagnosisof masseteric hypertropy. USA: PubMed.

Mufdlilah. (2009). Panduan Asuhan kebidanan Ibu Hamil. Nuha medika.

prawiroharjo. (2014). Ilmu Kebidanan. jakarta: Yayasan bina Pustaka.

Rahadiyanti, A. (2020, juli 15). standar-antroppmetri-anak-terbaru. Retrieved 2021, from ahligizi.id:


https//ahligizi.id/blog/2020/07/15/pdf

Rahayu, A. (2018). Buku Ajar Gizi 1000 HPK.

Sylvia_CS. (n.d.). Lap_KTI_Bab _@. http:eprints.undip.ac.id.

Titisari. (2019). Rumus taksiran berat janin. Hubungan antara status gravida dan usia ibu dengan
kejadian emesis gravidarum.
Varney, d. (2007).

Wiknjosastro. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai